Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (Sektor Manufaktur)

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI

BURSA EFEK INDONESIA (SEKTOR MANUFAKTUR)

OLEH:

DIAH HAPSARI 100522095

PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (Sektor Manufaktur)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 2012 Yang Membuat Pernyataan,

Diah Hapsari 100522095


(3)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI

BURSA EFEK INDONESIA (SEKTOR MANUFAKTUR)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi paktik perataan laba (income smoothing) pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia pada perusahaan sektor manufaktur. Faktor-faktor yang diuji adalah net profit margin, besaran perusahaan, dan financial leverage. Indekseckel digunakan untuk menentukan praktik perataan laba.

Penelitian ini menggunakan40 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, periode 2007-2010.Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive judgement sampling.Data yang digunakan adalah data sekunder perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah pengujian secara parsialdan selanjutnya dilakukan pengujian secara simultan. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan hanya variabel financial leverage saja yang berpengaruh terhadap perataan laba, sedangkan dua variabel lainnya yaitu net profit margin dan besaran perusahaan tidak memiliki pengaruh. Hasil pengujian hipotesis secara parsial tersebut tidak didukung oleh hasil pengujian hipotesis secara simultan, yang menunjukkan bahwa net profit margin, besaran perusahaan, dan financial leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Kata Kunci: Perataan Laba, Net Profit Margin, Besaran Perusahaan, dan


(4)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORSAFFECTING INCOME SMOOTHING AMONGTHE GOPUBLICCOMPANYAT INDONESIANSTOCK

EXCHANGE(MANUFACTURING SECTOR)

The objective of this study istoidentifythe factors thataffect thepracticeof incomesmoothing among thego publiccompanyinIndonesianStock Exchangeon itsmanufacturingsector. The factorsbeing identifiedarenetprofitmargins, companysize (total asset),andfinancial leverage. Eckelindexis usedtodeterminethe practice ofincome smoothing.

This studyinvolved 40manufacturing companieslisted inIndonesiaStock Exchangeduring 2007 to 2010. The method of selection sampleusing purposivejudgmentsampling. This research utilizes secondary dataof manufacturing companylisted inIndonesianStock Exchange(BEI). Data which have already collected are processed with partialtestbeforesimultant test.The statistical methodused in this research ismultiple linear regression.

The resultsofhypothesisindicated that the variablefinancial leverageaffectthe income smoothing, whilethe two other variables, such asnetprofitmarginandcompany size has noinfluence. Partialtest resultsof hypothesis arenot supported bysimultant test results of hypothesis, whichindicatesthat thenetprofitmargin, company size, andfinancial leveragedoes not effectthe practice ofincome smoothing.

Keywords: Income Smoothing, NetProfitMargin, Company Size, andFinancialLeverage.


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (Sektor Manufaktur)”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, selaku Kepala Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Dosen Pembinbing yang telah banyak memberikan bimbingan, kritik, saran, dan pengarahan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi dapat diselesaikan.

5. Ibu Dra. Naleni Indra, MM, Ak, selaku Dosen Pembaca Nilai yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Ayahanda Ir. Darsono dan Ibunda Siti Rochani, Ba, yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil serta doa, kasih sayang dan bantuan yang tak ternilai dalam bentuk apapun juga hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terutama yang telahmemberikan bantuannya selama penelitian ini baik secara langsung maupun tidaklangsung.Penulis menyadari akan kekurang sempurnaan dalam penulisan skripsi ini.

Oleh sebab itu, segala kritik maupun saran yang bersifat membangun sangatpenulis harapkan agar kelak dapat menghasilkan karya yang lebih baik.

Medan, 2012

Penulis,

Diah Hapsari NIM : 100522095


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 10

2.1.1. Konsep Laba ... 10

2.1.2. Informasi Laba ... 12

2.1.3. Manajemen Laba ... 13

2.1.4. Teori Keagenan ... 15

2.1.5. Perataan Laba ... 18

2.1.5.1. Pengertian Perataan Laba ... 18

2.1.5.2. Jenis Perataan Laba ... 19

2.1.5.3. Tujuan Perataan Laba ... 21

2.1.5.4. Alasan Manajemen Perusahaan Melakukan Perataan Laba ... 22

2.1.5.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba ... 23

2.1.5.6. Model Eckel (1981) ... 28

2.1.5.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29

2.2. Kerangka Konseptual ... 30

2.3. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 33

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33


(8)

3.4. Definisi Operasional ... 34

3.4.1. Variabel Independen (Variabel X) ... 34

3.4.2. Variabel Dependen (Variabel Y) ... 35

3.5. Skala Pengukuran Variabel ... 37

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3.6.1. Pemilihan Sampel ... 37

3.6.2. Model Klasifikasi Sampel ... 40

3.7. Jenis Data ... 40

3.8. Metode Pengumpulan Data ... 41

3.9. Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 47

4.2. Hasil Penelitian ... 48

4.2.1. Uji Normalitas Data ... 48

4.2.2. Uji Multikolinearitas dengan Nilai Tolerance dan VIF ... 49

4.2.3. Uji Autokorelasi ... 49

4.2.4. Uji Heteroskedastisitas ... 50

4.2.5. Analisis Regresi Linier ... 51

4.3. Pembahasan ... 52

4.3.1. Uji Normalitas Data ... 52

4.3.2. Uji Multikolinearitas ... 53

4.3.3. Uji Autokorelasi ... 53

4.3.4. Uji Heteroskedastisitas ... 54

4.3.4.1. Metode Uji Spearman’s rho ... 55

4.3.4.2. Metode Uji Scatterplots ... 55

4.3.5. Analisis Regresi Linier ... 56

4.3.5.1. Uji F ... 57

4.3.5.2. Uji T ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 60

5.2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Tedahulu ... 29

3.1 Operasional Variabel ... 36

3.2 Hasil Seleksi Sampel ... 38

3.3 Nama-Nama Perusahaan Sampel ... 39

4.1 Hasil Uji Normalitas Data ... 48

4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 49

4.3 Hasil Uji Autokorelasi ... 49

4.4.a Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Spearman’s rho ... 50

4.4.b Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot ... 50

4.5.a Hasil Uji Regresi Variables Entered/Removed ... 51

4.5.b Hasil Uji Regresi Model Summaryb ... 51

4.5.c Hasil Uji Regresi ANOVAb ... 51


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Tipe Perataan Laba ... 20 2.2 Kerangka Konseptual ... 31


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Net Profit Margin (NPM) ... 66

2 Total Aktiva (TA) ... 67

3 Financial Leverage (FL) ... 68

4 Hasil Perhitungan Coefficient Variation of Earnings ... 70

5 Hasil Perhitungan Coefficient Variation of Sales ... 71

6 Hasil Perhitungan Income Smoothing Indeks (ISi) ... 72

7 Klasifikasi Perusahaan yang Melakukan Perataan Laba ... 74


(12)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI

BURSA EFEK INDONESIA (SEKTOR MANUFAKTUR)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi paktik perataan laba (income smoothing) pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia pada perusahaan sektor manufaktur. Faktor-faktor yang diuji adalah net profit margin, besaran perusahaan, dan financial leverage. Indekseckel digunakan untuk menentukan praktik perataan laba.

Penelitian ini menggunakan40 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, periode 2007-2010.Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive judgement sampling.Data yang digunakan adalah data sekunder perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah pengujian secara parsialdan selanjutnya dilakukan pengujian secara simultan. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan hanya variabel financial leverage saja yang berpengaruh terhadap perataan laba, sedangkan dua variabel lainnya yaitu net profit margin dan besaran perusahaan tidak memiliki pengaruh. Hasil pengujian hipotesis secara parsial tersebut tidak didukung oleh hasil pengujian hipotesis secara simultan, yang menunjukkan bahwa net profit margin, besaran perusahaan, dan financial leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Kata Kunci: Perataan Laba, Net Profit Margin, Besaran Perusahaan, dan


(13)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORSAFFECTING INCOME SMOOTHING AMONGTHE GOPUBLICCOMPANYAT INDONESIANSTOCK

EXCHANGE(MANUFACTURING SECTOR)

The objective of this study istoidentifythe factors thataffect thepracticeof incomesmoothing among thego publiccompanyinIndonesianStock Exchangeon itsmanufacturingsector. The factorsbeing identifiedarenetprofitmargins, companysize (total asset),andfinancial leverage. Eckelindexis usedtodeterminethe practice ofincome smoothing.

This studyinvolved 40manufacturing companieslisted inIndonesiaStock Exchangeduring 2007 to 2010. The method of selection sampleusing purposivejudgmentsampling. This research utilizes secondary dataof manufacturing companylisted inIndonesianStock Exchange(BEI). Data which have already collected are processed with partialtestbeforesimultant test.The statistical methodused in this research ismultiple linear regression.

The resultsofhypothesisindicated that the variablefinancial leverageaffectthe income smoothing, whilethe two other variables, such asnetprofitmarginandcompany size has noinfluence. Partialtest resultsof hypothesis arenot supported bysimultant test results of hypothesis, whichindicatesthat thenetprofitmargin, company size, andfinancial leveragedoes not effectthe practice ofincome smoothing.

Keywords: Income Smoothing, NetProfitMargin, Company Size, andFinancialLeverage.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dalam dunia bisnis pada saat sekarang ini menunjukkan adanya gejala persaingan yang semakin ketat. Adanya gejala tersebut menyebabkan manajemen perusahaan selalu ingin menunjukkan kinerja terbaik dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Kinerja yang ditunjukkan perusahaan akan sangat berguna bagi berbagai pihak seperti misalnya investor karena hal ini akan sangat mempengaruhi minat para investor untuk menanam atau menarik kembali investasinya.

Laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses akuntansi, adalah salah satu informasi yang bermanfaat untuk mengkomunikasikan antar berbagai pihak berkepentingan terhadap perusahaan. Menurut (Belkaoui, 2000), laporan keuangan merupakan salah satu sumber utama informasi keuangan yang sangat penting bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya pemilik.Pemakai laporan keuangan dapat dibedakan menjadi beberapa pihak yaitu: pihak internal (manajemen dan karyawan perusahaan) dan pihak eksternal (pemegang saham, kreditor, pemerintah, pemasok, konsumen dan masyarakat umum lainnya).


(15)

Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena melalui laba dapat dinilai tingkat kinerja manajemen, tingkat kemampuan menghasilkan laba dalam jangka waktu panjang, serta tingkat risiko investasi dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu, manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi baik.

Teori keagenan (agency theory) menyatakan manajemen memiliki informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan pemilik perusahaan yang sering terdorong untuk melakukan tindakan yang dapat memaksimalkan keuntungan dirinya sendiri (disfunctional behaviour) dan atau perusahaannya.Untuk itu manajemen melakukan manajemen laba (earning management) karena laba merupakan salah satu informasi dalam laporan keuangan yang sering digunakan sebagai dasar dalam penentuan kompensasi manajemen.

Perataan laba merupakan bagian dari manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen yang dijadikan sebagai usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan. Usaha untuk mengurangi fluktuasi laba adalah suatu bentuk manipulasi laba agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan jumlah laba periode sebelumnya. Dalam mengurangi fluktuasi laba itu juga dipertimbangkan tingkat pertumbuhan normal yang diharapkan pada periode tersebut.


(16)

Beidleman (1973)menyatakan bahwa tujuan manajemen perusahaan melakukan keputusan perataan laba adalah untuk menciptakan suatu aliran laba yang stabil dan mengurangi covariance atas return dengan pasar. Menurut Hepworth (1953)menyatakan bahwa tindakan perataan laba yang dilakukan oleh manajemen merupakan suatu tindakan yang logis dan rasional bagi manajer, hal ini disebabkan karena beberapa alasan yaitu:

1. Sebagai rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan yang dapat mengurangi hutang pajak.

2. Tindakan perataan laba dapat meningkatkan kepercayaan investor, karena mendukung kestabilan penghasilan dan kebijakan dividen sesuai dengan keinginan.

3. Tindakan perataan laba dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah/gaji oleh karyawan.

4. Tindakan perataan laba memiliki dampak psikologis pada perekonomian,dimana kemajuan dan kemunduran dapat dibandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat ditekan.

Apapun tujuan dan alasan yang melatarbelakangi manajemen melakukan perataan laba, tetap saja tindakan tersebut dapat merubah kandungan informasi atas laba yang dihasilkan perusahaan. Hal ini perlu diwaspadai oleh pengguna laporan keuangan, karena informasi yang telah mengalami penambahan ataupengurangan tersebut dapat menyesatkan pengambilan keputusan yang akan diambil.


(17)

Income smoothing didefinisikan sebagai sebuah praktik dengan menggunakan teknik-teknik akuntansi untuk mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa periode waktu (Rivard, 2003 dalam Hutagalung, 2011).Perataan laba mempunyai dua tipe yaitu perataan laba yang dilakukan secara sengaja oleh manajemen dan perataan laba yang terjadi secara alami. Perataan laba secara alami terjadi sebagai akibat dari proses menghasilkan suatu aliran laba yang merata, sementara perataan laba yang disengaja dapat terjadi akibat teknik perataan laba riil atau teknik perataan laba artifisial. Perataan laba riil adalah perataan laba yang terjadi apabila manajemen mengambil tindakan untuk menyusun kejadian-kejadian ekonomi sehingga menghasilkan aliran laba yang rata. Perataan laba artifisial adalah perataan laba yang terjadi apabila manajemen memanipulasi saat pencatatan akuntansi untuk menghasilkan aliran laba yang rata.

Penulis melihat ada suatu fenomena yang terjadi dalam hal perataan laba ini. Sebab, perataan laba dapat dikatakan sebagai suatu tindakan yang tidak etis karena manajemen suatu perusahaan dengan sengaja mengubah kandungan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang perataan laba ini. Penulis ingin mengetahui hal-hal apa saja yang mempengaruhi manajemen suatu perusahaan untuk melakukan tindakan yang tidak etis ini.

Net profit marginmerupakan variabel yang menjadi pusat perhatian para investor karena berhubungan dengan laporan keuangan dalam kaitannya dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Semakin meningkatnya


(18)

NPM, maka daya tarik investor semakin meningkat sehingga perusahaan cenderung ingin menunjukkan kinerja terbaiknya dengan melakukan praktik perataan laba (Masodah, 2007 dalam Novita, 2009). Menurut Novita (2009), net profit margin tidak berpengaruh terhadap perataan laba, dimana penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Samosir (2010). Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Septoaji(2002) menyatakan bahwa net profit margin berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba.

Besaran perusahaan diproksikan sebagai total aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Ashari, et al. (1994)menyebutkan bahwa perusahaan yang berukuran kecil akan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan besar, karena perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis dan investor dibandingkan perusahaan kecil. Sebaliknya perusahaan yang memiliki aktiva besar kemudian dikategorikan sebagai perusahaan besar. Umumnya akan mendapat lebih banyak perhatian dari berbagai pihak seperti, para analis, investor, maupun pemerintah.

Perusahaan yang berukuran besar akan lebih cenderung untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil. Menurut Septoaji (2002) besaran perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novita (2009). Akan tetapi hasil penelitian Budiasih (2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba (income smoothing).


(19)

Financial leverage diproksikan dengandebt to total assetyang diperoleh melalui total utang dibagi dengan total aktiva. Adanyaindikasi perusahaan melakukan perataan laba untuk menghindaripelanggaran perjanjian utang dapat dilihat melalui kemampuanperusahaan tersebut untuk melunasi utangnya dengan menggunakanaktiva yang dimiliki. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yangtinggi diduga melakukan perataan laba karena perusahaan terancamdefault sehingga manajemen membuat kebijakan yang dapatmeningkatkan pendapatan.Rasio financial leverage dapat digunakan untuk mengukur dua hal pokok yaitu (1) mengukur perluasan perusahaan yang dibelanjai dengan kredit dan (2) dapat digunakan sebagai indikator terhadap resiko keuangan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiasih (2005), Financial leverage berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Herawati danBaridwan (2007). Namun, penelitian ini tidak konsisten dengan hasilpenelitian Agus (2004) dan Santoso (2009).

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Novita (2009). Variabel yang digunakan dalam penelitian Novita (2009) yaitu ukuran perusahaan, return on asset dan net profit margin. Novita (2009) menyimpulkan bahwa tidak ada faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba.

Perbedaan dengan penulisan terdahulu penulis mengambil sampel perusahaan manufaktur di BEI periode 2007 sampai 2010, sedangkan penelitian terdahulu mengambil sampel perusahaan manufaktur di BEI periode 2005 sampai 2007. Serta


(20)

penggunaan variabel financialleverage yang dihitung dari perbandingan antara total hutang dengan total aktiva perusahaan sebagai pengganti dari variabel return on asset. Hal ini berdasarkan alasan bahwa financialleverage menunjukkan efisiensi perusahaan memanfaatkan ekuitas pemilik dalam rangka mengantisipasi hutang jangka panjangdan jangka pendek perusahaan sehingga tidak akan mengganggu operasi perusahaansecara keseluruhan dalam jangka panjang (Juniarti, 2005). Karena hutang yang besarmengakibatkan rasio leverage menjadi besar yang mengakibatkan risiko semakinmeningkat. Jadi semakin besar leverage, maka risiko yang ditanggung oleh pemilikmodal juga akan semakin meningkat (Widyaningdyah, 2001). Rasio leverage yangbesar menyebabkan turunnya minat investor untuk menanamkan modalnya padaperusahaan tersebut, sehingga dapat memicu adanya tindakan perataan laba(Narsa, dkk.,2003).

Penelitian mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan alasan perusahaan manufaktur mempunyai skala produksi yang besar dalam kaitannya memperoleh laba yang tinggi, selain itu jumah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI cukup banyak sehingga keinginan untuk mencapai sampel yang cukup dapat terpenuhi. Penulis mengambil data dari tahun 2007 sampai dengan 2010 dengan alasan menggunakan periode penelitian tahun terbaru. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil penelitian ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia (Sektor Manufaktur)”.


(21)

1.2.Perumusan Masalah

Sebagaimana uraian di atas disebutkan bahwa praktik perataan laba terjadi karena adanya konflik kepentingan antara manajer dengan pihak lain (pemegang saham, kreditor dan pemerintah) serta mengurangi fluktuasi dari laba tahunan yang dilaporkan, serta masih kontradiktifnya hasil penelitian terdahulu baik dari dalam maupun luar negeri, maka hal tersebut menjadi alasan penelitian ini dilakukan, dengan menguji:

a. Apakah Net Profit Margin berpengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (sektor manufaktur)?

b. Apakah Besaran Perusahaan berpengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (sektor manufaktur)?

c. Apakah Financial Leverage berpengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan Go Publicdi Bursa Efek Indonesia (sektor manufaktur)?

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Terkait dengan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisis pengaruh Net Profit Margin terhadap perataan laba pada perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (sektor manufaktur). b. Untuk menganalisis pengaruh Besaran Perusahaan terhadap perataan laba


(22)

c. Untuk menganalisis pengaruh Financial Leverage perusahaan terhadap perataan laba pada perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (sektor manufaktur).

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran sampai berapa jauh faktor Net Profit Margin, Besaran Perusahaan, dan Financial Leveragemempengaruhi perataan laba

b. Bagi para investor dan calon investor yang melakukan investasi di pasar modal dimana hasil penelitian ini dapat memberikan masukan didalam pembuatan keputusan investasi serta dalam pengelolaan portofolio saham yang dimilikinya.

c. Bagi pengembangan informasi pasar modal mengenai praktik perataan laba dalam analisis kinerja perusahaan publik di Indonesia.

d. Bagi BAPEPAM selaku pengawas pasar modal di Indonesia khususnya di Bursa Efek Indonesia dalam menggunakan wewenangnya untuk membuat peraturan atau kebijakan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh emiten.

e. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan literatur dalam pengembangan penelitian selanjutnya.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Laba

Konsep laba selalu menjadi pusat perhatian yang penting bagi para ahli ekonomi. Adam Smith adalah ahli ekonomi yang pertama kali mendefinisikan laba sebagai suatu peningkatan kekayaan. Laba adalah hal yang mendasar dan penting dari laporan keuangan dan memiliki banyak kegunaan di berbagai konteks. Pandangan tentang konsep laba (Ahmed Riahi-Belkaoui,2007 dalam Novita, 2009):

a. Laba adalah dasar untuk perpajakan dan redistribusi kekayaan diantara individu-individu. Suatu versi laba yang dikenal sebagai laba kena pajak diperhitungkan menurut aturan-aturan yang ditentukan oleh peraturan fiskal pemerintah.

b. Laba dipandang sebagai suatu panduan bagi kebijakan dividen dan retensi perusahaan. Laba yang diakui adalah indikator dari jumlah maksimum yang dapat didistribusikan sebagai dividen dan ditahan untuk ekspansi atau diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan.

c. Laba dipandang sebagai panduan umum investasi dan pengambilan keputusan. Secara umum dihipotesiskan bahwa para investor akan berusaha


(24)

untuk memaksimalkan pengembalian dari modal yang diinvestasikan, yang sepadan dengan tingkat risiko yang dapat diterima.

d. Laba dianggap sebagai suatu sarana prediktif yang membantu dalam meramalkan laba dan peristiwa-peristiwa ekonomi di masa depan. Bahkan, pada kenyataannya, nilai-nilai laba masa lalu yang didasarkan pada biaya historis dan nilai saat ini ternyata dapat bermanfaat di dalam meramalkan nilai-nilai masa depan dari kedua versi laba.

e. Laba dapat dilihat sebagai suatu alat ukur efisiensi. Laba adalah ukuran baik dari keahlian kepengurusan manajemen atas sumber daya entitas maupun efisiensinya dalam menyelenggarakan urusan-urusan perusahaan. Hal ini dinyatakan dengan baik di dalam Laporan Kelompok Studi tentang Tujuan-tujuan Pelaporan Keuangan dari FASB, yang memiliki pendapat bahwa “tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam menilai kemampuan manajemen memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif guna mencapai sasaran utama perusahaan“ dan proses laba terdiri atas usaha-usaha dan pelaksanaan yang diarahkan untuk mencapai sasaran utama perusahaan berupa pengembalian, dalam beberapa waktu, jumlah maksimum kas kepada para pemiliknya. Sasaran utama manajemen diasumsikan adalah untuk memaksimalkan laba per saham.


(25)

2.1.2. Informasi Laba

Salah satu informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan adalah informasi laba. Menurut Kirschenheiter dan Melumad (2002) (dalam Novita, 2009), informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, dan menaksir risiko investasi atau meminjamkan dana. Adanya perubahan informasi atas laba bersih suatu perusahaan melalui berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut para pengguna infromasi yang bersangkutan, tidak terkecuali penerapan perataan laba oleh suatu perusahaan.

Menurut Beaver et al. (1968) (dalam Novita, 2009), informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan harus memiliki kebermanfaatan keputusan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan laporan keuangan. Oleh karena itu dalam penyusunan laporan keuangan seharusnya alternatif pengukuran akuntansi dievaluasi dalam kaitan kemampuannya untuk memprediksikan peristiwa yang menjadi kepentingan pembuat keputusan.

Beatiie et al., (1994) menyatakan pentingnya informasi laba secara tegas telah disebutkan dalam Statement of Financial Concepts (SFAC) No. 1, bahwa selain untuk menilai kinerja manajemen, juga membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif, dan untuk menaksir risiko dalam investasi atau kredit. Perhatian investor sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut.


(26)

Kecenderungan untuk memperhatikan laba inilah yang disadari oleh manajemen, mendorong manajer untuk melakukan manajemen atas laba (earning management) atau manipulasi laba (earning manipulation). (Novita, 2009).

2.1.3. Manajemen Laba

Copeland (1968) mendefinisikan manajemen laba sebagai, “some ability to increase or decrease reported net income at will”. Ini berarti bahwa manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen.

Scoot (1997) (dalam Novita, 2009), mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut “Given that managers can choose accounting policies from a set (fro example, GAAP), it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm”. Dari defenisi tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.

Selain itu Scoot (1997) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, dengan melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political cost (Opportunitiec Earning Managements). Kedua, dengan memandang manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak


(27)

terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.

Menurut Scoot (2000) (dalam Novita, 2009), salah satu pola manajemen laba adalah income smoothing. “Smoothing of income is a way or removing volatylity in earnings by levelling off the earnings peaks and raising the valleys”. Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dapat dilakukan dengan cara:

a. Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan Chief Executive Officer (CEO) baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. b. Income Minimization

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

c. Income Maximization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas Income Maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih.


(28)

Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.1.4. Teori Keagenan

Penjelasan konsep manajemen laba dalam hal ini tindakan perataan laba berhubunngan dengan pendekatan teori keagenan (agency theory). Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain(agen) untuk melaksanakan suatu jasa danmendelegasikanwewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut.

Pada teori keagenan yang disebut prinsipal adalah pemegang saham danyang disebut agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan.Prinsipaldiasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dariinvestasi mereka pada perusahaan.Sedangkan agen diasumsikan akan menerimakepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lainyang terlibat dalam hubungan keagenan (Anthony dan Govindarajan, 2005).Sesuai dengan asumsi tersebut, maka manajer akan mengambil kebijakan yangmenguntungkan dirinya sebelum memberikan manfaat kepada pemegang saham.

Pada sebuah perusahaan terdapat tiga pihak utama (major participant) yangmemiliki kepentingan berbeda yaitu manajemen, pemegang saham (sebagaipemilik), dan buruh atau tenaga kerja. Prinsip pengambilan keputusan


(29)

yangdiambil oleh manajer adalah bahwa manajer harus memilih tindakan-tindakanyang akan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Atau dengan kata lain, pengambilan keputusan tidak didasarkan atas kepentingan manajemen (agent) namun harus mengacu pada kepentingan pemegang saham (principal).

Namun kenyataan yang terjadi dibanyak perusahaan adalah manajer cenderung memilih tindakan-tindakan yang menguntungkan kepentingannya misalnya yang dapat memaksimalkan kekayaannya daripada menguntungkan pemegang saham.

Dengan demikian jelas bahwa, teori ini berusaha memberikan suatu pemahaman akan perilaku organisasional dengan memaksimalkan keinginan mereka (Wolk and Tearney, 1996 dalam Septoaji, 2002). Usaha memaksimalisasi keinginan tersebut mendorong terjadinya konflik kepentingan diantara pemilik (prinsipal) dengan manajemen (agen), karena setiap pihak berusaha memaksimalkan kepentingannya dimana pemilik mengiginkan profitabilitas yang selalu meningkat sedangkan manajemen berusaha memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya melalui kompensasi yang diterimanya.

