c. Untuk menganalisis pengaruh Financial Leverage perusahaan terhadap
perataan laba pada perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia sektor manufaktur.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: a.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran sampai berapa jauh faktor Net Profit Margin, Besaran Perusahaan, dan
Financial Leveragemempengaruhi perataan laba b.
Bagi para investor dan calon investor yang melakukan investasi di pasar modal dimana hasil penelitian ini dapat memberikan masukan didalam
pembuatan keputusan investasi serta dalam pengelolaan portofolio saham yang dimilikinya.
c. Bagi pengembangan informasi pasar modal mengenai praktik perataan laba
dalam analisis kinerja perusahaan publik di Indonesia. d.
Bagi BAPEPAM selaku pengawas pasar modal di Indonesia khususnya di Bursa Efek Indonesia dalam menggunakan wewenangnya untuk membuat
peraturan atau kebijakan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh emiten.
e. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan
literatur dalam pengembangan penelitian selanjutnya. f.
Pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang akuntansi
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Laba
Konsep laba selalu menjadi pusat perhatian yang penting bagi para ahli ekonomi. Adam Smith adalah ahli ekonomi yang pertama kali mendefinisikan laba
sebagai suatu peningkatan kekayaan. Laba adalah hal yang mendasar dan penting dari laporan keuangan dan memiliki banyak kegunaan di berbagai konteks.
Pandangan tentang konsep laba Ahmed Riahi-Belkaoui,2007 dalam Novita, 2009: a.
Laba adalah dasar untuk perpajakan dan redistribusi kekayaan diantara individu-individu. Suatu versi laba yang dikenal sebagai laba kena pajak
diperhitungkan menurut aturan-aturan yang ditentukan oleh peraturan fiskal pemerintah.
b. Laba dipandang sebagai suatu panduan bagi kebijakan dividen dan retensi
perusahaan. Laba yang diakui adalah indikator dari jumlah maksimum yang dapat didistribusikan sebagai dividen dan ditahan untuk ekspansi atau
diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan. c.
Laba dipandang sebagai panduan umum investasi dan pengambilan keputusan. Secara umum dihipotesiskan bahwa para investor akan berusaha
Universitas Sumatera Utara
untuk memaksimalkan pengembalian dari modal yang diinvestasikan, yang sepadan dengan tingkat risiko yang dapat diterima.
d. Laba dianggap sebagai suatu sarana prediktif yang membantu dalam
meramalkan laba dan peristiwa-peristiwa ekonomi di masa depan. Bahkan, pada kenyataannya, nilai-nilai laba masa lalu yang didasarkan pada biaya
historis dan nilai saat ini ternyata dapat bermanfaat di dalam meramalkan nilai-nilai masa depan dari kedua versi laba.
e. Laba dapat dilihat sebagai suatu alat ukur efisiensi. Laba adalah ukuran
baik dari keahlian kepengurusan manajemen atas sumber daya entitas maupun efisiensinya dalam menyelenggarakan urusan-urusan perusahaan.
Hal ini dinyatakan dengan baik di dalam Laporan Kelompok Studi tentang Tujuan-tujuan Pelaporan Keuangan dari FASB, yang memiliki pendapat
bahwa “tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam menilai kemampuan manajemen memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif guna mencapai sasaran utama perusahaan“ dan proses laba terdiri atas usaha-usaha dan pelaksanaan
yang diarahkan untuk mencapai sasaran utama perusahaan berupa pengembalian, dalam beberapa waktu, jumlah maksimum kas kepada para
pemiliknya. Sasaran utama manajemen diasumsikan adalah untuk memaksimalkan laba per saham.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Informasi Laba
Salah satu informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan adalah informasi laba. Menurut Kirschenheiter dan Melumad 2002 dalam
Novita, 2009, informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi
kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, dan menaksir risiko investasi atau meminjamkan dana. Adanya perubahan informasi atas laba bersih
suatu perusahaan melalui berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut para pengguna infromasi yang bersangkutan,
tidak terkecuali penerapan perataan laba oleh suatu perusahaan. Menurut Beaver et al. 1968 dalam Novita, 2009, informasi yang
disampaikan dalam laporan keuangan harus memiliki kebermanfaatan keputusan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan laporan keuangan. Oleh karena itu
dalam penyusunan laporan keuangan seharusnya alternatif pengukuran akuntansi dievaluasi dalam kaitan kemampuannya untuk memprediksikan peristiwa yang
menjadi kepentingan pembuat keputusan. Beatiie et al., 1994 menyatakan pentingnya informasi laba secara tegas
telah disebutkan dalam Statement of Financial Concepts SFAC No. 1, bahwa selain untuk menilai kinerja manajemen, juga membantu mengestimasi kemampuan
laba yang representatif, dan untuk menaksir risiko dalam investasi atau kredit. Perhatian investor sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan
prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Kecenderungan untuk memperhatikan laba inilah yang disadari oleh manajemen, mendorong manajer untuk melakukan manajemen atas laba earning management
atau manipulasi laba earning manipulation. Novita, 2009.
2.1.3. Manajemen Laba
Copeland 1968 mendefinisikan manajemen laba sebagai, “some ability to increase or decrease reported net income at will”. Ini berarti bahwa manajemen
laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen.
Scoot 1997 dalam Novita, 2009, mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut “Given that managers can choose accounting policies from a set
fro example, GAAP, it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility andor the market value of the firm”. Dari defenisi
tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas
mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Selain itu Scoot 1997 membagi cara pemahaman atas manajemen laba
menjadi dua. Pertama, dengan melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak
utang, dan political cost Opportunitiec Earning Managements. Kedua, dengan memandang manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi
diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak
Universitas Sumatera Utara
terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui
manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba income smoothing dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Menurut Scoot 2000 dalam Novita, 2009, salah satu pola manajemen laba adalah income smoothing. “Smoothing of income is a way or removing
volatylity in earnings by levelling off the earnings peaks and raising the valleys”. Pola manajemen laba menurut Scott 2000 dapat dilakukan dengan cara:
a. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan Chief Executive Officer CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah
besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. b.
Income Minimization Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas
yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
c. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas Income Maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk
tujuan bonus yang lebih. d.
Income Smoothing
Universitas Sumatera Utara
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada
umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
2.1.4. Teori Keagenan
Penjelasan konsep manajemen laba dalam hal ini tindakan perataan laba berhubunngan dengan pendekatan teori keagenan agency theory. Menurut
Anthony dan Govindarajan 2005, hubungan agensi ada ketika salah satu pihak prinsipal menyewa pihak lainagen untuk melaksanakan suatu jasa
danmendelegasikanwewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Pada teori keagenan yang disebut prinsipal adalah pemegang saham
danyang disebut agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan.Prinsipaldiasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang
diperoleh dariinvestasi mereka pada perusahaan.Sedangkan agen diasumsikan akan menerimakepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari
tambahan lainyang terlibat dalam hubungan keagenan Anthony dan Govindarajan, 2005.Sesuai dengan asumsi tersebut, maka manajer akan mengambil kebijakan
yangmenguntungkan dirinya sebelum memberikan manfaat kepada pemegang saham.
Pada sebuah perusahaan terdapat tiga pihak utama major participant yangmemiliki kepentingan berbeda yaitu manajemen, pemegang saham
sebagaipemilik, dan buruh atau tenaga kerja. Prinsip pengambilan keputusan
Universitas Sumatera Utara
yangdiambil oleh manajer adalah bahwa manajer harus memilih tindakan- tindakanyang akan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Atau dengan kata
lain, pengambilan keputusan tidak didasarkan atas kepentingan manajemen agent namun harus mengacu pada kepentingan pemegang saham principal.
Namun kenyataan yang terjadi dibanyak perusahaan adalah manajer cenderung memilih tindakan-tindakan yang menguntungkan kepentingannya
misalnya yang dapat memaksimalkan kekayaannya daripada menguntungkan pemegang saham.
Dengan demikian jelas bahwa, teori ini berusaha memberikan suatu pemahaman akan perilaku organisasional dengan memaksimalkan keinginan
mereka Wolk and Tearney, 1996 dalam Septoaji, 2002. Usaha memaksimalisasi keinginan tersebut mendorong terjadinya konflik kepentingan diantara pemilik
prinsipal dengan manajemen agen, karena setiap pihak berusaha memaksimalkan kepentingannya dimana pemilik mengiginkan profitabilitas yang
selalu meningkat sedangkan manajemen berusaha memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya melalui kompensasi yang diterimanya.
Untuk mengatasi hal tersebut pihak pemilik principal melakukan pengendalian dengan membentuk fungsi monitoring dalam hal penyusunan laporan
keuangan secara periodik untuk kepentingan pemilik Stewardships accountability, dan adanya fungsi auditing yang bersifat independen dalam menyatakan pendapat
atas laporan keuangan perusahaan. Akibatnya manajer akan senantiasa berusaha
Universitas Sumatera Utara
mencapai tingkat penghasilan yang diinginkan pemilik dengan menyajikan tingkat penghasilan yang wajar dan menjaga variabilitas penghasilan.
Selain itu, kebijakan dalam pemberian insentif ataupun reward dalam mengukur kinerja manajemen didasarkan pula pada informasi akuntansi yang
disajikan manajemen. Konsekuensi dari hal tersebut di atas adalah munculnya perilaku yang tidak semestinya dikalangan manajer disfunctional behaviour.
Manajer cenderung melakukan perataan laba dengan memanipulasi data agar kinerjanya tampak bagus dan dengan demikian berhak untuk menerima reward
Zuhroh, 1996 dalam Septoaji, 2002. Dipandang dari sisi manajemen, Hepworth 1953 mengungkapkan bahwa
manajer yang termotivasi untuk melakukan perataan laba pada dasarnya ingin mendapatkan berbagai keuntungan ekonomi dan psikologis diantaranya:
1. Mengurangi total pajak terutang.
2. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena
penghasilan yang stabil mendukung kebijakan dividen yang stabil pula. Di lain pihak menurut Dye 1988, pemilik mendukung perataan laba karena
adanya motivasi internal dan eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud pemilik untuk meminimalisasi biaya kontrak manajer dengan membujuk manajer
agar melakukan praktik manajemen laba. Motivasi eksternal ditunjukkan oleh usaha pemilik untuk mengubah persepsi investor potensial mengenai nilai
perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ronen dan Sadan 1975 perataan laba dapat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi
tertentu melalui kebijakan yang dimilikinya misal: biaya riset dan pengembangan untuk mengurangi variasi laba yang dilaporkan. Kedua, manajemen dapat
mengalokasikan pendapatan atau biaya tertentu untuk beberapa periode akuntansi. Sebagai contoh dalam penentuan metode depresiasi, dimana manajemen dapat
memilih antara metode garis lurus dan metode penyusutan yang dipercepat. Ketiga, manajemen memiliki kebijakan sendiri dalam mengklasifikasikan pos laba rugi
tertentu dalam kategori yang berbeda.
2.1.5. Perataan Laba 2.1.5.1.Pengertian Perataan Laba
Perataan laba dapat dipandang sebagai upaya yang secara sengaja dimaksudkan untuk menormalkan income dalam rangka mencapai kecenderungan
atau tingkat yang diinginkan. Perataan incomelaba menurut Beidleman 1973 sebagai berikut: “meratakan earnings yang dilaporkan sebagai pengurangan
secara sengaja fluktuasi di sekitar tingkat earnings tertentu yang dianggap normal bagi sebuah perusahaan”. Dalam pengertian ini perataan mempresentasikan
sebuah upaya yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi tidak normal dalam earnings sepanjang diijinkan oleh prinsip akuntansi
dan manajemen yang sehat. Moses 1987 menyatakan bahwa praktik perataan
Universitas Sumatera Utara
laba didefinisikan sebagai upaya untuk mengurangi fluktuasi dalam laba yang dilaporkan.
Tucker dan Zarowin 2006 menyatakan income smoothing adalah salah satu jenis dari tindakan manajemen laba. Tujuannya adalah untuk mengurangi
jumlah variasi periodik laba dari waktu ke waktu. Kebijakan ini diperbolehkan dalam kebijakan akuntansi dimana manajer dimungkinkan untuk menyesuaikan
laporan laba untuk menghasilkan aliran laba yang stabil. Perataan laba memainkan peranan ganda dalam menentukan kualitas laba. Cahan, et al.,
2008. Sedangkan Koch 1981 menyebutkan perataan laba dapat didefinisikan
sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial
melalui metode akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi. Tindakan perataan laba yang sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam batasan Generally
Accepted Accounting PrinciplesGAAP, mengarah pada suatu tingkatan yang diinginkan atas laba yang dilaporkan.
Perataan laba adalah tindakan yang secara sengaja oleh manajemen untuk mengurangi variasi laba dengan menggunakan teknik akuntansi, dimana perataan
laba telah menjadi topik yang menarik dalam literatur akuntansi dan keuangan dalam beberapa waktu. Praktik perataan laba adalah tindakan yang logis dan
rasional. Ashari et al., 1994.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.2.Jenis Perataan Laba
Berdasarkan penelitian Eckel 1981 terdapat dua jenis perataan laba yaitunaturally smooth dan intentionally smooth.Intentionally smooth terbagi
atasartificial smoothing dan real smoothing.Berikut ini adalah gambar yangdigunakan untuk memperjelas tipe perataan laba tersebut:
Aliran perataan laba yang alami naturally income smoothing secara sederhana mempunyai implikasi bahwa sifat proses perolehan laba itu sendiri
yang menghasilkan suatu aliran laba yang rata.Tipe perataan laba terjadi begitu saja secara alami tanpa intervensi pihak manapun.Berbeda dengan perataan laba
yang secara alami, perataan laba yang disengaja intentionally income smoothing
Universitas Sumatera Utara
mengandung intervensi manajemen.Ada dua jenis perataan laba yang disengaja, yaitu perataan laba riil dan perataan laba artifisial.
Dari penjelasan tipe perataan laba tersebut, konsep perataan laba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perataan laba yang disengaja, tanpa
membedakan perataan laba riil atau perataan laba artifisial, karena peneliti hanya meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba tanpa menguji lebih
lanjut bagaimana manajemen melakukan perataan laba tersebut.
2.1.5.3.Tujuan Perataan Laba
Seperti halnya definisi, tujuan dari perataan laba juga mendatangkan berbagai pendapat dari para peneliti terdahulu. Berbagai penilitian yang telah
dilakukan membuktikan berbagai macam tujuan yang ingin di capai oleh manajemen dalam perataan laba yaitu:
1. Mencapai keuntungan pajak.
2. Untuk memberikan kesan baik dari pemilik dan kreditor terhadap kinerja
manajemen. 3.
Mengurangi fluktuasi pada laporan laba dan mengurangi risiko, sehingga harga sekuritas yang tinggi menarik perhatian pasar.
4. Untuk menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil.
5. Untuk menjaga posisikedudukan mereka dalam perusahaan.
Dye 1988 menyatakan bahwa perataan laba karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal, dengan tujuan:
Universitas Sumatera Utara
1. Menjelaskan kondisi yang diperlukan untuk melakukan manajemen laba.
2. Mengidentifikasikan pengaruh atas permintaan internal dan eksternal atas
manajemen laba pada kebijakan pengumuman laba perusahaan yang optimal.
3. Menjelaskan manfaat dan kerugian bagi pemegang saham akibat
dilakukannya manipulasi laba. Adapun tujuan perataan laba menurut Foster 1986 dalam Novita, 2009
adalah sebagai berikut: 1.
Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar, bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko yang rendah.
2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap
laba di masa mendatang. 3.
Meningkatkan kepuasan relasi bisnis. 4.
Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen. 5.
Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
2.1.5.4.Alasan Manajemen Perusahaan Melakukan Perataan Laba
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menjelaskan alasan-alasan yang mendorong manajer untuk melakukan tindakan perataan laba.Tindakan perataan
laba merupakan tindakan yang logis dan rasional bagi manajer untuk meratakan laba dengan menggunakan cara atau metode akuntansi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Alasan seorang manajer melakukan praktik perataan laba Sitinjak,2010 sebagai berikut:
a. Aliran laba yang merata dapat meningkatkan keyakinan para investor
karena laba yang stabil akan mendukung kebijaksanaan dividen yang stabil pula sebagaimana yang diinginkan para investor.
b. Penyusunan pos pendapatan dan biaya secara bijaksana yang melalui
periode beberapa metode tertentu, manajemen dapat mengurangi kewajiban perusahaan secara keseluruhan.
c. Perataan laba dapat meningkatkan hubungan antara manajer dan pekerja
karena kenaikan yang tajam dalam laba yang dilaporkan dapat menimbulkan permintaan upah yang lebih tinggi bagi para karyawan.
d. Aliran laba yang merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada
ekonomi dalam hal kenaikan atau penurunan dapat dihindarkan serta rasa pesimis dan optimis dapat dikurangi.
2.1.5.5.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba
Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap tindakan perataan laba telah diuji. Namun dalam penelitian ini menggunakan tiga faktor yaitu net profit
margin, besaran perusahaan dan financial leverage.
1. Net Profit Margin dan perataan laba
Universitas Sumatera Utara
Rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur
efisiensi penggunaan aktiva dan hasil penjualan Septoaji, 2002. Menurut Copeland 1968 rasio profitabiitas inidibagi menjadi
Gross Profit Margin¸ Net Profit Margin, dan Return on Investment ROI. Hal ini dapat dijelaskan bahwa profitabilitas merupakan ukuran penting
yang sering digunakan oleh para manajer sebagai dasar pembagian dividen, dengan asumsi bahwa investor tidak menyukai resiko dan
kepuasan investor meningkat dengan adanya laba perusahaan yang stabil Gordon, 1974 dalam Septoaji, 2002. Jika ada variabilitas laba yang
besar, manajer cenderung untuk melakukan income smoothing dengan harapan bahwa profitabilitas yang tinggi akan menaikkan standar
bonuslaba di masa yang akan datang dan mengurangi kekhawatiran manajer dalam pencapaian target laba yang stabil dimasa yang akan
datang. Salah satu faktor yang akan diukur yakni net profit margin. Net
profit margin adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan
pajak.Net profit margin ini mengukur tingkat keefisienan seluruh aktivitas yang terjadi pada perusahaan tersebut.Net profit margin dapat memberi
gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan Septoaji, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Net profit margindiduga mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait langsung dengan objek perataan
penghasilan Novita, 2009. Penggunaan net profit margin juga didukung oleh hasil penelitian Beattie et.al 1994, Ronen dan Sadan 1975, yang
meneliti penggunaan berbagai instrumen laporan keuangan untuk meratakan penghasilan.
2. Besaran Perusahaan dan perataan laba
Ashari et al. 1994 menyebutkan bahwa perusahaan yang berukuran kecil akan lebih cenderung untuk melakukan praktik perataan
laba dibandingkan dengan perusahaan besar, karena perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis dan
investor dibandingkan dengan perusahaan kecil. Sebaliknya, perusahaan besar yang memiliki aktiva yang besar yang kemudian dikategorikan
sebagai perusahaan besar umumnya akan mendapatkan lebih banyak perhatian dari berbagai pihak seperti analis, investor, maupun pemerintah.
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size,
nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga
kategori yaitu perusahaan besar large firm, perusahaan menengah medium-size dan perusahaan kecil small firm. Penentuan ukuran
Universitas Sumatera Utara
perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan Jin dan Machfoedz, 1994.
3. Financial Leverage dan perataan laba
Financial leverage merupakan hal penting dalam penentuan struktur modalperusahaan. Oleh Riyanto 1995 dalam Dewi 2010
dinyatakan bahwa financial leverage merupakanpenggunaan dana yang disertai biaya tetap. Sedangkan menurut Weston 2009menyebutkan
financial leverage atau disebut juga leverage factor adalah rasio nilaibuku seluruh hutang terhadap total aktiva.
Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakanmenghasilkan leverage yang menguntungkan favorable
financial leverage atau efekyang positif jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besardaripada beban tetap dari
penggunaan dana itu. Financial leverage merugikanunfavorable leverage jika perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan
daripenggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar Riyanto,1995 dalam Dewi, 2010.
Weston dan Copeland 2009 mengemukakan bahwa penggunaan hutangakan menentukan tingkat financialleverage perusahaan. Karena
denganmenggunakan lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri maka beban tetapyang ditanggung perusahaan tinggi yang pada akhirnya
akan menyebabkan laba menurun. Penggunaan hutang akan meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
nilai perusahaan,tetapi pada suatu titik tertentu yaitu pada struktur modal optimal, nilai perusahaanakan semakin menurun dengan semakin besarnya
proporsi hutang dalam strukturmodalnya. Hal ini disebabkan karena manfaat yang diperoleh pada penggunaanhutang menjadi lebih kecil
dibandingkan biaya yang timbul atas penggunaan hutantersebut. Berbagai macam rasio financial leverage yang digunakan
diantaranya Debt Ratio, Time Interest EarnedRatio, dan Fixed-Payment Coverage Ratio. Debt Ratio sering digunakan dalam kaitannya dengan
pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan pada laba yang diperoleh perusahaan. Seorang kreditur akan lebih cenderung
memberikan kredit kepada perusahaan yang menghasilkan laba yang stabil, karena laba yang stabil akan memberikan suatu keyakinan bahwa
perusahaan tersebut akan membayar hutangnya dengan lancar. Kreditur cenderung menghindari perusahaan yang menghasilkan
laba yang berfluktuasi karena kreditur tidak mau uang yang dipinjamkannya memiliki resiko yang terlalu besar yakni tidak kembali
atau tidak lancar, sehingga perusahaan cenderung melakukan income smoothing.
Seorang kreditur akan memberikan kredit kepada perusahaan yang menghasilkan laba yang stabil karena laba yang stabil akan memberikan
suatu keyakinan bahwa perusahaan tersebut akan membayar hutangnya dengan lancar. Dengan demikian debt ratio dapat memberikan gambaran
Universitas Sumatera Utara
mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tertagih atau tidaknya suatu hutang.
2.1.5.6.Model Eckel 1981
Menurut Ashariet al., 1994, model Eckel 1981 mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:
1. Obyektif dan didasarkan pada perhitungan statistik yang dapat
memisahkan dengan jelas antara perusahaan yang income smoother dan non income smoother.
2. Tidak tergatung pada prediksi laba, pembuatan model-model yang
diperlukan untuk menetapkan laba yang diharapkan, pengujian biaya atau pertimbangan subyektif lainnya. Biasanya pengharapan model-model
sulit dilakukan dan menghasilkan kesimpulan yang mengandung kesalahan.
3. Indeks ini mengukur smoother dengan cara merata-rata pengaruh beberapa
variabel perata dan diperlukan waktu lebih dari satu periode. Model Eckel 1981 dalam pengklasifikasian sampel perusahaan sebagai
income smoother atau non income smoother menggunakan coefficient variation. Metode Coefficient Variation yang dikembangkan oleh Eckel 1981 untuk
mengukur variabilitas income dan sales. Coefficient Variation berguna untuk mengukur variabilitas sampel dan membandingkan varian antar kelompok
Universitas Sumatera Utara
Albrecht dan Richardson, 1990 serta membandingkan set data yang mempunyai rata-rata dan deviasi standar yang berbeda Mason danLind, 1993.
2.1.5.7.Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan pengaruh net profit margin, besaran perusahaan, danfinancial leverageterhadap perataan laba income
smoothing disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Variabel Yang Digunakan
Hasil Penelitian
1. Ashari, dkk.
1994 Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Sektor Industri,Nasionalitas.
Hasil penelitianmenunjukkan bahwa dengan
menggunakan coefficient variation CV perusahaan
yang melakukan perataan laba cenderung mempunyai
profitabilitas rendah, perusahaan dengan risiko
yang lebih besar, danbanyak terjadi di
perusahaanSingapura.
2. Marlina 2001 Size Perusahaan,
Profitabilitas, Debt To Equity Ratio
Hanya variabel Debt to Equity Ratio saja yang
berpengaruh terhadap income smoothing, sedangkan faktor
Profitabilitasdan Sizeperusahaan tidak
berpengaruh terhadap income smoothing.
3. Septoaji 2002
Net Profit Margin, Leverage Operasi, Besaran
Perusahaan, Jenis Perusahaan
Variabel Net Profit Margin dan Leverage Operasi
berpengaruh secara signifikan terhadap perataan
laba income smoothing.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan untuk variabel lain, tidak ada pengaruh
besaran perusahaan dan jenis perusahaan terhadap perataan
laba income smoothing.
4. Novita 2009
Ukuran Perusahaan, Return On Asset, Net Profit Margin
Hanya variabel Ukuran Perusahaan yang
berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan
variabel Return On Asset dan Net Profit Margin tidak
berpengaruh.
5. Dewi 2010
Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan, Financial
Leverage Variabel Jenis Usaha dan
Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap tindakan perataan laba. Financial Leverage
berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan
laba.
6. Samosir 2010 Besaran Perusahaan, Net
Profit Margin NPM, Operating Profit Margin
OPM, Return On Asset ROA
Variabel Besaran Perusahaan, Net Profit
Margin NPM, Operating Profit Margin OPM, dan
Return On Asset ROA tidak berpengaruh terhadap
terjadinya tindakan perataan laba.
7. Hutagalung
2011 Ukuran Perusahaan,
Financial Leverage, Net Profit Margin, Operating
Profit Margin Secara parsial, variabel
ukuran perusahaan berpengaruh secara positif
terhadap perataan laba dan variabel operating profit
margin berpengaruh secara negatif terhadap perataan
laba, sedangkan variabel financial leverage dan net
profit margin tidak berpengaruh terhadap
perataan laba.
Universitas Sumatera Utara
2.2.Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis menyusun kerangka konseptual theoretical framework
sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Net profit margin mencerminkan tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang diinginkan. Net profit margin dianggap
mempengaruhi perataan laba karena merupakan alat pengukur kinerja manajemen yang penting sebagai dasar pembagian dividen kepada para pemegang saham.
Semakin tinggi net profit margin yang dihasilkan perusahaan, maka akan meningkatkan pula nilai tambah perusahaan tersebut di mata para investor.
Besaran perusahaan berfungsi untuk menginformasikan ukuran perusahaan, dimana pada penelitian ini besaran perusahaan dilihat dari total aktiva yang dimiliki
perusahaan tersebut. Perusahaan yang berukuran besar akan lebih cenderung untuk Net Profit Margin NPM
Perataan Laba Income
Smoothing Y
Total Aktiva TA
Financial Leverage FL
Universitas Sumatera Utara
melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena perusahaan kecil cenderung tidak akan mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis dan
calon investor dibandingkan perusahaan besar. Sebaliknya perusahaan yang memiliki aktiva besar yang kemudian dikategorikan sebagai perusahaan besar umumnya akan
mendapat lebih banyak perhatian dari berbagai pihak seperti, para analis, investor, maupun pemerintah. Oleh karena itu perusahaan besar diperkirakan memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba. Financial Leveragemenunjukkan proporsi penggunaan utang untuk
membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan
yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan perataan laba.
2.3.Hipotesis
Menurut Ety Rochaety 2007 dalam Samosir, 2010, “hipotesis adalah pernyataan yang didefenisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi”.
Model hubungan variabel diatas digunakan pada penelitian ini dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang dikaitkan pada praktik perataan laba, maka
hipotesis yang diajukan adalah: H1: Net Profit Margin berpengaruh terhadap tindakan perataan laba pada
perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia sektor manufaktur.
Universitas Sumatera Utara
H2: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia sektor manufaktur.
H3: Financial Leverage berpengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia sektor manufaktur.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitianasosiatif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel net profit margin, besaran perusahaan, dan
financial leverage sebagai variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu perataan laba income smoothing.Sumber data yang dipergunakan berasal dari data sekunder
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI.
3.2.Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan menggunakan situs www.idx.co.id.Waktu penelitian dilaksanakan dari
bulanFebruari sd Mei 2012.
3.3.Batasan Operasional
1. Penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan go public yang termasuk dalam
sektor manufaktur yag telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI selama kurun waktu pengamatan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
2. Penelitian ini ingin menganalisis apakah faktor-faktor net profit margin,
besaran perusahaan, dan financial leverage berpengaruh terhadap perataan laba income smoothing.
3.4.Definisi operasional
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.4.1. Variabel Independen VariabelX
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: a.
Net profit margin NPM yang diukur dari rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total penjualan.
Net profit margin ini diduga mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait langsung dengan obyek perataan laba.
b. Ukuran perusahaan yang diukur dengan total aktiva TA.
Alasan yang mendasari penggunaan ukuran ini adalah bahwa bagi perusahaan yang memiliki aktiva yang relatif besar akan dapat digunakan
untuk jaminan pencarian sumber dana dari luar yaitu hutang dari para kreditur.
c. Financial LeverageFL yang diukur dari rasio antara total hutang dengan
total aset perusahaan. Penggunaan pengukuran ini didasarkan asumsi bahwa perusahaan
yang memiliki ketersediaan aktiva untuk jaminan hutang, maka para
Universitas Sumatera Utara
kreditur tidak khawatir jika tidak dikembalikan hutang dan bunganya, karena kreditur dapat menyita aktiva yang dimiliki. Sehingga bila
leveragetinggi maka perusahaan mempunyai kecukupan aktiva untuk mengembalikan hutang jika terpaksa dilikuidasi.
3.4.2. Variabel Dependen Variabel Y
Variabel dependen atau variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah perataan laba yang diukur dengan indeks Eckel. Penggunaan indeks ini dapat
digunakan untuk mengetahui perusahaan yang melakukan perataan laba atau tidak. Eckel menggunakan Coefficient Variation CV variabel penghasilan dan variabel
penjualan bersih. Indeks perataan laba dihitung sebagai berikut Eckel, 1981:
ISi =
��∆� ��∆�
Keterangan: ∆I : Perubahan laba dalam satu periode
∆S : perubahan penjualan dalam satu periode CV : Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan
nilai yang diharapkan.
Apabila CV ∆ICV∆S, maka perusahaan tidak digolongkan sebagai
perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba.
Universitas Sumatera Utara
CV ∆I
: Koefisien variasi untuk perubahan laba CV
∆S : Koefisien variasi untuk perubahan penjualan
CV ∆I dan CV∆S dapat dihitung sebagai berikut:
CV ∆I dan CV∆S =
�������� �������� �����
atau
CV ∆I dan CV∆S =
�
∑∆x−∆X
2
n −1
∶ ∆X
Dimana: ∆x : Perubahan penghasilan bersihlaba I atau penjualan S
∆X : Rata-rata perubahan penghasilan bersihlaba I atau penjualan S n
: Banyaknya tahun yang diamati Operasional variabel penelitian ini dapat dilihat secara lebih lengkap pada
tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Variabel Konsep Variabel
Indikator Skala
Sumber Data
Perataan laba
Income Smoothing
Income smoothing index
diukur dengan indeks Eckel
ISi =
CV ∆I
CV ∆S
Nominal Lap. Keuangan
Perusahaan
Net Profit Margin
NPM Di ukur dari rasio
antara laba bersih setelah pajak
dengan total penjualan
lababersihsetelahpajak penjualanbersih
Rasio Lap.
Keuangan Perusahaan
Ukuran Perusahaan
Diukur dari besarnya total
aktiva perusahaan Besaran perusahaan diukur
dari total aktiva Rasio
Lap. Keuangan
Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Financial Leverage
Di ukur dari rasio antara total
hutang dengan total aset
totalkewajiban totalaktiva
Rasio Lap.
Keuangan Perusahaan
3.5.Skala pengukuran variabel
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio untuk NPM, TA dan FL, serta skala nominal untuk perataan laba.
