Gambaran Konsep Diri Pasien Kanker Kolorektal Dengan Tindakan Kolostomi Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN KANKER KOLOREKTAL DENGAN TINDAKAN KOLOSTOMI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
HAJI ADAM MALIK MEDAN
SKRIPSI
Oleh Patma Ahadani Harahap
101101065
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
Judul
Nama Mahasiswa NIM Jurusan Tahun
: Gambaran Konsep Diri Pasien Kanker Kolorektal Dengan Tindakan Kolostomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. : Patma Ahadani Harahap : 101101065 : Sarjana Keperawatan (S.Kep) : 2013/2014
Abstrak Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan pada pasien kanker kolorektal, salah satunya dengan pembedahan, contohnya tindakan kolostomi. Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feses. Pemasangan kolostomi dapat berdampak pada aspek-aspek kehidupan pasien salah satunya adalah aspek psikologis. Hal ini dapat menyebabkan perubahan konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi. Penelitian ini tergolong penelitian deskriftif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi di rumah sakit umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 responden di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik medan. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Pengambilan data dengan menggukan kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah univariat dalam bentuk tabel distribusi, frekuensi dan persentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien memiliki konsep diri yang positif (90%), dengan rincian gambaran diri yang positif (62.5%), ideal diri yang positif (82%), harga diri yang positif (97.5%), tetapi dengan peran yang negatif (65%), serta identitas diri yang positif (42.5%). Diharapkan dengan positifnya konsep diri pasien, pasien tetap mempertahankan keadaan psikologisnya dengan cara memberikan dukungan baik secara fisik maupun psikologis.
Kata kunci : Konsep diri, kanker kolorektal, kolostomi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan tiada henti kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, ALLAH SWT. Berkat rahmat, hidayah, serta karunianya, penulis dapat memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan masa perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, serta dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Konsep Diri Pasien Kanker Kolorektal Dengan Tindakan Kolostomi Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”. Tidak lupa shalawat dan salam penulis ucapkan kepada jujungan besar Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi ini merupakan sebuah karya ilmiah yang menjadi tugas akhir, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh penulis dalam prosesnya. Adanya keterbatasan dalam konteks pengetahuan, pengalaman, dan materi penulisan merupakan indikator yang menyebabkan permasalahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun, berkat rahmat dan hidayah ALLAH SWT, serta kontribusi yang diberikan oleh berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan walau tidak sempurna.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dan memberikan kontribusi, baik berupa bantuan, motivasi, saran, kritikan, serta dukungan dan Doa, didalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, yaitu kepada:
1. Bapak Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara,
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I, ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan II, dan bapak Ikhsanudin A. Harahap, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Asrizal S.Kep,Ns,RN,WOC(ET)N,CHt,N selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya ditengah-tengah aktifitas dan kesibukan beliau, untuk membimbing dan memberi masukan berupa saran dan kritik yang membangun konsep pemikiran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak untuk kesabaran, dan pengertian bapak.
4. Ibu Yesi Ariani, S.Kep,Ns. M.Kep selaku dosen penguji I dan Ibu Wardiah Daulay, S.Kep,Ns, M.Kep selaku dosen penguji II. Terima kasih atas kesediaan waktu, kesabaran, motivasi, kritik maupun saran yang ibu berikan.
5. Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep sebagai dosen pembimbing akademik penulis. Terima kasih untuk kesabaran, motivasi, kritik maupun saran yang ibu berikan dalam membimbing penulis selama masa perkuliahan.
6. Teristimewa kepada orang tua penulis tercinta yang dengan penuh cinta kasih dan perjuangan mulai dari melahirkan, merawat, membesarkan, mendidik, mendukung, serta selalu berupaya memenuhi kebutuhan penulis. Semoga apa yang penulis berikan ini dapat menjadi salah satu kebanggaan bagi orang tua Penulis. Ibunda Dra. Rida Gustini Nasution dan Ayahanda Muhammad Ali Harahap S.Sos. Seluruh hidup ini tidak akan cukup untuk dapat membalas semua kasih sayang, pengorbanan, dan doa tulus umak-ayah. Besar harapan Patma untuk dapat membahagiakan umak-ayah. Semoga dapat dikabulkan oleh ALLAH SWT, Aamiin.
7. Kedua adik-adik penulis tersayang, Riski Maulida Harahap dan Indra Soripada Harahap, terima kasih untuk doa dan dukungannya, semoga kita dapat membanggakan dan membahagiakan orang tua kita. M. Yudi Pramudiharja S.Sos terima kasih untuk semua ketulusan berupa doa, dukungan, dan motivasi tiada henti yang Pram berikan, sehingga dapat membakar semangat penulis untuk menjadi lebih baik.
8. Ibu Rosina Tarigan S.Kp, M.Kep. Sp.KMB yang telah bersedia melakukan uji validitas.
9. Kepada Direktur RSUPH Adam Malik Medan beserta staf-stafnya yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian.
10. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan materi kuliah selama penulis menjalankan studi di Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara.
11. Pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, yang telah bersedia menjadi responden pada penelitian penulis.
12. Teman-teman seperjuangan penulis mahasiswa-mahasiswi Fkep 2010, kebersamaan itu akan menjadi kenangan yang manis.
13. Dan semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk dukungannya.
Pada akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih penuh dengan kekurangan dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Dengan kerendahan hati penulis selalu mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga penulis dapat menambah pengetahuan dalam
membuaat karya ilmiah yang lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengucapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Medan, Juli 2014 Penulis,
Patma Ahadani Harahap
DAFTAR ISI Halaman
Lembar Persetujuan…………………………………………………………………... Abstrak……………………………………………………………………………….. Prakata ……………………………………………………………………………….. Daftar Isi………..…………………………………………………………………….. Daftar Tabel…………………………………………………………………………… Daftar Skema………………………………………………………………………….
i ii iii vii ix x
BAB I
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang……………………………………………………. 2. Rumusan Masalah………………………………………………… 3. Tujuan Penelitian………………………………………………….
3.1 Tujuan Umum…………………………………………... 3.2 Tujuan Khusus………………………………………….. 4. Manfaat Penelitian………………………………………………… 4.1 Pendidikan Keperawatan………………………………... 4.2 Praktek Keperawatan……………………………………. 4.3 Penelitian Keperawatan………………………………….
1 5 5 5 5 6 6 6 6
BAB II BAB III
TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Diri………………………………………………………...
1.1 Pengertian Konsep Diri………………………………….. 1.2 Komponen Konsep Diri…………………………………..
1.2.1 Gambaran Diri…………………………………. 1.2.2 Ideal Diri……………………………………….. 1.2.3 Harga Diri………………………………………. 1.2.4 Peran Diri………………………………………. 1.2.5 Identitas Diri……………………………………. 1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri………… 1.4 Kriteria Kepribadian Sehat………………………………… 1.5 Karakteristik Konsep Diri Yang Rendah………………….. 2. Kanker Kolorektal………………………………………………….... 2.1 Pengertian Kanker Kolorektal……………………………... 2.2 Penyebab Kanker Kolorektal………………………………. 2.3 Gejala Klinis Kanker Kolorektal…………………………… 2.4 Tahapan Perkembangan Kanker Kolorektal……………….. 2.5 Pencegahan Kanker Kolorektal…………………………….. 2.6 Pengobatan Kanker Kolorektal…………………………….. 3. Kolostomi…………………………………………………………….. 3.1 Pengertian Kolostomi………………………………………. 3.2 Jenis-Jenis Kolostomi………………………………………. 3.3 Indikasi Kolostomi…………………………………………. 3.4 Komplikasi Kolostomi……………………………………… 4. Konsep Diri Kanker Kolorektal Dengan Tindakan Kolostomi………. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian………………………………………............... 2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian……………………............
7 7 8 8 8 9 9 10 11 13 14 15 15 16 17 18 19 20 23 23 24 25 25 25
28 30
BAB IV BAB V BAB VI
METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian…………………………………………………….. 2. Lokasi Dan Waktu Penelitian……………………………………….. 3. Populasi Dan Sampel Penelitian……………………………………...
3.1 Populasi Penelitian…………………………………………. 3.2 Sampel Penelitian…………………………………………... 3.3 Teknik Sampling…………………………………………… 4. Pertimbangan Etik…………………………………………………… 5. Instrumen Penelitian…………………………………………………. 6. Uji Validitas Dan Reabilitas…………………………………………. 6.1 Uji Validitas………………………………………………... 6.2 Uji Reabilitas……………………………………………….. 7. Rencana Pengumpulan Data…………………………………………. 8. Analisa Data…………………………………………………………..
31 31 32 32 32 32 33 33 35 35 36 36 37
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian………………………………………………………
1.1 Karakteristik Responden………………………………….. 1.2 Deskripsi Konsep Diri Pasien Kolorektal Dengan
Tindakan Kolostomi………………………………………. 1.2.1 Gambaran Diri………………………………….. 1.2.2 Ideal Diri………………………………………... 1.2.3 Harga Diri……………………………………….. 1.2.4 Peran…………………………………………….. 1.2.5 Identitas Diri…………………………………….
2. Pembahasan…………………………………………………………. 2.1 Konsep Diri Kanker Kolorektal Dengan Tindakan Kolostomi……………………………………… 2.2 Gambaran Diri……………………………………………. 2.3 Ideal Diri…………………………………………………. 2.4 Harga Diri………………………………………………… 2.5 Peran……………………………………………………… 2.6 Identitas Diri……………………………………………...
38 39
40 41 42 43 44 45 46
47 48 49 50 51 53
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan …………………………………………………………. 2. Saran…………………………………………………………………
2.1 Pendidikan Keperawatan………………………………….. 2.2 Praktek Keperawatan………………………………………. 2.3 Penelitian Keperawatan……………………………………..
54 55 55 55 56
Tabel 3.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
DAFTAR TABEL
Defenisi operasional variabel penelitian……………………………….. Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Pasien…………... Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Pasien………………. Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Pasien Pada Komponen Gambaran Diri…………………………………………….. Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Pasien Pada Komponen Ideal Diri……………………………………………………. Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Pasien Pada Komponen Harga Diri…………………………………………………… Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Pasien Pada Komponen Peran ……………………………………………………….. Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Pasien Pada Komponen Identitas Diri……………………………………………….. Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Kanker Kolorektal Dengan Tindakan Kolostomi………………………………..
30 39 40
41
42
43
44
45
45
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian…………………………..…………..
29
Judul
Nama Mahasiswa NIM Jurusan Tahun
: Gambaran Konsep Diri Pasien Kanker Kolorektal Dengan Tindakan Kolostomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. : Patma Ahadani Harahap : 101101065 : Sarjana Keperawatan (S.Kep) : 2013/2014
Abstrak Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan pada pasien kanker kolorektal, salah satunya dengan pembedahan, contohnya tindakan kolostomi. Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feses. Pemasangan kolostomi dapat berdampak pada aspek-aspek kehidupan pasien salah satunya adalah aspek psikologis. Hal ini dapat menyebabkan perubahan konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi. Penelitian ini tergolong penelitian deskriftif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi di rumah sakit umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 responden di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik medan. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Pengambilan data dengan menggukan kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah univariat dalam bentuk tabel distribusi, frekuensi dan persentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien memiliki konsep diri yang positif (90%), dengan rincian gambaran diri yang positif (62.5%), ideal diri yang positif (82%), harga diri yang positif (97.5%), tetapi dengan peran yang negatif (65%), serta identitas diri yang positif (42.5%). Diharapkan dengan positifnya konsep diri pasien, pasien tetap mempertahankan keadaan psikologisnya dengan cara memberikan dukungan baik secara fisik maupun psikologis.
Kata kunci : Konsep diri, kanker kolorektal, kolostomi
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali, serta mengancam nyawa individu penderitanya (Baradero, 2008 dalam Hartati, 2008). Kanker adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti dan dipandang sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penyakit yang bisa menyebabkan kematian ini merupakan ancaman bagi kesejahteraan dan kesehatan manusia secara umum. WHO 2004 (dalam Hendri, 2013) menyebutkan, pada tahun 2004 angka kematian akibat kanker diperkirakan mencapai 7 juta orang, dua kali lebih banyak dari angka kematian yang disebabkan HIV/AIDS dan peningkatan jumlah penderita kanker setiap tahunnya hingga mencapai 6,25 juta orang dan dua pertiga berasal dari negara berkembang termasuk Indonesia. Meskipun belum ada data yang pasti tentang jumlah kasus kanker, tetapi dari berbagai laporan di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus, dari data Depkes didapati angka 1,8 per 100.000 penduduk (Depkes, 2006 dalam Rusga, 2012).
Kasus kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker yang sangat mematikan. Kanker kolorektal adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rectum, appendix (Soebachman, 2011). Meskipun demikian, kanker kolorektal dapat disembuhkan dengan metode operasi kolostomi. Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991 dalam Hidayat, 2010). Tindakan kolostomi dapat dilakukan kesemua individu tanpa batasan usia, dari bayi sampai usia lanjut. Namun pemasangan kolostomi ini harus disesuaikan dengan indikasi penyakit dan keadaan pasien.
Pasien dengan pemasangan kolostomi banyak dilema yang dirasakan, khususnya pada konsep dirinya. Hawari, (2004) dalam hartati, (2008) mengemukakan bahwa setiap organ tubuh mempunyai arti tersendiri (body image) bagi seseorang. Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa pasien yang mengalami kelainan pada usus dan rektumnya, merupakan pukulan mental bagi jiwanya karena menyebabkan ia harus melakukan tindakan pembedahan kolostomi. Oleh karena itu suatu tindakan operatif yang mengakibatkan hilangnya bagian tubuh atau fungsi organ tubuh, mempunyai nilai psikologik dan tidak dapat dihindarkan pula terjadi perubahan-perubahan pada konsep dirinya.
Menurut Stuart & Sundeen (1992 dalam Hartati, 2008) konsep diri merupakan semua ide, pikiran kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman objek, tujuan dan keinginannya. Konsep diri merupakan cara individu memandang dirinya secara utuh, fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.
Konsep diri dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan kematangan, budaya, sumber eksternal dan internal, pengalaman sukses dan gagal, stressor, usia, keadaan sakit serta trauma. Pembagian konsep diri terdiri dari gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri. Dengan konsep diri yang baik, maka seseorang akan memiliki keseimbangan dalam kehidupannya (Tarwoto& Wartonah, 2003).
Penderita kanker kolorektal pada umunnya akan memiliki gambaran diri yang pesimis sehingga individu tersebut akan kurang stabil, kurang realistis, dan kurang konsisten terhadap gambaran dirinya, sehingga akan memperlihatkan menurunnya kemampuan terhadap tindakan yang memacu sukses dalam kehidupan.
Jika dilihat dari sudut padang ideal dirinya, seperti yang dikemukakan Tarwoto & Wartonah, (2011), orang yang terdiagnosis kanker kolorektal akan melenceng dari berperilaku yang sesuai dengan standart pribadi, aspirasi, tujuan, ataupun penilaian personal tertentu, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa pasien kanker kolorektal tidak bertindak sesuai apa yang diinginkannya.
Menurut Alimul, (2006 dalam Hartati, 2008) harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun orang lain, penghargaan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai, dihormati, oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya. Pada pasien kanker kolorektal harga dirinya akan menurun disebabkan oleh individu akan merasa tidak dihargai, malu, serta individu akan merasa kehilangan kepercayaan akan dirinya.
Jika dilihat dari perannya, individu yang terkena kanker kolorektal akan memiliki peran yang negatif, dikarenakan menurut Tarwoto & Wartonah, (2011) peran adalah serangkaian pola perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk peran serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti. Sehingga pasien dengan diagnosis kanker kolorektal akan merasa bahwa dirinya tidak memiliki peran penting lagi dalam kehidupan sosialnya yang
dikarenakan oleh ketidakmampuannya terlibat terlalu sering dalam aksi sosial yang menyebabkan kekambuhan atau memperparah penyakit kanker tersebut.
Alimul, (2006) dalam Hartati (2008) mengemukakan bahwa identitas diri adalah penilaian tentang dirinya sebagai suatu kesatuan yang utuh. Identitas mencangkup konsistensi seseorang sepanjang waktu dalam berbagai keadaan serta menyiratkan perbedaan atau keunikan dibandingkan dengan orang lain. Sedangkan jika kita melihat dari identitas dirinya, maka orang yang terkena kanker kolorektal akan memiliki identitas diri yang negatif pula, karena individu hanya memihat dirinya dari segi ketidaksempurnaannya, serta menilai dirinya sendiri memiliki keadaan yang buruk dan berbeda dengan orang lain.
Tindakan kolostomi atau pemasangan stoma usus dipandang sebagai suatu beban stress yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Pada awalnya subjek penderita akan merasa tidak nyaman, malu, cemas dan masalah-masalah lainnya. Pada suatu penelitian mengemukakan bahwa kolostomi berpengaruh pada keterbatasan aktifitas sehari-hari dan pergaulan sosialnya (Gooszen, dkk, 2000 dalam Kangofunohibi, 2011). Pada subjek yang memakai kolostomi memiliki kesulitan untuk mempertahankan atau memulai hubungan sosialnya dengan masyarakat dikarenakan oleh kehilangan harga diri akibat bau busuk, tumpahan atau kebocoran feses yang encer dan ketidakmampuan mengatur defekasi. Faktorfaktor ini akan menyebabkan perubahan pada konsep diri pasien.
Keadaan yang telah dipaparkan diatas membuat peneliti tertarik untuk meneliti konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi.
2. Rumusan Masalah Bagaimana konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan Kolostomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
3. Tujuan penelitian 3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi. 3.2.Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi gambaran diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi. b. Untuk mengidentifikasi ideal diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi c. Untuk mengidentifikasi harga diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi.
d. Untuk mengidentifikasi peran pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi. e. Untuk mengidentifikasi identitas diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan
kolostomi.
4. Manfaat Penelitiaan 4.1 Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan tambahan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai konsep diri pada penderita kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi. 4.2 Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan tambahan pengetahuan bagi perawat dalam memahami kondisi pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi sehingga dapat memberikan motivasi kepada penderita kanker kolorektal untuk dapat meningkatkan konsep dirinya yang positif 4.3 Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsep diri pada pasien dengan tindakan pembedahan lainnya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini akan diuraikan tentang konsep-konsep yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu : Konsep diri, konsep kanker kolorektal, konsep kolostomi serta konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi.
1. Konsep Diri 1.1 Pengertian konsep diri
Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan denga realitas dunia (Stuart & Sundeen, 1998).
Menurut Potter, (2005) konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber stress atau konflik. Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep diri.
1.2 Komponen Konsep Diri 1.2.1 Gambaran Diri (body image)
Gambaran diri adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan masa sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 1998).
Menurut Keliat (1992 dalam handayani, 2008) Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima reaksi dari tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan. Gambaran diri (body image) berhubungan erat dengan kepribadian. Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya, pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa cemas dan meningkatkan harga diri.
1.2.2 Ideal Diri Menurut Stuart & Sundeen, (1998) ideal diri adalah persepsi individu tentang
bagaimana ia seharusnya berprilaku sesuai standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.
Suliswati, (2005 dalam Handayani, 2008) menagatakan bahwa ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standart pribadi. Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri .
1.2.3 Harga Diri Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga ( Stuart & Sundeen, 1998).
Menurut Alimul, (2006) harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasan diterima, dicintai, dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya.
1.2.4 Peran Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana sesorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih individu.
Menurut Stuart & Sundeen, (1998) penyesuaian individu terhadap perannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Kejelasan perilaku yang sesuai dengan peran serta pengetahuan yang spesifik
tentang peran yang diharapkan. b. Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan perannya. c. Kejelasan budaya dan harapannya terhadap perilaku perannya. d. Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidakselarasan.
1.2.5 Identitas Diri Identitas diri adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan individu. Pembentukan identitas dimulai dari masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja ( Stuart & Sundeen, 1998).
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Menurut Suliswati, (2005 dalam Tarwoto & Wartonah, 2011) identitas diri merupakan sintesis dari semua konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut/jabatan dan peran.
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep diri Menurut Stuart & Sundeen, (1991 dalam Handayani, 2008) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi konsep diri, yaitu:
1. Teori Perkembangan Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir
seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata. 2. Significant Other (orang yang terpenting atau terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interpretasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosial. 3. Self Perception (persepsi diri sendiri)
Self perception adalah persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk
melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif dan dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut Tarwoto & Wartonah, (2011) yaitu: a) Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya. b) Budaya
Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya dan lingkungannya. Orangtua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan fisik dan lingkungan psikososial. Lingkungan fisik adalah segala sarana yang dapat menunjang perkembangan konsep diri, sedangkan lingkungan psikososial adalah segala lingkungan yang dapat menunjang kenyamanan dan perbaikan psikologis yang dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri. c) Sumber eksternal dan internal
Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep dirinya. Pada sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat. d) Pengalaman sukses dan gagal
Adanya kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian juga sebaliknya. e) Stresor
Stresor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri dan kecemasan. f) Usia, keadaan sakit dan trauma
Usia tua,keadaan sakit serta adanya trauma akan mempengaruhi persepsi dirinya.
1.4 Kriteria Kepribadian sehat Kriteria kepribadian yang sehat menurut Tarwoto & Wartonah, (2011) yakni:
a. Citra tubuh yang positif dan akurat Kesadaran akan diri berdasarkan atas obsevasi mandiri dan perhatian yang sesuai
akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu. b. Ideal dan realitas
Individu mempunyai ideal diri yang realistis dan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai. c. Konsep diri yang positif
Konsep diri yang positif menujukkan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya. d. Harga diri tinggi
Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan apa yang dia inginkan. e. Kepuasan penampilan peran
Individu mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain, secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen. f. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya dan member arah kehidupan dalam mencapai tujuan.
Menurut Stuart & Sundeen, (1998) individu dengan kepribadian sehat akan mengalami hal- hal berikut, yaitu citra tubuh yang positif dan sesuai, ideal diri yang realistik, konsep diri yang positif, harga diri yang tinggi, penampilan peran yang memuaskan dan rasa identitas yang jelas.
1.5 Karakteristik konsep diri yang rendah Menurut (Carpenito, 1995 dalam Taylor) yang dikutip oleh Tarwoto & Wartonah,
(2011) ada beberapa karakterisktik konsep diri rendah yaitu: Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu; Tidak mau berkaca; Menghindari diskusi tentang topik dirinya; Menolak usaha rehabilitas; Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat; Mengingkari perubahan pada dirinya; Tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan, menangis; Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan alcohol; Menghindari kontak; Kurang bertanggung jawab.
2. Kanker Kolorektal 2.1 Pengertian Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rectum, appendix (Soebachman, 2011). Kanker kolorektal adalah jenis kanker yang paling sering terjadi dan merupakan kanker penyebab kematian nomor 2, angka kejadian kanker kolorektal biasanya mulai umur 40 tahun, dan puncaknya pada umur 60-75 tahun.
Kanker kolorektal adalah suatu keganasan yang terjadi di usus besar dan rektum. Dari data didapatkan 50 persen penderita kanker kolorektal meninggal dikarenakan penyakit ini. Hal ini disebabkan karena pada stadium awal seringkali tidak menunjukkan gejala, sehingga pasien baru datang setelah ada gejala yang biasanya sudah pada stadium akhir, yang menyebabkan penanganan kuratif sudah tidak dapat dilakukan lagi.
Kanker kolorektal merupakan beban kesehatan utama di seluruh dunia. Kejadian dan kematian dari kanker kolorektal mengalami penurunan lambat selama 20 tahun di Amerika Serikat. Namun, kanker kolorektal tetap penyebab ketiga kanker yang berhubungan dengan kematian pada tahun 2008 (ACS, 2009 dalam Lie, 2010).
Sekarang ini kanker kolorektal telah menjadi salah satu dari kanker yang banyak terjadi di Indonesia, data yang dikumpulkan dari 13 pusat kanker menunjukkan bahwa kanker kolorektal merupakan salah satu dari lima kanker yang paling sering terdapat pada pria maupun wanita (Soeripto, 2003)
2.2 Penyebab Kanker Koloretal Penyebab pasti kanker ini masih belum diketahui, tetapi beberapa kondisi yang
dikenal sebagai sindrom poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi resiko kanker kolorektal (Dragovich, 2009 dalam Muttaqin, 2011).
Menurut Soebachman, (2011) hingga saat ini belum diketahui dengan pasti apa penyebab kanker kolon. Meskipun belum diketahui secara pasti, ada hal-hal yang diduga kuat merupakan faktor resiko yang menyebabkan seseorang rentan terhadap serangan kanker kolorektal. Diantaranya: (a) Usia, resiko kanker kolorektal meningkat dengan bertambahnya usia. Kebanyakan kasus terjadi pada orang yang berusia 60-70 tahun; (b) Adanya polip pada kolon, khusus polip jenis adenomasota. Jika polip ini langsung dihilangkan pada saat ditemukan, tindakan penghilangan tersebut akan bisa mengurangi resiko terjadinya kanker kolon; (c) Riwayat kanker, seseorang yang pernah mengidap kanker ovarium, kanker uterus, dan kanker payudara memiliki resiko lebih besar terkena kanker kolorektal: (d) Faktor
keturunan/genetika, seseorang yang mempunyai riwayat keluarga kanker kolon,memiliki resiko tinggi mengidap kanker; (e) Makanan, dalam hal ini makanan memegang peranan penting dalam resiko kanker kolorektal. Pada umumnya terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi rendah serat dan tinggi protein hewani, lemak dan karbohidrat.
Faktor lain yang beresiko tinggi untuk mengembangkan kanker kolon, meliputi halhal berikut : (a) Kolisitis Ulseratif atau penyakit Crohn (Glick, 2000); (b) Kanker payudara, rahim, atau ovarium sekarang atau di masa lalu (Agrawal, 2008); (c) Obesitas telah diidentifikasi sebagai faktor resiko kanker usus besar (Gittens, 2009); (d) Merokok telah jelas dikaitkan dengan resiko yang lebih tinggi untuk kanker usus besar.
2.3 Gejala Klinis Kanker Kolorektal Manifestasi klinis meliputi perubahan-perubahan kebiasaan usus besar, perubahan
bentuk tinja, lemah, pendarahan pada rektum, mual, muntah maupun tanda dan gejala-gejala penyumbatan usus besar. Nyeri menjadi gejala akhir (Keperawatan Medikal Bedah Edisi1).
Menurut Soebachman, (2011) gejala awal kanker kolorektal biasanya tidak jelas. Misalnya berat badan menurun (sebagai gejala umum keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran yang signifikan di usus besar. Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejala yang muncul akan semakin banyak. Dalam hal ini gejala kanker kolorektal dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran (metastasis). Berikut adalah penjelasannya : 1. Gejala Lokal
Gejala lokal ini antara lain berupa: (a) Perubahan kebiasaan buang air; (b) Perubahan frekuensi buang air. Bisa berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare), ada sensasi seperti belum selesai buang air (masih ingin tetapi sudah tidak bisa keluar), dan ada perubahan diameter/ukuran feses. Keduanya adalah cirri khas kanker kolon; (c) Perubahan wujud fisik feses, yakni feses bercampur darah, feses bercampur lendir, feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya perdarahan disaluran cerna bagian atas; (d) Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar. Hal ini terjadi akibat sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor; (e) Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita. 2. Gejala Umum
Gejala umum antara lain: (a) Berat badan turun tanpa sebab yang jelas; (b) Hilangnya nafsu makan; (c) Anemia; (d) Sering merasa lelah; (e) Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang. 3. Gejala Metastatis
Jika kanker kolorektal menyebar ke hati, maka gejala yang timbul antara lain: (a) Kondisi tubuh penderita tampak kuning; (b) Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, disekitar lokasi hati; (c) Pembesaran hati, biasanya akan tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter.
2.4 Tahapan Perkembangan Kanker Kolorektal Menurut Soebachman, (2011) keganasan pertumbuhan sel kanker kolorektal bergerak
secara perlahan. Waktu yang diperlukan untuk berkembang hingga menampakkan gejalagejala yang jelas adalah sekitar 15-20 tahun. Tahap-tahap perkembangan kanker kolon adalah Stadium 0 adalah tahap ditemukannya sel-sel kanker, tetapi hanya pada lapisan terdalam kolon atau rectum. Stadium I : Merupakan tahapan ketika sel kanker telah mulai tumbuh di dinding dalam kolon dan rectum, tetapi belum tembus keluar. Pada stadium II kanker mulai menyerang jaringan sekitarnya, tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening. Stadium III :adalah tahap ketika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tetapi belum menyebar kebagian tubuh yang lain. Sedangkan pada stadium IV Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau paru-paru.
