Sumber Penghasilan GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

penghasilan tetap karena pekerjaan yang digelutinya adalah sebagai petani arak 1 minuman tradisional Bali dan buruh bangunan, sedangkan istrinya sebagai ibu rumah tangga. Dengan keadaan yang kurang dari cukup tersebut, Bapak I PutuSuada wajib menafkahi istri serta menjamin kehidupan kedua anak dan orang tuanya. Keluarga Bapak I Putu Suada tinggal dalam satu pekarangan dengan orang tua dan sepupunya.Pekarangan rumah tersebut terdiri dari tiga bangunan, dengan satu bangunan digunakan untuk mengolah air nira menjadi arak. Sedangkan dua bangunan lainnya digunakan sebagai tempat tinggal, yang dihuni baik oleh keluarga Bapak I Putu Suada, kedua orang tua, dan sepupu dari Bapak I Putu Suada.Tempat tinggal dari keluarga Bapak I Putu Suada tergolong sempit, namun telah dilengkapi listrik dan air. Dengan demikian, mahasiswa bersangkutan diharapkan membantu untuk memberdayakan keluarga Bapak I Putu Suada baik dalam bidang wirausaha, pendidikan, hingga kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan dari program PPK Universitas Udayana. Selain itu dengan adanya PPK, mahasiswa diharapkan memelajari dan mengatasi permasalahan keluarga melalui bantuan penyusunan rencana dan pendampingan pada pelaksanaan program yang inovatif dan kreatif. 1.2. Ekonomi Keluarga Dampingan Ekonomi keluarga dampingan merupakan salah satu indikator dari standar tingkat kesejahteraan keluarga yang bersangkutan. Dalam hal ini, keadaan ekonomi keluarga Bapak I Putu Suada tergolong ke dalam keluarga pra-sejahtera. Hal tersebut terlihat dari penghasilan maupun pengeluaran keluarga yang terkadang melebihi pemasukan dan tidak menentu, karena sumber pemasukan dana utama berasal dari pekerjaan Bapak I Putu Suada yakni sebagai petani arak dan buruh bangunan.

1.2.1 Sumber Penghasilan

Keluarga Bapak I Putu Suada hanya memiliki satu penghasilan utama. Penghasilan tersebut berasal dari pekerjaan Bapak I Putu Suada sebagai petani arak, 1 1 Petani arak merupakan mayoritas pekerjaan masyarakat Desa Talibeng, termasuk Bapak I Putu Suada.Sebagai petani arak, masyarakat memafaatkan pohon kelapa khususnya air nira untuk kemudian diolah menjadi arak. Petani arak akan memanjat pohon kelapa untuk mendapatkan air nira, yang dalam hal ini kegiatan tersebut dinamakan ngirisin. Petani arak biasanya akanngirisin beberapa kali, karena dalam sekali ngirisin hanya mendapatkan kurang lebih setengah liter air nira. Air nira baru akan diolah menjadi arak ketika jumlahnya sudah cukup banyak. 2 sedangkan penghasilan tambahan didapatkan dari pekerjaannya sebagai buruh bangunan. Penghasilan yang didapat dari pekerjaan tersebut pun tidak menentu. Ketika musim kering, Bapak I Putu Suada tidak dapat melancarkan pekerjaannya sebagai petani arak, yang dalam hal ini disebut sebagai ngirisin, karena pohon kelapa tidak menghasilkan air nira sebagai bahan dasar utama yang diolah sebagai arak. Pekerjaan sebagai buruh bangunan pun tidak menentu. Bapak I Putu Suada hanya bekerja sebagai buruh bangunan apabila sedang ada proyek. Dikala tidak ada, maka satu-satunya penghasilan hanyalah berasal dari petani arak. Meski demikian, Bapak I Putu Suada tidak pernah menganggur. Ketika musim kemarau datang sehingga menyebabkan Bapak I Putu Suada tidak dapat ngirisin, Bapak I Putu Suada selalu mendapatkan pekerjaan sebagai buruh bangunan. Dalam hal ini, Bapak Putu Suada mencari pekerjaan sebagai buruh bangunan tidak hanya di lingkungan sekitar, namun juga ke daerah-daerah lainnya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut menjadi sumber penghasilan dari keluarga Bapak I Putu Suada. Dari pekerjaan tersebut, Bapak I Putu Suada mendapatkan pemasukan sekitar Rp. 800.000 per bulannya.

1.2.2 Pengeluaran Keluarga