Pengaruh ukuran kantor akuntan publik, pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor, dan ukuran komite audit terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan : studi empiris pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia period

PENGARUH UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK,
PENGUNGKAPAN AUDITOR LAIN DALAM LAPORAN AUDITOR,
DAN UKURAN KOMITE AUDIT TERHADAP MISSTATEMENT DALAM
LAPORAN KEUANGAN AUDITAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Non-Keuangan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2008-2012)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi
Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Chandra Raenaldi
NIM: 1111082000071

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015


ii

iii

iv

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

IDENTITAS PRIBADI
1.

Nama Lengkap

: Chandra Raenaldi

2.


Tempat, Tanggal Lahir

: Tangerang, 05 Juni 1994

3.

Alamat

: Jl. Cicentang RT 002/01 No.40, Kelurahan
Rawabuntu, Kecamatan Serpong, Kota
Tangerang Selatan

4.

Telepon

: 089636202507

5.


Email

: chandraldy@gmail.com

II. PENDIDIKAN
1.

SD Negeri 2 Rawabuntu

Tahun 1999-2005

2.

SMP Negeri 7 Tangerang Selatan

Tahun 2005-2008

3.


SMK Negeri 1 Tangerang Selatan

Tahun 2008-2011

4.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2011-2015

III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Pojok Bursa Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode
2013-2015
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1.

Ayah

: Tolka Arifin


2.

Tempat, Tanggal Lahir

: Solo, 21 Maret 1953

3.

Ibu

: Mimi Ngatminah

4.

Tempat, Tanggal Lahir

: Solo, 20 Maret 1960

vi


ABSTRACT
The Effects of Audit Firm Size, Disclosure of Other Auditors in the Auditor
Reports, and Audit Committee Size on Misstatement in the Audited Financial
Reports
The purpose of this study is to examine the effects of audit firm size,
disclosure of other auditors in the auditor reports, and audit committee size on
misstatement in the audited financial reports that are indicated as a form of
financial reporting and audit failures on non financial listed companies in
Indonesia. In addition, this study also added two control variables, firm size and
firm complexity.
Data for this study were obtained from the financial reports of non
financial listed companies in Indonesia Stock Exchange from the period of 20082012 with a total population of 1.767 non financial companies. Based on method
purposive sampling, research sample total is 64 financial statements with 32
financial statements subsequently restated and 32 financial statements as matched
sample. A matched sample comprising non restating companies is formed using
match-pair procedures where misstated and non misstated companies are
matched by fiscal year, industry sector, and firm size. Hypothesis in this research
are tested by logistic regression.
Result of this research indicates that audit firm size effects significantly on
misstatement in the audited financial reports. This evidence suggests that smaller

accounting firms do not enforce the correct application of financial accounting
standard (SAK) to the same extent as large accounting firms, the resulting in
more misstatements on client audited financial reports and implying lower quality
audit outcomes by small accounting firms. On the other hand two another
variables, disclosure of other auditors in the auditor reports and audit committee
size found don‘t effects significantly on misstatement in the audited financial
reports.
Keywords

: Audit firm size, disclosure of other auditors in the auditor reports,
audit committee size, financial report misstatements, agency
problems.

vii

ABSTRAK
Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Pengungkapan Auditor Lain
dalam Laporan Auditor, dan Ukuran Komite Audit Terhadap Misstatement
dalam Laporan Keuangan Auditan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh ukuran kantor

akuntan publik, pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor, dan ukuran
komite audit terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan yang
diindikasikan sebagai bentuk kegagalan pelaporan keuangan dan kegagalan audit
pada perusahaan go public non keuangan di Indonesia. Disamping itu, penelitian
ini juga menggunakan dua variabel kontrol, yaitu ukuran perusahaan dan
kompleksitas perusahaan.
Data untuk penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan go
public non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu
2008-2012 dengan total populasi sebesar 1.767 perusahaan non keuangan.
Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian ini adalah 64
laporan keuangan dengan 32 laporan keuangan yang disajikan kembali tahun
selanjutnya dan 32 sampel pembanding. Sampel pembanding yang terdiri dari
perusahaan yang tidak melakukan penyajian kembali dibentuk menggunakan
match-pair procedures yang mana perusahaan yang melakukan dan tidak
melakukan misstatement dicocokan berdasarkan tahun fiskal, sektor industri, dan
ukuran perusahaan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik
regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran KAP berpengaruh signifikan
terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan. Hal ini menunjukkan
bahwa kantor akuntan publik kecil tidak mengaplikasikan Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) secara benar pada tingkat yang sama dengan kantor akuntan
publik besar, yang menyebabkan lebih banyak misstatement pada laporan
keuangan auditan klien dan menyiratkan bahwa kualitas audit yang dihasilkan
oleh kantor akuntan publik kecil lebih rendah. Sedangkan dua variabel lain yaitu
pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor dan ukuran komite audit
ditemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap misstatement dalam laporan
keuangan auditan.
Kata kunci

: ukuran kantor akuntan publik, pengungkapan auditor lain dalam
laporan auditor, ukuran komite audit, misstatement laporan
keuangan, masalah agensi.

