Pengujian Hipotesis Analisis Data

66 Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas setelah mengeluarkan outlier Sumber : Output SPSS, data sekunder yang diolah, 2010

4.4.2 Pengujian Hipotesis

Dari hasil pengujian terhadap asumsi klasik, diperoleh model regresi tersebut telah memenuhi asumsi normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Maka setelah menentukan normal level, dapat dihitung nilai abnormal dari tiap-tiap variabel dengan cara selisih antara nilai aktual dan nilai normal. Nilai-nilai abnormal tersebut yang digunakan untuk menguji apakah perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil dengan menggunakan analisis regresi. Tabel 4.6 menunjukkan perbandingan antara perusahaan suspect dengan perusahaan sisa sampel. 67 Tabel 4.6 Perbandingan Perusahaan-Perusahaan Suspect dengan Sisa Sampel Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF Constant .023 .004 6.597 .000 SUSPECT_NI -.008 .005 -.132 -1.665 .098 .994 1.006 NIAT .050 .017 .257 2.954 .004 .825 1.212 1 CLAT .013 .009 .119 1.370 .173 .826 1.211 a. Dependent Variable: ABN_CFO ABN_CFO = 0,023 – 0,008 SUSPECT_NI + 0,050 NI + 0,013 CL Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF Constant .535 .066 8.049 .000 SUSPECT_NI .038 .100 .029 .380 .704 .993 1.007 NIAT .575 .243 .191 2.369 .019 .895 1.117 1 CLAT .467 .183 .206 2.557 .011 .890 1.123 a. Dependent Variable: ABN_PROD ABN_PROD = 0,535 +0,038 SUSPECT_NI +0,575 NI + 0,467 CL Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF Constant .125 .006 22.123 .000 SUSPECT_NI -.002 .008 -.018 -.252 .802 .983 1.017 NIAT .286 .047 .531 6.054 .000 .657 1.521 1 CLAT .085 .016 .464 5.281 .000 .655 1.526 a. Dependent Variable: ABN_DISEXP ABN_DISEXP= 0,125 – 0,002 SUSPECT_NI + 0,286 NI + 0,085 CL 68 Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis CFO At-1 PROD At-1 DISEXP At-1 b sig b sig b sig Constant .023 .000 .535 .000 .125 .000 SUSPECT_NI -.008 .098 .038 .704 -.002 .802 NI A .050 .004 .575 .019 .286 .000 CL A .013 .173 .467 .011 .085 .000 Signifikan pada tingkat 1. signifikan pada tingkat 5 signifikan pada tingkat 10. Tabel di atas melaporkan hasil estimasi regresi dengan persamaan: t t t t t CL NI NI Suspect Y ε β β β β + + + + = 3 2 1 _ dengan Y t masing-masing adalah Abnormal CFO, Abnormal Discretionary Expenses, dan Abnormal Production Cost. Sumber : Output SPSS, data sekunder yang diolah, 2010. Tabel 4.6 melaporkan hasil pengujian hipotesis dan tabel 4.7 menunjukkan rangkuman dari hasil pengujian hipotesis. Konsisten dengan hipotesis, perusahaan-perusaahan suspect melakukan manipulasi riil ditunjukkan dengan abnormal CFO dan abnormal discretionary expenses yang lebih rendah secara signifikan dan abnormal production cost yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan sisa sampel. 69 Dari hasil tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dalam pengambilan keputusan, untuk Y t = abnormal CFO, 1 β harus bernilai negatif dan signifikan. Pada tabel 4.6 dilaporkan bahwa koefisien Suspect_NI adalah negatif -0,008 dan signifikan pada tingkat 10 t- hitung = -1,665. Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan suspect melakukan manipulasi penjualan sehingga mempunyai abnormal CFO yang lebih rendah dibandingkan perusahaan-perusahaan lain. Dari tabel tersebut juga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima atau manajemen laba terindikasi dilakukan melalui manipulasi aktivitas riil arus kas operasi pada saat right issue. 2. Untuk Y t = abnormal production cost, jika 1 β bernilai positif dan signifikan maka H2 didukung atau dengan kata lain perusahaan-perusahaan suspect melakukan manipulasi dengan memproduksi secara berlebihan sehingga mempunyai abnormal production cost yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan-perusahaan lain. Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa koefisien Suspect_NI adalah positif 0,038 dan tidak signifikan. Kesimpulannya adalah H2 ditolak atau manajemen laba tidak terindikasi dilakukan melalui manipulasi aktivitas riil biaya produksi pada saat right issue. 3. Sama seperti abnormal CFO , untuk Y t = abnormal DISEXP, 1 β harus bernilai negatif dan signifikan. Pada tabel 4.6 dilaporkan bahwa koefisien Suspect_NI adalah negatif -0,002 dan tidak signifikan. Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan suspect melakukan manipulasi aktivitas riil melalui 70 abnormal DISEXP. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak atau manajemen laba tidak terindikasi dilakukan melalui manipulasi aktivitas riil biaya diskresioner pada saat right issue.

4.5 Interprestasi Hasil

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari arus kas operasi, biaya produksi, dan biaya-biaya diskresioner terhadap manipulasi aktivitas riil pada saat perusahaan melakukan right issue.

4.5.1 Arus Kas Operasi terhadap Manipulasi Aktivitas Riil

Hasil analisis menunjukkan bahwa arus kas operasi dapat digunakan sebagai indikasi bahwa perusahaan melakukan manajamen laba melalui manipulasi kativitas riil. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Roychowdhury 2006 yang menyatakan bahwa manipulasi aktivitas riil dilakukan melalui arus kas operasi. Seperti halnya Roychowdhury, penelitian oleh Oktorina 2008 yang melakukan peneletian mengenai analisis manipulasi aktivitas riil melalui arus kas operasi dengan menggunakan uji rerata dan menunjukkan adanya manipulasi aktivitas riil melalui arus kas operasi. Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas operasi dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan sehari-hari namun jarang disadari oleh investor maupun calon investor karena kegiatan manipulasi ini tidak seperti manipulasi yang sengaja menaikkan atau menurunkan laba. Oleh karena itu, investor maupun calon investor dapat mendeteksi manipulasi ini dari arus kas operasi karena apabila menggunakan laba maka tidak dapat mengetahui apakah