2 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI
gapoktan yang berhasil dalam mengembangkan usahatani secara berkelompok, maka poktan atau gapoktan maupun sebagian dari
anggota kelembagaan petani tersebut yang memenuhi persyaratan, berpeluang ditingkatkan kemampuannya untuk membentuk
kelembagaan ekonomi petani.
Kelembagaan ekonomi petani belum berfungsi sesuai dengan harapan, antara lain disebabkan karena: 1 Kelembagaan petani masih belum
berorientasi usaha produktif; 2 Akses terhadap kelembagaan keuanganperbankan rendah; 3 Kelembagaan petani belum mampu
melayani kebutuhan pengembangan agribisnis bagi anggotanya; dan 4 Kelembagaan petani belum mampu menghubungkan dengan
sumber-sumber informasi, teknologi, dan pasar sehingga belum mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas diperlukan adanya arahan dan pokok-pokok menumbuhkembangkan kelembagaan ekonomi
petani yang berbasis agribisnis di perdesaan dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan Juklak Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani.
Juklak tersebut sebagai bahan acuan bagi penyuluh pertanian dan petugas terkait lainnya dalam memfasilitasi penumbuhkembangan
kelembagaan ekonomi petani.
B. Tujuan
1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan petani untuk membentuk kelembagaan ekonomi petani berbasis agribisnis yang berbadan
hukum; 2. Meningkatkan kemampuan kelembagaan ekonomi petani dalam
mengelola usahatani melalui pengembangan jejaring usaha dan kemitraan dengan pelaku usaha lainnya.
C. Manfaat
Manfaat pengembangan kelembagaan ekonomi petani adalah: 1. Mendorong kelembagaan petani berusahatani berbasis agribisnis
dengan skala ekonomi yang menguntungkan; 2. Mempunyai kekuatan hukum sehingga dapat mengakses
permodalan usaha; 3. Meningkatkan posisi tawar dalam bermitra usaha dengan pihak
lain.
3 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI
D. Sasaran
1. Sasaran pengembangan kelembagaan ekonomi petani yaitu: a. Terlaksananya fasilitasi penumbuhan dan pengembangan
kelembagaan ekonomi petani oleh penyuluh pertanian; b. Terlaksananya pembinaan kelembagaan ekonomi petani
oleh kelembagaan penyuluhan atau kelembagaan yang membidangi penyuluhan mulai dari tingkat pusat, provinsi,
kabupatenkota, dan kecamatan. 2. Sasaran Juklak Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani
yaitu: Penyuluh pertanian, petugas teknis pada kelembagaan penyuluhan atau kelembagaan yang membidangi penyuluhan,
instansi terkait di pusat dan petugas dinas lingkup pertanian di tingkat provinsi dan kabupatenkota, serta pengurus kelembagaan
petani.
E. Pengertian
Dalam Juklak Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani, yang dimaksud dengan:
1. Pelaku Utama adalah masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan, petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudi daya ikan,
pengolah ikan, beserta keluarga intinya; 2. Pelaku Usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau
korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan;
3. Usahatani adalah usaha di bidang pertanian, peternakan, dan perkebunan yang dilakukan oleh petani untuk meningkatkan
produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan keluarganya; 4. Usahatani produktif adalah segala jenis usaha berskala ekonomi,
menguntungkan dan berkelanjutan yang dilakukan oleh petani kelompoktanigapoktan berorientasi agribisnis;
5. Kelembagaan petani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani guna memperkuat kerjasama dalam
memperjuangkan kepentingan petani dalam bentuk kelompoktani Poktan dan gabungan kelompoktani Gapoktan;
4 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI
6. Kelompoktani adalah kumpulan petanipeternakpekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi
lingkungan social, ekonomi, sumberdaya dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota;
7. Gabungan kelompoktani Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompoktani yang bergabung dan bekerjasama untuk
meningkatkan skala ekonomi dan eisiensi usaha; 8. Kelembagaan ekonomi petani adalah kelembagaan petani baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang memiliki kegiatan usahatani dari hulu sampai hilir di sektor
pertanian yang ditumbuhkembangkan oleh, dari dan untuk petani guna meningkatkan skala ekonomi yang menguntungkan
dan eisiensi usaha;
9. Korporasi adalah kelembagaan formal yang terbentuk dari kumpulan kapital yang dimiliki oleh petani dengan menjalankan
fungsi-fungsi manajemen usaha yang berorientasi keuntungan berupa Badan Usaha Milik Petani BUMP yang berbentuk koperasi
tani koptan atau Perseroan Terbatas PT yang sahamnya dimiliki oleh petani;
10. Kelembagaan ekonomi petani adalah kelembagaan petani baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
yang memiliki kegiatan usahatani dari hulu sampai hilir di sektor pertanian yang ditumbuhkembangkan oleh, dari dan untuk
petani guna meningkatkan skala ekonomi yang menguntungkan dan eisiensi usaha;
11. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis LKM-A adalah Lembaga keuangan mikro yang didirikan, dimiliki dan dikelola oleh
petanimasyarakat tani di perdesaan yang melaksanakan fungsi pelayanan kreditpembiayaan dan simpanan dilingkungan petani
dan pelaku usaha agribisnis; 12. Badan Usaha Milik Petani BUMP adalah kelembagaan usaha
berbadan hukum yang mensinergikan kegiatan bisnis dengan pemberdayaan masyarakat tani yang dijalankan secara korporasi
yang berorientasi keuntungan untuk mendorong kemandirian petani;
13. Badan Usaha milik Petani Berbentuk Koperasi tani Koptan adalah badan usaha yang beranggotakan petani baik secara
individu maupun yang tergabung dalam poktan dan gapoktan yang melakukan kegiatan usaha agribisnis berdasarkan
5 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi petani yang berdasarkan azas kekeluargaan sesuai Undang-undang
Perkoperasian Nomor 17 Tahun 2012; 14. Badan Usaha Milik Petani Berbentuk Perseroan Terbatas PT
adalah wadah petani yang didirikan berdasarkan perjanjian dan berbadan hukum untuk menjalankan usaha pertanian secara
korporasi dalam bentuk perusahaan dengan modal dasar yang terbagi dalam saham sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
dalam undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas PT; 15. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri
dari 4 empat sub-sistem, yaitu: a subsistem sarana prasarana yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi
input pertanian; b subsistem budidaya pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi
yang dihasilkan subsistem hulu; c subsistem pengolahan yaitu
yang mengolah dan memasarkan komoditas pertanian; dan d subsistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa
penunjang antara lain permodalan, teknologi, penyuluhan dan lain-lain. lihat buku manajemen agribisnis
F. Indikator Keberhasilan