2.5 Pencegahan Kanker Kolorektal. Ada banyak cara untuk mencegah munculnya kanker kolorektal. Diet yang
mengandung rendah lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan. Mengurangi konsumsi makanan yang diasap, dibakar, dan diawetkan. Lakukan deteksi dini dengan tes darah samar sejak usia 40 tahun. Untuk yang berusia di atas 50 tahun sebaiknya melakukan skrining kanker usus melalui teropong usus (kolonoskopi) sebagai bagian dari periodic check up.
Mengkonsumsi makanan berserat tinggi, rendah lemak dapat membantu mencegah kanker usus besar. Study menunjukkan bahwa melakukan olahraga dan diet kaya buahbuahan serta sayuran dapat membantu mencegah kanker usus besar (PurtierPlacenta, 2012)
2.6 Pengobatan Kanker Kolorektal Tingkat kesembuhan kanker kolorektal stadium dini (belum menembus usus besar)
dalam waktu 5 tahun adalah sebesar 90%. Tetapi jika sudah berada pada stadium lanjut maka tingkat kesembuhan dalam waktu 5 tahun sebesar 10%. Pilihan pengobatan yang bisa dilakukan untuk menangani kanker kolorektal akan sangat tergantung pada stadium, posisi, dan ukuran serta penyebarannya (Soebachman, 2011).
Ada beberapa pilihan dalam pengobatan kanker kolorektal biasanya meliputi : a. Sistemik Kemoterapi
5-fluorourasil tetap menjadi rejimen kemoterapi pilihan untuk kanker kolon baik dalam pengaturan ajuvan dan metastasis. Dalam 10 tahun terakhir, kombinasi regimen tersebut memberikan tingkat kemanjuran dan meningkatkan perkembangan masa hidup pada pasien dengan metastasis kanker kolon. Selain 5-fluorourasil, fluoropyrimidines seperti capecitabine (xeloda) dan tegafur digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan oxaliplatin (Eloxatin) dan irinotecan. Beberapa rejimen kombinasi standart menggunakan infus terus berkepanjangan yang mengandung fluorourasil atau capecitabine. Ketersediaan kelas baru obat-obatan dan produk biologis aktif untuk kanker kolon diharapkan dapat menambah kelangsungan hidup untuk pasien dengan penyakit metastatis dari 12 bulan pada 2 dekade yang lalu menjadi sekitar 22 bulan saat ini (Kim, 2009 dalam Muttaqin, 2011). b. Ajuvan (Pascaoperasi) Kemoterapi
Terapi standar kanker kolorektal stadium II akhir dan stadium III diberikan kombinasi fluorourasil dan levamisole seperti dalam bentuk leucovorin. Pendekatan ini telah diuji di beberapa uji acak yang besar dan telah terbukti mengurangi individu 5 tahun resiko kanker kambuh dan kematian sekitar 30% (Arkenau, 2008 dalam Muttaqin, 2011).
Meskipun informasi tentang hasil terapi ajuvan dalam tahap II dan III kanker kolon terbatas, suatu kumpulan data dikumpulkan oleh ajuvan Colon Cancer group endpoint dengan fluorourasil berbasis terapi ajuvan baru-baru ini dianalisis. Para penulis menyimpulkan bahwa kemoterapi ajuvan penyakit signifikan memberikan manfaat kelangsungan hidup karena mengurangi tingkat kekambuhan terutama dalam 2 tahun pertama terapi ajuvan, tetapi dengan beberapa keuntungan di tahun 3-4 (Sargent, 2009 dalam Mutaqqin, 2011). c. Agen Biologis
Bevacizumab (Avastin) adalah obat angiogenesis pertama yang akan disetujui dalam praktek klinis dan indikasi pertama adalah untuk kanker kolorektal metastatik. Obat ini
merupakan antibody monoklonal pada faktor pertumbuhan endotel vascular (VEGF) dengan menunjukkan perkembangan membaik dan kelangsungan hidup secara keseluruhan ketika bevacizumab ini ditambahkan ke kemoterapi (IFL,fluorourasil ditambah irinotecan). Sebuah analisis kobort dari pasien yang lebih tua (umur 65 tahun atau lebih) dari 2 uji klinis acak memeriksa bevacizumab ditambah manfaat fluorourasil berbasis kemoterapi pengobatan kanker kolorektal metastatic. Studi menyimpulkan bahwa penambahan bevacizumab untuk kemoterapi fluorourasil secara keseluruhan memberikan perbaikan dan kemajuan masa hidup pada pasien tanpa peningkatan resiko pengobatan pada kelompok usia yang lebih tua (Kabbinavar, 2009 dalam Muttaqin, 2011). d. Terapi Radiasi
Sampai saat ini radiasi tetap merupakan modalitas standar untuk pasien dengan kanker rectal, peran terapi kanker kolon masih terbatas. Terapi ini tidak memiliki peran dalam pengaturan ajuvan atau dalam pengaturan metastatis. Terapi ini terbatas pada terapi paliatif, Untuk metastatis dipilih sisi lain seperti tulang metastatis. Lebih baru dan lebih selektif secara pemberian terapi radiasi seperti stereotatic radioterai (CyberKnife) (Dragovich, 2009 dalam Muttaqin, 2011). e. Terapi bedah
Pembedahan biasanya merupakan pengobatan utama untuk kanker usus stadium awal. Biasanya bagian usus yang terkena kanker akan diangkat, kemudian disambungkan kembali dengan bagian usus yang tersisa.
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993 dalam Haq 2011) : a. Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik) b. Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan
porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal) c. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis
lanjut dari kolostomi d. Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat
direseksi)
3. Kolostomi 3.1 Pengertian Kolostomi
Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara kolon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya (Ilmu bedah, Thiodorer Schrock, 1983 dalam Silahoi, 2012). Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feses (Evelyn, 1991, Pearce, 1993 dalam silahoi, 2012). Kolostomi merupakan pengalihan isi kolon, yang dapat permanen atau sementara. Kolostomi asenden, transversum dan sigmoid dapat dilakukan. Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor (Harahap, 2006 dalam Slideshare,2012
3.2 Jenis-jenis Kolostomi Menurut Perry dan Potter, (2005) terdapat tiga jenis konstruksi kolostomi, yaitu:
1. Loop Colostomy Loop colostomy (colostomy lengkung) biasanya dilakukan dalam keadaan darurat
saat petugas kesehatan mengantisipasi penutupan kolostomi. 2. End Colostomy
End colostomy (kolostomi ujung) terdiri atas satu stoma yang dibentuk dari ujung proksimal usus, dengan bagian distal sistem pencernaan diangkat atau dijahit, dan dibiarkan pada ruang abdomen. Untuk beberapa klien kolostomi ujung dilakukan sebagai terapi pembedahan pada kanker kolorektal. 3. Double-Barrel Colostomy
Kolostomi double-barrel terdiri atas dua stoma yang berbeda, yaitu ujung proksimal untuk membentuk stoma fungsional dan ujung distal untuk membentuk stoma yang tidak fungsional.
Menurut Suriadi, (2006 dalam Slideshare, 2012) jenis kolostomi berdasarkan lokasinya, yaitu: (a) Transversokolostomi merupakan kolostomi dikolon transversum; (b) Sigmoidostomi merupakan kolostomi di digmoid; (c) Kolostomi desenden yaitu kolostomi di kolon desenden; (d) Kolostomi asenden yaitu kolostomi di kolon asenden.
3.3 Indikasi Kolostomi Tindakan pembedahan kolostomi dapat di indikasikan pada penyakit usus yang ganas
seperti carcinoma pada usus,kondisi inveksi tertentu pada kolon, trauma kolon, diversi pada anus malformasi, diversi pada penyakit hirschprung dan diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid dan anal.
3.4 Komplikasi Kolostomi Insiden komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih tinggi dibanding
pasien ileostomi. Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma, perforasi, retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomotik dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah. Kebocoran dari anastomotik menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu serta tanda syok. Perbaikan pembedahan diperlukan (Brunner dan Suddarth, 2000 dalam Slideshare, 2012).
4. Konsep Diri Pasien Kanker Kolorektal dengan Tindakan Kolostomi Individu kanker kolorektal pada umumnya memiliki konsep diri negative, yang
disebabkan kanker kolorektal merupakan kanker penyebab kematian nomor dua pada pria dan nomor tiga pada wanita (WHO, 2006). Kanker kolorektal ini menyebabkan penderitanya harus melakukan tindakan pengobatan ataupun pembedahan, salah satunya dengan tindakan kolostomi. Tindakan kolostomi atau pemasangan stoma ususdapat berdampak pada aspekaspek kehidupan dari pasien salah satunya adalah aspek psikologis. Aspek psikologis ini mengacu pada aspek positif, spiritual, berpikir, belajar, memori dan konsentrasi, gambaran diri dan penampilan, harga diri dan efek negatif. Sebuah ostomi dapat menimbulkan perubahan citra tubuh yang serius terutama jika ostomi tersebut bersifat permanen. Pemasangan stoma usus dipandang sebagai suatu beban stress yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dengan berbagai dimensinya. Pada awalnya subjek penderita merasa tidak nyaman, malu, nyeri, cemas, dan masalah-masalah lainnya. Pada suatu penelitian mengemukakan bahwa stoma berpengaruh pada keterbatasan melakukan aktifitas sehari-hari dan pergaulan sosial (Gooszen,dkk, 2000 dalam Kangofunohibi, 2011). Pada subjek yang memakai ostomi memiliki kesulitan untuk mempertahankan atau memulai hubungan sosial dengan masyarakat dikarenakan oleh kehilangan harga dirinya akibat bau busuk, tumpahan atau kebocoran feses yang encer,
HAJI ADAM MALIK MEDAN
SKRIPSI
Oleh Patma Ahadani Harahap
101101065
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
Judul
Nama Mahasiswa NIM Jurusan Tahun
: Gambaran Konsep Diri Pasien Kanker Kolorektal Dengan Tindakan Kolostomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. : Patma Ahadani Harahap : 101101065 : Sarjana Keperawatan (S.Kep) : 2013/2014
Abstrak Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan pada pasien kanker kolorektal, salah satunya dengan pembedahan, contohnya tindakan kolostomi. Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feses. Pemasangan kolostomi dapat berdampak pada aspek-aspek kehidupan pasien salah satunya adalah aspek psikologis. Hal ini dapat menyebabkan perubahan konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi. Penelitian ini tergolong penelitian deskriftif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi di rumah sakit umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 responden di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik medan. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Pengambilan data dengan menggukan kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah univariat dalam bentuk tabel distribusi, frekuensi dan persentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien memiliki konsep diri yang positif (90%), dengan rincian gambaran diri yang positif (62.5%), ideal diri yang positif (82%), harga diri yang positif (97.5%), tetapi dengan peran yang negatif (65%), serta identitas diri yang positif (42.5%). Diharapkan dengan positifnya konsep diri pasien, pasien tetap mempertahankan keadaan psikologisnya dengan cara memberikan dukungan baik secara fisik maupun psikologis.