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan
Publik, Pengungkapan Auditor Lain dalam Laporan Auditor, dan Ukuran
Komite Audit Terhadap Misstatement dalam Laporan Keuangan Auditan”
dengan baik. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan,
bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Kedua orangtua penulis, Bapak Arifin dan Ibu Mimi, yang selalu
mencurahkan perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa yang tertuju
untukku.
2. Kakak-kakakku Nurul, Dini, Dina dan Dita yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak. CA., selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta
selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi
ini. Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.
5. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas saran yang diberikan
selama proses penulisan skripsi.

ix

6. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada
penulis.
7. Sella, Fitria, Mumu, Oji, dan Bonita yang telah menemani penulis selama
masa perkuliahan, terima kasih atas semangat dan keceriaan kalian.
8. Akuntansi C UIN 2011, terima kasih atas memori empat tahun kita bersamasama menghadapi kehidupan kampus yang penuh warna. Semoga kita semua
mencapai kesuksesan di masa depan.
9. Seluruh teman-temanku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2011,
terima kasih atas doa, semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis
selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Mei 2015

Chandra Raenaldi

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................i
Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ........................................................ iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .....................................................................iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ...................................................... v
Daftar Riwayat Hidup .........................................................................................vi
Abstract ................................................................................................................ vii
Abstrak ............................................................................................................... viii
Kata Pengantar ....................................................................................................ix
Daftar Isi ...............................................................................................................xi
Daftar Tabel .......................................................................................................xiv
Daftar Gambar .................................................................................................... xv
Daftar Lampiran ................................................................................................xvi
BAB I

PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 2
B. Perumusan Masalah................................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 10
1. Tujuan Penelitian ................................................................ 10
2. Manfaat Penelitian .............................................................. 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 12
A. Tinjauan Literatur ................................................................... 12
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ...................................... 12
2. Misstatement ...................................................................... 14
3. Ukuran Kantor Akuntan Publik ......................................... 17
4. Pengungkapan Auditor Lain dalam Laporan Audit ........... 22
5. Komite Audit ..................................................................... 24
6. Ukuran Perusahaan ............................................................ 29
7. Kompleksitas Perusahaan .................................................. 30
xi

B. Penelitian Sebelumnya ........................................................... 30
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 34
D. Hipotesis ................................................................................. 35
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 40
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 40
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................... 40
C. Metode Pengumpulan Data .................................................... 41
D. Metode Analisis Data ............................................................. 42
1. Definisi Regresi Logistik ................................................... 42
2. Tahapan Regresi Logistik .................................................. 43
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ...................................... 47
1. Variabel Dependen ............................................................ 47
2. Variabel Independen .......................................................... 48
3. Variabel Kontrol ................................................................ 50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 52
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................... 52
1. Deskripsi Objek Penelitian ............................................... 52
2. Deskripsi Sampel Penelitian............................................. 54
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian .......................................... 55

BAB V

PENUTUP.................................................................................... 68
A. Kesimpulan............................................................................. 68
B. Saran ....................................................................................... 69

Daftar Pustaka .................................................................................................... 71
Lampiran ............................................................................................................. 77

xii

DAFTAR TABEL
No

Keterangan

Halaman

1.1

Kasus Kesalahan Penyajian Laporan Keuangan di Dunia ........................ 2

2.1

Kinerja Big 4 ............................................................................................. 18

2.2

Jumlah KAP Menurut Jumlah Partner 2010-2014 .................................... 19

2.3

Kinerja KAP di Indonesia Tahun 2013 ..................................................... 20

2.4

Penelitian Sebelumnya .............................................................................. 31

3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian ......................................................... 51

4.1

Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ................................................. 53

4.2

Sampel Penelitian ...................................................................................... 54

4.3

Distribusi Sampel Berdasarkan Sektor Industri ........................................ 55

4.4

Statistik Deskriptif .................................................................................... 56

4.5

Menilai Keseluruhan Model ...................................................................... 58

4.6

Koefisien Determinasi ............................................................................... 59

4.7

Kelayakan Model Regresi ......................................................................... 59

4.8

Matriks Klasifikasi .................................................................................... 60

4.9

Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ........................................................ 61

xiii

DAFTAR GAMBAR
No

Keterangan

Halaman

2.1

Skema Kerangka Penelitian ...................................................................... 34

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No

Keterangan

Halaman

1.

Data Sampel .............................................................................................. 75

2.

Hasil Output SPSS .................................................................................... 84

xv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan sumber informasi bagi pihak internal
perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan. Karena laporan keuangan
merupakan catatan atau ringkasan transaksi yang telah dilakukan perusahaan
dalam satu periode akuntansi, maka laporan keuangan juga berfungsi sebagai
bentuk tanggung jawab perusahaan untuk memberikan informasi bagi pengguna
laporan keuangan, baik internal maupun eksternal.
Ketika informasi keuangan didasarkan pada laporan keuangan auditan,
pengguna laporan keuangan dapat memperoleh persepsi mengenai keandalan
laporan keuangan tersebut (Weele, 2011). Namun, ketika opini wajar tanpa
pengecualian yang telah diterbitkan keliru, investor mungkin mendasarkan
keputusan mereka pada informasi yang tidak dapat diandalkan, yang
menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak tepat (Flanagan dkk., 2008
dalam Weele, 2011). Laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif
sehingga dapat menyediakan informasi yang tepat dalam pengambilan keputusan
oleh pengguna laporan keuangan (Wulandari & Budiartha, 2014).
Berbagai kasus misstatement pada laporan keuangan auditan dapat menjadi
gambaran tentang kualitas dari suatu laporan keuangan. Apabila laporan keuangan
yang telah diterbitkan tidak memenuhi persyaratan dan terdapat salah saji yang
material, maka perusahaan harus mengoreksi laporan keuangannya, koreksi ini

1

disebut dengan restatement (Flanagan dkk., 2008 dalam Weele, 2011).
Restatement adalah penyajian kembali laporan keuangan ketika kesalahan
material ditemukan dalam laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya. Ketika
kesalahan seperti itu ditemukan, menandakan secara jelas bahwa laporan
keuangan sebelumnya tidak kredibel dan relatif berkualitas rendah (Anderson &
Yohn, 2002).
Isu-isu terkait ketidaktepatan penyajian dalam laporan keuangan terjadi di
berbagai negara. Kesalahan penyajian (misstatement) dapat disebabkan oleh
manajemen perusahaan itu sendiri (baik secara disengaja atau tidak disengaja),
kerjasama antara manajemen dan auditor untuk melakukan fraud, atau bahkan
karena kesalahan auditor dalam mengaudit sehingga misstatement tidak terdeteksi.
Kasus-kasus akuntansi yang berhubungan dengan adanya kesalahan penyajian
(misstatement) dalam laporan keuangan auditan dapat dilihat di tabel 1.1.
Tabel 1.1
Kasus Kesalahan Penyajian Laporan Keuangan di Dunia
No