3.6.Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing dari tahun 2007-2010 di BEI.Dipilihnya perusahaan yang terdaftar di BEI
menjadi populasi dan sampel penelitian ini karena BEI dianggap memiliki data yang lebih lengkap dan telah terorganisasi dengan baik sehingga dapat digunakan menjadi
sumber yang layak digunakan dalam penelitian ini.
3.6.1. Pemilihan Sampel
Teknik penarikan sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive judgement sampling yaitu sampel dipilih atas dasar kesesuaian
karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEJ dengan kriteria sebagai berikut: 1.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan tidak dikeluarkan di BEI selama tahun 2007-2010.
Universitas Sumatera Utara
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang
berakhir pada tanggal 31 Desember selama tahun 2007-2010. 3.
Perusahaan yang tidak melakukan akuisisi atau merger selama 31 Desember 2007sampai dengan 31 Desember 2010. Bila perusahaan melakukan akusisi
dan merger selama periode pengamatan akan mengakibatkan variabel- variabel dalam penelitian mengalami perubahan yang tidak sebanding
dengan periode sebelumnya.Sedangkan bila suatu perusahaan dilikuidasi maka hasilpenelitian tidak akan berguna karena perusahaan tersebut di masa
yang akan datang tidak lagi beroperasi. 4.
Perusahaan yang laporan keuangannya dari tahun 2007-2010 tidak pernah mengalami kerugiaan.
Berdasarkan karakteristik pemilihan sampel diatas diperoleh perusahaan yang akan digunakan sebagai sampel penelitian.Tabel berikut ini menyajikan hasil
seleksi sampel dengan metode purposive judgement sampling.
Tabel 3.2 Hasil Seleksi Sampel
Keterangan Jumlah
Jumlah populasi 154
Pelanggaran kriteria I : Perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar di BEI dan dikeluarkan di
BEI selama tahun 2007-2010 30
Pelanggaran kriteria II Emiten yang tidak menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2007-2010
3 Pelanggaran kriteria III
Emiten yang melakukan merger atau akusisi minimalsekali selama tahun2007-2010
4
Pelanggaran kriteria IV 77
Universitas Sumatera Utara
Emitem yang mengalami kerugian selama tahun 2007-2010 Jumlah akhir
40
Jumlah sampel akhir yang terpilih sebanyak40 perusahaan merupakan 25,97 dari seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama kurun
waktu 2007-2010.Selanjutnya seluruh sampel diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam kelompok perata dan kelompok bukan perata.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam pengambilan sampel, maka perusahaan yang memenuhi kriteria yang dapat dijadikan sebagaisampel yaitu
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Nama-Nama PerusahaanSampel
No Kode
Nama Perusahaan
1 AUTO
PT Astra Otoparts Tbk 2
BRNA PT Berlina Tbk
3 BUDI
PT Budi Acid Jaya Tbk 4
CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk
5 DLTA
PT Delta Djakarta Tbk 6
DVLA PT Darya‐Varia Laboratoria Tbk
7 DYNA
PT Dynaplast Tbk 8
EKAD PT Ekadharma International Tbk
9 FASW
PT Fajar Surya Wisesa Tbk 10
HMSP PT HM Sampoerna Tbk
11 IKBI
PT Sumi Indo Kabel Tbk 12
INAF PT Indofarma Persero Tbk
13 INDF
PT Indofood Sukses Makmur Tbk 14
INDS PT Indospring Tbk
15 INTP
PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk 16
JPRS PT Jaya Pari Steel Tbk
17 KAEF
PT Kimia Farma Persero Tbk 18
LION PT Lion Metal Works Tbk
19 LMPI
PT Langgeng Makmur Industry Tbk
Universitas Sumatera Utara
20 LMSH
PT Lionmesh Prima Tbk 21
LPIN PT Multi Prima Sejahtera Tbk
22 MASA
PT Multistrada Arah Sarana Tbk 23
MERK PT Merck Tbk
24 MLBI
PT Multi Bintang Indonesia Tbk 25
MYOR PT Mayora Indah Tbk
26 NIPS
PT Nipress Tbk 27
RDTX PT Roda Vivatex Tbk
28 SIAP
PT Sekawan Inti Pratama Tbk 29
SIPD PT Sierad Produce Tbk
30 SKLT
PT Sekar Laut Tbk 31
SMCB PT Holcim Indonesia Tbk
32 SMGR
PT Semen Gresik Persero Tbk 33
SMSM PT Selamat Sempurna Tbk
34 SQBI
PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 35
SRSN PT Indo Acidatama Tbk
36 STTP
PT Siantar Top Tbk 37
TCID PT Mandom Indonesia Tbk
38 TRST
PT Trias Sentosa Tbk 39
TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk
40 ULTJ
PT Ultra Jaya Milk Tbk Sumber : http:www.idx.co.id
3.6.2. Model Klasifikasi Sampel
Jumlah sampel yang telah diseleksi diklasifikasikan ke dalam kelompok perata dan bukan perata menggunakan Income Smoothing Index. Kelompok
perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba diberi nilai 1, sedangkan kelompok perusahaan yang tidak melakukan tindakan perataan laba diberi nilai 0.
3.7.Jenis Data
Jenis data penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder perusahaan go public sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Universitas Sumatera Utara
Indonesia BEI. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahunan untuk periode 2007 – 2010.
Penggunaan data sekunder dalam penelitian didasarkan alasan:
a.
Mudah untuk memperolehnya.
b.