Untuk mengatasi hal tersebut pihak pemilik (principal) melakukan pengendalian dengan membentuk fungsi monitoring dalam hal penyusunan laporan keuangan secara periodik untuk kepentingan pemilik (Stewardships accountability), dan adanya fungsi auditing yang bersifat independen dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan perusahaan. Akibatnya manajer akan senantiasa berusaha


(30)

mencapai tingkat penghasilan yang diinginkan pemilik dengan menyajikan tingkat penghasilan yang wajar dan menjaga variabilitas penghasilan.

Selain itu, kebijakan dalam pemberian insentif ataupun reward dalam mengukur kinerja manajemen didasarkan pula pada informasi akuntansi yang disajikan manajemen. Konsekuensi dari hal tersebut di atas adalah munculnya perilaku yang tidak semestinya dikalangan manajer (disfunctional behaviour). Manajer cenderung melakukan perataan laba dengan memanipulasi data agar kinerjanya tampak bagus dan dengan demikian berhak untuk menerima reward (Zuhroh, 1996 dalam Septoaji, 2002).

Dipandang dari sisi manajemen, Hepworth (1953) mengungkapkan bahwa manajer yang termotivasi untuk melakukan perataan laba pada dasarnya ingin mendapatkan berbagai keuntungan ekonomi dan psikologis diantaranya:

1. Mengurangi total pajak terutang.

2. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan dividen yang stabil pula. Di lain pihak menurut Dye (1988), pemilik mendukung perataan laba karena adanya motivasi internal dan eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud pemilik untuk meminimalisasi biaya kontrak manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktik manajemen laba. Motivasi eksternal ditunjukkan oleh usaha pemilik untuk mengubah persepsi investor potensial mengenai nilai perusahaan.


(31)

Menurut Ronen dan Sadan (1975) perataan laba dapat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi tertentu melalui kebijakan yang dimilikinya (misal: biaya riset dan pengembangan) untuk mengurangi variasi laba yang dilaporkan. Kedua, manajemen dapat mengalokasikan pendapatan atau biaya tertentu untuk beberapa periode akuntansi. Sebagai contoh dalam penentuan metode depresiasi, dimana manajemen dapat memilih antara metode garis lurus dan metode penyusutan yang dipercepat. Ketiga, manajemen memiliki kebijakan sendiri dalam mengklasifikasikan pos laba rugi tertentu dalam kategori yang berbeda.

2.1.5. Perataan Laba

2.1.5.1.Pengertian Perataan Laba

Perataan laba dapat dipandang sebagai upaya yang secara sengaja dimaksudkan untuk menormalkan income dalam rangka mencapai kecenderungan atau tingkat yang diinginkan. Perataan income/laba menurut Beidleman (1973) sebagai berikut: “meratakan earnings yang dilaporkan sebagai pengurangan secara sengaja fluktuasi di sekitar tingkat earnings tertentu yang dianggap normal bagi sebuah perusahaan”. Dalam pengertian ini perataan mempresentasikan sebuah upaya yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi tidak normal dalam earnings sepanjang diijinkan oleh prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat. Moses (1987) menyatakan bahwa praktik perataan


(32)

laba didefinisikan sebagai upaya untuk mengurangi fluktuasi dalam laba yang dilaporkan.

Tucker dan Zarowin (2006) menyatakan income smoothing adalah salah satu jenis dari tindakan manajemen laba. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah variasi periodik laba dari waktu ke waktu. Kebijakan ini diperbolehkan dalam kebijakan akuntansi dimana manajer dimungkinkan untuk menyesuaikan laporan laba untuk menghasilkan aliran laba yang stabil. Perataan laba memainkan peranan ganda dalam menentukan kualitas laba. (Cahan, et al., 2008).

Sedangkan Koch (1981) menyebutkan perataan laba dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi. Tindakan perataan laba yang sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam batasan Generally Accepted Accounting Principles(GAAP), mengarah pada suatu tingkatan yang diinginkan atas laba yang dilaporkan.

Perataan laba adalah tindakan yang secara sengaja oleh manajemen untuk mengurangi variasi laba dengan menggunakan teknik akuntansi, dimana perataan laba telah menjadi topik yang menarik dalam literatur akuntansi dan keuangan dalam beberapa waktu. Praktik perataan laba adalah tindakan yang logis dan rasional. (Ashari et al., 1994).


(33)

2.1.5.2.Jenis Perataan Laba

Berdasarkan penelitian Eckel (1981) terdapat dua jenis perataan laba yaitunaturally smooth dan intentionally smooth.Intentionally smooth terbagi atasartificial smoothing dan real smoothing.Berikut ini adalah gambar yangdigunakan untuk memperjelas tipe perataan laba tersebut:

Aliran perataan laba yang alami (naturally income smoothing) secara sederhana mempunyai implikasi bahwa sifat proses perolehan laba itu sendiri yang menghasilkan suatu aliran laba yang rata.Tipe perataan laba terjadi begitu saja secara alami tanpa intervensi pihak manapun.Berbeda dengan perataan laba yang secara alami, perataan laba yang disengaja (intentionally income smoothing)


(34)

mengandung intervensi manajemen.Ada dua jenis perataan laba yang disengaja, yaitu perataan laba riil dan perataan laba artifisial.

Dari penjelasan tipe perataan laba tersebut, konsep perataan laba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perataan laba yang disengaja, tanpa membedakan perataan laba riil atau perataan laba artifisial, karena peneliti hanya meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba tanpa menguji lebih lanjut bagaimana manajemen melakukan perataan laba tersebut.

2.1.5.3.Tujuan Perataan Laba

Seperti halnya definisi, tujuan dari perataan laba juga mendatangkan berbagai pendapat dari para peneliti terdahulu. Berbagai penilitian yang telah dilakukan membuktikan berbagai macam tujuan yang ingin di capai oleh manajemen dalam perataan laba yaitu:

1. Mencapai keuntungan pajak.

2. Untuk memberikan kesan baik dari pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen.

3. Mengurangi fluktuasi pada laporan laba dan mengurangi risiko, sehingga harga sekuritas yang tinggi menarik perhatian pasar.

4. Untuk menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil.

5. Untuk menjaga posisi/kedudukan mereka dalam perusahaan.

Dye (1988) menyatakan bahwa perataan laba karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal, dengan tujuan:


(35)

1. Menjelaskan kondisi yang diperlukan untuk melakukan manajemen laba. 2. Mengidentifikasikan pengaruh atas permintaan internal dan eksternal atas

manajemen laba pada kebijakan pengumuman laba perusahaan yang optimal.

3. Menjelaskan manfaat dan kerugian bagi pemegang saham akibat dilakukannya manipulasi laba.

Adapun tujuan perataan laba menurut Foster (1986) (dalam Novita, 2009) adalah sebagai berikut:

1. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar, bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko yang rendah.

2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa mendatang.

3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.

4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen. 5. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.

2.1.5.4.Alasan Manajemen Perusahaan Melakukan Perataan Laba

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menjelaskan alasan-alasan yang mendorong manajer untuk melakukan tindakan perataan laba.Tindakan perataan laba merupakan tindakan yang logis dan rasional bagi manajer untuk meratakan laba dengan menggunakan cara atau metode akuntansi tertentu.


(36)

Alasan seorang manajer melakukan praktik perataan laba (Sitinjak,2010) sebagai berikut:

a. Aliran laba yang merata dapat meningkatkan keyakinan para investor karena laba yang stabil akan mendukung kebijaksanaan dividen yang stabil pula sebagaimana yang diinginkan para investor.

b. Penyusunan pos pendapatan dan biaya secara bijaksana yang melalui periode beberapa metode tertentu, manajemen dapat mengurangi kewajiban perusahaan secara keseluruhan.

c. Perataan laba dapat meningkatkan hubungan antara manajer dan pekerja karena kenaikan yang tajam dalam laba yang dilaporkan dapat menimbulkan permintaan upah yang lebih tinggi bagi para karyawan. d. Aliran laba yang merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada

ekonomi dalam hal kenaikan atau penurunan dapat dihindarkan serta rasa pesimis dan optimis dapat dikurangi.

2.1.5.5.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba

Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap tindakan perataan laba telah diuji. Namun dalam penelitian ini menggunakan tiga faktor yaitu net profit margin, besaran perusahaan dan financial leverage.


(37)

Rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva dan hasil penjualan (Septoaji, 2002).

Menurut Copeland (1968) rasio profitabiitas inidibagi menjadi Gross Profit Margin¸ Net Profit Margin, dan Return on Investment (ROI). Hal ini dapat dijelaskan bahwa profitabilitas merupakan ukuran penting yang sering digunakan oleh para manajer sebagai dasar pembagian dividen, dengan asumsi bahwa investor tidak menyukai resiko dan kepuasan investor meningkat dengan adanya laba perusahaan yang stabil (Gordon, 1974 dalam Septoaji, 2002). Jika ada variabilitas laba yang besar, manajer cenderung untuk melakukan income smoothing dengan harapan bahwa profitabilitas yang tinggi akan menaikkan standar bonus/laba di masa yang akan datang dan mengurangi kekhawatiran manajer dalam pencapaian target laba yang stabil dimasa yang akan datang.

Salah satu faktor yang akan diukur yakni net profit margin. Net profit margin adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak.Net profit margin ini mengukur tingkat keefisienan seluruh aktivitas yang terjadi pada perusahaan tersebut.Net profit margin dapat memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan (Septoaji, 2002).


(38)

Net profit margindiduga mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait langsung dengan objek perataan penghasilan (Novita, 2009). Penggunaan net profit margin juga didukung oleh hasil penelitian Beattie et.al (1994), Ronen dan Sadan (1975), yang meneliti penggunaan berbagai instrumen laporan keuangan untuk meratakan penghasilan.

2. Besaran Perusahaan dan perataan laba

Ashari et al. (1994) menyebutkan bahwa perusahaan yang berukuran kecil akan lebih cenderung untuk melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan besar, karena perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis dan investor dibandingkan dengan perusahaan kecil. Sebaliknya, perusahaan besar yang memiliki aktiva yang besar yang kemudian dikategorikan sebagai perusahaan besar umumnya akan mendapatkan lebih banyak perhatian dari berbagai pihak seperti analis, investor, maupun pemerintah. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain.

Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran


(39)

perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Jin dan Machfoedz, 1994).

3. Financial Leverage dan perataan laba

Financial leverage merupakan hal penting dalam penentuan struktur modalperusahaan. Oleh Riyanto (1995) dalam Dewi (2010) dinyatakan bahwa financial leverage merupakanpenggunaan dana yang disertai biaya tetap. Sedangkan menurut Weston (2009)menyebutkan financial leverage atau disebut juga leverage factor adalah rasio nilaibuku seluruh hutang terhadap total aktiva.

Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakanmenghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau efekyang positif jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besardaripada beban tetap dari penggunaan dana itu. Financial leverage merugikan(unfavorable leverage) jika perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan daripenggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar (Riyanto,1995 dalam Dewi, 2010).

Weston dan Copeland (2009) mengemukakan bahwa penggunaan hutangakan menentukan tingkat financialleverage perusahaan. Karena denganmenggunakan lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri maka beban tetapyang ditanggung perusahaan tinggi yang pada akhirnya akan menyebabkan laba menurun. Penggunaan hutang akan meningkatkan


(40)

nilai perusahaan,tetapi pada suatu titik tertentu yaitu pada struktur modal optimal, nilai perusahaanakan semakin menurun dengan semakin besarnya proporsi hutang dalam strukturmodalnya. Hal ini disebabkan karena manfaat yang diperoleh pada penggunaanhutang menjadi lebih kecil dibandingkan biaya yang timbul atas penggunaan hutantersebut.

Berbagai macam rasio financial leverage yang digunakan diantaranya Debt Ratio, Time Interest EarnedRatio, dan Fixed-Payment Coverage Ratio. Debt Ratio sering digunakan dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan pada laba yang diperoleh perusahaan. Seorang kreditur akan lebih cenderung memberikan kredit kepada perusahaan yang menghasilkan laba yang stabil, karena laba yang stabil akan memberikan suatu keyakinan bahwa perusahaan tersebut akan membayar hutangnya dengan lancar.

Kreditur cenderung menghindari perusahaan yang menghasilkan laba yang berfluktuasi karena kreditur tidak mau uang yang dipinjamkannya memiliki resiko yang terlalu besar yakni tidak kembali atau tidak lancar, sehingga perusahaan cenderung melakukan income smoothing.

Seorang kreditur akan memberikan kredit kepada perusahaan yang menghasilkan laba yang stabil karena laba yang stabil akan memberikan suatu keyakinan bahwa perusahaan tersebut akan membayar hutangnya dengan lancar. Dengan demikian debt ratio dapat memberikan gambaran


(41)

mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tertagih atau tidaknya suatu hutang.

2.1.5.6.Model Eckel (1981)

Menurut Ashariet al., (1994), model Eckel (1981) mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:

1. Obyektif dan didasarkan pada perhitungan statistik yang dapat memisahkan dengan jelas antara perusahaan yang income smoother dan non income smoother.

2. Tidak tergatung pada prediksi laba, pembuatan model-model yang diperlukan untuk menetapkan laba yang diharapkan, pengujian biaya atau pertimbangan subyektif lainnya. Biasanya pengharapan model-model sulit dilakukan dan menghasilkan kesimpulan yang mengandung kesalahan.

3. Indeks ini mengukur smoother dengan cara merata-rata pengaruh beberapa variabel perata dan diperlukan waktu lebih dari satu periode.

Model Eckel (1981) dalam pengklasifikasian sampel perusahaan sebagai income smoother atau non income smoother menggunakan coefficient variation. Metode Coefficient Variation yang dikembangkan oleh Eckel (1981) untuk mengukur variabilitas income dan sales. Coefficient Variation berguna untuk mengukur variabilitas sampel dan membandingkan varian antar kelompok


(42)

(Albrecht dan Richardson, 1990) serta membandingkan set data yang mempunyai rata-rata dan deviasi standar yang berbeda (Mason danLind, 1993).

2.1.5.7.Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan pengaruh net profit margin, besaran perusahaan, danfinancial leverageterhadap perataan laba (income smoothing) disajikan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Variabel Yang Digunakan Hasil Penelitian

1. Ashari, dkk. (1994) Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Sektor Industri,Nasionalitas. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa dengan

menggunakan coefficient variation (CV) perusahaan yang melakukan perataan laba cenderung mempunyai profitabilitas rendah, perusahaan dengan risiko yang lebih besar, danbanyak terjadi di

perusahaanSingapura. 2. Marlina (2001) Size Perusahaan,

Profitabilitas, Debt To Equity Ratio

Hanya variabel Debt to Equity Ratio saja yang berpengaruh terhadap income smoothing, sedangkan faktor Profitabilitasdan

Sizeperusahaan tidak

berpengaruh terhadap income smoothing.

3. Septoaji (2002) Net Profit Margin, Leverage Operasi, Besaran

Perusahaan, Jenis Perusahaan

Variabel Net Profit Margin dan Leverage Operasi berpengaruh secara

signifikan terhadap perataan laba (income smoothing).


(43)

Sedangkan untuk variabel lain, tidak ada pengaruh besaran perusahaan dan jenis perusahaan terhadap perataan laba (income smoothing). 4. Novita (2009) Ukuran Perusahaan, Return

On Asset, Net Profit Margin

Hanya variabel Ukuran Perusahaan yang

berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan variabel Return On Asset dan Net Profit Margin tidak berpengaruh.

5. Dewi (2010) Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan, Financial Leverage

Variabel Jenis Usaha dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Financial Leverage berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba.

6.

Samosir (2010) Besaran Perusahaan, Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), Return On Asset (ROA)

Variabel Besaran Perusahaan, Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), dan Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap

terjadinya tindakan perataan laba.

7. Hutagalung (2011)

Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Net Profit Margin, Operating Profit Margin

Secara parsial, variabel ukuran perusahaan

berpengaruh secara positif terhadap perataan laba dan variabel operating profit margin berpengaruh secara negatif terhadap perataan laba, sedangkan variabel financial leverage dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap perataan laba.


(44)

2.2.Kerangka Konseptual

Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis menyusun kerangka konseptual (theoretical framework) sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Net profit margin mencerminkan tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang diinginkan. Net profit margin dianggap mempengaruhi perataan laba karena merupakan alat pengukur kinerja manajemen yang penting sebagai dasar pembagian dividen kepada para pemegang saham. Semakin tinggi net profit margin yang dihasilkan perusahaan, maka akan meningkatkan pula nilai tambah perusahaan tersebut di mata para investor.

Besaran perusahaan berfungsi untuk menginformasikan ukuran perusahaan, dimana pada penelitian ini besaran perusahaan dilihat dari total aktiva yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan yang berukuran besar akan lebih cenderung untuk

Net Profit Margin (NPM)

Perataan Laba (Income Smoothing)

Y Total Aktiva (TA)


(45)

melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena perusahaan kecil cenderung tidak akan mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis dan calon investor dibandingkan perusahaan besar. Sebaliknya perusahaan yang memiliki aktiva besar yang kemudian dikategorikan sebagai perusahaan besar umumnya akan mendapat lebih banyak perhatian dari berbagai pihak seperti, para analis, investor, maupun pemerintah. Oleh karena itu perusahaan besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba.

Financial Leveragemenunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan perataan laba.

2.3.Hipotesis

Menurut Ety Rochaety (2007) (dalam Samosir, 2010), “hipotesis adalah pernyataan yang didefenisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi”.

Model hubungan variabel diatas digunakan pada penelitian ini dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang dikaitkan pada praktik perataan laba, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H1: Net Profit Margin berpengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (sektor manufaktur).


(46)

H2: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (sektor manufaktur).

H3: Financial Leverage berpengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (sektor manufaktur).


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitianasosiatif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel net profit margin, besaran perusahaan, dan financial leverage sebagai variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu perataan laba (income smoothing).Sumber data yang dipergunakan berasal dari data sekunder perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.2.Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan menggunakan situs bulanFebruari s/d Mei 2012.

3.3.Batasan Operasional

1. Penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan go public yang termasuk dalam sektor manufaktur yag telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama kurun waktu pengamatan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.


(48)

2. Penelitian ini ingin menganalisis apakah faktor-faktor net profit margin, besaran perusahaan, dan financial leverage berpengaruh terhadap perataan laba (income smoothing).

3.4.Definisi operasional

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.1. Variabel Independen (VariabelX)

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Net profit margin (NPM) yang diukur dari rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total penjualan.

Net profit margin ini diduga mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait langsung dengan obyek perataan laba.

b. Ukuran perusahaan yang diukur dengan total aktiva (TA).

Alasan yang mendasari penggunaan ukuran ini adalah bahwa bagi perusahaan yang memiliki aktiva yang relatif besar akan dapat digunakan untuk jaminan pencarian sumber dana dari luar yaitu hutang dari para kreditur.

c. Financial Leverage(FL) yang diukur dari rasio antara total hutang dengan total aset perusahaan.

Penggunaan pengukuran ini didasarkan asumsi bahwa perusahaan yang memiliki ketersediaan aktiva untuk jaminan hutang, maka para


(49)

kreditur tidak khawatir jika tidak dikembalikan hutang dan bunganya, karena kreditur dapat menyita aktiva yang dimiliki. Sehingga bila leveragetinggi maka perusahaan mempunyai kecukupan aktiva untuk mengembalikan hutang jika terpaksa dilikuidasi.

3.4.2. Variabel Dependen (Variabel Y)

Variabel dependen atau variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah perataan laba yang diukur dengan indeks Eckel. Penggunaan indeks ini dapat digunakan untuk mengetahui perusahaan yang melakukan perataan laba atau tidak. Eckel menggunakan Coefficient Variation (CV) variabel penghasilan dan variabel penjualan bersih.

Indeks perataan laba dihitung sebagai berikut (Eckel, 1981):

ISi = ��∆�

��∆�

Keterangan:

∆I : Perubahan laba dalam satu periode S : perubahan penjualan dalam satu periode

CV : Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai

yang diharapkan.

Apabila CV∆I>CV∆S, maka perusahaan tidak digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba.


(50)

CV∆I : Koefisien variasi untuk perubahan laba CV∆S : Koefisien variasi untuk perubahan penjualan CV∆I dan CV∆S dapat dihitung sebagai berikut:

CV∆I dan CV∆S = �������� �������� ����� atau

CV∆I dan CV∆S =

∑(∆x−∆X)2

n−1

X

Dimana:

∆x : Perubahan penghasilan bersih/laba (I) atau penjualan (S)

∆X : Rata-rata perubahan penghasilan bersih/laba (I) atau penjualan (S) n : Banyaknya tahun yang diamati

Operasional variabel penelitian ini dapat dilihat secara lebih lengkap pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala Sumber Data

Perataan laba (Income Smoothing) Income smoothing index diukur dengan indeks Eckel

ISi = CV∆I CV∆S

Nominal Lap. Keuangan Perusahaan Net Profit

Margin (NPM)

Di ukur dari rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total penjualan

lababersihsetelahpajak penjualanbersih

Rasio Lap. Keuangan Perusahaan Ukuran Perusahaan Diukur dari besarnya total aktiva perusahaan

Besaran perusahaan diukur dari total aktiva

Rasio Lap. Keuangan Perusahaan


(51)

Financial Leverage

Di ukur dari rasio antara total hutang dengan total aset

totalkewajiban totalaktiva

Rasio Lap. Keuangan Perusahaan

3.5.Skala pengukuran variabel

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio untuk NPM, TA dan FL, serta skala nominal untuk perataan laba.

3.6.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing dari tahun 2007-2010 di BEI.Dipilihnya perusahaan yang terdaftar di BEI menjadi populasi dan sampel penelitian ini karena BEI dianggap memiliki data yang lebih lengkap dan telah terorganisasi dengan baik sehingga dapat digunakan menjadi sumber yang layak digunakan dalam penelitian ini.

3.6.1. Pemilihan Sampel

Teknik penarikan sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive judgement sampling yaitu sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan tidak dikeluarkan di BEI selama tahun 2007-2010.


(52)

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama tahun 2007-2010.

3. Perusahaan yang tidak melakukan akuisisi atau merger selama 31 Desember 2007sampai dengan 31 Desember 2010. Bila perusahaan melakukan akusisi dan merger selama periode pengamatan akan mengakibatkan variabel-variabel dalam penelitian mengalami perubahan yang tidak sebanding dengan periode sebelumnya.Sedangkan bila suatu perusahaan dilikuidasi maka hasilpenelitian tidak akan berguna karena perusahaan tersebut di masa yang akan datang tidak lagi beroperasi.

4. Perusahaan yang laporan keuangannya dari tahun 2007-2010 tidak pernah mengalami kerugiaan.

Berdasarkan karakteristik pemilihan sampel diatas diperoleh perusahaan yang akan digunakan sebagai sampel penelitian.Tabel berikut ini menyajikan hasil seleksi sampel dengan metode purposive judgement sampling.

Tabel 3.2 Hasil Seleksi Sampel

Keterangan Jumlah

Jumlah populasi 154

Pelanggaran kriteria I :

Perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar di BEI dan dikeluarkan di BEI selama tahun 2007-2010

(30)

Pelanggaran kriteria II

Emiten yang tidak menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2007-2010

(3) Pelanggaran kriteria III

Emiten yang melakukan merger atau akusisi minimalsekali selama tahun2007-2010

(4)


(53)

Emitem yang mengalami kerugian selama tahun 2007-2010

Jumlah akhir 40

Jumlah sampel akhir yang terpilih sebanyak40 perusahaan merupakan 25,97% dari seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama kurun waktu 2007-2010.Selanjutnya seluruh sampel diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam kelompok perata dan kelompok bukan perata.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam pengambilan sampel, maka perusahaan yang memenuhi kriteria yang dapat dijadikan sebagaisampel yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3

Nama-Nama PerusahaanSampel

No Kode Nama Perusahaan

1 AUTO PT Astra Otoparts Tbk

2 BRNA PT Berlina Tbk

3 BUDI PT Budi Acid Jaya Tbk

4 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk

5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk

6 DVLA PT Darya‐Varia Laboratoria Tbk

7 DYNA PT Dynaplast Tbk

8 EKAD PT Ekadharma International Tbk

9 FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk

10 HMSP PT HM Sampoerna Tbk

11 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk

12 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk

13 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk

14 INDS PT Indospring Tbk

15 INTP PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk

16 JPRS PT Jaya Pari Steel Tbk

17 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk

18 LION PT Lion Metal Works Tbk


(54)

20 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk

21 LPIN PT Multi Prima Sejahtera Tbk

22 MASA PT Multistrada Arah Sarana Tbk

23 MERK PT Merck Tbk

24 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk

25 MYOR PT Mayora Indah Tbk

26 NIPS PT Nipress Tbk

27 RDTX PT Roda Vivatex Tbk

28 SIAP PT Sekawan Inti Pratama Tbk

29 SIPD PT Sierad Produce Tbk

30 SKLT PT Sekar Laut Tbk

31 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk

32 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk

33 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk

34 SQBI PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk

35 SRSN PT Indo Acidatama Tbk

36 STTP PT Siantar Top Tbk

37 TCID PT Mandom Indonesia Tbk

38 TRST PT Trias Sentosa Tbk

39 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk

40 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Tbk

Sumber :

3.6.2. Model Klasifikasi Sampel

Jumlah sampel yang telah diseleksi diklasifikasikan ke dalam kelompok perata dan bukan perata menggunakan Income Smoothing Index. Kelompok perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba diberi nilai 1, sedangkan kelompok perusahaan yang tidak melakukan tindakan perataan laba diberi nilai 0.

3.7.Jenis Data

Jenis data penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder perusahaan go public sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek


(55)

Indonesia (BEI). Data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahunan untuk periode 2007 – 2010.

Penggunaan data sekunder dalam penelitian didasarkan alasan: a. Mudah untuk memperolehnya.

b. Biayanya relatif murah dibanding data primer. c. Waktu untuk memperoleh data relatif lebih singkat.

d. Laporan keuangan perusahaan go public telah diaudit oleh akuntan publik besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.8.Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder yang berupa laporan keuangan, dokumen-dokumen, laporan yang dipublikasikan, catatan-catatan, dan informasi lainnya dari situs internet.

3.9.Analisis Data

Analisis data adalah cara-cara mengolah data yang telah terkumpul kemudian dapat memberikan interprestasi atau proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterprestasikan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


(56)

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan dan menginterprestasikan data penelitian sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan perusahaan yang sedang diteliti.

2. Menentukan Net Profit Margin (NPM) NPM = ��������� ℎ������ ℎ�����

��������� ����� ℎ 3. Menentukan Besaran Perusahaan

Besaran perusahaan diukur dari total aktiva. 4. Menentukan Financial Leverage (FL)

Financial Leverage (FL) = �������������� ����������� 5. Menentukan Perataan Laba (Income Smoothing)

ISi = CV∆I

CV∆S

6. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh net profit margin, besaran perusahaan, dam financial leverage terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Persamaan regresi linier yang dipakai sebagai berikut :

Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+e

Keterangan :


(57)

a = Konstanta

X1 = Net Profit Margin

X2 = Besaran Perusahaan

X3 = Financial Leverage

e = Error

Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi linier berganda sebelum data-data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut :

a. Uji Normalitas data

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikui atau mendekati distribusi normal (Situmorang et al, 2010:91). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan kolmogrov sminorv.Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika Asymp. Si. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang et al, 2010).

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen.Hubungan linear antar variabel inilah yang disebut dengan multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel independen. Andaikata antar variabel bebas ternyata memiliki korelasi yang erat sekali, maka nilai koefisien


(58)

regresi menjadi kurang dapat dipercaya. Uji multikolinearitas menggunakan kriteria Tolerance (TOL) dan variance inflation factor (VIF) dengan ketentuan bila TOL > 0,1 dan VIF<10maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang et.al., 2010).

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Metode deteksi terhadap autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson.

Uji Durbin Watson yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson dari hasil regresi dengan nilai Durbin Watson tabel.

Bentuk pengujian

H0 : Tidak terjadi autokorelasi

:

Ha : Terjadi autokorelasi

Menggunakan tarif signifikansi 5%. Pengambilan keputusan, antara lain :

H0 diterima, jika : dU < DW < 4-dU (Tidak terjadi autokorelasi)

H0 ditolak, jika : DW < dL atau DW > 4-dL (Terjadi autokorelasi)

dL < DW < dU atau 4-dU < DW < 4-dL (Tidak ada keputusan yang pasti).


(59)

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual satu ke pengamatan lain tetap, maka terjadi homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisiatas dalam penelitian ini menggunakan metode uji Spearman’rho dan uji dengan pola titik pada scatterplots (Situmorang et. al., 2010).

e. Uji secara simultan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model ini dapat dipakai untuk mengestimasi variabel terikat secara simultan.

H0 : b1 : b2 = 0, artinya variabel net profit margin, besaranperusahaan,

dan financial leverage yang terdapat pada model ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel perataan laba (income smoothing).

Bentuk pengujian :

H1 : b1 : b2≠ 0, artinya variabel net profit margin, besaran perusahaan,

dan financialleverage yang terdapat pada model ini berpengaruh signifikan terhadap variabel perataan laba (income smoothing).

Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel

pada tingkat signifikan (α) = 5%, dimana : H0 diterima jika : Signifikansi > 0,05


(60)

H0 ditolak jika : Signifikansi ≤ 0,05

Kriteria penilaian hipotesis pada uji F ini, adalah : Terima H0 bila Fhitung ≤ Ftabel

Tolak H0 (terima H1) bila Fhitung> Ftabel

f. Uji secara parsial (Uji T)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat secara parsial.

H0 : b1: b2= 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari net profit margin, besaran perusahaan, dan financial leverage terhadap variabel perataan laba (income smoothing).

Bentuk pengujian :

H1 : b1 : b2 ≠ 0 , artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari net profit margin, besaran perusahaan, dan financial leverage terhadap variabel perataan laba (income smoothing).

Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel

pada tingkat signifikan (α) = 5%., dimana : H0 diterima jika : Signifikan > 0,05

H0 ditolak jika : Signifikan ≤ 0,05

Kriteria pengambilan keputusan pada uji – t ini adalah : H0 diterima jika : - ttabel≤ thitung≤ttabel


(1)

Lampiran 4 Hasil Perhitungan

CoefficientVariation of Earnings

No Kode Laba Bersih Standar Mean of CV of

2007 2008 2009 2010 Deviasi Earnings Earnings

1 AUTO 454.907 566.025 768.265 1.141.179 301700,4166 732594 0,411824853 2 BRNA 10.380 19.410 20.260 34.761 10083,99376 21202,75 0,47559839 3 BUDI 46.177 32.981 146.415 46.130 52693,329 67925,75 0,775748946 4 CEKA 24.676 27.868 49.493 29.562 11246,11181 32899,75 0,341829704 5 DLTA 47,331 83.754 126.504 139.567 62966,3462 99289 0,634172428 6 DVLA 49.918 70.819 72.272 110.880 25414,0564 75972,25 0,334517622 7 DYNA 772.714 3 65.588 81.113 363609,5276 229854,5 1,581911721 8 EKAD 4.233 4.606 16.443 24.485 9829,079759 12441,75 0,790007817 9 FASW 121.970 36.554 276.729 283.002 120981,2465 179563,75 0,673750946 10 HMSP 3.624.018 3.895.280 5.087.339 6.421.429 1278756,86 4757016,5 0,268814888 11 IKBI 77.467 97.687 28.719 4.600 42913,00924 52118,25 0,823377785 12 INAF 11.077 5.032 2.126 12.547 4935,759212 7695,5 0,641382524 13 INDF 980.357 1.034.389 2.075.861 2.952.858 941103,9455 1760866,25 0,534455099 14 INDS 9.888 31.827 58.766 71.109 27446,19637 42897,5 0,639808762 15 INTP 980.103 1.745.501 2.746.654 3.224.942 1006878,472 2174300 0,463081668 16 JPRS 41.566 49157 1.917 28.446 20748,79885 30271,5 0,685423545 17 KAEF 52.189 55.394 62.507 138.716 41235,72178 77201,5 0,534131096 18 LION 25.298 37.840 33.613 38.631 6109,305825 33845,5 0,180505705 19 LMPI 12.400 2.572 5.992 2.794 4581,667928 5939,5 0,771389499 20 LMSH 5.942 9.237 2.400 7.350 2889,53703 6232,25 0,46364267 21 LPIN 18.034 4.763 10.211 14.122 5665,612794 11782,5 0,48084902 22 MASA 29.204 2.974 174.860 176.082 92641,55838 95780 0,967232808 23 MERK 89.484 98.620 146700 118.794 25353,55788 113399,5 0,223577334 24 MLBI 84.385 222.307 340.458 442.916 154452,2496 272516,5 0,566762928 25 MYOR 141.589 196.230 372.158 484.086 158058,9322 298515,75 0,529482723 26 NIPS 5.084 1.551 3.685 12.663 4834,90361 5745,75 0,841474761 27 RDTX 34.822 57.110 102.549 170.900 60059,44942 91345,25 0,657499426 28 SIAP 321 3.694 3.123 4.024 1687,880426 2709,5 0,622949041 29 SIPD 21.196 27.253 37.215 61.148 17583,98626 120437,5 0,146000924 30 SKLT 5.742 4.271 12.802 4.833 3973,165069 6912 0,574821335 31 SMCB 169.410 282.220 895.751 828.422 371246,1299 543950,75 0,682499528


(2)

32 SMGR 1.775.408 2.523.544 3.326.488 3.633.220 836022,6512 2814665 0,297023856 33 SMSM 80.325 91.472 132.850 150.420 33281,81529 113766,75 0,292544309 34 SQBI 52.176 94.271 131.259 92.643 32307,95308 92587,25 0,348946027 35 SRSN 25.695 6.797 25.380 9.830 10021,89824 16925,5 0,592118297 36 STTP 15.595 4.816 41.072 42.631 18804,05964 26028,5 0,722441156 37 TCID 111.232 114.854 124.612 131.445 9209,951081 120535,75 0,07640846 38 TRST 17.747 58.025 143.882 136.727 61444,56796 89095,25 0,689650323 39 TSPC 278.358 320.648 359.964 488.889 90941,24608 361964,75 0,251243377 40 ULTJ 30.317 303.711 61.153 107.123 122878,2479 125576 0,978516977

Sumber: Data diolah oleh penulis

Lampiran 5 Hasil Perhitungan

Coefficient Variation of Sales

No Kode Penjualan Standar Mean of CV of

2007 2008 2009 2010 Deviasi Sales Sales

1 AUTO 4.184.279 5.278.215 5.265.798 6.255.109 845967,3227 5245850,25 0,1612641 2 BRNA 375.941 479.934 537.142 568.328 84593,08744 490336,25 0,172520566 3 BUDI 1.350.298 1.551.987 1.782.132 2.124.381 332177,1035 1702199,5 0,195145812 4 CEKA 812.635 1.963.638 1.194.544 718.205 566354,3647 1172255,5 0,483132188 5 DLTA 836.186 1.177.061 1.264.851 1.205.482 193297,8054 1120895 0,172449521 6 DVLA 494.832 548.332 851.314 909.509 209668,8374 700996,75 0,299101012 7 DYNA 1.139.156 1.382.074 1.492.066 1.613.689 201922,4466 1406746,25 0,143538642 8 EKAD 146.912 182.650 205.218 254.276 44953,78056 197264 0,227886389 9 FASW 2.655.795 3.027.012 2.733.300 3.385.973 331420,0232 2950520 0,112325971 10 HMSP 29.787.725 34.680.445 38.972.186 43.381.658 5821380,414 36705503,5 0,158596937 11 IKBI 1.590.455 1.645.326 862.112 1.226.302 363746,8669 1331048,75 0,273278396 12 INAF 1.273.162 1.478.585 1.125.055 1.047.918 189577,7753 1231180 0,153980551 13 INDF 27.858.304 38.799.279 37.397.319 38.403.360 5204407,662 35614565,5 0,146131438 14 INDS 564.441 963.198 720.229 1.027.120 214990,4932 818747 0,262584771 15 INTP 7.323.644 9.780.498 10.576.456 11.137.805 1682153,524 9704600,75 0,173335675 16 JPRS 432.808 732.703 302.868 427.792 182615,5857 474042,75 0,385230205 17 KAEF 2.365.636 2.704.728 2.854.058 3.183.829 339554,285 2777062,75 0,122271016 18 LION 179.568 229.607 197.508 207.833 20888,02258 203629 0,10257882 19 LMPI 303.167 326.183 381.141 401.594 46028,14461 353021,25 0,130383496 20 LMSH 117.237 163.317 124.811 161.012 23971,37175 141594,25 0,169296223


(3)

21 LPIN 49.154 59.249 58.088 59.519 4938,1777 56502,5 0,087397508 22 MASA 898.335 1.333.604 1.691.475 2.006.840 476802,4525 1482563,5 0,321606766 23 MERK 547.238 637.134 751.403 795.689 112416,9618 682866 0,164625215 24 MLBI 978.600 1.325.661 1.616.264 1.790.164 355452,4337 1427672,25 0,248973414 25 MYOR 2.828.440 3.907.674 4.777.175 7.224.165 1871443,672 4684363,5 0,399508636 26 NIPS 405.749 480.458 279.929 400.894 82971,13919 391757,5 0,211792089 27 RDTX 142.015 205.572 236.066 260.802 51305,89704 211113,75 0,243024896 28 SIAP 56.683 137.021 160.143 171.108 51694,63878 131238,75 0,393897677 29 SIPD 1.632.454 2.331.686 3.242.551 3.642.501 905055,1409 2712298 0,333685731 30 SKLT 237.050 313.125 276.312 314.146 36583,64212 285158,25 0,128292421 31 SMCB 3.754.906 5.341.054 5.943.881 5.960.589 1037626,205 5250107,5 0,19763904 32 SMGR 9.600.801 12.209.846 14.387.850 14.344.189 2264282,657 12635671,5 0,179197651 33 SMSM 1.064.055 1.353.586 1.374.652 1.561.787 205516,9866 1338520 0,153540468 34 SQBI 260.247 358.938 419.694 305.251 68835,19271 336032,5 0,204846831 35 SRSN 268.079 313.919 352.543 342.870 37917,35232 319352,75 0,11873188 36 STTP 600.330 624.401 627.115 762.613 73655,87332 653614,75 0,112690042 37 TCID 1.018.334 1.239.775 1.388.725 1.466.939 197353,1248 1278443,25 0,154369875 38 TRST 1.496.541 1.810.920 1.571.511 1.745.511 146717,3371 1656120,75 0,088590966 39 TSPC 3.124.073 3.633.789 4.497.931 5.134.242 894010,9947 4097508,75 0,218184036 40 ULTJ 1.126.800 1.362.607 1.613.928 1.880.411 324438,5645 1495936,5 0,216879904

Sumber: Data diolah oleh penulis

Lampiran 6Hasil Perhitungan

Income Smoothing Indeks

(ISi)

No Kode CV of CV of ISi

Earnings Sales

1 AUTO 0,411824853 0,161264101 2.553729258 2 BRNA 0,47559839 0,172520566 2.756763446 3 BUDI 0,775748946 0,12693765 6.111259709 4 CEKA 0,341829704 0,483132188 0.707528317 5 DLTA 0,647848747 0,172449521 3.756744253 6 DVLA 0,334517622 0,299101012 1.118410198 7 DYNA 1,581911721 0,143538642 11.02080735 8 EKAD 0,790007817 0,227886389 3.466673988 9 FASW 0,673750946 0,112325971 5.998176023


(4)

10 HMSP 0,268814888 0,158596937 1.694956366 11 IKBI 0,823377785 0,273278396 3.012963326 12 INAF 0,641382524 0,153980551 4.165347635 13 INDF 0,534455099 0,146131438 3.657358788 14 INDS 0,639808762 0,262584771 2.43657985 15 INTP 0,463081668 0,173335675 2.671588916 16 JPRS 0,685423545 0,385230205 1.779257016 17 KAEF 0,534131096 0,122271016 4.368419544 18 LION 0,180505705 0,10257882 1.759678119 19 LMPI 0,771389499 0,130383496 5.916312437 20 LMSH 0,46364267 0,169296223 2.738647453 21 LPIN 0,480849802 0,087397508 5.501870854 22 MASA 0,967232808 0,321606766 3.007501428 23 MERK 0,223577334 0,164625215 1.358098964 24 MLBI 0,566762928 0,248973414 2.276399391 25 MYOR 0,529482723 0,399508636 1.325334862 26 NIPS 0,841474761 0,211792089 3.973117055 27 RDTX 0,657499426 0,243024896 2.705481771 28 SIAP 0,622949041 0,393897677 1.581499657 29 SIPD 0,146000924 0,333685731 0.437540207 30 SKLT 0,574821335 0,128292421 4.480555675 31 SMCB 0,682499528 0,19763904 3.453262716 32 SMGR 0,297023856 0,179197651 1.657520924 33 SMSM 0,292544309 0,153540468 1.905323807 34 SQBI 0,348946027 0,204846831 1.7034485 35 SRSN 0,592118297 0,11873188 4.98702031 36 STTP 0,722441156 0,112690042 6.410869525 37 TCID 0,07640846 0,154369875 0.494970019 38 TRST 0,689650323 0,088590966 7.784657445 39 TSPC 0,251243377 0,218184036 1.151520439 40 ULTJ 0,978516977 0,17309491 5.653066153

Sumber: Data diolah oleh penulis


(5)

Lampiran 7 Klasifikasi Perusahaan yang Melakukan Perataan Laba

No Kode

Nama Perusahaan

Status

1 AUTO

PT Astra Otoparts Tbk

0

2 BRNA

PT Berlina Tbk

0

3 BUDI

PT Budi Acid Jaya Tbk

0

4 CEKA

PT Cahaya Kalbar Tbk

1

5 DLTA

PT Delta Djakarta Tbk

0

6 DVLA

PT Darya‐Varia Laboratoria Tbk

0

7 DYNA

PT Dynaplast Tbk

0

8 EKAD

PT Ekadharma International Tbk

0

9 FASW

PT Fajar Surya Wisesa Tbk

0

10 HMSP

PT HM Sampoerna Tbk

0

11 IKBI

PT Sumi Indo Kabel Tbk

0

12 INAF

PT Indofarma (Persero) Tbk

0

13 INDF

PT Indofood Sukses Makmur Tbk

0

14 INDS

PT Indospring Tbk

0

15 INTP

PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk

0

16 JPRS

PT Jaya Pari Steel Tbk

0

17 KAEF

PT Kimia Farma (Persero) Tbk

0

18 LION

PT Lion Metal Works Tbk

0

19 LMPI

PT Langgeng Makmur Industry Tbk

0

20 LMSH

PT Lionmesh Prima Tbk

0

21 LPIN

PT Multi Prima Sejahtera Tbk

0

22 MASA

PT Multistrada Arah Sarana Tbk

0

23 MERK

PT Merck Tbk

0

24 MLBI

PT Multi Bintang Indonesia Tbk

0

25 MYOR

PT Mayora Indah Tbk

0

26 NIPS

PT Nipress Tbk

0

27 RDTX

PT Roda Vivatex Tbk

0

28 SIAP

PT Sekawan Inti Pratama Tbk

0

29 SIPD

PT Sierad Produce Tbk

1

30 SKLT

PT Sekar Laut Tbk

0

31 SMCB

PT Holcim Indonesia Tbk

0


(6)

33 SMSM

PT Selamat Sempurna Tbk

0

34 SQBI

PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk

0

35 SRSN

PT Indo Acidatama Tbk

0

36 STTP

PT Siantar Top Tbk

0

37 TCID

PT Mandom Indonesia Tbk

1

38 TRST

PT Trias Sentosa Tbk

0

39 TSPC

PT Tempo Scan Pacific Tbk

0

40 ULTJ

PT Ultra Jaya Milk Tbk

0


Dokumen yang terkait

Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 23 97

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

1 3 20

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

0 2 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN GO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus Pada Per

0 3 18

PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia).

0 1 9

DAFTAR PUSTAKA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia).

0 1 4

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia).

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Laba - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (Sektor Manufaktur)

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (Sektor Manufaktur)

0 0 9

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (Sektor Manufaktur)

0 0 11