Kata kunci : Konsep diri, kanker kolorektal, kolostomi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan tiada henti kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, ALLAH SWT. Berkat rahmat, hidayah, serta karunianya, penulis dapat memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan masa perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, serta dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Konsep Diri Pasien Kanker Kolorektal Dengan Tindakan Kolostomi Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”. Tidak lupa shalawat dan salam penulis ucapkan kepada jujungan besar Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi ini merupakan sebuah karya ilmiah yang menjadi tugas akhir, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh penulis dalam prosesnya. Adanya keterbatasan dalam konteks pengetahuan, pengalaman, dan materi penulisan merupakan indikator yang menyebabkan permasalahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun, berkat rahmat dan hidayah ALLAH SWT, serta kontribusi yang diberikan oleh berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan walau tidak sempurna.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dan memberikan kontribusi, baik berupa bantuan, motivasi, saran, kritikan, serta dukungan dan Doa, didalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, yaitu kepada:
1. Bapak Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara,
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I, ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan II, dan bapak Ikhsanudin A. Harahap, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Asrizal S.Kep,Ns,RN,WOC(ET)N,CHt,N selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya ditengah-tengah aktifitas dan kesibukan beliau, untuk membimbing dan memberi masukan berupa saran dan kritik yang membangun konsep pemikiran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak untuk kesabaran, dan pengertian bapak.
4. Ibu Yesi Ariani, S.Kep,Ns. M.Kep selaku dosen penguji I dan Ibu Wardiah Daulay, S.Kep,Ns, M.Kep selaku dosen penguji II. Terima kasih atas kesediaan waktu, kesabaran, motivasi, kritik maupun saran yang ibu berikan.
5. Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep sebagai dosen pembimbing akademik penulis. Terima kasih untuk kesabaran, motivasi, kritik maupun saran yang ibu berikan dalam membimbing penulis selama masa perkuliahan.
6. Teristimewa kepada orang tua penulis tercinta yang dengan penuh cinta kasih dan perjuangan mulai dari melahirkan, merawat, membesarkan, mendidik, mendukung, serta selalu berupaya memenuhi kebutuhan penulis. Semoga apa yang penulis berikan ini dapat menjadi salah satu kebanggaan bagi orang tua Penulis. Ibunda Dra. Rida Gustini Nasution dan Ayahanda Muhammad Ali Harahap S.Sos. Seluruh hidup ini tidak akan cukup untuk dapat membalas semua kasih sayang, pengorbanan, dan doa tulus umak-ayah. Besar harapan Patma untuk dapat membahagiakan umak-ayah. Semoga dapat dikabulkan oleh ALLAH SWT, Aamiin.
7. Kedua adik-adik penulis tersayang, Riski Maulida Harahap dan Indra Soripada Harahap, terima kasih untuk doa dan dukungannya, semoga kita dapat membanggakan dan membahagiakan orang tua kita. M. Yudi Pramudiharja S.Sos terima kasih untuk semua ketulusan berupa doa, dukungan, dan motivasi tiada henti yang Pram berikan, sehingga dapat membakar semangat penulis untuk menjadi lebih baik.
8. Ibu Rosina Tarigan S.Kp, M.Kep. Sp.KMB yang telah bersedia melakukan uji validitas.
9. Kepada Direktur RSUPH Adam Malik Medan beserta staf-stafnya yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian.
10. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan materi kuliah selama penulis menjalankan studi di Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara.
11. Pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, yang telah bersedia menjadi responden pada penelitian penulis.
12. Teman-teman seperjuangan penulis mahasiswa-mahasiswi Fkep 2010, kebersamaan itu akan menjadi kenangan yang manis.
13. Dan semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk dukungannya.
Pada akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih penuh dengan kekurangan dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Dengan kerendahan hati penulis selalu mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga penulis dapat menambah pengetahuan dalam
membuaat karya ilmiah yang lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengucapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Medan, Juli 2014 Penulis,
Patma Ahadani Harahap
DAFTAR ISI Halaman
Lembar Persetujuan…………………………………………………………………... Abstrak……………………………………………………………………………….. Prakata ……………………………………………………………………………….. Daftar Isi………..…………………………………………………………………….. Daftar Tabel…………………………………………………………………………… Daftar Skema………………………………………………………………………….
i ii iii vii ix x
BAB I
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang……………………………………………………. 2. Rumusan Masalah………………………………………………… 3. Tujuan Penelitian………………………………………………….
3.1 Tujuan Umum…………………………………………... 3.2 Tujuan Khusus………………………………………….. 4. Manfaat Penelitian………………………………………………… 4.1 Pendidikan Keperawatan………………………………... 4.2 Praktek Keperawatan……………………………………. 4.3 Penelitian Keperawatan………………………………….
1 5 5 5 5 6 6 6 6
BAB II BAB III
TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Diri………………………………………………………...
1.1 Pengertian Konsep Diri………………………………….. 1.2 Komponen Konsep Diri…………………………………..
1.2.1 Gambaran Diri…………………………………. 1.2.2 Ideal Diri……………………………………….. 1.2.3 Harga Diri………………………………………. 1.2.4 Peran Diri………………………………………. 1.2.5 Identitas Diri……………………………………. 1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri………… 1.4 Kriteria Kepribadian Sehat………………………………… 1.5 Karakteristik Konsep Diri Yang Rendah………………….. 2. Kanker Kolorektal………………………………………………….... 2.1 Pengertian Kanker Kolorektal……………………………... 2.2 Penyebab Kanker Kolorektal………………………………. 2.3 Gejala Klinis Kanker Kolorektal…………………………… 2.4 Tahapan Perkembangan Kanker Kolorektal……………….. 2.5 Pencegahan Kanker Kolorektal…………………………….. 2.6 Pengobatan Kanker Kolorektal…………………………….. 3. Kolostomi…………………………………………………………….. 3.1 Pengertian Kolostomi………………………………………. 3.2 Jenis-Jenis Kolostomi………………………………………. 3.3 Indikasi Kolostomi…………………………………………. 3.4 Komplikasi Kolostomi……………………………………… 4. Konsep Diri Kanker Kolorektal Dengan Tindakan Kolostomi………. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian………………………………………............... 2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian……………………............
7 7 8 8 8 9 9 10 11 13 14 15 15 16 17 18 19 20 23 23 24 25 25 25
28 30
BAB IV BAB V BAB VI
METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian…………………………………………………….. 2. Lokasi Dan Waktu Penelitian……………………………………….. 3. Populasi Dan Sampel Penelitian……………………………………...
3.1 Populasi Penelitian…………………………………………. 3.2 Sampel Penelitian…………………………………………... 3.3 Teknik Sampling…………………………………………… 4. Pertimbangan Etik…………………………………………………… 5. Instrumen Penelitian…………………………………………………. 6. Uji Validitas Dan Reabilitas…………………………………………. 6.1 Uji Validitas………………………………………………... 6.2 Uji Reabilitas……………………………………………….. 7. Rencana Pengumpulan Data…………………………………………. 8. Analisa Data…………………………………………………………..
31 31 32 32 32 32 33 33 35 35 36 36 37
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian………………………………………………………
1.1 Karakteristik Responden………………………………….. 1.2 Deskripsi Konsep Diri Pasien Kolorektal Dengan
Tindakan Kolostomi………………………………………. 1.2.1 Gambaran Diri………………………………….. 1.2.2 Ideal Diri………………………………………... 1.2.3 Harga Diri……………………………………….. 1.2.4 Peran…………………………………………….. 1.2.5 Identitas Diri…………………………………….
2. Pembahasan…………………………………………………………. 2.1 Konsep Diri Kanker Kolorektal Dengan Tindakan Kolostomi……………………………………… 2.2 Gambaran Diri……………………………………………. 2.3 Ideal Diri…………………………………………………. 2.4 Harga Diri………………………………………………… 2.5 Peran……………………………………………………… 2.6 Identitas Diri……………………………………………...
38 39
40 41 42 43 44 45 46
47 48 49 50 51 53
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan …………………………………………………………. 2. Saran…………………………………………………………………
2.1 Pendidikan Keperawatan………………………………….. 2.2 Praktek Keperawatan………………………………………. 2.3 Penelitian Keperawatan……………………………………..
