4 Gaya Wacana
Gaya wacana menurut Al- Ma‟ruf 2009:58 ialah gaya bahasa
dengan penggunaan lebih dari satu kalimat, kombinasi kalimat, baik dalam prosa maupun puisi.
5 Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif merupakan cara pengarang memanfaatkan bahasa untuk memperoleh efek estetis dengan pengungkapan gagasan
secara kias yang menyaran pada makna literal
literal meaning
Al- Ma‟ruf, 2009:60. Bahasa figuratif dalam karya sastra
mencakup majas, idiom, dan peribahasa. 6
Citraan Citraan atau imaji dalam karya sastra berperan penting untuk
menimbulkan pembayangan imajinatif, membentuk gambaran mental, dan dapat membangkitkan pengalaman tertentu pada
pembaca Al- Ma‟ruf, 2009:75. Citraan dapat dibagi menjadi tujuh
jenis, yaitu: 1 citraan penglihatan
visual imagery
, 2 citraan pendengaran
auditory imagery
, 3 citraan penciuman
smell imagery
, 5 citraan gerak
kinesthetic imagery
, 6 citraan intelektual
intellectual imagry
, dan 7 citraan perabaan
tactile thermal imagery
.
c. Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif diartikan sebagai satuan kebahasaan yang memiliki makna yang tidak langsung, makna yang terkandung di balik
kata yang tertulis eksplisit. Dalam karya sastra, bahasa figuratif bersifat prismitis, memancarkan makna lebih dari satu. Pada dasarnya
bahasa figuratif digunakan oleh sastrawan untuk menciptakan imajinasi dan daya asosiatif dan pengungkapan terkesan lebih hidup
Al-Ma ‟ruf, 2010:161.
Waluyo dalam Al-Ma ‟ruf, 2009:59-60 menyebut bahwa
bahasa figuratif atau bahasa kias digunakan oleh sastrawan untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak langsung untuk
mengungkapkan makna. Bahasa kias pada dasarnya digunakan oleh sastrawan untuk memperoleh dan menciptakan citraan.
Bahasa figuratif merupakan retorika sastra yang sangat dominan. Bahasa figuratif merupakan cara pengarang dalam
memanfaatkan bahasa untuk memperoleh efek estetis dengan pengungkapan gagasan secara kias dan menyarankan pada makna
literal
literal meaning.
Bahasa figuratif dalam penelitian stilistika karya sast
ra dapat mencakup majas, idiom, dan peribahasa Al‟Maruf, 2009:60-61.
1 Majas
Kehadiran majas dalam karya sastra merupakan sesuatu yang esensial. Pemajasan
figure of thought
merupakan teknik untuk pengungkapan bahasa, penggayabahasaan, yang maknanya tidak
menunjuk pada harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan
pada makana yang ditambahakan, makana yang tersirat Al- Ma‟ruf, 2010:162.
Majas
figure of speech
adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh
aspek keindahan Ratna, 2009: 164. Menurut Pradopo 2009:62, pada umumnya majas
dibedakan menjadi tujuh macam, yaitu: a perbandingan
simile
, b metafora, c perumpamaan epos
epic simile
, d personifikasi, e metonimia, f sinekdok, dan g alegori.
a Metafora
Dalam karya sastra, pada umumnya banyak sekali ditemukan majas metafora. Hal ini tidak terlepas dari fungsi
metafora sebagai sarana retorika yang mampu menghidupkan lukisan dan penyegaran pengungkapan.
Metafora adalah majas seperti simile, hanya saja tidak menggunakan kata-kata perbandingan seperti
bagai, seperti, laksana, seperti,
dan sebagainya Al-Ma ‟ruf, 2009:62.
Contoh: Gadis itu adalah bunga yang sedang mekar,
Artinya:gadis itu beranjak ke fase yang lebih dewasa
b Simile perbandingan
Pradopo dalam Al-Ma ‟ruf,2009: 70 mengatakan bahwa
majas simile adalah majas yang menyamakan satu hal dengan hal yang lain dengan menggunakan kata-kata pembanding
seperti: bagai, sebagai, seperti, semisal, seumpana, laksana, ibarat, bak, dan kata-kata perbandingan lainnya.
Simile merupakan sarana retorika yang paling sederhana karena membandingkan sesuatu lah dengan hal lain yang sama
atau mirip artinya. Contoh:
Suaramu bagai matahari pagi yang mencerahkan hati.
c Majas Personifikasi
Majas ini mempersamakan benda dengan manusia, benda- benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, melihat, mendengar,
dan sebagainya
seperti manusia.
Personifikasi dapat
dimanfaatkan para sastrawan sejak dulu hingga sekarang. Pradopo dalam Al-Ma
‟ruf, 2009:71 mengatakan bahwa majas personifikasi membuat hidup lukisan, dan memberi kejelasan
gambaran, memberi bayangan angan secara konkret. Contoh:
Suaranya mampu menaklukan
kekerasan hati
lelaki manapun.
Senyumnya kuasa
mendinginkan kemarahan
lelaki garang itu.
d Majas Metonimia
Altenbernd dan Lewis dalam Al-Ma ‟ruf, 2009:71
menyebutkan metonimia atau majas pengganti nama adalah penggunaan sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan
sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut.
Contoh:
Jaran goyang
pemberianku terselip di pinggang ronggeng itu.
Anissa pergi ke Jakarta naik
Garuda
e Perumpamaan Epos
Epic Simile
Perumpamaan atau perbandingan epos ialah perbandingan yang dilanjutkan, atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan
cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut ke dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yang berturut-turut.
f Alegori
Alegori ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan yang mengiaskan hal lain atau kejadian lain. Alegori ini banyak
terdapat dalam sajak-sajak Pujangga Baru. Menurut Fananie 2010:39 alegori merupakan gambaran secara kias tentang satu
pengertian yang abstrak atau dapat juga dikatakan semacam metafora tetapi ungkapnnya hanya sebagai simbol.
Contoh: syair perahu menggambarkan kehidupan manusia
yang penuh dengan rintangan sebelum mencapai tujuan
g Majas Hiperbola
Hiperbola yaitu pernyataan yang terlalu dibesar-besarkan sehingga terasa berlebihan.
Contoh: Suaranya menyambar bagai halilintar
2 Tuturan Idiomatik
Idiom adalah pengungkapan bahasa yang bercorak khas baik karena tata bahasanya maupun karena mempunyai makna yang
tidak dapat di jabarkan dari makna unsur-unsurnya. Menurut Yusuf dalam Al-Ma
‟ruf, 2009:72 mengartikan idiom sebagai kelompok kata yang mempunyai makna khas dan tidak
sama dengan makna kata per katanya. Jadi, idiom mempunyai kekhasan bentuk dan makna di dalam kebahasaan yang tidak dapat
diterjemahkan secara harfiah. Contoh:
Kau hanyalah
kaki tangan
di sudut kota
Bunga desa
nan ayu rupawan 3
Peribahasa Peribahasa dalam Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan
peran penting karena memiliki makna yang dalam. Dengan peribahasa penutur akan dapat lebih tegas tetapi halus menyatakan
maksud, pikiran dan perasaan kepada mitra bicara Al- Ma‟ruf,
2010:187. Bentuk peribahasa itu merupakan penuturan yang sering
diucapkan sehari-hari, tetapi memiliki nilai estetik yang tinggi. Hal ini mengingat bahwa peribahasa itu kalimatnya ringkas, tetapi
dalam maknanya dan tajam maksud yang dikandungnya Al- Ma‟ruf, 2009:73-74.
Contoh:
Mulutmu harimaumu
maka jagalah ucapanmu Untuk mendapatkan Ariani itu
bagaikan pungguk merindukan rembulan.
d. Kajian Semiotik