Nama
Perusahaan

Kasus

1

Waste
Pada Februari 1998 perusahaan melakukan restatement untuk
Management laporan keuangan mereka tahun 1992-1996 dan tiga kuartal
Inc. (2008)
pertama tahun 1997 yang telah diaudit oleh Arthur Andersen
dan melaporkan bahwa terjadi misstatement pada laba tahuntahun tersebut sebesar $1,7 milyar. Perusahaan dan auditor
terkena denda atas kasus ini.
2
Enron
Pada 8 November 2001, Enron mengumumkan akan
(2001)
melakukan restatement untuk laporan keuangan mereka tahun
1997-2001 yang diaudit oleh Arthur Andersen dikarenakan
terjadinya misstatement pada shareholders equity sebesar 1,2
milyar dan beberapa penyesuaian lain pada laporan laba rugi
dan neraca serta menyembunyikan hutang perusahaan.
Bersambung pada halaman selanjutnya

2

Tabel 1.1 (lanjutan)
3

WorldCom
(2002)

Pada 25 Juni 2002, WorldCom mengumumkan bahwa
perusahaan menggelembungkan laba pada tahun 2001 dan
kuartal pertama 2002 sebesar $3,8 milyar dengan
mengklasifikasikannya sebagai pengeluaran modal daripada
sebagai pengeluaran beban yang mana saat itu diaudit oleh
Arthur Andersen. Perusahaan dan auditor terkena sanksi
denda atas kasus ini.
4
Kimia
Pada tanggal 3 Oktober 2002, laporan keuangan Kimia Farma
Farma
disajikan kembali karena terdapat misstatement dalam
(2002)
laporan keuangan, yang mengakibatkan overstated
pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember
2001 sebesar Rp32,7 miliar yang merupakan 2,3% dari
penjualan dan 24,7% dari laba bersih. Partner KAP HTM
dikenakan denda atas resiko audit yang tidak berhasil
mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan
oleh PT Kimia Farma.
5
Freddie Mac Pada Juni 2003, perusahaan melaporkan bahwa terdapat
(2003)
misstated earnings pada tahun 2000-2002 dengan total nilai
$5 milyar.
6
Great River Overstatement atas penyajian akun penjualan dan piutang
Indonesia
dalam Llaporan keuangan per 31 Desember 2003 dan
(2005)
penambahan aktiva tetap perseroan, khususnya yang terkait
dengan penggunaan dana hasil emisi obligasi, yang tidak
dapat dibuktikan kebenarannya. Akuntan Publik yang
mengaudit Great River dibekukan izinnya selama dua tahun.
7
American
Pada 31 Mei 2005 perusahaan melakukan restatement atas
Insurance
laporan keuangan tahun 2004 yang diaudit oleh PwC,
Group
dikarenakan adanya penggelembungan laba sebesar $1,32
(2005)
milyar. Perusahaan dan auditor terkena sanksi denda atas hal
tersebut.
8
Lehman
Perusahaan menyembunyikan hutang sebesar $50 milyar dan
Brothers
melaporkannya sebagai sales. Lehman Brothers bangkrut dan
(2008)
PwC dikenai sanksi denda karena membantu manajemen
menutupi hal tersebut.
9
Satyam
Perusahaan membesar-besarkan laba selama bertahun-tahun
Computer
dan meningkatkan neracanya hingga mencapai $1 milyar.
(2009)
PwC India sebagai auditor Satyam turut dikenakan sanksi
denda.
Sumber: dari berbagai sumber
Banyaknya kasus terkait kesalahan auditor dalam menjalankan perannya,
baik disengaja (Waste Management Inc., Enron dan Lehman Brothers) maupun

3

karena tidak terdeteksi oleh auditor (Kimia Farma, Satyam dan AIG) telah
mengikis kepercayaan publik terhadap perusahaan-perusahaan dan kantor akuntan
publik yang mengaudit mereka. Semua skandal tersebut disertai dengan penyajian
kembali laporan keuangan yang mana sebelumnya telah disetujui dan
dipublikasikan (Gertsen dkk., 2009). Padahal, auditor adalah pihak yang dianggap
mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal (yaitu pemegang saham,
terutama publik sebagai salah satu partisipan aktif dalam pasar modal) dengan
pihak agen, yaitu manajer sebagai pengelola keuangan perusahaan (Rossieta &
Wibowo, 2009).
Respon investor maupun pemerintah terhadap kasus-kasus akuntansi pada
tabel 1.1 menunjukkan bahwa profesi auditor memang keahlian dan kepercayaan,
dimana masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak
terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan
keuangan. Apabila terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan yang
dapat merugikan investor, tidak hanya perusahaan yang akan dituntut namun juga
auditor yang mengaudit laporan keuangan tersebut. Hal ini dikarenakan profesi
auditor bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan
perusahaan, dengan menyatakan pendapat apakah laporan keuangan disusun,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, sehingga pengguna laporan keuangan memperoleh informasi laporan
keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan (IAASB, 2013).
Sebagai dasar untuk menyatakan pendapat auditor, International Standard of
Auditing (ISA) mengharuskan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai

4

bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji material, baik
karena kecurangan atau kesalahan. Secara umum, salah saji, termasuk kelalaian,
dianggap material jika secara individu atau secara agregat, kemungkinan dapat
mempengaruhi keputusan pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.
(IAASB, 2013).
Penelitian sebelumnya memberikan bukti bahwa auditor beresiko untuk
merusak reputasinya apabila terkait dengan laporan keuangan restatement.
Palmrose & Scholz (2000) menyatakan bahwa restatement memberikan
pengakuan eksplisit atas kelalaian atau salah saji yang material dalam laporan
keuangan yang disajikan kembali. Jadi tidak mengherankan apabila penyajian
kembali menimbulkan kekhawatiran tidak hanya tentang kualitas laporan
keuangan, tetapi juga kualitas pelayanan yang diberikan oleh auditor independen.
Hal ini disebabkan auditor dianggap ikut bertanggung jawab karena membiarkan
perusahaan untuk menerbitkan laporan keuangan yang salah saji material (Francis
& Michas, 2013).
Salah satu karakteristik auditor yang dianggap berpengaruh terhadap
kemungkinan adanya misstatement dalam laporan keuangan auditan adalah
ukuran kantor akuntan publik. Ukuran kantor akuntan publik besar dianggap lebih
independen yang memungkinkan mereka untuk tahan terhadap perilaku
oportunistik manajemen (DeAngelo, 1981 dalam Dehkordi dan Makarem, 2011).
Karena dibandingkan dengan kantor akuntan publik kecil, auditor besar memiliki
kekuatan negosiasi yang lebih baik, mereka cenderung lebih mampu membatasi
manajemen laba. Namun, terdapat pendapat bahwa kantor akuntan publik

5

berukuran besar atau biasanya disebut dengan Big 4, tidak menjamin laporan
keuangan yang diaudit tidak mengandung kesalahan yang material (Nindita &
Siregar, 2012). Francis & Yu (2013) menemukan bahwa semakin besar ukuran
kantor akuntan publik, maka kemungkinan terjadinya restatement dikarenakan
adanya misstatement dalam laporan keuangan auditan akan semakin rendah
karena kantor akuntan publik besar dianggap memiliki pengalaman dan keahlian
lebih tinggi akan industri klien. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Kusuma & Rohman (2014) tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan
antara ukuran kantor akuntan publik dan misstatement.
Selain ukuran kantor akuntan publik, pengungkapan auditor lain dalam
laporan audit juga dianggap berpengaruh terhadap kemungkinan laporan
keuangan disajikan kembali. Terdapat keprihatinan mengenai audit laporan
keuangan yang dilaksanakan oleh kelompok auditor, yang mana terdiri atas
auditor utama atau auditor holding (induk perusahaan) dan auditor komponen.
Jika auditor utama menganggap pekerjaan auditor lain berhubungan dengan
kemungkinan salah saji material dalam laporan keuangan, auditor utama akan
mengungkapkan pekerjaan auditor lain dalam laporan keuangan, sebagai sarana
untuk mengurangi potensi kewajiban hukum masa depan jika terjadi audit failure
(Harris dkk., 2014). Beberapa penelitian (Harris dkk., 2014 dan Czerney dkk.,
2014) menemukan bahwa pengungkapan auditor lain dalam laporan keuangan
berpengaruh negatif terhadap misstatement.
Dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) seksi 543, diterangkan
bahwa auditor utama dapat melakukan pemisahan tanggung jawab atas audit yang

6

dilakukan

dengan

audit

yang

dilaksanakan

oleh

auditor

lain

dengan

mengungkapkan pekerjaan auditor lain dalam laporan audit. Hal ini berbeda
dengan yang tercantum dalam International Standard on Auditing (ISA) 600,
mengenai Special Considerations—Audits of Group Financial Statements
(Including the Work of Component Auditors), yang menyatakan bahwa tanggung
jawab laporan auditor terletak pada auditor utama dan laporan auditor tidak boleh
mengacu pada pekerjaan auditor komponen.
Pengadopsian ISA secara penuh oleh Indonesia serta telah diterapkannya
standar ini sejak 1 Januari 2013, dianggap kurang tepat oleh beberapa pihak. Eldes
(2013) yang dikutip dari akuntanonline.com menganggap bahwa dengan
pengadopsian ISA 600 di Indonesia, hal ini dapat menyebabkan monopoli
terselubung dan bahkan bisa dianggap tidak sesuai kode etik profesi, karena tidak
mempercayai hasil perkerjaan teman. Namun, standar lama juga memungkinkan
adanya penghindaran tanggung jawab atas pekerjaan auditor lain dengan hanya
mengacu pada pekerjaan auditor lain dalam opini audit pada laporan keuangan
konsolidasi (Carson dkk., 2014).
Dengan adanya perbedaan pendapat mengenai penerapan ISA 600 yang
tidak memperbolehkan pengungkapan auditor lain, mendorong penulis untuk
ingin mengetahui apakah standar lama (SA 543), yang diterapkan sebelum tahun
2013 memiliki kemungkinan lebih tinggi bagi seorang auditor untuk mengalami
audit failure dikarenakan oleh kinerja auditor lain yang kurang berkualitas.
Karena, dalam ISA 600, kualitas grup audit (lebih dari satu auditor yang
mengaudit satu perusahaan) dianggap lebih baik dengan adanya pemusatan

7

tanggung jawab oleh auditor utama yang menyebabkan auditor utama
bertanggung jawab dalam pengarahan, pengawasan dan kinerja perikatan grup
audit sesuai dengan standar profesi, persyaratan hukum dan peraturan yang
berlaku, dan apakah laporan auditor yang dikeluarkan sesuai dengan situasi yang
ada.
Sebagai salah satu partisipan dalam governance perusahaan, tidak hanya
atribut-atribut auditor yang dianggap berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan perusahaan, tetapi banyak faktor-faktor lain. Salah satu faktor yang
dianggap berpengaruh adalah komite audit. Bedasarkan teori keagenan, konflik
kepentingan antara agen dan prinsipal disebabkan karena prinsipal tidak
mempunyai informasi yang cukup tentang kegiatan agen, yang dapat mendorong
agen menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal. Dengan
adanya komite audit, maka aktivitas manajemen dapat dipantau tanpa adanya
intervensi dari pihak manapun karena komite audit bersifat independen (Kusumo
& Meiranto, 2014).
Untuk dapat melakukan tugas dan tanggung jawab komite audit dengan
baik, komite audit harus memiliki anggota yang cukup. Jumlah yang terlalu besar
akan cenderung kurang fokus dan kurangnya partisipasi (Treskawati, 2014)
sedangkan apabila komite audit terlalu kecil maka fungsi pengawasan akan
menjadi tidak maksimal karena kekurangan sumberdaya untuk pendistribusian
tugas-tugas komite audit (Kusumo & Meiranto, 2014). Menurut Peraturan
Bapepam-LK Nomor IX.1.5:KEP-643/BL/2012, anggota komite audit paling