54 55 55 55 56
Tabel 3.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
DAFTAR TABEL
Defenisi operasional variabel penelitian……………………………….. Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Pasien…………... Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Pasien………………. Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Pasien Pada Komponen Gambaran Diri…………………………………………….. Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Pasien Pada Komponen Ideal Diri……………………………………………………. Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Pasien Pada Komponen Harga Diri…………………………………………………… Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Pasien Pada Komponen Peran ……………………………………………………….. Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Pasien Pada Komponen Identitas Diri……………………………………………….. Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Kanker Kolorektal Dengan Tindakan Kolostomi………………………………..
30 39 40
41
42
43
44
45
45
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian…………………………..…………..
29
Judul
Nama Mahasiswa NIM Jurusan Tahun
: Gambaran Konsep Diri Pasien Kanker Kolorektal Dengan Tindakan Kolostomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. : Patma Ahadani Harahap : 101101065 : Sarjana Keperawatan (S.Kep) : 2013/2014
Abstrak Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan pada pasien kanker kolorektal, salah satunya dengan pembedahan, contohnya tindakan kolostomi. Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feses. Pemasangan kolostomi dapat berdampak pada aspek-aspek kehidupan pasien salah satunya adalah aspek psikologis. Hal ini dapat menyebabkan perubahan konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi. Penelitian ini tergolong penelitian deskriftif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi di rumah sakit umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 responden di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik medan. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Pengambilan data dengan menggukan kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah univariat dalam bentuk tabel distribusi, frekuensi dan persentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien memiliki konsep diri yang positif (90%), dengan rincian gambaran diri yang positif (62.5%), ideal diri yang positif (82%), harga diri yang positif (97.5%), tetapi dengan peran yang negatif (65%), serta identitas diri yang positif (42.5%). Diharapkan dengan positifnya konsep diri pasien, pasien tetap mempertahankan keadaan psikologisnya dengan cara memberikan dukungan baik secara fisik maupun psikologis.
Kata kunci : Konsep diri, kanker kolorektal, kolostomi
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali, serta mengancam nyawa individu penderitanya (Baradero, 2008 dalam Hartati, 2008). Kanker adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti dan dipandang sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penyakit yang bisa menyebabkan kematian ini merupakan ancaman bagi kesejahteraan dan kesehatan manusia secara umum. WHO 2004 (dalam Hendri, 2013) menyebutkan, pada tahun 2004 angka kematian akibat kanker diperkirakan mencapai 7 juta orang, dua kali lebih banyak dari angka kematian yang disebabkan HIV/AIDS dan peningkatan jumlah penderita kanker setiap tahunnya hingga mencapai 6,25 juta orang dan dua pertiga berasal dari negara berkembang termasuk Indonesia. Meskipun belum ada data yang pasti tentang jumlah kasus kanker, tetapi dari berbagai laporan di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus, dari data Depkes didapati angka 1,8 per 100.000 penduduk (Depkes, 2006 dalam Rusga, 2012).
Kasus kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker yang sangat mematikan. Kanker kolorektal adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rectum, appendix (Soebachman, 2011). Meskipun demikian, kanker kolorektal dapat disembuhkan dengan metode operasi kolostomi. Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991 dalam Hidayat, 2010). Tindakan kolostomi dapat dilakukan kesemua individu tanpa batasan usia, dari bayi sampai usia lanjut. Namun pemasangan kolostomi ini harus disesuaikan dengan indikasi penyakit dan keadaan pasien.
Pasien dengan pemasangan kolostomi banyak dilema yang dirasakan, khususnya pada konsep dirinya. Hawari, (2004) dalam hartati, (2008) mengemukakan bahwa setiap organ tubuh mempunyai arti tersendiri (body image) bagi seseorang. Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa pasien yang mengalami kelainan pada usus dan rektumnya, merupakan pukulan mental bagi jiwanya karena menyebabkan ia harus melakukan tindakan pembedahan kolostomi. Oleh karena itu suatu tindakan operatif yang mengakibatkan hilangnya bagian tubuh atau fungsi organ tubuh, mempunyai nilai psikologik dan tidak dapat dihindarkan pula terjadi perubahan-perubahan pada konsep dirinya.
Menurut Stuart & Sundeen (1992 dalam Hartati, 2008) konsep diri merupakan semua ide, pikiran kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman objek, tujuan dan keinginannya. Konsep diri merupakan cara individu memandang dirinya secara utuh, fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.
Konsep diri dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan kematangan, budaya, sumber eksternal dan internal, pengalaman sukses dan gagal, stressor, usia, keadaan sakit serta trauma. Pembagian konsep diri terdiri dari gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri. Dengan konsep diri yang baik, maka seseorang akan memiliki keseimbangan dalam kehidupannya (Tarwoto& Wartonah, 2003).
Penderita kanker kolorektal pada umunnya akan memiliki gambaran diri yang pesimis sehingga individu tersebut akan kurang stabil, kurang realistis, dan kurang konsisten terhadap gambaran dirinya, sehingga akan memperlihatkan menurunnya kemampuan terhadap tindakan yang memacu sukses dalam kehidupan.
Jika dilihat dari sudut padang ideal dirinya, seperti yang dikemukakan Tarwoto & Wartonah, (2011), orang yang terdiagnosis kanker kolorektal akan melenceng dari berperilaku yang sesuai dengan standart pribadi, aspirasi, tujuan, ataupun penilaian personal tertentu, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa pasien kanker kolorektal tidak bertindak sesuai apa yang diinginkannya.
Menurut Alimul, (2006 dalam Hartati, 2008) harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun orang lain, penghargaan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai, dihormati, oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya. Pada pasien kanker kolorektal harga dirinya akan menurun disebabkan oleh individu akan merasa tidak dihargai, malu, serta individu akan merasa kehilangan kepercayaan akan dirinya.
Jika dilihat dari perannya, individu yang terkena kanker kolorektal akan memiliki peran yang negatif, dikarenakan menurut Tarwoto & Wartonah, (2011) peran adalah serangkaian pola perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk peran serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti. Sehingga pasien dengan diagnosis kanker kolorektal akan merasa bahwa dirinya tidak memiliki peran penting lagi dalam kehidupan sosialnya yang
dikarenakan oleh ketidakmampuannya terlibat terlalu sering dalam aksi sosial yang menyebabkan kekambuhan atau memperparah penyakit kanker tersebut.
Alimul, (2006) dalam Hartati (2008) mengemukakan bahwa identitas diri adalah penilaian tentang dirinya sebagai suatu kesatuan yang utuh. Identitas mencangkup konsistensi seseorang sepanjang waktu dalam berbagai keadaan serta menyiratkan perbedaan atau keunikan dibandingkan dengan orang lain. Sedangkan jika kita melihat dari identitas dirinya, maka orang yang terkena kanker kolorektal akan memiliki identitas diri yang negatif pula, karena individu hanya memihat dirinya dari segi ketidaksempurnaannya, serta menilai dirinya sendiri memiliki keadaan yang buruk dan berbeda dengan orang lain.
Tindakan kolostomi atau pemasangan stoma usus dipandang sebagai suatu beban stress yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Pada awalnya subjek penderita akan merasa tidak nyaman, malu, cemas dan masalah-masalah lainnya. Pada suatu penelitian mengemukakan bahwa kolostomi berpengaruh pada keterbatasan aktifitas sehari-hari dan pergaulan sosialnya (Gooszen, dkk, 2000 dalam Kangofunohibi, 2011). Pada subjek yang memakai kolostomi memiliki kesulitan untuk mempertahankan atau memulai hubungan sosialnya dengan masyarakat dikarenakan oleh kehilangan harga diri akibat bau busuk, tumpahan atau kebocoran feses yang encer dan ketidakmampuan mengatur defekasi. Faktorfaktor ini akan menyebabkan perubahan pada konsep diri pasien.
Keadaan yang telah dipaparkan diatas membuat peneliti tertarik untuk meneliti konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi.
2. Rumusan Masalah Bagaimana konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan Kolostomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
3. Tujuan penelitian 3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi. 3.2.Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi gambaran diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi. b. Untuk mengidentifikasi ideal diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi c. Untuk mengidentifikasi harga diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi.
d. Untuk mengidentifikasi peran pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi. e. Untuk mengidentifikasi identitas diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan
kolostomi.
4. Manfaat Penelitiaan 4.1 Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan tambahan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai konsep diri pada penderita kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi. 4.2 Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan tambahan pengetahuan bagi perawat dalam memahami kondisi pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi sehingga dapat memberikan motivasi kepada penderita kanker kolorektal untuk dapat meningkatkan konsep dirinya yang positif 4.3 Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsep diri pada pasien dengan tindakan pembedahan lainnya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini akan diuraikan tentang konsep-konsep yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu : Konsep diri, konsep kanker kolorektal, konsep kolostomi serta konsep diri pasien kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi.
1. Konsep Diri 1.1 Pengertian konsep diri
Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan denga realitas dunia (Stuart & Sundeen, 1998).
Menurut Potter, (2005) konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber stress atau konflik. Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep diri.
1.2 Komponen Konsep Diri 1.2.1 Gambaran Diri (body image)
Gambaran diri adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan masa sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 1998).
Menurut Keliat (1992 dalam handayani, 2008) Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima reaksi dari tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan. Gambaran diri (body image) berhubungan erat dengan kepribadian. Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya, pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa cemas dan meningkatkan harga diri.
1.2.2 Ideal Diri Menurut Stuart & Sundeen, (1998) ideal diri adalah persepsi individu tentang
bagaimana ia seharusnya berprilaku sesuai standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.
Suliswati, (2005 dalam Handayani, 2008) menagatakan bahwa ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standart pribadi. Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri .
1.2.3 Harga Diri Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga ( Stuart & Sundeen, 1998).
Menurut Alimul, (2006) harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasan diterima, dicintai, dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya.
1.2.4 Peran Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana sesorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih individu.
Menurut Stuart & Sundeen, (1998) penyesuaian individu terhadap perannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Kejelasan perilaku yang sesuai dengan peran serta pengetahuan yang spesifik
tentang peran yang diharapkan. b. Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan perannya. c. Kejelasan budaya dan harapannya terhadap perilaku perannya. d. Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidakselarasan.
1.2.5 Identitas Diri Identitas diri adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan individu. Pembentukan identitas dimulai dari masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja ( Stuart & Sundeen, 1998).
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Menurut Suliswati, (2005 dalam Tarwoto & Wartonah, 2011) identitas diri merupakan sintesis dari semua konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut/jabatan dan peran.
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep diri Menurut Stuart & Sundeen, (1991 dalam Handayani, 2008) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi konsep diri, yaitu:
1. Teori Perkembangan Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir
seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata. 2. Significant Other (orang yang terpenting atau terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interpretasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosial. 3. Self Perception (persepsi diri sendiri)
Self perception adalah persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk
melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif dan dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut Tarwoto & Wartonah, (2011) yaitu: a) Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya. b) Budaya
Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya dan lingkungannya. Orangtua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan fisik dan lingkungan psikososial. Lingkungan fisik adalah segala sarana yang dapat menunjang perkembangan konsep diri, sedangkan lingkungan psikososial adalah segala lingkungan yang dapat menunjang kenyamanan dan perbaikan psikologis yang dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri. c) Sumber eksternal dan internal
Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep dirinya. Pada sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat. d) Pengalaman sukses dan gagal
Adanya kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian juga sebaliknya. e) Stresor
Stresor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri dan kecemasan. f) Usia, keadaan sakit dan trauma
Usia tua,keadaan sakit serta adanya trauma akan mempengaruhi persepsi dirinya.
1.4 Kriteria Kepribadian sehat Kriteria kepribadian yang sehat menurut Tarwoto & Wartonah, (2011) yakni:
a. Citra tubuh yang positif dan akurat Kesadaran akan diri berdasarkan atas obsevasi mandiri dan perhatian yang sesuai
akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu. b. Ideal dan realitas
Individu mempunyai ideal diri yang realistis dan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai. c. Konsep diri yang positif
Konsep diri yang positif menujukkan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya. d. Harga diri tinggi
Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan apa yang dia inginkan. e. Kepuasan penampilan peran
Individu mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain, secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen. f. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya dan member arah kehidupan dalam mencapai tujuan.
Menurut Stuart & Sundeen, (1998) individu dengan kepribadian sehat akan mengalami hal- hal berikut, yaitu citra tubuh yang positif dan sesuai, ideal diri yang realistik, konsep diri yang positif, harga diri yang tinggi, penampilan peran yang memuaskan dan rasa identitas yang jelas.
1.5 Karakteristik konsep diri yang rendah Menurut (Carpenito, 1995 dalam Taylor) yang dikutip oleh Tarwoto & Wartonah,
(2011) ada beberapa karakterisktik konsep diri rendah yaitu: Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu; Tidak mau berkaca; Menghindari diskusi tentang topik dirinya; Menolak usaha rehabilitas; Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat; Mengingkari perubahan pada dirinya; Tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan, menangis; Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan alcohol; Menghindari kontak; Kurang bertanggung jawab.
2. Kanker Kolorektal 2.1 Pengertian Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rectum, appendix (Soebachman, 2011). Kanker kolorektal adalah jenis kanker yang paling sering terjadi dan merupakan kanker penyebab kematian nomor 2, angka kejadian kanker kolorektal biasanya mulai umur 40 tahun, dan puncaknya pada umur 60-75 tahun.
Kanker kolorektal adalah suatu keganasan yang terjadi di usus besar dan rektum. Dari data didapatkan 50 persen penderita kanker kolorektal meninggal dikarenakan penyakit ini. Hal ini disebabkan karena pada stadium awal seringkali tidak menunjukkan gejala, sehingga pasien baru datang setelah ada gejala yang biasanya sudah pada stadium akhir, yang menyebabkan penanganan kuratif sudah tidak dapat dilakukan lagi.
Kanker kolorektal merupakan beban kesehatan utama di seluruh dunia. Kejadian dan kematian dari kanker kolorektal mengalami penurunan lambat selama 20 tahun di Amerika Serikat. Namun, kanker kolorektal tetap penyebab ketiga kanker yang berhubungan dengan kematian pada tahun 2008 (ACS, 2009 dalam Lie, 2010).
Sekarang ini kanker kolorektal telah menjadi salah satu dari kanker yang banyak terjadi di Indonesia, data yang dikumpulkan dari 13 pusat kanker menunjukkan bahwa kanker kolorektal merupakan salah satu dari lima kanker yang paling sering terdapat pada pria maupun wanita (Soeripto, 2003)
2.2 Penyebab Kanker Koloretal Penyebab pasti kanker ini masih belum diketahui, tetapi beberapa kondisi yang
dikenal sebagai sindrom poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi resiko kanker kolorektal (Dragovich, 2009 dalam Muttaqin, 2011).
Menurut Soebachman, (2011) hingga saat ini belum diketahui dengan pasti apa penyebab kanker kolon. Meskipun belum diketahui secara pasti, ada hal-hal yang diduga kuat merupakan faktor resiko yang menyebabkan seseorang rentan terhadap serangan kanker kolorektal. Diantaranya: (a) Usia, resiko kanker kolorektal meningkat dengan bertambahnya usia. Kebanyakan kasus terjadi pada orang yang berusia 60-70 tahun; (b) Adanya polip pada kolon, khusus polip jenis adenomasota. Jika polip ini langsung dihilangkan pada saat ditemukan, tindakan penghilangan tersebut akan bisa mengurangi resiko terjadinya kanker kolon; (c) Riwayat kanker, seseorang yang pernah mengidap kanker ovarium, kanker uterus, dan kanker payudara memiliki resiko lebih besar terkena kanker kolorektal: (d) Faktor
keturunan/genetika, seseorang yang mempunyai riwayat keluarga kanker kolon,memiliki resiko tinggi mengidap kanker; (e) Makanan, dalam hal ini makanan memegang peranan penting dalam resiko kanker kolorektal. Pada umumnya terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi rendah serat dan tinggi protein hewani, lemak dan karbohidrat.
Faktor lain yang beresiko tinggi untuk mengembangkan kanker kolon, meliputi halhal berikut : (a) Kolisitis Ulseratif atau penyakit Crohn (Glick, 2000); (b) Kanker payudara, rahim, atau ovarium sekarang atau di masa lalu (Agrawal, 2008); (c) Obesitas telah diidentifikasi sebagai faktor resiko kanker usus besar (Gittens, 2009); (d) Merokok telah jelas dikaitkan dengan resiko yang lebih tinggi untuk kanker usus besar.
2.3 Gejala Klinis Kanker Kolorektal Manifestasi klinis meliputi perubahan-perubahan kebiasaan usus besar, perubahan
bentuk tinja, lemah, pendarahan pada rektum, mual, muntah maupun tanda dan gejala-gejala penyumbatan usus besar. Nyeri menjadi gejala akhir (Keperawatan Medikal Bedah Edisi1).
Menurut Soebachman, (2011) gejala awal kanker kolorektal biasanya tidak jelas. Misalnya berat badan menurun (sebagai gejala umum keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran yang signifikan di usus besar. Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejala yang muncul akan semakin banyak. Dalam hal ini gejala kanker kolorektal dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran (metastasis). Berikut adalah penjelasannya : 1. Gejala Lokal
Gejala lokal ini antara lain berupa: (a) Perubahan kebiasaan buang air; (b) Perubahan frekuensi buang air. Bisa berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare), ada sensasi seperti belum selesai buang air (masih ingin tetapi sudah tidak bisa keluar), dan ada perubahan diameter/ukuran feses. Keduanya adalah cirri khas kanker kolon; (c) Perubahan wujud fisik feses, yakni feses bercampur darah, feses bercampur lendir, feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya perdarahan disaluran cerna bagian atas; (d) Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar. Hal ini terjadi akibat sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor; (e) Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita. 2. Gejala Umum
Gejala umum antara lain: (a) Berat badan turun tanpa sebab yang jelas; (b) Hilangnya nafsu makan; (c) Anemia; (d) Sering merasa lelah; (e) Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang. 3. Gejala Metastatis
Jika kanker kolorektal menyebar ke hati, maka gejala yang timbul antara lain: (a) Kondisi tubuh penderita tampak kuning; (b) Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, disekitar lokasi hati; (c) Pembesaran hati, biasanya akan tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter.
2.4 Tahapan Perkembangan Kanker Kolorektal Menurut Soebachman, (2011) keganasan pertumbuhan sel kanker kolorektal bergerak
secara perlahan. Waktu yang diperlukan untuk berkembang hingga menampakkan gejalagejala yang jelas adalah sekitar 15-20 tahun. Tahap-tahap perkembangan kanker kolon adalah Stadium 0 adalah tahap ditemukannya sel-sel kanker, tetapi hanya pada lapisan terdalam kolon atau rectum. Stadium I : Merupakan tahapan ketika sel kanker telah mulai tumbuh di dinding dalam kolon dan rectum, tetapi belum tembus keluar. Pada stadium II kanker mulai menyerang jaringan sekitarnya, tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening. Stadium III :adalah tahap ketika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tetapi belum menyebar kebagian tubuh yang lain. Sedangkan pada stadium IV Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau paru-paru.
