b. Hasil pengukuran butir a, selanjutnya dibuat LHP tersendiri dan
sekaligus disahkan oleh P2LHP. c.
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan untuk KBKBakau di luar kayu bulat tersebut pada butir b. dengan melakukan pengukuranpengujian
terhadap partai dengan satuan stapel meter, namun bila kondisi tidak memungkinkan, pengukuran dapat dilakukan di atas alat angkut truk
atau tongkang atau alat angkut lainnya berdasarkan ukuran tinggi panjang dan lebar tumpukan KBKBakau.
d. Hasil pengukuran dan pengujian tersebut selanjutnya dibuatkan
Berita Acara Pengukuran dan Pengujian KBKBakau dengan menggunakan blanko model DK.B. 101.f lampiran I.I.6.
e. Apabila berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian tersebut
pada butir b jumlah totalnya masih berada pada toleransi 5 terhadap jumlah yang tercantum dalam usulan LHP-KBKLHP-Bakau,
maka LHP-KBKLHP-Bakau dapat segera disahkan oleh P2LHP.
f. Apabila berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian tersebut
pada butir b jumlah totalnya melebihi toleransi 5 terhadap jumlah yang tercantum dalam LHP-KBKLHP-Bakau, maka wajib dibuatkan
LHP-KBKLHP-Bakau baru sesuai dengan jumlah hasil pengukuran dan pengujian.
E. Tata cara pemeriksaan KBKBakau untuk penerbitan SKSHH
1. Melakukan pemeriksaan administratif terhadap DHH yang diajukan : a.Memeriksa kebenaran blanko DHH yang digunakan,
b.Memeriksamencocokkan DHH tersebut dengan LHP-nya.
2. Melakukan pemeriksaan fisik KBK Bakau dengan tahapan
sebagai berikut : a.Memastikan bahwa KBKBakau yang akan diangkut telah disahkan
LHP-KBK atau LHP-Bakau-nya. b.Pengukuran dan pengujian dilakukan terhadap partai dengan satuan
stapel meter di atas alat angkut truk atau tongkang atau alat angkut lainnya berdasarkan ukuran tinggi panjang dan lebar tumpukan
KBKBakau.
c.Hasil pengukuran dan pengujian tersebut selanjutnya dibuat Berita Acara Pengukuran dan Pengujian dengan menggunakan blanko model
DK.B. 101.f lampiran I.I.6. d.Apabila berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian tersebut pada
butir b jumlah totalnya masih berada pada toleransi 5 terhadap jumlah yang tercantum dalam DHH, maka P2SKSHH dapat segera
menerbitkan SKSHH.
I-144
e.Apabila berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian tersebut pada butir b jumlah totalnya melebihi toleransi 5 terhadap jumlah yang
tercantum dalam DHH, maka wajib dibuatkan DHH baru sesuai dengan jumlah hasil pengukuran dan pengujian.
F. Tatacara pemeriksaan penerimaan KBKBakau di industri
1. Melakukan pemeriksaan administratif yang meliputi :
a. Kebenaran blanko SKSHH FA-BBS yang digunakan,
b. Kebenaran nama dan specimen tanda tangan penerbit SKSHHFA
-BBSFA-Bakau. c.
Kebenaran nomor register penerbit SKSHHFA-BBSFA-Bakau, d.
Kebenaran pengisian perusahaan pengirim, tujuan pengangkutan, masa berlaku dokumen angkutan, jenis alat angkut,
penulisan angka dan huruf dalam jumlah maupun volumeberat dan lain-lain.
2. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a.
Mencermati setiap truk pengangkut KBKBakau yang masuk timbangan dengan mencermati jumlah berat timbangan
serta mencermati ukuran diameter KBK dan jenis kayu, b.
KBKBakau yang diangkut dengan tongkang atau alat angkut melalui air lainnya setibanya di industri, wajib
diawasi pemindahannya ke alat angkut truk untuk dilakukan penimbangan,
c. Hasil pemeriksaan fisik harian dicatat dalam
buku register penerimaan dan setiap akhir bulan dibuat rekapitulasinya dan digunakan sebagai dasar perhitungan produksi
di tempat asal hasil hutan.
3. Bagi kayu bulat dengan diameter mulai 20 cm ke atas yang
diterima di industri wajib dipisahkan dan dilakukan pengukuran dan pengujian secara sensus 100, sedangkan untuk keperluan
pemeriksaan dilakukan terhadap kayu contoh yang diambil dengan mempertimbangkan keterwakilan populasi dengan jumlah batang
sebagai berikut : a. Untuk kayu dengan diameter 20 cm sd kurang dari 30 cm :
-
Partai 1 sd 100 batang, contoh yang diambil 100 ,
-
Partai 101 sd 5000 batang, contoh yang diambil 100 batang,
-
Partai 5000 batang, contoh yang diambil 5. b. Untuk kayu dengan diameter mulai 30 cm ke atas mengikuti
ketentuan pemeriksaan kayu bulat seperti pada butir C.2.b. 4. Perlakuan lebih lanjut terhadap hasil pengukuran sampel tersebut pada
butir 3. a dan b tersebut diatas, mengikuti butir C.2. c, d, e, dan f.
I-144
G. Tatacara pemeriksaan Kayu Gergajian untuk penerbitan SKSHH