Latar Belakang Penelitian NILAI PENDIDIKAN BERMUATAN KEARIFAN LOKAL DALAM UPACARA LAUT PADA KOMUNITAS SUKU BAJO DI BAJOE BONE DAN WAKATOBI.

1 Muhammad Saleh Buchari, 2012 Nilai Pendidikan Bermuatan Kearifan Lokal Dalam Upacara Laut Pada Komunitas Suku Bajo Di Bajoe Bone Dan Wakatobi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia adalah negara kepulauan yang dibatasi oleh lautan luas terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke, dan dari pulau Rotte Nusa Tenggara Timur sampai dengan pulau Miangas Sulawesi Utara. Bentuk topografi itu memungkinkan masyarakat yang mendiami pesisir pantai melakukan aktivitas dan berpindah tempat dari satu daerah ke wilayah lain menggunakan perahu menelusuri laut dalam dan dangkal di pesisir pantai. Demikian pula halnya komunitas suku Bajo yang menganggap laut sebagai bahagian dari kehidupannya sehari-hari, karena mencari nafkah di laut. Sekitar awal abad 18 Masehi petualangan manusia perahu meninggalkan kampung halamannya dengan modal pengetahuan dari orang tua mereka. Pengetahuan yang diperoleh bersandar pada pedoman hidup orang tua yang sarat dengan kearifan lokal secara turun temurun. Juga yang menjadi panduan dalam mengarungi lautan adalah mencermati tanda-tanda seperti pesisir pantai, pulau yang dilaluinya, rasi bintang pada malam hari dan irama gelombang laut serta pemahaman saat air pasang dan surut di setiap setengah bulan Qamariah. Pengetahuan itu diperoleh dengan pola autodidak dan pengalaman sehari-hari sehingga menjadi kebiasaan dan sudah berpola pada perilaku keseharian mereka. Pola yang menjadi perilaku dapat dikatakan sebagai budaya komunitas tertentu. Hal semacam itu telah berulang dan berkelanjutan dari generasi ke generasi berikutnya hingga sekarang ini. Kejadian seperti itu membentuk diri pribadi 1 2 Muhammad Saleh Buchari, 2012 Nilai Pendidikan Bermuatan Kearifan Lokal Dalam Upacara Laut Pada Komunitas Suku Bajo Di Bajoe Bone Dan Wakatobi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu seseorang atau kelompok dan bahkan golongan dinamakan pula sebagai tradisi turun temurun atau budaya. Pemahaman tentang salah satu suku bangsa atau etnik acapkali mengacu pada latar belakang asal muasalnya. Sama halnya dengan etnisitas suku Bajo yang oleh beberapa pakar dan kelompok ilmuan yang menekuni kajiannya di bidang sejarah, Kajian Lisan dan Antropologi disinonimkan dengan suku Laut dan manusia Perahu. Dilatari pula oleh penemuan di beberapa kawasan Asia Tenggara khususnya di Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand, Vietnam dan Negara Asia lainnya, bahkan dianggap sebagai salah satu kelompok suku bangsa yang ada di negara masing-masing. Padahal asal usul etnis suku Bajo banyak pakar memberi alasan bahwa mereka berasal dari kelompok etnik Bugis Bajoe yang bermukim di Bone provinsi Sulawesi Selatan. Ada perkampungan di pesisir pantai di sekitar teluk Bone dan pelabuhan laut di Bajoe, disitulah hidup segolongan anak manusia yang dinamakan orang Bajoe di luar wilayah itu dinamakan suku Bajo, manusia Perahu dan suku Laut. Etnik Bugis yang memberi label To Bajo orang Bajo pada To Sama orang biasamanusia pada umumya. Dari segi pola hidup dan bentuk tubuh relatif sama dengan manusia Indonesia lainnya, lebih banyak mendiami pesisir laut dan hidupnya bergantung pada hasil laut serta menetap di pinggir pantai dan masing-masing berkembang secara turun temurun di rumah tinggalnya. Anak manusia ini selalu berpindah-pindah dari satu pesisir pantai ke pesisir pulau sekitarnya. Mereka mengutamakan keseimbangan hidup dengan lingkungan tempat bermukim kala itu. Dengan ketergantungan hidup pada laut, komunitas tersebut tidak akan menetap di daratan dan mencari 3 Muhammad Saleh Buchari, 2012 Nilai Pendidikan Bermuatan Kearifan Lokal Dalam Upacara Laut Pada Komunitas Suku Bajo Di Bajoe Bone Dan Wakatobi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu kehidupan di luar profesi sebagai pelaut dengan andalan menangkap berbagai jenis ikan seperti ikan tuna, cakalang, dan ikan hiu termasuk teripang yang harga jualnya relatif mahal di pasaran umum. Juga jenis cumi-cumi, gurita, ikan kakap, ikan kembung, kepiting, udang, kerang-kerangan, dan lainnya. Pada umumnya komunitas suku Bajo relatif masih tertinggal dari segi pendidikan jika dibandingkan dengan suku-suku yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Hal itu tampak pada kegiatan sehari-hari, karena anak-anak golongan tersebut yang masuk dalam katagori usia sekolah, mereka cenderung lebih mengutamakan membantu orang tua mencari ikan dengan perahu yang disebutnya lepa-lepa. Meskipun di bidang pendidikan relatif tertinggal dengan suku-suku lainnya, namun anak-anak suku Bajo tetap menghormati dan meng- hargai kearifan lokal yang ada di dalam komunitasnya.

B. Rumusan Masalah Penelitian