8

sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari komisaris independen
dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik.
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, mendorong penulis untuk
meneliti pengaruh ketiga variabel tersebut terhadap misstatement pada
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini
populasi yang digunakan adalah perusahaan non-keuangan go public di Bursa
Efek Indonesia (BEI), dan terdaftar selama periode 2008-2012. Pemilihan jenis
industri non-keuangan bertujuan untuk menghindari adanya resiko bisnis yang
mungkin terjadi pada industri keuangan.
Penelitian ini diberi judul “Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik,
Pengungkapan Auditor Lain dalam Laporan Auditor, dan Ukuran Komite
Audit terhadap Misstatement dalam Laporan Keuangan Auditan”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, permasalahan dirumuskan
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap misstatement
pada laporan keuangan auditan?
2. Apakah pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor berpengaruh
terhadap misstatement pada laporan keuangan auditan?
3. Apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap misstatement pada
laporan keuangan auditan.

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan
bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a. Pengaruh ukuran kantor akuntan publik terhadap misstatement dalam
laporan keuangan auditan.
b. Pengaruh pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor terhadap
misstatement dalam laporan keuangan auditan.
c. Pengaruh ukuran komite audit terhadap misstatement dalam laporan
keuangan auditan.
2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan
referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah
ilmu pengetahuan.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang atribut-atribut auditor
serta komite audit dan hubungannya dengan kualitas laporan keuangan
auditan serta menambah pengetahuan akuntansi khususnya audit
dengan memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor

yang

mempengaruhi misstatement.
3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

10

4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah
referensi mengenai misstatement.
b. Kontribusi Praktis
1) Auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP), sebagai tinjauan yang
diharapkan dapat menjadi informasi.
2) Perusahaan atau pengguna jasa KAP, diharapkan dapat bermanfaat
dalam mengetahui apa saja yang mempengaruhi misstatement.
3) Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), sebagai tambahan infornasi
yang dapat bermanfaat untuk dijadikan salah satu tinjauan dalam
menilai apakah ukuran KAP, pengungkapan auditor lain dalam laporan
auditor, dan ukuran komite audit berpengaruh terhadap misstatement
dalam laporan keuangan auditan.

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan salah satu bentuk dari game theory, suatu
model kontraktual antara dua orang (pihak) atau lebih, yang menjelaskan
hubungan antara agent (manajemen suatu usaha) dengan principal (pemilik
usaha). Menurut Yushita (2010) hubungan antara prinsipal dan agent dapat
mengarah

pada

kondisi

ketidakseimbangan

informasi

(asymmetrical

information) karena agent berada pada posisi yang memiliki informasi yang
lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Sedangkan
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah
sebuah kontrak di mana satu orang atau lebih (prinsipal) melibatkan orang lain
(agen) untuk mengambil tindakan atas nama prinsipal yang melibatkan
delegasi dari beberapa otoritas pengambilan keputusan kepada agen.
Asumsi umum dalam teori ekonomi menyatakan bahwa jika individu
bersikap rasional, mereka akan bertindak sesuai kepentingan mereka. Namun,
walaupun manajemen seharusnya membuat keputusan yang terbaik bagi
prinsipal, di beberapa keadaan mereka akan membuat keputusan untuk
memaksimalkan kekayaan mereka, bukan kekayaan prinsipal (Drever dkk.,
2007). Sedangkan Jensen (2000), menyatakan bahwa permasalahan keagenan
(agency problem) berasal dari konflik kepentingan yang umum untuk hampir

12

semua aktivitas kooperatif antara individu-individu, apakah mereka terjadi
atau tidak terjadi dengan cara hirarkis oleh analogi principal-agent.
Menurut Jensen (2000), perhatian besar ditujukan untuk mengembangkan
teori agensi telah mengakibatkan dua pendekatan, yang kita sebut sebagai
"positive theory of agency” dan literatur "principal-agent". Meskipun
keduanya berbeda dalam banyak hal, keduanya menganggap bahwa dalam
setiap hubungan kontrak total biaya agensi diminimalkan. Literatur principalagent umumnya matematis dan berorientasi non-empiris, sedangkan literatur
positive theory of agency umumnya tidak matematis dan berorientasi empiris.
Prinsipal memberikan kepercayaan dan bisa memastikan bahwa
manajemen akan membuat keputusan yang optimal hanya jika insentif yang
diberikan sesuai dan hanya jika manajemen terawasi. Akan tetapi, antara para
pihak yang berkepentingan tersebut tidak jarang terjadi benturan kepentingan
(conflict

of

interest),

masing-masing

pihak

ingin

memaksimalkan

kepentingannya (Arifah, 2012). Ada kemungkinan agen menyalahgunakan
kepercayaan dari pemilik untuk mengambil keuntungan pribadi (moral
hazard).
Jensen & Meckling (1976) dalam Drever dkk. (2007) menyatakan bahwa
dalam agency relationship dibutuhkan beberapa mekanisme untuk memonitor
keputusan yang dilakukan manajemen, dimana hal ini akan menyebabkan
agency costs, yaitu monitoring costs, bonding costs, dan residual loss.
Monitoring costs termasuk diantaranya biaya dalam menyiapkan laporan
keuangan dan biaya auditor independen untuk memastikan ketepatan

13

pelaporan keuangan, bonding costs merupakan biaya yang ditangung oleh
agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa
agent akan bertindak untuk kepentingan prinsipal. Sedangkan residual loss
merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran prinsipal
sebagai akibat dari perbedaan keputusan agen dan keputusan prinsipal.
Namun, Gavious (2007) mengatakan bahwa masalah keagenan dalam
konteks auditor bersumber pada mekanisme kelembagaan antara auditor dan
manajemen. Hal ini dikarenakan auditor dibayar oleh manajemen namun
bekerja

untuk

kepentingan

pemilik.

Dengan

harapan

memperoleh

perpanjangan perikatan dengan klien, maka auditor terkadang harus
mengurangi tingkat independensi dengan tujuan memenuhi beberapa
keinginan klien. Mekanisme kelembagaan ini menimbulkan ketergantungan
auditor kepada klien. Solusi lain adalah dengan memberi insentif kepada
manajer berupa saham perusahaan. Dengan pemberian insentif semacam itu,
manajer juga merupakan pemilik perusahaan dan dengan demikian
mempunyai rasa memiliki pada perusahaan sehingga tercipta keselarasan
preferensi antara prinsipal dan agen.
2. Misstatement
Menurut International Auditing and Assurance Standards Board (2013):
―Misstatement adalah perbedaan antara jumlah, klasifikasi, penyajian,
atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dan jumlah,
klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan yang sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.”
Misstatement material dalam laporan keuangan yang mengarah pada
restatement dapat disebabkan oleh insentif pribadi manajemen untuk

14

mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham atau kekeliruan yang
dibuat oleh manajemen (Flanagan dkk., 2008 dalam Weele, 2011).
Misstatement dapat timbul dari kekeliruan ataupun kecurangan. Faktor yang
membedakan antara kekeliruan ataupun kecurangan dapat dilihat apakah
tindakan yang mendasari hal tersebut disengaja ataupun tidak disengaja
(IAASB, 2013).
Dalam ISA 450 mengenai Evaluation of Misstatements Identified during
the Audit, misstatement dapat berasal dari:
a. Sebuah ketidaktelitian dalam pengumpulan atau pengolahan data
yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan;
b. Kelalaian atas jumlah atau pengungkapan;
c. Estimasi akuntansi yang salah yang timbul dari kecerobohan atau
kesalahan interpretasi fakta;
d. Pertimbangan manajemen mengenai estimasi akuntansi yang
auditor anggap tidak masuk akal atau pemilihan dan penerapan
kebijakan akuntansi yang auditor anggap tidak pantas.
Sedangkan misstatement yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan
keuangan, menurut IAASB (2013) yang tercantum dalam ISA 240 dapat
menyangkut tindakan seperti yang disajikan berikut ini:
a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau
dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi
penyajian laporan keuangan

15

b. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan
keuangan peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan
c. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan
dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
Misstatement dapat diidentifikasi baik oleh auditor maupun perusahaan
itu sendiri. Menurut Weele (2011), perusahaan dapat menemukan salah saji
dalam

laporan

keuangan

mereka

dengan

memanfaatkan

prosedur

pengendalian internal dan audit internal. Contoh prosedur pengendalian
internal yang dapat dimanfaatkan adalah review kebijakan, period-end
closing processes, pattern recognition dan analisis data. Sementara itu,
auditor eksternal, yang pastinya sudah dilengkapi dengan berbagai prosedur
dan teknik dapat menjalankan proses pemeriksaan sedemikian rupa sehingga
jika salah saji lolos dari penyaringan akuntan internal, salah saji tersebut
dapat terdeksi dalam proses audit sehingga laporan keuangan auditan (audited
financial statement) benar-benar bisa memberikan keyakinan yang cukup
mengenai deteksi salah-saji material, termasuk salah-saji yang bersumber dari
kesalahan semata (erroneous).
Risiko terjadinya misstatement yang material dalam laporan keuangan
umumnya lebih besar jika saldo akun dan golongan transaksi berisi estimasi
akuntansi, dibandingkan dengan jika saldo akun dan golongan transaksi berisi
data yang bersifat faktual. Hal ini karena adanya subjektivitas bawaan yang
terkandung dalam estimasi peristiwa yang akan datang yang terdapat dalam
setiap estimasi akuntansi. Misalnya estimasi mengenai: keusangan

16

sediaan, tidak tertagihnya piutang, dan kewajiban garansi, adalah
tergantung tidak hanya pada peristiwa yang terjadi di masa depan yang tidak
dapat diperkirakan, namun juga tergantung pada salah saji yang mungkin
timbul karena penggunaan data yang tidak cukup atau tidak semestinya, atau
karena salah penggunaan data yang semestinya (IAI, 2011).
Dalam PSAK 25 (Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi,
dan Kesalahan), kesalahan (misstatement) dapat timbul dalam pengakuan,
pengukuran, penyajian atau pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan.
Laporan keuangan tidak sesuai dengan SAK jika mengandung kesalahan
material atau tidak material yang disengaja untuk mencapai suatu penyajian
laporan posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas tertentu. Potensi
kesalahan periode berjalan yang ditemukan pada periode itu dikoreksi
sebelum laporan keuangan diterbitkan. Namun, kesalahan material yang
kadangkala tidak ditemukan sampai suatu periode kemudian, dan kesalahan
periode lalu dikoreksi pada informasi komparatif sajian pada laporan
keuangan periode selanjutnya, hal ini disebut dengan restatement.
3.

Ukuran Kantor Akuntan Publik
Kantor Akuntan Publik, yang disingkat KAP, adalah badan usaha yang
didirikan berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan mendapatkan izin
usaha berdasar Undang Undang Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik.
KAP dapat berbentuk usaha perseorangan, persekutuan perdata, firma, atau
bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik profesi Akuntan Publik.

17

Pada tahun 2015, terdapat 510 KAP yang terdaftar di Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI).
Ukuran kantor akuntan publik merupakan ukuran yang digunakan untuk
menentukan besar kecilnya suatu kantor akuntan publik. Dalam banyak
literatur, ukuran kantor akuntan publik dikatakan besar apabila berafiliasi
dengan Big 4 sedangkan ukuran kantor akuntan publik dikatakan menengah
dan kecil apabila tidak berafiliasi dengan Big 4. Big 4 merupakan 4 KAP
internasional dengan pendapatan tertinggi dan pada tahun 2014, pendapatan
KAP Big 4 mencapai $120,3 Milyar dan memiliki kantor di lebih dari 150
negara.
Tabel 2.1
Kinerja Big 4
Nama KAP
Deloitte Touche Tohmatsu
PricewaterhouseCoopers
Ernst & Young
KPMG International

Karyawan
210.400
195.433
190.000
162.031

Pendapatan (Milyar US$)
Global
Asia Pasifik
34,200
4,800
33,952
5,454
27,427
2,949
24,820
3,860

Sumber : dari berbagai sumber
Berbeda dengan pengukuran KAP berdasarkan afiliasinya dengan big 4
dan non Big 4, menurut Mustofa (2014) ukuran kantor akuntan publik di
Indonesia dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan jumlah partner dalam
kantor akuntan publik. KAP kecil adalah KAP yang memiliki 1-3 partner,
KAP menengah memiliki 4-9 partner, sedangkan lebih dari 10 partner
merupakan KAP besar.

18

Tabel 2.2
Jumlah KAP Menurut Jumlah Partner 2010 -2014

KAP besar (≧ 10 partner)
KAP menengah (4-9 partner)
KAP kecil (1-3 partner)
Sumber : Mustofa (2014)

2010
4
20
478

2011 2012 2013
6
8
10
24
25
30
474
442 449

2014
10
36
427

KAP kecil dengan 1-3 partner biasanya belum memiliki fungsi kontrol
manajemen yang maksimal. Tiga partner tersebut semuanya akan mengurusi
masalah operasional dan belum ada partner khusus bidang internal
manajemen yaitu keuangan, SDM, dan TI.
Untuk KAP menengah dengan 4-9 partner biasanya memiliki kontrol
manajemen yang sudah lebih baik asalkan merger yang dilakukan benarbenar sesuai standar. Partner fungsional dapaat berbagi tugas dengan baik,
bahkan risk management, quality control, dan TI mungkin sudah ada.
Sementara KAP dengan partner lebih dari 10, fungsi-fungsi kontrol
manajemen akan semakin baik. Bahkan KAP dapat memiliki partner khusus
yang membidangi pelatihan internal dan riset. Mereka adalah ahli standar
professional atau resource person yang andal sebagai tempat bertanya di
kantor dan partner-partner spesialis lain untuk pengembangan pasar sesuai
dengan pengembangan industri.
Apabila pengukuran ukuran KAP menggunakan ukuran KAP menurut
Mustofa (2014) maka KAP yang berafiliasi dengan Big 4 bukan merupakan 4
kantor akuntan publik terbesar di Indonesia. KAP Hendrawinata Eddy &
Siddharta (Kreston International) merupakan KAP dengan jumlah partner
terbanyak tahun 2015, dengan 25 orang partner. Sedangkan KAP Big 4 yaitu
19

Purwantono, Suherman & Surja (PwC); Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte);
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (EY) dan Siddharta Widjaja & Rekan
(KPMG) masing masing memiliki partner sebanyak 20, 18, 24, dan 19 orang
partner pada tahun 2015.
Banyak proksi lain yang dapat digunakan untuk mengukur ukuran KAP
selain Big 4 dan non Big 4 serta jumlah partner. Proksi lain diantaranya
adalah total fee audit, jumlah karyawan (Cheng dkk., 2013), jumlah klien
(Francis & Yu, 2013), atau kombinasi diantara proksi-proksi tersebut (Choi,
2010; Nindita & Siregar 2012; Bae & Lee, 2013).
Tabel 2.3
Kinerja KAP di Indonesia Tahun 2013
Nama KAP

Pendapatan

Jumlah Tenaga
Klien
Kerja

Tanudiredja, Wibisana & Rekan

Rp677.677.704.000

1204

751

Purwantono, Suherman & Surja

Rp623.156.721.251

1739

644

Osman Bing Satrio & Eny

Rp306.972.327.000

1026

674

Siddharta & Widjaja

Rp248.970.580.000

560

429

Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan

Rp105.567.311.377

1063

328

Aryanto, Amir Jusuf, Mawar &
Saptoto

Rp74.398.633.537

842

350

Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo &
Rekan

Rp66.501.644.185

853

-

Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny

Rp56.490.558.987

759

261

Hendrawinata Eddy & Siddharta

Rp39.638.433.643

583

200

Sumber : PPAJP
KAP yang berafiliasi dengan Big 4 merupakan KAP dengan pendapatan
tertinggi dan juga KAP dengan jumlah tenaga kerja terbanyak di Indonesia.
Sedangkan dalam hal jumlah klien, 483 emiten yang listing di Bursa Efek

20

Indonesia hanya diaudit oleh 55 KAP dari 489 KAP yang terdaftar pada tahun
2013. 415 emiten atau setara dengan 85,92% diaudit oleh 20 KAP dan KAP
Big 4 mengaudit 194 perusahaan publik pada tahun 2013 atau setara dengan
40,16% dimana EY mengaudit sebanyak 103 emiten, Deloitte 46 emiten,
PwC sebanyak 32 emiten, dan KPMG sebanyak 13 emiten.
KAP besar diyakini melakukan audit lebih berkualitas dibandingkan
dengan KAP kecil (DeAngelo, 1981; Brooks dkk., 2012; Bae & Lee, 2013).
KAP besar dianggap lebih independen yang memungkinkan mereka untuk
tahan terhadap perilaku oportunistik manajemen (DeAngelo, 1981) dalam
(Dehkordi dan Makarem, 2011). Karena dibandingkan dengan KAP kecil,
KAP Big 4 umumnya memiliki reputasi yang tinggi dalam lingkungan bisnis,
sehingga akan berusaha untuk mempertahankan independensi mereka dengan
memberikan audit yang lebih berkualitas (Salim & Rahayu, 2013).
Hal serupa juga diungkapkan Francis & Yu (2013), yang berpendapat
bahwa audit yang dilakukan oleh KAP kecil akan memiliki kualitas yang
lebih rendah dikarenakan membiarkan klien mereka untuk lebih memiliki
kebebasan untuk melakukan tindakan manajemen laba. Sedangkan Juan dkk.
(2013) mengungkapkan KAP besar lebih memiliki keunggulan atas
independensi dan kompetensi dalam auditnya, sehingga lebih menjamin
kualitas audit yang lebih tinggi. Kualitas audit yang lebih tinggi menandakan
bahwa laporan keuangan yang diaudit akan lebih dipercaya oleh pengguna
laporan keuangan.

21

4. Pengungkapan Auditor Lain dalam Laporan Audit
Merupakan hal yang biasa bagi perusahaan untuk memiliki lebih dari
satu kantor akuntan publik pada perikatan audit yang sama (PCAOB 2011
dalam Harris, 2013). Skenario ini terjadi pada perikatan audit yang
melibatkan beberapa komponen laporan keuangan di mana satu atau lebih
komponen diaudit oleh satu atau lebih kantor akuntan publik lainnya.
Dalam standar lama (SA seksi 543), terdapat dua keputusan bagi auditor
utama atau auditor holding (induk perusahaan) mengenai pekerjaan kantor
akuntan publik lain, yaitu mengacu kepada pekerjaan akuntan publik lain
tersebut, atau tidak mengacu pekerjaan kantor akuntan publik yang mengaudit
komponen perusahaan tersebut. Biasanya, auditor utama tidak mengacu ke
audit yang dilakukan oleh auditor lain bila:
a.

Bagian audit dilaksanakan oleh auditor independen lain yang
merupakan kantor akuntan asosiasi atau koresponden dan yang
pekerjaannya dapat diterima oleh auditor utama berdasarkan
pengetahuannya mengenai standar profesional dan kompetensi
kantor auditor lain tersebut; atau

b.

Auditor lain ditunjuk oleh auditor utama dan pekerjaan auditor lain
dilakukan di bawah bimbingan dan pengawasan auditor utama; atau

c.

Auditor utama, baik ia memilih auditor lain atau tidak, mengambil
tindakan yang dianggap perlu untuk meyakinkan dirinya mengenai
audit yang dilakukan oleh auditor lain dan memperoleh keyakinan
mengenai kewajaran akun-akun yang akan dicantumkan dalam

22

laporan keuangan yang diberi pendapat oleh auditor utama tersebut;
atau
d.

Bagian laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain tidak
material dibandingkan dengan laporan keuangan yang dicakup oleh
pendapat auditor utama.

Sedangkan auditor utama dapat memutuskan untuk mengacu ke audit yang
dilakukan oleh auditor lain apabila dalam beberapa hal, mungkin tidak praktis
bagi auditor utama bila melakukan review terhadap pekerjaan auditor lain
atau menggunakan prosedur lain yang dalam pertimbangannya perlu untuk
memperoleh keyakinan mengenai audit yang dilakukan oleh auditor lain. Di
samping itu, jika suatu komponen laporan keuangan yang diaudit oleh auditor
lain material dalam hubungannya dengan laporan keuangan secara
keseluruhan, tanpa memperhatikan pertimbangan lainnya, auditor utama
dapat memutuskan untuk mengacu ke audit yang dilakukan oleh auditor lain
di dalam laporannya.
Jika auditor utama memutuskan akan mengacu ke audit yang dilakukan
oleh auditor lain, laporannya harus menunjukkan dengan jelas pembagian
tanggung jawab antara bagian laporan keuangan yang dicakup oleh auditnya
sendiri dan yang dicakup oleh audit yang dilaksanakan oleh auditor lain, baik
dalam paragraf pengantar, paragraf lingkup audit, dan paragraf pendapat.
Laporan tersebut harus menjelaskan pentingnya bagian laporan keuangan
yang diaudit oleh auditor lain. Hal ini dapat dilakukan dengan menyatakan
jumlah rupiah atau persentase satu atau lebih hal-hal berikut ini: jumlah

23

keseluruhan aktiva, jumlah keseluruhan pendapatan, atau kriteria lainnya,
tergantung atas hal yang paling jelas menunjukkan bagian laporan keuangan
yang diaudit oleh auditor lain (IAPI, 2011). Sedangkan menurut IAASB
(2013), yang tercantum dalam ISA 600, auditor utama tidak diperbolehkan
untuk mengacu pada pekerjaan auditor lain, dan harus bertanggung jawab
atas laporan auditor yang diterbitkannya.
5.

Komite Audit
Komite audit pada dasarnya adalah pihak internal yang mengawasi
kinerja agen. Dalam menerapkan good corporate governance, perusahaan
membentuk komite audit independen yang termasuk dalam lingkungan
internal perusahaan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

72 527 91

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Debt Financing pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 60 64

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik dan Jenis Opini Audit Terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 43 85

Pengaruh Kualitas Auditor Dan Ukuran Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

0 59 86

Analisis Laporan Keuangan Pada Kantor Akuntan Publik Syamsul Bahri TRB Dan Rekan Untuk Menilai Kinerja Dan Prestasi Manajemen

20 283 54

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor Opini Audit, Profitabilitas, Solvabilitas dan Laba Rugi Terhadap Audit Delay pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

2 73 118

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Karakteristik Audit Dan Jenis Opini Audit Terhadap Biaya Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014

2 66 87

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 27 94

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian kantor akuntan publik: studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2008-2012

1 8 137

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011)

0 9 136