sedangkan penghasilan tambahan didapatkan dari pekerjaannya sebagai buruh bangunan. Penghasilan yang didapat dari pekerjaan tersebut pun tidak menentu.
Ketika musim kering, Bapak I Putu Suada tidak dapat melancarkan pekerjaannya sebagai petani arak, yang dalam hal ini disebut sebagai ngirisin, karena pohon kelapa
tidak menghasilkan air nira sebagai bahan dasar utama yang diolah sebagai arak. Pekerjaan sebagai buruh bangunan pun tidak menentu. Bapak I Putu Suada
hanya bekerja sebagai buruh bangunan apabila sedang ada proyek. Dikala tidak ada, maka satu-satunya penghasilan hanyalah berasal dari petani arak. Meski demikian,
Bapak I Putu Suada tidak pernah menganggur. Ketika musim kemarau datang sehingga menyebabkan Bapak I Putu Suada tidak dapat ngirisin, Bapak I Putu Suada
selalu mendapatkan pekerjaan sebagai buruh bangunan. Dalam hal ini, Bapak Putu Suada mencari pekerjaan sebagai buruh bangunan tidak hanya di lingkungan sekitar,
namun juga ke daerah-daerah lainnya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut menjadi sumber penghasilan dari keluarga Bapak I Putu Suada. Dari pekerjaan tersebut, Bapak I Putu
Suada mendapatkan pemasukan sekitar Rp. 800.000 per bulannya.
1.2.2 Pengeluaran Keluarga
Pemenuhan kebutuhan dari Bapak I Putu Suada terbatas padapemenuhan kebutuhan pokok seperti konsumsi, kesehatan, pendidikan, listrik, hingga air.
-
Kebutuhan Sehari-hari
Pengeluaran kebutuhan sehari-hari dari keluarga Bapak I Putu Suada berkisar sekitar Rp.40.000.Pengeluaran tersebut diperuntukkan untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan bekal anak ke sekolah.
-
Listrik dan Air
Keluarga Bapak I Putu Suada rutin mengeluarkan dana untuk membayar listrik dan air. Setiap bulannya, keluarga Bapak I Putu Suada membayar listrik sebesar
Rp. 40.000, sedangkan air sebesar Rp. 16.000.
-
Pendidikan
Keluarga Bapak I Putu Suada memiliki satu anak yang telah bersekolah, tepatnya berada di tingkat kelas 1 SD. Dana yang dikeluarkan untuk biaya
pendidikan tidak terlalu tinggi, mengingat jenjang sekolah yang masih rendah. Hingga saat ini, Bapak I Putu Suada tidak mengeluarkan dana rutin untuk
membayar pendidikan. Biaya pendidikan terbatas pada pembayaran pakaian sekolah, buku, dan hal-hal sejenisnya.
-
Kesehatan
3
Keluarga Bapak I Putu Suada tidak terlalu sering mengeluarkan biaya kesehatan.Namun, biaya kesehatan sempat menjadi cukup tinggi ketika anak
pertamanya harus dirawat intensif di RS Umum Klungkung karena lahir prematur.Perawatan tersebut berjalan selama tiga bulan. Meski demikian,
pengeluaran dana kesehatan tersebut turut mendapat bantuan dari sanak saudara dan tetangga. Hingga saat ini, keluarga Bapak I Putu Suada seringkali berobat ke
bidan apabila sakit.Pilihan berobat ke bidan dikarenakan jarak klinik bidan dengan kediaman keluarga Bapak I Putu Suada cukup dekat dibandingkan
puskesmas maupun praktek dokter.Terkait jaminan kesehatan, saat ini Bapak I Putu Suada beserta istri dan anak pertama telah memiliki jaminan kesehatan
berupa BPJS dan Kartu Indonesia Sehat, namun anak kedua dari Bapak I Putu Suada masih belum memiliki jaminan serupa.
4
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH