Fenomena Gaya Hidup Penggunaan Behel Gigi Pada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung

(1)

FENOMENA GAYA HIDUP PENGGUNA

BEHEL

GIGI PADA KALANGAN MAHASISWA

DI KOTA BANDUNG

(Studi Deskriptif Tentang Gaya Hidup Pengguna

Behel

Gigi

Pada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana (S1)

Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas


(2)

(3)

Bagaimana Fenomena

Gaya Hidup

Pengguna

Behel

Gigi

Pada Kalangan mahasiswa Di Kota Bandung ?

MAKRO

MIKRO

1.

Bagaimana

Aktivitas

pengguna

behel

gigi pada kalangan

Mahasiswa di Kota Bandung ?

2.

Bagaimana

Minat

pengguna

behel

gigi pada kalangan

Mahasiswa di Kota Bandung ?

3.

Bagaimana

Opini

pengguna

behel

gigi pada kalangan


(4)

Gaya hidup

pengguna

behel

gigi pada kalangan Mahasiswa

Kota Bandung

MODEL


(5)

(6)

REFERENSI

BUKU

SKRIPSI

PENELITIAN

TERDAHULU

INTERNET

SEARCHING

WAWANCARA

OBSERVASI

PARTISIPAN

DOKUMENTASI


(7)

“ Peneliti

menentukan

informan dengan

menggunakan

teknik

purposive

sampling

NO.

NAMA

UMUR

JURUSAN

1

Desi Hastuti

20

Akuntansi

2

Septi Iman Wijaya

21

Teknik Informatika

3

Ika Puspita

21

Sastra Inggris

4

Letty Oktiana

21

FKIP PGSD

DAFTAR INFORMAN PENELITIAN

KEY INFORMAN

NO.

NAMA

PEKERJAAN

1

drg. Anne Ustane Yustisia

Dokter Gigi


(8)

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

FENOMENA GAYA HIDUP PENGGUNA

BEHEL

GIGI PADA KALANGAN MAHASISWA DI KOTA BANDUNG

Aktivitas

Minat

Opini

Imitasi

Pro

Kontra

Perawatan


(9)

LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian ini bertempat di Bandung. Peneliti

berdomisili di Bandung yang memungkinkannya untuk

melakukan penelitian secara efektif dan efisien karena

peneliti berada langsung dalam wilayah penelitian.

Penelitian dilakukan oleh peneliti di kampus-kampus di

Kota Bandung, dengan target sasaran Mahasiswa dan

Mahasiswi yang menggunakan

behel

gigi.

W

AKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam bulan)

tepatnya terhitung mulai tanggal 18 Juni 2012 sampai

7 Juli 2012 selama 3 minggu. Waktu pelaksanaan

dimulai

dari

persiapan,

penelitian

lapangan,

penyusunan, dan tahap terakhir penelitian sampai

sidang dilaksanakan.


(10)

KESIMPULAN

Gaya hidup pengguna behel gigi sebagai ajang gaya adalah dengan berkembangnya

jaman, behel dijadikan sebagai ajang penunjang penampilan. Bagaimana gaya hidup

pengguna behel gigi dalam bentuk kepercayaan diri dan mengelola diri dalam setiap

proses komunikasi dan interaksi yang tidak terelakan baik dalam intra maupun

ekstra komunikasi mereka. Fenomena tersebut tidak lepas dari berbagai proses

seperti proses komunikasi non-verbal melalui fashion style atau lifestyle mereka

sebagai bentuk dari pengaktualisasian dan eksistensi diri bagi pengguna behel gigi

tersebut yang sangat mengikuti perkembangan jaman.

Aktivitas pengguna

behel

gigi sama seperti orang normal yang

tidak memakai

behel

gigi, yaitu beraktivitas seperti biasa yaitu :

menggosok gigi tiga kali sehari, menghindari makanan yang

keras-keras agar tidak menempel pada

bracket

mereka, mengganti karet

behel

dan

bracket

mereka dengan rutin. Walaupun hal tersebut

dilakukan hanya untuk kesenangan tersendiri saja, karena mereka

memakai

behel

gigi ini hanya sebagai ajang gaya hidup mereka.

Minat pengguna

behel

gigi adanya rasa ketertarikan bagi pengguna

behel

gigi yang mereka jadikan sebagai ajang trend atau gaya,

karena selain sebagai ajang trend pengunaan

behel

-pun bisa

menaikkan dan meningkatkan status sosial seseorang dalam

lingkungan sosialnya.

Opini

Aktivitas

Minat

Opini yang bermunculan dari masyarakat yaitu penggunaan

behel

gigi

sebagai ajang gaya hidup, merupakan bagian dari berbagai macam

spekulasi pro dan kontra. Penggunaan

behel

gigi

sebagai gaya-gayaan

ini menimbulkan pengaruh positif dan juga negatif. dengan

berkembangnya zaman

behel

menjadi ajang gaya-gayaan dan sudah


(11)

(12)

(13)

(14)

FENOMENA GAYA HIDUP PENGGUNA

BEHEL

GIGI PADA

KALANGAN MAHASISWA DI KOTA BANDUNG

(Studi Deskriptif Tentang Gaya Hidup Pengguna Behel Gigi Pada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

2012

Oleh : Dine Ermayani NIM : 41808022


(15)

(16)

iv

ABSTRAK

FENOMENA GAYA HIDUP PENGGUNAAN BEHEL GIGI PADA KALANGAN MAHASISWA

DI KOTA BANDUNG

Oleh:

DINE ERMAYANI NIM 41808022

Skripsi ini dibawah bimbingan, Drs. Manap Solihat M.Si.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya hidup pengguna behel gigi dengan menjawab tujuan penelitian yang terdiri dari aktivitas, minat, dan opini pengguna behel gigi pada kalangan Mahasiswa di Kota Bandung.

Objek primer dalam penelitian ini adalah Mahasiswa dan Mahasiswi yang berada di Bandung. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah berjumlah 4 orang dan 2 orang Key Informan. Untuk meneliti fenomena ini digunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif (Descriptive Research) yaitu suatu metode yang dilakukan untuk mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual dan akurat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Studi Pustaka yaitu Referensi buku, Skripsi peneliti terdahulu, Internet Searching dan Studi lapangan yaitu Wawancara, Observasi Partisipan, Dokumentasi.

Hasil penelitian yang didapatkan ialah aktivitas pengguna behel gigi sebagai ajang gaya hidup sama seperti orang normal yang tidak memakai

behel gigi, minat sebagai rasa ketertarikan bagi penggunanya, opini timbul dari masing-masing pemikiran masyarakat, gaya hidup di pandang sebagai suatu ciri dari Negara yang Modern sudah berkembang.

Dalam kesimpulan akhir, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh perkembangan jaman dan kecenderungan penggunaan behel gigi telah menjadi gaya hidup dikalangan Mahasiswa. Dengan fenomena pemakaian behel sebagai ajang gaya hidup merupakan bentuk pengaktualisasian dan eksistensi diri bagi Mahasiswa.

Saran Bagi Peneliti Diharapkan dapat berguna bagi peneliti sebagai pengetahuan wawasan baru bagi peneliti akan berbagai perilaku sosial yang ada dalam masyarakat dengan komunikasi sebagai perantaranya. Penelitian ini dapat dijadikan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu komunikasi yang selama ini diterima secara teori, khususnya tentang fenomena gaya hidup pengguna behel gigi pada kalangan Mahasiswa di kota Bandung.


(17)

v

ABSTRACT

PHENOMENON OF TEETH LIFESTYLE AMONG STUDENTS IN BANDUNG

By : DINE ERMAYANI

NIM 41808022

Under guidance by :

Drs. Manap Solihat M.Si.

The purpose of this study was to determine the extent to which the teeth lifestyle by answering the purpose of research consisting of activities, interests, opinions and lifestyle of student in Bandung.

The primary object in this study were students in Bandung. The informants in this study are numbered 4 people and 2 Key Informants. To investigate this phenomenon used a qualitative approach with descriptive methods (Descriptive Research). This is a method of describing a situation or a specific population area that is factual and accurate in the system. Data collection techniques used the Library Studies Reference books, Thesis previous research, Internet searches and field studies that interview, Participant Observation, Documentation.

The results obtained are dental stirrup user activity as a lifestyle event like a normal person who does not wear stirrup gear, interest as an interest to users, opinion arising from their respective communities of thinking, way of life in perspective as a feature of the Modern State.

In final conclusion from the above description it can be concluded that the influence of the changing times and trends of use of dental stirrup has become a lifestyle for students. With this phenomenon as a platform stirrup lifestyle is a form of self actualizing and existence for the student.

Suggestions for researchers expected to be useful for researchers as a knowledge of new insights for researchers will be a variety of social behaviors that exist in society with communication as the intermediary. This study can be used as experience in applying the science of communication that has been accepted in theory, in particular on the phenomenon of user lifestyle in the stirrup dental students in Bandung.


(18)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat

rahmat dan hidayah-Nya yang telah meridhoi segala jalan dan upaya peneliti

dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini tepat pada waktu yang telah

ditentukan.

Dalam melakukan penelitian skripsi ini tidak sedikit peneliti

menghadapi kesulitan serta hambatan baik tekhnis maupun non tekhnis.

Namun atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan,

bimbingan serta dukungan yang peneliti terima baik secara langsung maupun

tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan

penelitian skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya peneliti tujukan kepada

kedua orang tua yang selalu membantu dan memberikan dukungan baik

moral, spiritual, dan material serta doa kepada peneliti hingga detik ini. Doa

ananda, semoga ananda dapat membahagiakan Mama dan Papa serta menjadi

seperti apa yang Mama dan Papa harapkan untuk menjadi manusia yang


(19)

vii

Melalui kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati peneliti

ingin menyampaikan rasa hormat, terimakasih, dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik Unikom, yang telah memberikan perijinan untuk

melakukan penelitian ke lapangan dan pengalaman non akademis yang sangat

berharga bagi peneliti melaksanakan kegiatan kuliah di Universitas Komputer

Indonesia.

2. Yth. Drs. Manap Solihat M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

dan Public Relations dan dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi, nasehat, arahan penelitian, pengesahan dan masukan kepada

peneliti.

3. Yth. Ibu Melly Maulin P. S.Sos, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi dan Public Relations yang memberikan dukungan dalam setiap perkuliahan untuk menjadikan peneliti sukses dalam menjalankan

perkuliahan.

4. Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si., selaku Dosen Wali yang telah banyak

membantu saat peneliti melakukan kegiatan perkuliahan dan memberikan


(20)

viii

5. Ibu Desayu Eka Surya S. Sos., M,Si., selaku Dosen Kemahasiswaan yang

telah banyak memberikan masukan dan bimbingan, berbagi ilmu serta

wawasan selama peneliti melakukan perkuliahan.

6. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Bpk. Sangra Juliano, S.I.Kom.,

Ibu Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom., Bpk. Inggar Prayoga, S.I.Kom., Bpk.

Adiyana Slamet, S.IP., M.Si., Bapak Arie Prasetyo, S.Sos., M.Si., dan Bpk.

Yadi Supriadi, S.Sos.,M.Phil yang telah memberikan ilmu dan

pengetahuannya kepada peneliti.

7. Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi, Ibu Astri Ikawati, Amd. Kom.,

Mbak Intan yang telah banyak membantu dalam mengurus surat perizinan

yang berkaitan dengan perkuliahan, serta usulan penelitian yang peneliti

laksanakan.

8. Terima Kasih kepada Keluarga besar Bpk. M. Sophian. SE, Papa Sophian, Ibu

Dewi, Aa tuthuy, Teteh Nichole, A‟parin, terima kasih banyak supportnya. 9. Terima kasih untuk seluruh keluarga besar Alm. H. Salmon Kelana Saputra

dan Kartini, yang sudah mensupport dalam mengerjakan skripsi ini.

10.Buat temen-temen terutama Banana : Totti, Alin, Aleldul, Ndu, Citra,

BossAgung, Ianmarkoyan, Gitong dan Ibay. Terima kasih teman-teman sudah

mensupport terutama dikala sedang galau tentang penyusunan skripsi ini.

11.Teman-teman anak Bimbingan Pak Manap : Akuz, Alfaris, Gea, Mona, Adi,


(21)

ix

12.Buat temen-temen Yetii : Azhar dan Tatang yang telah memberikan dukungan

dan bantuan selama ini kepada peneliti.

13.Terima kasih untuk seluruh teman-teman kelas IK-Humas 2, khususnya

Firman, Mita, Septian “apenk”, Oki, Erikza, Yona.

14.Buat Key Informan dan Informan terima atas bantuan kalian jika tidak ada

kalian maka peneliti tidak akan bisa menyelesaikan usulan penelitian ini.

Serta saya ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah mendorong peneliti selama proses penelitian ini

berlangsung sampai tersusunnya tulisan ini. Peneliti memohon maaf atas segala

kekurangan dan kesalahan yang telah diperbuat, baik yang disengaja maupun yang

tidak disengaja. Semoga allah SWT memberikan balasan yang berlimpah bagi

orang-orang yang telah membantu peneliti untuk kesempurnaan penelitian ini, Peneliti

senantiasa menanti kritik dan saran dari semua pihak dalam penyusunan usulan

penelitian ini. Akhir kata peneliti berharap semoga usulan penelitian ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Agustus 2012


(22)

x

DAFTAR ISI

Hal LEMBAR PENGESAHAN ... i SURAT PERNYATAAN ... ii LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii ABSTRAK ... iv

ABSTRACK ... v KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR ISI ... x DAFTAR TABEL ... xv DAFTAR GAMBAR ... xvi DAFTAR LAMPIRAN ... xvii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.2.1 Makro ... 9

1.2.2 Mikro ... 9

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian... ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10


(23)

xi

1.4 Kegunaan Penelitian... ... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 11

1.4.2.1 Peneliti ... 11

1.4.2.2 Program Studi ... 12

1.4.2.3 Masyarakat ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka ... 13

2.1.1 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 13

2.1.1.1 Definisi Komunikasi ... 13

2.1.1.2 Tujuan Komunikasi ... 15

2.1.1.3 Fungsi Komunikasi ... 15

2.1.1.4 Proses Komunikasi ... 17

2.1.1.5 Unsur-unsur Komunikasi ... 18

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi ... 22

2.1.2.1 Definisi Komunikasi Antarpribadi ... 22

2.1.2.2 Ciri – ciri Komunikasi Antarpribadi……….. 23 2.1.2.3 Faktor–faktor Pembentuk KAP ……… 24 2.1.2.4 Hakekat Komunikasi Antarpribadi ... 25

2.1.2.5 Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi ... 26

2.1.2.6 Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpribadi ... 27


(24)

xii

2.1.2.1 Klarifikasi Pesan Nonverbal ... 31

2.1.2.2 Fungsi Pesan Nonverbal ... 34

2.1.4 Tinjauan Tentang Gaya Hidup ... 35

2.1.4.1 Definisi Gaya Hidup ……….... 35 2.1.5 Tinjauan Mengenai Fenomena ... 37

2.1.5.1 Pengertian Fenomena ... 37

2.1.6 Tinjauan Mengenai Eksistensi ………..……… 37 2.1.6.1 Pengertian Eksistensi ……….……… 37 2.1.7 Tinjauan Tentang Mahasiswa ... 39

2.1.8 Teori Imitasi ... 41

2.2 Kerangka Pemikiran ... 45

2.2.1 Kerangka Teoritis ………. 45 2.2.2 Kerangka Konseptual ………... 51

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ... 55

3.1.1 Sejarah Perawatan Orthodontic ... 55

3.1.2 Pengertian Behel Gigi ... 56

3.1.3 Jenis-jenis Behel Gigi ... 58

3.1.4 Fungsi Pemakaian Behel Gigi ... 62

3.1.5 Tips Perawatan Behel Gigi ... 65


(25)

xiii

3.1.7 Bahaya Menggunakan Behel Palsu ... 68

3.2 Metode Penelitian ... 69

3.2.1 Desain Penelitian ... 69

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 71

3.2.2.1Studi Pustaka ... 71

a. Referensi buku ……….…….. 72 b. Skripsi peneliti terdahulu ………..………. 72 c. Internet Searching ………. 72 3.2.2.2Studi Lapangan …………...………. 73

1. Wawancara ……….………. 73 2. Observasi Partisipan ……… 74 3. Dokumentasi ………... 74 3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 74

3.2.3.1 Informan ………... 74 3.2.3.2 Informan Kunci ………...… 76 3.2.4 Teknik Analisa Data... 76

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 79

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 81

3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 81


(26)

xiv

BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

4.1Deskripsi Identitas Informan dan Key Informan ……….. 87 4.1.1 A. Informan Penelitian ……… 88 4.1.2 B. Informan Kunci (KeyInforman) ... 95 4.1 Analisis Hasil Penelitian ... 98

4.2.1 Aktivitas Pengguna Behel Gigi ... 98 4.2.2 Minat Pengguna Behel Gigi ... 107 4.2.3 Opini Mayarakat Pada Pengguna Behel Gigi ... 113 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 122

5.2 Saran ... 124

5.2.1 Saran Bagi Pengguna Behel Gigi ... 124 5.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 124

5.2.3 Saran Bagi Masyarakat ... 125

DAFTAR PUSTAKA………..... 126 LAMPIRAN ………...………....... 130 DAFTAR RIWAYAT HIDUP………..... 168


(27)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia hidup di bumi dengan berbagai macam budaya dan kepercayaan

serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

mempengaruhi gaya hidup masyarakat di dunia. Manusia dan kehidupannya yang

memiliki gaya hidup yang berbeda-beda memberi warna tersendiri dalam kehidupan

didunia dan memberikan banyak pengaruh dalam merubah wajah dunia. Gaya hidup

memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Gaya hidup merupakan ciri sebuah Negara modern, yang biasa juga disebut

modernitas. Maksudnya adalah siapa pun yang hidup dalam masyarakat modern akan

menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya

sendiri maupun orang lain. Gaya hidup bagian dari kehidupan sosial sehari-hari dunia

modern, gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak

dapat dipahami oleh mereka yang hidup dalam masyarakat modern.

Kaum Stoic berpendapat sebagaimana yang dijelaskan oleh David Schneider

(1976), yang dikutip oleh Sarlito Wirawan Sarwono dalam buku “Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial” bahwa ada dua pendapat yang bertentangan tentang sifat manusia sebagai makhluk sosial bahwa, ”Manusia adalah bagian dari dunia keteraturan yang alamiah dan rasional sehingga mempunyai


(28)

2

tanggung jawab satu dengan yang lain dan secara bersama-sama mengejar

kebahagiaan. Karena itu, manusia bersifat kooperatif, etis, altruis (suka menolong),

dan penuh cinta kasih.” (Sarwono, 1999 : 37)

Manusia memiliki kepentingan-kepentingan atau motif pribadi sebagai

makhluk individual dan untuk mencapai kepentingannya tersebut manusia harus

melewati tahapan sebagai makhluk sosial yang berperan dalam pembentukan

karakter. Telah menjadi sifat alamiah manusia untuk saling membutuhkan keberadaan

orang lain dan berbagai penunjangnya untuk dapat bertahan sebagai manusia yang

seutuhnya. Selain itu juga manusia merupakan bagian dari objek

perubahan-perubahan sosial.

Ketergantungan satu sama lain antar manusia memungkinkan adanya

kehidupan sosial yang mengarah kepada proses interaksi dengan berbagai tujuan yang

dengan atau tanpa disadari mengarah kepada pembentukan manusia yang opportunist

(mencari keuntungan). Tanpa berusaha menyangkal atau merasa naif dengan

tujuan-tujuan manusia yang majemuk, sosialitas yang terjalin dibentuk atas dasar adanya

kepentingan-kepentingan yang mendasar dari individu yang opportunist, sebagai penggambaran manusia individualistis dengan sosialitas sebagai jembatannya.

Bagaimanapun juga setiap individu memiliki hasrat yang sama untuk dapat

memperoleh dan memenuhi kebutuhan pribadi dari berbagai tendensi kepentingan

dengan jalan dan proses yang berbeda.

Menurut Sarwono (1995) dan dikutip ulang dalam buku “Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial” menjelaskan bahwa :


(29)

3

“Thibaut dan Kelley adalah peneliti-peneliti psikologi yang mengembangkan teori tentang hukum ekonomi dalam psikologi. Teori yang dinamakannya teori

timbal-balik (exchange theory) ini menjelaskan adanya prinsip untung-rugi

(reward-cost ratio) dalam interaksi manusia.” (Sarwono, 1999: 41).

Kehidupan sosial yang baik merupakan esensi dari proses pembentukan

individu sebagai makhluk sosial. Sangat mendasar apabila kita dapat mengerti dan

memahami sifat alamiah sebagai makhluk sosial yang terdapat berbagai macam

interaksi didalamnya dengan berbagai kondisi yang berbeda antar individu dengan

satu alat yang sama untuk menumbuhkan proses sosialisasi tersebut yakni

komunikasi.

Kehidupan didunia mahasiswa diwarnai dengan berbagai gaya hidup yang

berbeda-beda. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh mereka yang sangat tertarik

untuk mengikuti perkembangan jaman atau trend yang sedang mewabah, berbagai

cara dilakukan untuk memenuhi hasrat tersebut, seperti halnya yang sedang marak

terjadi saat ini yaitu fenomena penggunaan behel gigi sebagai pendukung penampilan atau gaya bukan dipakai untuk kesehatan. Inilah yang sedang melanda generasi muda

kita yang senang mengikuti trend jaman. Bisa dibilang jika kita tidak menggunakan

behel gigi yang saat ini sedang trend, mungkin akan terlihat sedikit ketinggalan trend. Dampak dari perkembangan jaman membuat manusia berupaya memenuhi hasratnya


(30)

4

Eksistensi berperan sebagai suatu pengaktualisasian diri dalam mendapatkan

kepercayaan akan pengakuan bahwa hal tersebut ada dan berharap mendapatkan

sosialitas serupa untuk pemenuhan hasratnya. Lantas agar eksistensi para follower

atau pengikut trend diakui oleh sesamanya, perlu diadakan komunikasi untuk

memberikan penjelasan dengan menjembatani eksistensi melalui interaksi dalam

proses komunikasi yang terjadi. Komunikasi dan eksistensi kemudian saling mengisi

karena saling terkait dalam kebutuhannya. Komunikasi membantu dalam berinteraksi,

sedangkan interaksi digunakan untuk menunjukan dan mendapatkan pengakuan

bahwa behel gigi merupakan bagian dari trend atau gaya hidup.

Behel gigi bukan hanya untuk merapihkan gigi, akan tetapi dapat digunakan sebagai Fashion atau gaya-gayaan. Dalam kondisi terpasang, sangat mirip dengan aslinya terbuat dari kawat steril dan manik lucu berwarna-warni. Tidak perlu ke

Dokter atau tukang gigi, bisa dipasang dan dilepas sendiri. Sangat praktis buat yang

modis. Tidak hanya itu saja dengan menggunakan behel seseorang merasa percaya diri, karena selain sebagai ajang trend pengunaan behel-pun bisa menaikkan dan meningkatkan status sosial seseorang dalam lingkungan sosialnya. Saat menggunakan

barang mahal, membuat status orang di masyarakat terangkat. Tak jarang orang-orang


(31)

5

menunjukan martabatnya di mata orang lain. Hal ini juga berlaku pada penggunaan

behel gigi.1

Penggunaan behel gigi sebagai gaya-gayaan ini menimbulkan pengaruh positif dan juga negatif. Dampak positif dari penggunaan behel gigi ini, dimana kita mendapatkan suatu identitas, disini kita lihat dari sudut pandang gaya hidupnya yang

termasuk kedalam gaya-gaya warna-warni karet behel akan membuat menjadi lebih kreatif dan lebih variatif dalam menciptakan suatu pribadi yang unik dan berbeda

dengan yang lainnya, yang tentu saja sesuai dengan kepribadian. Ini adalah masalah

kesepahaman setiap orang dimana gaya hidup tersebut dapat mempengaruhi

seseorang secara positif. Namun ada pula sisi negatif dari penggunaan behel gigi sebagai gaya-gayaan ini sendiri dimana, semula behel hanya untuk diperuntukan bagi orang yang mempunyai bentuk gigi yang tidak rata, dengan berkembangnya zaman

behel gigi menjadi ajang gaya-gayaan dan sudah disalah artikan.

Setiap orang yang menggunakan behel gigi sebagai ajang gaya hidupnya melibatkan perilaku yang di sengaja dikarenakan pada setiap tahapan prosesnya,

sengaja mengirimkan sejumlah besar pesan non verbal dimana pesan tersebut

memiliki makna bagi orang lain. Menurut Larry A Samovar dan Richard E Porter

(dalam Mulyana, 2000) :

1

http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/05/20/fenomena-si-kawat-gigi-kesehatan-dan-sekedar-gaya-gayaan


(32)

6

“Pesan komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh

individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai

pesan potensial bagi pengirim atau penerima”

Pesan ini mencakup perilaku yang disengaja dan tidak disengaja sebagai

bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan, mengirim banyak pesan non

verbal tanpa menyadari bahwa pesan tersebut bermakna bagi orang lain.

Pesan non verbal mempunyai klarifikasinya dalam pesan nonverbal itu

sendiri yang banyak menciptakan paradigma dari para ahli, yang sebagaimana

tercantum menurut Lary A. Samovar dan Richard E. Porter mengklarifikasikan

pesan-pesan non verbal kedalam 2 kategori utama, yaitu :

1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan, dan postur

tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa.

2. Ruang, waktu, dan diam. (Larry A Samovar dan Richard E Porter dalam

Mulyana, 2000)

Disini peneliti lebih memfokuskan kepada komunikasi antarpribadi, sehingga

peneliti ingin lebih lanjut mengenai proses komunikasi antarpribadi pada penggunaan

behel gigi. Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book”. ( Devito, 1989 : 4 ), sebagai: “Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara


(33)

7

sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik

seketika”. (Devito, dalam Effendy, 2003 : 59).

Pada pernyataan di atas disebutkan bahwa proses komunikasi antarpribadi

dapat dilakukan oleh dua orang atau sekelompok kecil secara langsung tanpa melalui

media. Hal ini salah satu menjadi komunikasi yang paling efektif karena umpan balik

dapat langsung diterima. Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi antarpribadi

seringkali dilakukan oleh kita mulai dari bangun hingga kita tidur, misalnya seorang

tukang behel gigi dengan calon pemasangnya, komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi antarpribadi secara langsung (tatap muka), efek yang ditimbulkannya

adalah respon yang disampaikan dapat diterima langsung tanpa membutuhkan waktu

yang lama.

Behel gigi sudah masuk Indonesia sejak 1970-an, tapi kawat gigi atau behel, baru menjadi tren pada tahun 1990-an. Bahkan, belakangan ini booming pemakai

behel gigi dengan alasan sebagai gaya-gayaan. Berbanding terbalik dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana behel tidak terlalu terkenal dan tidak jarang untuk dihindari. Ada dua tujuan pemasangan behel gigi, pertama untuk memperbaiki bentuk gigi yang tidak teratur yang berdampak fungsi pengunyahan makanan kurang baik.

Dan kedua, adalah untuk estetika berkaitan dengan penampilan. Itulah yang menjadi

faktor utama pasien memasang behel. Padahal, kedua tujuan tersebut tidak dapat dipisahkan.


(34)

8

Gaya hidup menurut Kotler (2002 : 192) adalah pola hidup seseorang di dunia

yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opini. Gaya hidup menggambarkan

“keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002:282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana

orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan

waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001 : 174) adalah pola

hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan,

minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan

pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.

Secara umum gaya hidup dapat diartikan bagaimana orang menghabiskan

waktunya (aktifitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat),

dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini).

Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan

lingkungan. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup

adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan

pendapatnya.

Dari wacana di atas yang sudah dijelaskan, dan dapat di tarik sebuah

permasalahan tentang Gaya Hidup yang digunakan oleh pengguna behel, yaitu tentang aktivitas, minat dan opini pada pengguna behel gigi. Mengangkat pembahasan tentang pengguna behel ini menarik untuk diteliti


(35)

9

Fenomena ini sangat menarik untuk dikaji lebih dalam. Isu behel gigi mengandung kekhasan, yaitu aspek klinis atau yang biasa disebut aspek medis,

sedangkan satunya lagi aspek fenomena sosial atau kemanusiaan. Aspek sosial

merupakan yang paling penting menurut peneliti, lebih menekankan pada

permasalahan sosial yang menimpa seseorang dengan berbagai persepsi yang muncul

dari lingkungan sekitarnya. Anggapan baru dan pandangan baru akan dirinya oleh

masyarakat. Dengan begitu akan mempengaruhi pula bagaimana penggunaan behel

memandang dirinya sendiri. Apakah tepat jika behel gigi ternyata dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan oleh penggunanya, sekaligus dapat meningkatkan

kepercayaan diri seseorang. Manusia tidak dapat melakukan segala sesuatu jika tidak

bermakna baginya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan oleh peneliti, maka

telah diterapkan rumusah masalah dalam penelitian sebagai berikut :

1.2.1 Makro :

Bagaimana Fenomena Gaya Hidup Pengguna Behel Gigi Pada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung ?

1.2.2 Mikro :

1. Bagaimana Aktivitas pengguna behel gigi pada kalangan Mahasiswa di kota Bandung ?


(36)

10

2. Bagaimana Minat pengguna behel gigi pada kalangan Mahasiswa di kota Bandung ?

3. Bagaimana Opini pengguna behel gigi pada kalangan Mahasiswa di kota Bandung ?

1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan

mendeskripsikan tentang Fenomena Gaya Hidup Pengguna Behel Gigi Pada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung (Studi Deskriptif tentang gaya hidup

pengguna behel gigi pada kalangan mahasiswa di kota Bandung).

Penelitian ini menjelaskan tentang pengguna behel ditinjau dari gaya hidup sebagai bentuk dari eksistensi diri di kota Bandung dalam tatanan

masyarakat secara objektif

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Aktivitas pengguna behel gigi pada kalangan Mahasiswa di kota Bandung.

2. Untuk mengetahui Minat pengguna behel gigi pada kalangan Mahasiswa di kota Bandung.

3. Untuk mengetahui Opini pengguna behel gigi pada kalangan Mahasiswa di kota Bandung.


(37)

11

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis peneliti berharap agar penelitian ini dapat mengembangkan

kajian studi ilmu komunikasi secara umum dan khususnya mengenai

Fenomena Gaya Hidup Pengguna Behel Gigi Pada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung dan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan studi

deskriptif, khususnya yang berkaitan dengan fenomena komunikasi dalam

konteks komunikasi antarpribadi. Namun didalam penelitiannya peneliti

juga menemukan aspek-aspek yang berkaitan dengan komunikasi

nonverbal. Selain itu pula dapat menjadi acuan dan dapat memperdalam

pengetahuan dan teori mengenai informasi-informasi yang berhubungan

dengan studi ilmu komunikasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Secara praktis, kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.2.1Peneliti

Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai pengetahuan wawasan baru

bagi peneliti akan berbagai perilaku sosial yang ada dalam masyarakat

dengan komunikasi sebagai perantaranya. Penelitian ini dapat dijadikan


(38)

12

diterima secara teori, khususnya tentang fenomena gaya hidup pengguna

behel gigi pada kalangan mahasiswa di kota Bandung.

1.4.2.2Program Studi

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa di kota Bandung secara umum,

Ilmu Komunikasi secara khusus mengenai tinjauan fenomena gaya

hidup pengguna behel gigi pada kalangan mahasiswa di kota Bandung, sebagai litelatur bagi peneliti selanjutnya terutama yang melakukan

penelitian dengan kajian yang sama.

1.4.2.3Masyarakat

Semoga penelitian ini dapat memberikan wacana tentang ajang trend

atau gaya-gayaan dalam sosialitas secara jelas dan transparan yang

ditinjau dari proses komunikasi dan eksistensi diri para pengguna behel

gigi di kalangan mahasiswa di kota Bandung. Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan wacana pola pikir yang objektif dari sosialitas


(39)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1.1 Definisi Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris “communication

berasal dari bahasa latin atau “communicatio” dan bersumber dari kata “communis” yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan

terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang

di komunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham

dari suatu pesan tertentu (Effendy, 2002: 9).

Thoha menyatakan bahwa “Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan informasi dari seseorang kepada orang lain.” (Thoha, 1996: 145).

Membahas tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang

benar atau juga definisi yang salah. Sama hal nya seperti model atau teori,

definisi harus dilihat dari kemanfaatan untuk menjelaskan sesuatu yang

didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu

sempit, misalnya Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media


(40)

14

dua pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang

disampaikan. Dalam penyampaian informasi dari seseorang kepada orang

lain, bukanlah hal yang mudah, sebab apabila mudah tidak akan mungkin

terjadinya komunikasi yang meleset. Pada saat dua orang berkomunikasi,

ibarat dua dunia yang berbeda bertemu sebab masing-masing individu

memiliki pengalaman yang berbeda atau latar belakang yang berbeda.

Dalam proses penyampaian juga harus bisa menimbulkan kesamaan

makna mengenai apa yang ada dibahas. Kesamaan makna dapat terlihat

dari mengerti bahasa yang digunakan dan mengerti makna dari hal yang

dipercakapkan. Dengan adanya kesamaan tersebut maka akan memudahkan

penerimaan informasi dari orang yang kita ajak berkomunikasi.

Dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek komunikasi dari

Onong Uchana Effendy, yang dikutip dari Hovland mengatakan bahwa

komunikasi adalah :

“Proses mengubah perilaku orang lain (communication is the procces to modify the behaviour of other individuals) Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain, hal ini bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikan bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif." (Effendy, 2001:10)


(41)

15

2.1.1.2 Tujuan Komunikasi

Kegiatan komunikasi yang dilakukan sehari-hari oleh manusia tentu

memiliki suatu tujuan tertentu yang berbeda-beda yang nantinya diharapkan

dapat tercipta saling pengertian. Dan berikut adalah tujuan komunikasi

menurut Onong Uchjana Effendy :

1. Perubahan sikap (Attitude change) 2. Perubahan pendapat (Opinion change) 3. Perubahan prilaku (Behavior change)

4. Perubahan sosial (Social change) (Effendy, 2003 : 8)

Dari empat poin yang dikemukakan diatas tersebut oleh Onong

Uchjana effendy, dapat disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan untuk

merubah sikap, pendapat, perilaku, dan pada perubahan sosial masyarakat.

Sedangkan fungsi dari komunikasi adalah sebagai penyampai informasi yang

utama, mendidik, menghibur dan yang terakhir mempengaruhi orang lain

dalam bersikap ataupun dalam bertindak.

2.1.1.3 Fungsi Komunikasi

Menurut Effendy (2003 : 55) terdapat empat fungsi komunikasi, yaitu:

1. Menyampaikan informasi (to inform)

Dengan komunikasi, komunikator dapat menyampaikan

informasi kepada komunikan. Serta terjadi pertukaran


(42)

16

2. Mendidik (to educate)

Komunikasi sebagai sarana untuk mendidik, dalam arti

bagaimana komunikasi secara formal maupun informal bekerja

untuk memberikan atau bertukar pengetahuan. Dan kebutuhan

akan pengetahuan dapat terpenuhi. Fungsi mendidik ini dapat

juga ditunjukan dalam bentuk berita dengan gambar maupun

artikel.

3. Menghibur (to entertaintment)

Komunikasi menciptakan interaksi antara komunikator dan

komunikan. Interaksi tersebut menimbulkan reaksi interaktif

yang dapat menghibur baik terjadi pada komunikator maupun

komunikan.

4. Mempengaruhi (to influence)

Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi, terdapat

upaya untuk mempengaruhi komunikan melalui isi pesan yang

dikirim oleh komunikator. Upaya tersebut dapat berupa pesan

persuasif (mengajak) yang dapat mempengaruhi komunikan.

Komunikator dapat membawa pengaruh positif atau negatif,

dan komunikan dapat menerima ataupun menolak pesan

tersebut tanpa ada paksaan.

Keempat tujuan komunikasi di atas, turut mengambil peranan dalam


(43)

17

pendapat dan pandangan seseorang, merubah perilaku, serta merubah

kehidupan sosial penggunanya.

2.1.1.4 Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian

pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

(komunikan).

Menurut Onong Uchjana Effendy, Proses komunikasi dalam bukunya

Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, proses komunikasi terbagi menjadi dua

tahap, yakni :

1. Proses komunikasi secara primer, Proses ini adalah proses

penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada

orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai

media. Lambang sebagai media primer dalam proses

komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan

lain sebagainya yang secara langsung mampu

“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

2. Proses komunikasi secara sekunder, adalah proses

penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah

memakai lambang sebagai media pertama. Seseorang


(44)

18

komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada

di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat,

telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan

banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam

komunikasi. (Effendy, 2004:11&16)

2.1.1.5 Unsur-unsur Komunikasi

Didalam melakukan kegiatan komunikasi setiap individu berharap

tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada

unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchana Effendy dalam

bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi bahwa dari berbagai pengertian

komunikasi yang telah ada tampak adanya sejumlah kommponen atau unsur

yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi.

Dari berbagai pengertian komunikasi yang banyak ditemui, tampak

adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan

persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut

adalah sebagai berikut :

- Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai

pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia,

sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk


(45)

19

disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut

source, sender, atau encoder.

- Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan

dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa

berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.

Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata

message, content atau information.

- Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa

pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa

media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi

antar pribadi panca indera dianggap sebagai media komunikasi.

- Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh

sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam

bentuk kelompok, partai atau negara.

Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti

khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa inggris disebut


(46)

20

bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber.

Tidak ada penerima jika tidak ada sumber.

- Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah

menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap

dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982). Karena itu, pengaruh

bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada

pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan

pesan.

- Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah

satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi

sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan

dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya

sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim,

atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami

gangguan sebelum sampai ke tujuan. Seperti itu menjadi tanggapan

balik yang diterima oleh sumber.

- Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat


(47)

21

empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya,

lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses

komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik,

misalnya geografis. Komunikasi sering kali sulit dilakukan karena

faktor jarak yang begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas

komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya. Lingkungan

sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik yang

bisa terjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa,

kepercayaan, adat istiadat, dan status sosial. Dimensi psikologis adalah

pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi.

Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain,

menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Dimensi

psikologis ini bisa disebut dimensi internal.

Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat

untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi

tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu

diketahui karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai.

Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam

membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur ini saling


(48)

22

akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi. (Cangara, 2005 : 23).

2.1.2 Tinjauan tentang Komunikasi Antarpribadi 2.1.2.1 Definisi Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan dasar dari konteks atau level

komunikasi lain, demikian dasar-dasar peran dan kredibilitas komunikator

dalam komunikasi antarpribadi yang ditunjukkan dalam suatu percakapan

dapat dijadikan dasar bagi perlakuan terhadap peranan dan kredibilitas

komunikator dalam konteks komunikasi lainnya.

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang–orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara

verbal ataupun non-verbal. Dan bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi

ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang hanya melibatkan dua orang, seperti suami–istri, dua sahabat dekat, guru–murid, dan lain sebagainya. (Deddy Mulyana, 2002 : 73).

Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam

bukunya “The Interpersonal Communication Book”. ( Devito, 1989 : 4 ), sebagai: “Proses pengiriman dan penerimaan pesan–pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan


(49)

23

Menurut Vandeber, komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses

interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan atau

perasaan. (Lliliweri, 1984:9) Effendy mengemukakan juga bahwa pada

hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar seorang

komunikator dengan komunikan. (Liliweri, 1997 : 12)

Pada dasarnya komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh

komunikator mempunyai tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan

perilaku komunikan dengan cara mengirimkan pesan dan prosesnya yang

dialogis.

2.1.2.2 Ciri-ciri Komunikasi Antarpribadi

Bersadarkan beberapa pengertian komunikasi antarpribadi ada

beberapa ciri khas komunikasi antarpribadi yang membedakannya dengan

komunikasi massa dan komunikasi kelompok. Menurut Barnlund (1968) ada

beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi interpersonal selalu

terjadi secara spontan, tidak mempunyai struktur yang teratur dan diatur,

terjadi secara kebetulan, tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan

terlebih dahulu, dilakukan oleh orang–orang yang identitas keanggotaan yang terkadang kurang jelas.

De Vito (1976) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi

mengandung lima ciri sebagai berikut :


(50)

24

2). Empati (empathy),

3). Dukungan (suportiveness), 4). Perasaan positif (positivness), 5). Kesamaan (equality).

Selain itu, Evert M. Rogers dalam Depar (1988) menyebutkan

beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yaitu :

1). Arus pesan cenderung dua arah,

2). Konteks komunikasi adalah tatap muka,

3). Tingkat umpan balik yang tinggi,

4). Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas sangat tinggi,

5). Kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban

dan,

6). Efek yang terjadi antara lain perubahan sikap.

(Alo Liliweri, 1997 : 12)

2.1.2.3 Faktor–faktor Pembentuk Komunikasi Antarpribadi

Berdasarkan pandangan Klinger dan Gillin yang dikutip Soekanto, kita

dapat mengetahui bahwa setiap proses komunikasi didorong oleh faktor– faktor tertentu. Halloran (1980) mengemukakan manusia berkomunikasi

dengan orang lain karena didorong oleh beberapa faktor, yakni :

1. Perbedaan antarpribadi,


(51)

25

3. Perbedaan motivasi antar manusia,

4. Pemenuhan akan harga diri, dan

5. Kebutuhan atas pengakuan orang lain. (Liliweri, 1992 : 45)

Cassagrade (1986) berpendapat, manusia berkomunikasi karena :

1. Memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan

membagi kelebihan,

2. Dia ingin terlibat dalam proses perubahan yang relatif tetap,

3. Dia ingin berinteraksi hari ini dan memahami pengalaman

masa lalu dan mengantisipasi masa depan, dan

4. Dia ingin menciptakan hubungan baru. Dapat disimpulkan

bahwa minat berkomunikasi antarpribadi didorong oleh

pemenuhan kebutuhan yang belum atau bahkan tidak dimiliki,

karena setiap manusia memiliki motif yang mendorong dia

usaha memenuhi kebutuhannya.

2.1.2.4 Hakekat Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi digunakan untuk menyampaikan informasi. Apabila

seseorang berkomunikasi dengan orang lain, sebenarnya dia menyampaikan

informasi. Pemahaman mengenai nilai-nilai komunikasi disampaikan oleh

pakar dengan defenisi berbeda-beda. Hovland dalam buku Social Communication menjelaskan, bahwa komunikasi adalah proses bila mana seseorang individu (komunikator) menyampaikan stimulans (lambang


(52)

kata-26

kata) untuk merubah tingkah laku individu lainnya (komunikan). Effendy,

(1984) dalam buku Ilmu Komunikasi mengatakan komunikasi pada

hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh

komunikator kepada komunikan. Robbins, (1994) dalam buku Essential of organizational behavior bahwa komunikasi menjalankan 4 fungsi utama di dalam suatu kelompok (kontrol, pengawasan, motivasi pengungkapan emosi

dan informasi). Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa proses

komunikasi antarpribadi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran

atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

2.1.2.5 Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi

Seperti komunikasi pada umumnya, komunikasi antarpribadi juga

mempunyai jenis-jenisnya yang berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain.

Menurut Onong Uchjana Effendy bahwa “Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni :

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang

berlangsung antar dua orang yakni yang seorang adalah

komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi yang

menerima pesan. Oleh karena pelaku komunikasinya dua orang,

maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens, komunikator


(53)

27

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication) adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang

komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan

dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif,

Karena komunikator memusatkan perhatiaanya hanya pada seorang

komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference

komunikan, sepenuhnya juga umpan balik yang berlangsung,

merupakan kedua factor yang sangat berpengaruh terhadap efektif

tidaknya proses komunikasi.” (Effendy, 1993 : 62)

2.1.2.6 Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpribadi

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi menurut Allo Liliweri terdiri

atas :

a. Fungsi sosial

Komunikasi antar pribadi secara otomatis mempunyai fungsi social,

karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks social yang

orang-orangnya berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan

demikian, maka fungsi social komunikasi antarpribadi mengandung

aspek-aspek :

1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan biologis dan psikologis.


(54)

28

3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik.

4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri sendiri.

5. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik.

b. Fungsi pengambilan keputusan

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa manusia adalah

makhluk yang dikaruniai akal sebagai sarana berpikir yang tidak

dimiliki oleh semua makhluk di muka bumi. Karenanya ia

mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan dalam setiap

hal yang harus dilaluinya. Pengambilan keputusan meliputi

penggunaan informasi dan pengaruh yang kuat dari orang lain. Ada

dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan

komunikasi yaitu:

1. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi.

2. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi antarpribadi adalah

untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain, membantu orang lain. Melalui

komunikasi antarpribadi ini kita dapat menjadikan diri sebagai suatu agen


(55)

29

selain itu komunikasi ini juga bertujuan sebagai suatu proses belajar menuju

perubahan yang lebih baik.

2.1.3 Tinjauan Mengenai Komunikasi Nonverbal

Inti utama proses komunikasi adalah penyampaian pesan oleh

komunikator di satu pihak dan penerimaan pesan oleh komunikan dipihak

lainnya. Kadar yang paling rendah dari keberhasilan komunikasi diukur

dengan pemahaman komunikan pada pesan yang diterimanya. Pemahaman

komunikan terhadap isi pesan atau makna pesan yang diterimanya merupakan

titik tolak untuk terjadinya perubahan pendapat, sikap, dan tindakan.

Pesan komunikasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua

ketegori, yakni pesan verbal dan pesan nonverbal. Pesan verbal adalah pesan

yang berupa bahasa, baik yang diungkapakan melalui kata-kata maupun yang

dituangkan dalam bentuk rangkaian kalimat tulisan. Pesan nonverbal adalah

pesan yang berupa isyarat atau lambang-lambang selain lambang bahasa.

Komunikasi nonverbal lebih tua daripada komunikasi verbal. Kita

lebih awal melakukannya, kerena hingga usia kira-kira 18 bulan, kita secara

total bergantung pada komunikasi nonverbal seperti sentuhan, senyuman,

pandangan mata, dan sebagainya. Maka, tidaklah mengherankan ketika kita

ragu pada seseorang, kita lebih percaya pada pesan nonverbalnya. Orang yang

terampil membaca pesan nonverbal orang lain disebut intuitif, sedangkan


(56)

30

Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan

kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi

nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam

suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi

pengirim atau penerima.

Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak

universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari, bukan bawaan. Sedikit isyarat nonverbal yang merupajan bawaan. Kita semua lahir dan

mengetahui bagaimana tersenyum, namun kebanyakan ahli sepakat bahwa di

mana, kapan, dan kepada siapa kita menunjukkan emosi ini dipelajari, dan

karenanya dipengaruhi oleh konteks dan budaya. Kita belajar menatap,

memberi isyarat, memakai parfum, menyentuh berbagai bagian tubuh orang

lain, dan bahkan kapan kita diam. Cara kita bergerak dalam ruang ketika

berkomunikasi dengan orang lain didasarkan terutama pada respons fisik dan

emosional terhadap rangsangan lingkungan. Sementara kebanyakan perilaku

verbal kita bersifat eksplisit dan diproses secara kognitif, perilaku nonverbal

kita bersifat spontan, ambigu, sering berlangsung cepat, dan di luar kesadaran

dn kendali kita. Menurut Edward T. Hall :

“Menamai bahasa nonverbal ini sebagai “bahasa diam” (silent language) dan “dimensi tersembunyi” (hidden dimension). Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan nonverbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi komunikasi, pesan nonverbal memberi kita isyarat-isyarat


(57)

31

kontekstual. Bersama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan nonverbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi.”

Tidak ada struktur yang pasti, tetap, dan dapat diramalkan mengenai

hubungan antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Keduanya

dapat berlangsung spontan, serempak, dan nonsekuensial. Akan tetapi, kita

dapat menemukan setidaknya tiga pebedaan pokok antara komunikasi verbal

dan nonverbal, diantaranya yaitu :

 Perilaku verbal adalah saluran tunggal, perilaku nonverbal bersifat multisaluran.

 Pesan verbal terpisah-pisah, sedangkan pesan nonverbal sinambung.

 Komunikasi nonverbal mengandung lebih banyak muatan emosinal daripada komunikasi verbal.

2.1.3.1 Klasifikasi Pesan Nonverbal

Menurut Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan

nonverbal sebagai berikut:

a. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh

yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama : pesan fasial, pesan

gestural, dan pesan postural.

b. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna


(58)

32

menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna :

kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan,

kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers

(1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai

berikut:

 Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah

komunikator memandang objek penelitiannya baik atau

buruk,

 Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan,

 Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi,

 Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali

mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.

c. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan

seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.

d. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan,

makna yang dapat disampaikan adalah :

a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan


(59)

33

yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian

positif,

b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri

komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang

yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang

merendah,

c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional

pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur

anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak

responsif.

e. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.

Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban

kita dengan orang lain.

f. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian,

dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang

sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai

dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya

dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan

pakaian, dan kosmetik.

g. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan


(60)

34

yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan

secara berbeda.

h. Pesan sentuhan dan bau-bauan, yaitu alat penerima sentuhan

adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang

disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi

tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah,

bercanda, dan tanpa perhatian. Bau-bauan, terutama yang

menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang,

juga untuk menyampaikan pesan menandai wilayah mereka,

mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik

lawan jenis.

2.1.3.2 Fungsi Pesan Nonverbal

Mark L. Knapp dalam Jalaludin, 1994. Menyebut lima fungsi pesan

nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal :

a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan

secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya

menggelengkan kepala.

b. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya

tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan


(61)

35

c. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain

terhadap pesan verbal. Misalnya anda ‟memuji‟ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”

d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan

nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat

penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.

e. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggaris

bawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya

anda dengan memukul meja.

2.1.4 Tinjauan tentang Gaya Hidup 2.1.4.1 Definisi Gaya Hidup

Gaya hidup ditunjukkan oleh perilaku tertentu sekelompok orang atau masyarakat yang menganut nilai-nilai dan tata hidup yang hampir sama. Gaya hidup yang berkembang di masyarakat merefleksikan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat itu sendiri. Untuk memahami bagaimana gaya hidup sekelompok masyarakat diperlukan program atau instrumen untuk mengukur gaya hidup yang berkembang.

Gaya hidup menurut Kotler (2002 : 192) adalah pola hidup seseorang

di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opini. Gaya hidup


(62)

36

lingkungannya. Menurut secara umum gaya hidup dapat diartikan bagaimana

orang menghabiskan waktunya (aktifitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini).

Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002:282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut

Suratno dan Rismiati (2001 : 174) adalah pola hidup seseorang dalam dunia

kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat

yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang

berinteraksi dengan lingkungan.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup

adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan (aktivitas),

(minat) dan pendapatnya (opini) dalam membelanjakan uangnya dan

bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya

hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis.

Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat

penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks


(63)

37

2.1.5 Tinjauan Mengenai Fenomena 2.1.5.1 Pengertian Fenomena

Fenomena, atau masalah, atau gejala adalah segala sesuatu yang dapat

kita lihat, atau alami, atau rasakan. Suatu kejadian adalah suatu fenomena,

suatu benda merupakan suatu fenomena, karena merupakan sesuatu yang

dapat kita lihat. Adanya suatu benda juga menciptakan keadaan ataupun

perasaan, yang tercipta karena keberadaannya. Istilah masalah yang dijadikan

dari istilah fenomena harus dibedakan dari persoalan. Masalah mempunyai

pengertian netral, sedangkan persoalan mengandung pengertian memihak.

Suatu persoalan juga merupakan suatu masalah atau gejala, dan karenanya

juga merupakan suatu fenomena. Persoalan merupakan suatu fenomena yang

kehadirannya tak dikehendaki. Penyelesaian terhadap suatu persoalan pada

hakekatnya adalah suatu usaha dan tindakan untuk meniadakan persoalan

tersebut.

2.1.6 Tinjauan Mengenai Eksistensi 2.1.6.1 Pengertian Eksistensi

Eksistensi berasal dari bahasa Inggris “exist” yang berarti ada, terdapat hidup atau dirasakan keberadaanya. Suatu proses yang dinamis, suatu

„menjadi‟ atau „mengada‟. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yanga artinya keluar dari, „melampaui‟ atau mengatasi‟. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan


(64)

38

mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada

kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya.

Eksistensi menurut peneliti yaitu bagaimana keberadaan seseorang

yang bergaul dalam lingkungan masyarakat, bisa dikatakan ingin diakui

keberadaanya khusunya dalam lingkunagan sosial tempat individu tersebut

berinteraksi dengan individu lainnya. Karena pada dasarnya manusia akan

mengalami perubahan dari masa sekarang sampai masa yang akan datang baik

dari segi bahasa, perilaku, tindakan serta cara mereka menampilkan diri.

Seperti halnya pengguna behel gigi yang kini sedang marak dan menjamur di kota Bandung berupaya menampilkan jati diri mereka dihadapan

publik sebagai bentuk ke-eksistensian mereka agar keberadaan mereka diakui

oleh masyarakat.

Eksistensi ini memberikan gambaran akan berbagai pembentukan diri

individu dalam mempelajari lingkungan sekitarnya dan berusaha untuk dapat

memberikan sumbangsihnya bagi sosial sebagai bentuk pengharapan

pengakuan dari sosialitas. Eksistensi ini terbentuk dengan adanya dorongan

dari dalam diri individu dan tuntutan manusia sebagai makhluk sosial. Hal ini

menyebabkan manusia memiliki kepentingan bagi dirinya selaku individu dan

sebagai makhluk sosial, sebagaimana yang diungkapkan oleh Setiawan yang

dikutip oleh Rismawaty bahwa:

“Manusia hidup antara dua kutub eksistensi, yaitu kutub eksistensi individual dan kutub eksistensi sosial, di mana keduanya amat terjalin


(65)

39

dan tampaknya menjadi suatu hal yang tak terpisahkan dalam diri manusia (indivisualisasi dan sosialisasi). Pada suatu pihak ia berhak mengemukakan dirinya (kutub eksistensi individual), ingin dihargai dan diakui tetapi pada pihak lain ia harus mampu menyesuaikan diri pada ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam masyarakat didalam lingkungan sosialnya (kutub eksistensi sosial).” (Rismawaty, 2008: 29).

Orang berkomunikasi untuk menunjukan bahwa dirinya eksis, ini

disebut sebagai aktualisasi diri atau lebih tepatnya lagi lebih kepada

pernyataan eksistensi diri. Deddy Mulyana memodifikasi pernyataan filosof

prancis, Rene Descartes yang terkenal “Cogito ergo sum” (saya berfikir, maka saya ada) yang kemudian diganti menjadi “Saya berbicara, maka saya ada”.

2.1.7 Tinjauan Tentang Mahasiswa

Mahasiswa secara harafiah dikatakan sebagai orang yang belajar di

perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang

terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi otomatis dapat disebut sebagai

mahasiswa. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa tidak sesempit itu. Sejak

masa Socrates, Plato, Aristoteles hingga Immanuel Kant, juga para pemikir

abad ke-20, terlihat peran orang-orang hasil didikan perguruan tinggi. Peran

mencolok yang jelas-jelas tertangkap adalah peran pembaharu. Orang-orang

yang berasal dari universitas ini banyak melakukan pembaruan di banyak

bidang kehidupan. Beratus-ratus halaman kertas yang kita butuhkan untuk


(66)

40

Kemudian peran pembaharu ini kelak akan dijalankan oleh mahasiswa

ketika ia terjun ke dalam lingkungan masyarakat, menuntut mahasiswa untuk

melatih dirinya sebagai pembaharu. Mahasiswa dituntut untuk memiliki

kepekaan terhadap berbagai hal yang membutuhkan pembaruan dan perbaikan

di berbagai bidang. Kepekaan itu harus dilatih sejak awal ia masuk ke

perguruan tinggi.

Peran mahasiswa sebagai calon pembaharuan berkaitan erat dengan

perannya sebagai calon cendekiawan. Sebagai calon cendekiawan, mahasiswa

harus melatih kepekaannya sedemikian rupa sehingga pada saat terjun ke

masyarakat, mahasiswa siap menjalankan perannya sebagai cendekiawan.

Kelak, sebagai seorang cendekiawan, mahasiswa dituntut menyumbangkan

pemikiran untuk melakukan berbagai perbaikan. Kaum cendekiawan adalah

mereka yang berperan sebagai pihak yang memberi petunjuk dan memberi

pimpinan kepada perkembangan hidup kemasyarakatan dan bukannya

malahan menyerahkan diri kepada golongan yang berkuasa yang

memperjuangkan kepentingan mereka masing-masing.

Selain sebagai calon pembaharu dan cendekiawan, mahasiswa juga

nantinya diharapkan akan menjadi penyangga keberlangsungan hidup

masyarakatnya. Setelah lulus, mahasiswa dituntut untuk terus meningkatkan

kualitas kesejahteraan masyarakat. Mahasiswa dituntut untuk dapat

mengaplikasikan ilmunya agar menghasilkan produk-produk yang bermanfaat


(67)

41

Di dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan definisi mahasiswa

sebagai calon pembaharu, calon cendekiawan dan calon penyangga

keberlangsungan hidup masyarakat. Tiga hal itu menjadi tujuan yang akan

dicapai oleh mahasiswa melalui perguruan tinggi, merupakan dasar bagi

penentuan kualitas-kualitas psikologis apa yang seharusnya dimiliki oleh

mahasiswa. Tujuan-tujuan itu juga menjadi dasar pertimbangan bagi

penentuan kegiatan-kegiatan apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh

mahasiswa.

2.1.8 Teori Imitasi

Dalam mengkaji teori imitasi ini, peneliti banyak menggunakan

pandangan seorang sosiolog dan kriminolog juga yang sering disebut sebagai

bapak psikologi sosial, Gabriel Tarde.

Secara umum, imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang

untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidupnya, bahkan

apa saja yang dimiliki oleh orang lain. Menurut pendapat Gabriel Tarde dalam

Buku Gerungan yang berjudul “Psikologi Sosial”, seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan faktor imitasi saja. Masyarakat itu tiada lain terdiri

dari pengelompokkan manusia, dimana individu-individu yang satu

mengimitasi yang lain, dan sebaliknya. Menurutnya, kehidupan manusia itu

ditentukan oleh dua macam kejadian utama. Pertama, timbulnya


(68)

42

kedua proses-proses imitasi dari gagasan-gagasan tersebut oleh orang banyak.

Faktor imitasi itu sudah berlangsung sejak kita kecil dan dimulai dari

lingkungan keluarga. Dari lingkungan keluarga proses imitasi ini terus

berkembang kepada lingkungan yang lebih luas lagi, mulai dari lingkungan

tetangga sampai kepada lingkungan masyarakat lainnya. Hal-hal yang didapat

dari proses imitasi bisa meliputi : cara berbicara, cara bertingkah laku, cara

berpakaian, termasuk adat istiadat dan konvensi-konvensi lainnya, sehingga

dapat terbentuk tradisi yang dapat bertahan berabad-abad lamanya. Imitasi

dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan

perbuatan-perbuatan yang baik. Selanjutnya, apabila seseorang telah dididik dalam suatu

tradisi tertentu yang melingkupi segala situasi sosial, maka orang itu memiliki

suatu kerangka cara-cara tingkah laku dan sikap-sikap moral yang dapat

menjadi “pokok pangkal” untuk memperluas perkembangannya dengan positif.

Peranan faktor imitasi dalam interaksi sosial ini juga mempunyai

segi-segi yang negatif, yaitu apabila hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah salah

ataupun secara moral dan yuridis harus ditolak. Selain itu, adanya peranan

imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan kebiasaan malas berpikir


(69)

43

Sebelum orang mengimitasi suatu hal, terlebih dahulu haruslah

terpenuhi beberapa syarat, yaitu :

1. Minat perhatian yang cukup besar akan hal tersebut,

2. Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal–hal yang diimitasi, dan berikutnya dapat pula suatu syarat lainnya,

3. Dapat juga orang-orang mengimitasi suatu pandangan atau tingkah

laku, karena hal itu mempunyai penghargaan sosial yang tinggi.

Jadi, seseorang mungkin mengimitasi sesuatu karena ia ingin

memperoleh penghargaan sosial di dalam lingkungannya (Gabriel

Tarde dalam buku Gerungan “Psikologi Sosial”, 1991 : 60). Sedangkan tahap-tahap terjadinya imitasi adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi

Yaitu upaya yang dilakukan oleh seorang individu untuk menjadi

sama dengan individu lain yang ditiru. Proses identifikasi tidak

hanya terjadi melalui serangkaian proses peniruan pola perilaku

saja, akan tetapi juga melalui proses kejiwaan yang sangat dalam.

2. Sugesti

Yaitu rangsang, pengaruh atau stimulus yang diberikan seorang


(70)

44

diberi sugesti tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang

disugestikan itu tanpa berpikir lagi secara kritis dan rasional.

3. Motivasi

Yaitu dorongan, rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan

seorang individu kepada individu lain sedemikian rupa sehingga

orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan

apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh rasa

tanggung jawab.

4. Simpati

Yaitu proses kejiwaan yang didasarkan pada perasaan tertarik

karena sesuatu hal. Seperti sikap, penampilan, wibawa dan

perbuatan yang sedemikian rupa lainnya.

5. Empati

Pada tahap ini hampir “mirip” dengan perasaan simpati, hanya saja tidak “semata-mata” perasaan kejiwaan saja tetapi “dibarengi” dengan perasaan organisme tubuh yang sangat dalam.

Proses imitasi akan mengarah pada hal-hal yang bersifat positif

maupun negatif. Apabila mengarah pada hal-hal yang bersifat positif maka

akan berdampak positif, seperti kondisi masyarakat yang bertambah stabil dan


(1)

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana. Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

_____________________.2003, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

_____________________.2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

_____________________2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKIS

Purwanto. Joko Edi. 2005. Estetika Gigi Mulut. Jakarta : Gagas Media

Rakhmat. Jalaluddin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya

Rismawaty. 2008. Kepribadian dan Etika Humas. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori

Psikologi Sosial (cetakan kedua). Jakarta: Balai Pustaka. Subandy. Idi. 1997. Ecstasy Gaya Hidup.Bandung : Penerbit Mizan


(2)

_____________________2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

_____________________. 2010. Metode Penelitian Tindakan Kelas Pendekatan, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sumber Lain :

Ayu Yustining. 2011. Skripsi : Gaya Hidup Kaum Biseksual (Studi Deskriptif Tentang Gaya Hidup Kaum Biseksual Dikalangan Mahasiswa Kota Bandung) UNIKOM Bandung.

Romi Habibie. 2011. Skripsi : Makna Kawat Gigi Bagi Pengguna (Studi Fenomenologi Mengenai Makna Kawat Gigi Bagi Pengguna Di Kalangan Mahasiswa Universitas Padjajaran) UNPAD Bandung.

Internet Searching :

http://www.tanyapepsodent.com/(jenis-jenis-behel)

http://riskofdawn.blogspot.com/2011/10/konsumerisme.html

http://www.alat+pemasangan+behel.blogspot.com(Rabu/11-04-2012/09:20am)

http://www.apasih.up2det.com/2012/03/jangan-pasang-behel-untuk-keren-kerenan.html

http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/05/20/fenomena-si-kawat-gigi-kesehatan-dan-sekedar-gaya-gayaan


(3)

Dokumen Foto Sumber : http://www.google.co.id/imgres.blogspot.com (Rabu/11-04-2012/09:14am)

Dokumen Foto Sumber : http://www.facebook.com/ sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos (Rabu/11-04-2012/09:20am)

Dokumen Foto Sumber : http://lazyfloerisme.ordpress.com/2011/08/08/kawat-gigi-atau-behel-menjadi-tren-anak-muda/(Rabu/11-04/2012/09:20am)


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Dine Ermayani Nama Penggilan : Dine

Tempat Lahir : Bandung

Tanggal Lahir : 23 Februari 1990

Usia : 22 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Status Pernikahan : Belum Menikah

Status Saudara : Anak Ketiga dari 3 Bersaudara Nama Orangtua : Ayah : Soekarno

Ibu : Dewi Rumiyati Kewarganegaraan : Indonesia


(5)

Hobi : Nonton Film

Alamat : Jl. Ahmad Yani 809. Cidurian Bandung 40125

Telepon : 022-7274171

087827737120 E-mail : Dineineu@ymail.com

PENDIDIKAN FORMAL

 2008 – Sekarang : Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

 2005 - 2008 : Sekolah Menengah Atas Mekar Arum Bandung  2002 - 2005 : Sekolah Menengah Pertama Jatinangor

 1996 - 2002 : Sekolah Dasar Negeri Cibeusi Jatinangor

PENGALAMAN ORGANISASI

 2004 : OSIS  2005 : PMR

PENGALAMAN KERJA

 2011 : SPG MORINAGA (kalbe)

PELATIHAN DAN SEMINAR

No Tahun Uraian Keterangan

1 2009 Peserta Monitoring Agama Islam Bersertifikat 2 2009 Peserta Kuliah Umum ”Kebudayaan Film


(6)

perfilman )

3 2009 Peserta Workshop Personal Development

and Self Empowerment Bersertifikat

4 2009 Peserta Workshop Penyiar Radio Bersertifikat 5 2010 Peserta Table Manner Course, Banana –

Inn Hotel & Spa Bersertifikat

6 2010 Peserta Study Tour ke Media Massa Metro

Tv Bersertifikat

7 2010 Peserta Seminar & Lomba Foto Essay pada

Semiotika Lensa 2010 Bersertifikat

8 2012

Peserta Bedah Buku ”Handbook of Public

Relations” dan Seminar ”How To Be A

Good Writer”

Bersertifikat

Demikian, segala yang tertulis di atas adalah yang sebenar benarnya dan selengkap-lengkapnya.

Bandung, Agustus 2012

Dine Ermayani 41808022


Dokumen yang terkait

Fenomena Penggunaan Facebook Di Kalangan Mahasiswa

28 220 92

Gaya Hidup Hedonisme Di Kalangan Remaja Kota Bandung (Studi Fenomenologi Tentang Gaya Hidup Hedonisme Di Kalangan Remaja Kota Bandung Untuk Meningkatkan Eksistensinya)

10 41 135

Fenomena Gaya Hidup Pengguna Balckberry Smartphone Di Kalangan Mahasiswa Kota Bandung

1 36 182

Fenomena Gaya Hidup Penggunaan Behel Gigi Pada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung

2 15 120

FENOMENA PENGGUNAAN BEHEL GIGI SEBAGAI SIMBOL DALAM PROSES INTERAKSI SOSIAL PADA KALANGAN REMAJA DI PERKOTAAN (Studi Deskriptif tentang Gaya Hidup Remaja Pengguna Behel Gigi dalam Analisis Interaksionisme Simbolik di Kota Surabaya)

0 1 13

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang - FENOMENA PENGGUNAAN BEHEL GIGI SEBAGAI SIMBOL DALAM PROSES INTERAKSI SOSIAL PADA KALANGAN REMAJA DI PERKOTAAN (Studi Deskriptif tentang Gaya Hidup Remaja Pengguna Behel Gigi dalam Analisis Interaksionisme Simbolik d

0 1 38

BAB II TINJAUAN HISTORIS TENTANG PENGGUNAAN BEHEL GIGI DI KALANGAN REMAJA II.1. Sejarah Perawatan Orthodontic (Kawat Gigi Behel Gigi) - FENOMENA PENGGUNAAN BEHEL GIGI SEBAGAI SIMBOL DALAM PROSES INTERAKSI SOSIAL PADA KALANGAN REMAJA DI PERKOTAAN (Studi De

0 0 23

BAB III TREND PENGGUNAAN BEHEL GIGI SEBAGAI IDENTITAS SOSIAL REMAJA DI KOTA SURABAYA - FENOMENA PENGGUNAAN BEHEL GIGI SEBAGAI SIMBOL DALAM PROSES INTERAKSI SOSIAL PADA KALANGAN REMAJA DI PERKOTAAN (Studi Deskriptif tentang Gaya Hidup Remaja Pengguna Behel

0 1 49

BAB IV FENOMENA PENGGUNAAN BEHEL GIGI PADA KALANGAN REMAJA DI PERKOTAAN (Interpretasi Teoritik) - FENOMENA PENGGUNAAN BEHEL GIGI SEBAGAI SIMBOL DALAM PROSES INTERAKSI SOSIAL PADA KALANGAN REMAJA DI PERKOTAAN (Studi Deskriptif tentang Gaya Hidup Remaja Pen

0 0 26

PEDOMAN WAWANCARA Subjek: Pengguna Behel Gigi Kata Pengantar - FENOMENA PENGGUNAAN BEHEL GIGI SEBAGAI SIMBOL DALAM PROSES INTERAKSI SOSIAL PADA KALANGAN REMAJA DI PERKOTAAN (Studi Deskriptif tentang Gaya Hidup Remaja Pengguna Behel Gigi dalam Analisis Int

0 0 24