2.5 Pencegahan Kanker Kolorektal. Ada banyak cara untuk mencegah munculnya kanker kolorektal. Diet yang
mengandung rendah lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan. Mengurangi konsumsi makanan yang diasap, dibakar, dan diawetkan. Lakukan deteksi dini dengan tes darah samar sejak usia 40 tahun. Untuk yang berusia di atas 50 tahun sebaiknya melakukan skrining kanker usus melalui teropong usus (kolonoskopi) sebagai bagian dari periodic check up.
Mengkonsumsi makanan berserat tinggi, rendah lemak dapat membantu mencegah kanker usus besar. Study menunjukkan bahwa melakukan olahraga dan diet kaya buahbuahan serta sayuran dapat membantu mencegah kanker usus besar (PurtierPlacenta, 2012)
2.6 Pengobatan Kanker Kolorektal Tingkat kesembuhan kanker kolorektal stadium dini (belum menembus usus besar)
dalam waktu 5 tahun adalah sebesar 90%. Tetapi jika sudah berada pada stadium lanjut maka tingkat kesembuhan dalam waktu 5 tahun sebesar 10%. Pilihan pengobatan yang bisa dilakukan untuk menangani kanker kolorektal akan sangat tergantung pada stadium, posisi, dan ukuran serta penyebarannya (Soebachman, 2011).
Ada beberapa pilihan dalam pengobatan kanker kolorektal biasanya meliputi : a. Sistemik Kemoterapi
5-fluorourasil tetap menjadi rejimen kemoterapi pilihan untuk kanker kolon baik dalam pengaturan ajuvan dan metastasis. Dalam 10 tahun terakhir, kombinasi regimen tersebut memberikan tingkat kemanjuran dan meningkatkan perkembangan masa hidup pada pasien dengan metastasis kanker kolon. Selain 5-fluorourasil, fluoropyrimidines seperti capecitabine (xeloda) dan tegafur digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan oxaliplatin (Eloxatin) dan irinotecan. Beberapa rejimen kombinasi standart menggunakan infus terus berkepanjangan yang mengandung fluorourasil atau capecitabine. Ketersediaan kelas baru obat-obatan dan produk biologis aktif untuk kanker kolon diharapkan dapat menambah kelangsungan hidup untuk pasien dengan penyakit metastatis dari 12 bulan pada 2 dekade yang lalu menjadi sekitar 22 bulan saat ini (Kim, 2009 dalam Muttaqin, 2011). b. Ajuvan (Pascaoperasi) Kemoterapi
Terapi standar kanker kolorektal stadium II akhir dan stadium III diberikan kombinasi fluorourasil dan levamisole seperti dalam bentuk leucovorin. Pendekatan ini telah diuji di beberapa uji acak yang besar dan telah terbukti mengurangi individu 5 tahun resiko kanker kambuh dan kematian sekitar 30% (Arkenau, 2008 dalam Muttaqin, 2011).
Meskipun informasi tentang hasil terapi ajuvan dalam tahap II dan III kanker kolon terbatas, suatu kumpulan data dikumpulkan oleh ajuvan Colon Cancer group endpoint dengan fluorourasil berbasis terapi ajuvan baru-baru ini dianalisis. Para penulis menyimpulkan bahwa kemoterapi ajuvan penyakit signifikan memberikan manfaat kelangsungan hidup karena mengurangi tingkat kekambuhan terutama dalam 2 tahun pertama terapi ajuvan, tetapi dengan beberapa keuntungan di tahun 3-4 (Sargent, 2009 dalam Mutaqqin, 2011). c. Agen Biologis
Bevacizumab (Avastin) adalah obat angiogenesis pertama yang akan disetujui dalam praktek klinis dan indikasi pertama adalah untuk kanker kolorektal metastatik. Obat ini
merupakan antibody monoklonal pada faktor pertumbuhan endotel vascular (VEGF) dengan menunjukkan perkembangan membaik dan kelangsungan hidup secara keseluruhan ketika bevacizumab ini ditambahkan ke kemoterapi (IFL,fluorourasil ditambah irinotecan). Sebuah analisis kobort dari pasien yang lebih tua (umur 65 tahun atau lebih) dari 2 uji klinis acak memeriksa bevacizumab ditambah manfaat fluorourasil berbasis kemoterapi pengobatan kanker kolorektal metastatic. Studi menyimpulkan bahwa penambahan bevacizumab untuk kemoterapi fluorourasil secara keseluruhan memberikan perbaikan dan kemajuan masa hidup pada pasien tanpa peningkatan resiko pengobatan pada kelompok usia yang lebih tua (Kabbinavar, 2009 dalam Muttaqin, 2011). d. Terapi Radiasi
Sampai saat ini radiasi tetap merupakan modalitas standar untuk pasien dengan kanker rectal, peran terapi kanker kolon masih terbatas. Terapi ini tidak memiliki peran dalam pengaturan ajuvan atau dalam pengaturan metastatis. Terapi ini terbatas pada terapi paliatif, Untuk metastatis dipilih sisi lain seperti tulang metastatis. Lebih baru dan lebih selektif secara pemberian terapi radiasi seperti stereotatic radioterai (CyberKnife) (Dragovich, 2009 dalam Muttaqin, 2011). e. Terapi bedah
Pembedahan biasanya merupakan pengobatan utama untuk kanker usus stadium awal. Biasanya bagian usus yang terkena kanker akan diangkat, kemudian disambungkan kembali dengan bagian usus yang tersisa.
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993 dalam Haq 2011) : a. Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik) b. Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan
porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal) c. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis
lanjut dari kolostomi d. Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat
direseksi)
3. Kolostomi 3.1 Pengertian Kolostomi
Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara kolon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya (Ilmu bedah, Thiodorer Schrock, 1983 dalam Silahoi, 2012). Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feses (Evelyn, 1991, Pearce, 1993 dalam silahoi, 2012). Kolostomi merupakan pengalihan isi kolon, yang dapat permanen atau sementara. Kolostomi asenden, transversum dan sigmoid dapat dilakukan. Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor (Harahap, 2006 dalam Slideshare,2012
3.2 Jenis-jenis Kolostomi Menurut Perry dan Potter, (2005) terdapat tiga jenis konstruksi kolostomi, yaitu:
1. Loop Colostomy Loop colostomy (colostomy lengkung) biasanya dilakukan dalam keadaan darurat
saat petugas kesehatan mengantisipasi penutupan kolostomi. 2. End Colostomy
End colostomy (kolostomi ujung) terdiri atas satu stoma yang dibentuk dari ujung proksimal usus, dengan bagian distal sistem pencernaan diangkat atau dijahit, dan dibiarkan pada ruang abdomen. Untuk beberapa klien kolostomi ujung dilakukan sebagai terapi pembedahan pada kanker kolorektal. 3. Double-Barrel Colostomy
Kolostomi double-barrel terdiri atas dua stoma yang berbeda, yaitu ujung proksimal untuk membentuk stoma fungsional dan ujung distal untuk membentuk stoma yang tidak fungsional.
Menurut Suriadi, (2006 dalam Slideshare, 2012) jenis kolostomi berdasarkan lokasinya, yaitu: (a) Transversokolostomi merupakan kolostomi dikolon transversum; (b) Sigmoidostomi merupakan kolostomi di digmoid; (c) Kolostomi desenden yaitu kolostomi di kolon desenden; (d) Kolostomi asenden yaitu kolostomi di kolon asenden.
3.3 Indikasi Kolostomi Tindakan pembedahan kolostomi dapat di indikasikan pada penyakit usus yang ganas
seperti carcinoma pada usus,kondisi inveksi tertentu pada kolon, trauma kolon, diversi pada anus malformasi, diversi pada penyakit hirschprung dan diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid dan anal.
3.4 Komplikasi Kolostomi Insiden komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih tinggi dibanding
pasien ileostomi. Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma, perforasi, retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomotik dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah. Kebocoran dari anastomotik menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu serta tanda syok. Perbaikan pembedahan diperlukan (Brunner dan Suddarth, 2000 dalam Slideshare, 2012).
4. Konsep Diri Pasien Kanker Kolorektal dengan Tindakan Kolostomi Individu kanker kolorektal pada umumnya memiliki konsep diri negative, yang
disebabkan kanker kolorektal merupakan kanker penyebab kematian nomor dua pada pria dan nomor tiga pada wanita (WHO, 2006). Kanker kolorektal ini menyebabkan penderitanya harus melakukan tindakan pengobatan ataupun pembedahan, salah satunya dengan tindakan kolostomi. Tindakan kolostomi atau pemasangan stoma ususdapat berdampak pada aspekaspek kehidupan dari pasien salah satunya adalah aspek psikologis. Aspek psikologis ini mengacu pada aspek positif, spiritual, berpikir, belajar, memori dan konsentrasi, gambaran diri dan penampilan, harga diri dan efek negatif. Sebuah ostomi dapat menimbulkan perubahan citra tubuh yang serius terutama jika ostomi tersebut bersifat permanen. Pemasangan stoma usus dipandang sebagai suatu beban stress yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dengan berbagai dimensinya. Pada awalnya subjek penderita merasa tidak nyaman, malu, nyeri, cemas, dan masalah-masalah lainnya. Pada suatu penelitian mengemukakan bahwa stoma berpengaruh pada keterbatasan melakukan aktifitas sehari-hari dan pergaulan sosial (Gooszen,dkk, 2000 dalam Kangofunohibi, 2011). Pada subjek yang memakai ostomi memiliki kesulitan untuk mempertahankan atau memulai hubungan sosial dengan masyarakat dikarenakan oleh kehilangan harga dirinya akibat bau busuk, tumpahan atau kebocoran feses yang encer,