Biayanya relatif murah dibanding data primer.
c.
Waktu untuk memperoleh data relatif lebih singkat.
d.
Laporan keuangan perusahaan go public telah diaudit oleh akuntan publik besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI.
3.8.Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder yang berupa laporan
keuangan, dokumen-dokumen, laporan yang dipublikasikan, catatan-catatan, dan informasi lainnya dari situs internet.
3.9.Analisis Data
Analisis data adalah cara-cara mengolah data yang telah terkumpul kemudian dapat memberikan interprestasi atau proses penyederhanaan data kedalam bentuk
yang mudah dibaca dan diinterprestasikan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis deskriptif
Universitas Sumatera Utara
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan dan menginterprestasikan data penelitian
sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan perusahaan yang sedang diteliti.
2. Menentukan Net Profit Margin NPM
NPM =
��������� ℎ������ ℎ����� ��������� ����� ℎ
3. Menentukan Besaran Perusahaan
Besaran perusahaan diukur dari total aktiva. 4.
Menentukan Financial Leverage FL Financial Leverage FL =
�������������� �����������
5. Menentukan Perataan Laba Income Smoothing
ISi =
CV ∆I
CV ∆S
6. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh net profit margin, besaran perusahaan, dam financial leverage terhadap
perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Persamaan regresi linier yang dipakai sebagai berikut :
Y = a+b
1
X
1
+b
2
X
2
+b
3
X
3
+e Keterangan :
Y = Perataan Laba Income Smoothing
Universitas Sumatera Utara
a = Konstanta
X
1
= Net Profit Margin X
2
= Besaran Perusahaan X
3
= Financial Leverage e
= Error Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi linier
berganda sebelum data-data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut : a.
Uji Normalitas data Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi
sebuah data mengikui atau mendekati distribusi normal Situmorang et al, 2010:91. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kolmogrov sminorv.Dengan menggunakan tingkat
signifikan 5 maka jika Asymp. Si. 2-tailed diatas nilai signifikan 5 artinya variabel residual berdistribusi normal Situmorang et al,
2010. b.
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen.Hubungan linear antar variabel inilah yang disebut dengan
multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel independen. Andaikata antar variabel bebas
ternyata memiliki korelasi yang erat sekali, maka nilai koefisien
Universitas Sumatera Utara
regresi menjadi kurang dapat dipercaya. Uji multikolinearitas menggunakan kriteria Tolerance TOL dan variance inflation factor
VIF dengan ketentuan bila TOL 0,1 dan VIF10maka tidak terjadi multikolinearitas Situmorang et.al., 2010.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 periode sebelumnya. Metode deteksi terhadap autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan Durbin Watson. Uji Durbin Watson yaitu dengan membandingkan nilai Durbin
Watson dari hasil regresi dengan nilai Durbin Watson tabel. Bentuk pengujian
H : Tidak terjadi autokorelasi
:
H
a
: Terjadi autokorelasi Menggunakan tarif signifikansi 5.
Pengambilan keputusan, antara lain : H
diterima, jika : dU DW 4-dU Tidak terjadi autokorelasi H
ditolak, jika : DW dL atau DW 4-dL Terjadi autokorelasi dL DW dU atau 4-dU DW 4-dL Tidak ada keputusan yang
pasti. d.
Uji Heteroskedastisitas
Universitas Sumatera Utara
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual satu ke pengamatan lain tetap, maka terjadi homokedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisiatas dalam penelitian ini menggunakan metode uji Spearman’rho dan uji dengan pola titik pada scatterplots Situmorang
et. al., 2010. e.
Uji secara simultan Uji F Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model ini
dapat dipakai untuk mengestimasi variabel terikat secara simultan.
H : b
1
: b
2
= 0, artinya variabel net profit margin, besaranperusahaan, dan financial leverage yang terdapat pada model ini tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel perataan laba income smoothing. Bentuk pengujian :
H
1
: b
1
: b
2
≠ 0, artinya variabel net profit margin, besaran perusahaan, dan financialleverage yang terdapat pada model ini berpengaruh
signifikan terhadap variabel perataan laba income smoothing. Pada penelitian ini nilai F
hitung
akan dibandingkan dengan F
tabel
pada tingkat signifikan α = 5, dimana :
H diterima jika : Signifikansi 0,05
Universitas Sumatera Utara
H ditolak jika : Signifikansi
≤ 0,05 Kriteria penilaian hipotesis pada uji F ini, adalah :
Terima H bila F
hitung
≤ F
tabel
Tolak H terima H
1
bila F
hitung
F
tabel
f. Uji secara parsial Uji T
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat
secara parsial.
H : b
1
: b
2
= 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari net profit margin, besaran perusahaan, dan financial leverage terhadap
variabel perataan laba income smoothing. Bentuk pengujian :
H
1
: b
1 :
b
2
≠ 0 , artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari net profit margin, besaran perusahaan, dan financial leverage terhadap
variabel perataan laba income smoothing. Pada penelitian ini nilai t
hitung
akan dibandingkan dengan t
tabel
pada tingkat signifikan α = 5., dimana : H
diterima jika : Signifikan 0,05 H
ditolak jika : Signifikan ≤ 0,05
Kriteria pengambilan keputusan pada uji – t ini adalah : H
diterima jika : - t
tabel
≤ t
hitung
≤t
tabel
H
1
dterima jika : t
hitung
t
tabel
; t
hitung
≤ - t
tabel
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan