PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI 2012
PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012
PETUNJUK PELAKSANAAN
PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
EKONOMI PETANI
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Pengembangan kapasitas kelembagaan petani diarahkan untuk meningkatkan kelembagaannya menjadi kelembagaan ekonomi dengan
tujuan untuk meningkatkan skala ekonomi dan eisiensi usaha, dan posisi
tawar petani. Pengembangan kapasitas ini dilakukan dengan memberi
peluang bagi kelompoktani, gapoktan yang telah mulai melakukan kegiatan
usaha produktif sehingga kelembagaan petani tersebut dapat berfungsi
sebagai unit penyedia sarana produksi, unit usaha pengolahan, unit usaha pemasaran, dan unit usaha keuangan mikro (simpan pinjam).
Melalui pembinaan kelembagaan petani menjadi kelembagaan ekonomi
petani, pelaku utama diorganisasikan dan ditingkatkan kemampuannya melalui pengembangan kapasitas manajerial, kepemimpinan, dan
kewirausahaan (enterpreneur) agar mampu menjadi wirausaha agribisnis yang handal.
Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka diperlukan adanya Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani yang tumbuh dari pengembangan usaha kelembagaan petani, baik yang bergerak di sub sistem sarana input produksi yang meliputi penyediaan teknologi, permodalan, tenaga kerja, sarana benih atau bibit, pupuk, pestisida dan lainnya, hingga yang bergerak di sub sistem pengolahan dan pemasaran
hasil.
Kami berharap juklak ini dapat dijadikan rujukan bagi penyuluh
dan para petugas terkait lainnya untuk memfasilitasi pengembangan kelembagaan ekonomi petani di lapangan.
Jakarta, November 2012 Plt. Kepala Badan Penyuluhan dan
Pengembangan SDM Pertanian,
Dr. Ir. Haryono, M.Sc
(4)
(5)
PERATURAN KEPALA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN
NOMOR : 90/Per/SM.820/J/12/12 TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan produktivitas dan eisiensi usahatani, kelembagaan ekonomi petani dari hulu sampai hilir di sektor pertanian,
perlu ditumbuhkembangkan usaha produktif yang dilakukan masyarakat;
b. bahwa agar penyelenggaraan kelembagaan ekonomi
petani dapat meningkatkan produktivitas dan eisiensi usahatani dan memenuhi kaidah-kaidah
yang baik dan benar perlu menetapkan Petunjuk Pelaksanaannya;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4660);
3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4756);
(6)
Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 212, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5355); 5. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juncto Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 ten-tang Pembiayaan, Pembinaan, dan Pengawasan Penyu luhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5018);
8. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
10. Keputusan Presiden Nomor 157/M Tahun 2010 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I lingkup Kementerian Pertanian;
11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/ OT.160/4/2007 tentang Pembinaan Kelembagaan
Petani;
12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;
13. Peraturan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengem-bangan Sumber Daya Manusia Pertanian Nomor 168/ Per/SM.170/J/11/11 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompoktani;
(7)
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI.
Pasal 1
Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani seperti tercantum pada Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan ini.
Pasal 2
Petunjuk Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 Peraturan ini digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan dalam melaksanakan Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani.
Pasal 3
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 04 Desember 2012
PLT. KEPALA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN,
HARYONO
NIP. 19560516 198103 1 002
SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada Yth.: 1. Gubernur seluruh Indonesia;
2. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;
3. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian; 4. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian;
5. Pejabat Eselon II lingkup Badan Penyuluhan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pertanian;
6. Badan Koordinasi Penyuluhan/Kelembagaan yang menangani Penyuluhan Provinsi;
7. Badan Pelaksana Penyuluhan/Kelembagaan yang menangani Penyuluhan Kabupaten/Kota.
(8)
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR iii
PERATURAN KEPALA BADAN v
DAFTAR ISI ix
DAFTAR LAMPIRAN x
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Manfaat 2
D. Sasaran 3
E. Pengertian 3
F. Indikator Keberhasilan 5
II. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI 7
A. Kebijakan 7
B. Strategi 7
1. Strategi Dasar 7
2. Strategi Operasional 8
C. Ruang Lingkup 8
III. PELAKSANAAN PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI 11
A. Persiapan 12
B. Pembentukan Kelembagaan Ekonomi Petani 13
C. Pelaksanaan 14
IV. PENGORGANISASIAN 17
A. Pusat 17
B. Provinsi 18
C. Kabupaten/Kota 18
D. Kecamatan 19
E. Desa/Kelurahan 20
V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 21
A. Monitoring dan Evaluasi 21
B. Pelaporan 22
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Identiikasi Calon Kelembagaan Ekonomi Petani 21 Lampiran 2 Data Kelembagaan Ekonomi Petani 22 Lampiran 3 Rekapitulasi Data Kelembagaan Ekonomi
Petani Tingkat Kabupaten/Kota 23
Lampiran 4 Rekapitulasi Data Kelembagaan
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang No.16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mengamanatkan bentuk kelembagaan pelaku utama meliputi kelompok, gabungan kelompok, asosiasi, atau korporasi. bahwa kelembagaan pelaku utama difasilitasi
dan diberdayakan oleh Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah agar tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang kuat dan mandiri
sehingga mampu mencapai tujuan yang diharapkan para anggotanya. Selanjutnya pada Permentan No. 273/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani bahwa pengembangan kelembagaan
petani diarahkan pada peningkatan kemampuan dan penguatan kelembagaan petani menjadi organisasi yang kuat dan mandiri dalam bentuk kelembagaan ekonomi petani.
Selama ini kegiatan penyuluhan pertanian dilakukan melalui pendekatan kelompok yang diawali dengan penumbuhan dan
pengembangan kelompoktani (poktan) dan dikembangkan menjadi gabungan kelompoktani (gapoktan) untuk meningkatkan skala
usahataninya.
Pada saat ini, jumlah kelompoktani yang telah tumbuh sebanyak 307.309 dengan jumlah gapoktan sebanyak 37.013 Unit. Keberadaan
kelembagaan petani tersebut telah berkembang sejalan dengan kebutuhan anggota dalam pengembangan usahataninya juga adanya
program-program pemberdayaan petani dalam mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) di perdesaan. Fasilitasi
dari berbagai program pemberdayaan petani telah memberi peluang bagi kelembagaan petani untuk mengembangkan kapasitasnya
menjadi kelembagaan ekonomi petani berupa Badan Usaha Milik Petani (BUMP) dalam bentuk koperasi tani (Koptan) dan Perseroan Terbatas (PT) yang sahamnya dimiliki oleh petani/poktan. Hingga akhir Tahun 2012 telah terbentuk BUMP sebanyak 10.065 Unit, yang terdiri dari 9.361 koptan dan 704 badan usaha lainnya.
Keberadaan poktan maupun gapoktan yang belum memiliki kekuatan
hukum seringkali membuat mereka menjadi tidak berdaya apabila menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan pengembangan usaha karena dianggap tidak memiliki kekuatan di mata hukum.
(12)
gapoktan yang berhasil dalam mengembangkan usahatani secara berkelompok, maka poktan atau gapoktan maupun sebagian dari anggota kelembagaan petani tersebut yang memenuhi persyaratan,
berpeluang ditingkatkan kemampuannya untuk membentuk kelembagaan ekonomi petani.
Kelembagaan ekonomi petani belum berfungsi sesuai dengan harapan, antara lain disebabkan karena: 1) Kelembagaan petani masih belum berorientasi usaha produktif; 2) Akses terhadap kelembagaan keuangan/perbankan rendah; 3) Kelembagaan petani belum mampu
melayani kebutuhan pengembangan agribisnis bagi anggotanya;
dan 4) Kelembagaan petani belum mampu menghubungkan dengan sumber-sumber informasi, teknologi, dan pasar sehingga belum
mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas diperlukan adanya arahan
dan pokok-pokok menumbuhkembangkan kelembagaan ekonomi
petani yang berbasis agribisnis di perdesaan dalam bentuk Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak) Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani. Juklak tersebut sebagai bahan acuan bagi penyuluh pertanian dan
petugas terkait lainnya dalam memfasilitasi penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani.
B. Tujuan
1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan petani untuk membentuk
kelembagaan ekonomi petani berbasis agribisnis yang berbadan hukum;
2. Meningkatkan kemampuan kelembagaan ekonomi petani dalam
mengelola usahatani melalui pengembangan jejaring usaha dan kemitraan dengan pelaku usaha lainnya.
C. Manfaat
Manfaat pengembangan kelembagaan ekonomi petani adalah:
1. Mendorong kelembagaan petani berusahatani berbasis agribisnis
dengan skala ekonomi yang menguntungkan;
2. Mempunyai kekuatan hukum sehingga dapat mengakses
permodalan usaha;
3. Meningkatkan posisi tawar dalam bermitra usaha dengan pihak
(13)
D. Sasaran
1. Sasaran pengembangan kelembagaan ekonomi petani yaitu: a. Terlaksananya fasilitasi penumbuhan dan pengembangan
kelembagaan ekonomi petani oleh penyuluh pertanian;
b. Terlaksananya pembinaan kelembagaan ekonomi petani
oleh kelembagaan penyuluhan atau kelembagaan yang
membidangi penyuluhan mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan.
2. Sasaran Juklak Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani yaitu: Penyuluh pertanian, petugas teknis pada kelembagaan penyuluhan atau kelembagaan yang membidangi penyuluhan,
instansi terkait di pusat dan petugas dinas lingkup pertanian di
tingkat provinsi dan kabupaten/kota, serta pengurus kelembagaan
petani.
E. Pengertian
Dalam Juklak Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani, yang dimaksud dengan:
1. Pelaku Utama adalah masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan, petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudi daya ikan, pengolah ikan, beserta keluarga intinya;
2. Pelaku Usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan;
3. Usahatani adalah usaha di bidang pertanian, peternakan, dan
perkebunan yang dilakukan oleh petani untuk meningkatkan
produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan keluarganya; 4. Usahatani produktif adalah segala jenis usaha berskala ekonomi,
menguntungkan dan berkelanjutan yang dilakukan oleh petani/ kelompoktani/gapoktan berorientasi agribisnis;
5. Kelembagaan petani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani guna memperkuat kerjasama dalam
memperjuangkan kepentingan petani dalam bentuk kelompoktani
(14)
6. Kelompoktani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (social, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk
meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota;
7. Gabungan kelompoktani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa
kelompoktani yang bergabung dan bekerjasama untuk
meningkatkan skala ekonomi dan eisiensi usaha;
8. Kelembagaan ekonomi petani adalah kelembagaan petani baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
yang memiliki kegiatan usahatani dari hulu sampai hilir di sektor
pertanian yang ditumbuhkembangkan oleh, dari dan untuk
petani guna meningkatkan skala ekonomi yang menguntungkan
dan eisiensi usaha;
9. Korporasi adalah kelembagaan formal yang terbentuk dari
kumpulan kapital yang dimiliki oleh petani dengan menjalankan
fungsi-fungsi manajemen usaha yang berorientasi keuntungan berupa Badan Usaha Milik Petani (BUMP) yang berbentuk koperasi tani (koptan) atau Perseroan Terbatas (PT) yang sahamnya dimiliki
oleh petani;
10. Kelembagaan ekonomi petani adalah kelembagaan petani baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
yang memiliki kegiatan usahatani dari hulu sampai hilir di sektor
pertanian yang ditumbuhkembangkan oleh, dari dan untuk
petani guna meningkatkan skala ekonomi yang menguntungkan
dan eisiensi usaha;
11. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) adalah Lembaga keuangan mikro yang didirikan, dimiliki dan dikelola oleh petani/masyarakat tani di perdesaan yang melaksanakan fungsi pelayanan kredit/pembiayaan dan simpanan dilingkungan petani
dan pelaku usaha agribisnis;
12. Badan Usaha Milik Petani (BUMP) adalah kelembagaan usaha
berbadan hukum yang mensinergikan kegiatan bisnis dengan
pemberdayaan masyarakat tani yang dijalankan secara korporasi
yang berorientasi keuntungan untuk mendorong kemandirian petani;
13. Badan Usaha milik Petani Berbentuk Koperasi tani (Koptan) adalah badan usaha yang beranggotakan petani baik secara individu maupun yang tergabung dalam poktan dan gapoktan
(15)
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi petani
yang berdasarkan azas kekeluargaan sesuai Undang-undang Perkoperasian Nomor 17 Tahun 2012;
14. Badan Usaha Milik Petani Berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
adalah wadah petani yang didirikan berdasarkan perjanjian dan
berbadan hukum untuk menjalankan usaha pertanian secara
korporasi dalam bentuk perusahaan dengan modal dasar yang terbagi dalam saham sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
dalam undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT);
15. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri dari 4 (empat) sub-sistem, yaitu: (a) subsistem sarana prasarana
yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi
(input) pertanian; (b) subsistem budidaya pertanian primer
yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi
yang dihasilkan subsistem hulu; (c) subsistem pengolahan yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas pertanian; dan (d)
subsistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa
penunjang antara lain permodalan, teknologi, penyuluhan dan lain-lain. (lihat buku manajemen agribisnis)
F. Indikator Keberhasilan
1. Meningkatnya jumlah kelembagaan ekonomi petani;
2. Meningkatnya kemampuan kelembagaan ekonomi petani dalam
mengelola usaha pertanian yang diukur dari meningkatnya skala
(16)
(17)
BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
EKONOMI PETANI
A. Kebijakan
Kebijakan pengembangan pemberdayaan kelembagaan petani dan usahatani diarahkan pada:
1. Peningkatan kapasitas petani yang berkualitas, andal, berkemampuan manajerial, kewirausahaan dan organisasi bisnis; 2. Peningkatan kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi
petani yang kuat dan mandiri;
3. Peningkatan usahatani yang berdaya saing dan berkelanjutan.
B. Strategi
Strategi yang ditempuh dalam pengembangan pemberdayaan kelembagaan petani dan usahatani meliputi stategi dasar dan strategi
operasional:
1. Strategi Dasar
a. Mengubah perilaku petani agar mengembangkan usaha
produktif yang dikelola secara bersama dalam satuan
skala usaha untuk memenuhi kebutuhan pasar yang
menguntungkan dan eisien;
b. Fasilitasi penumbuhan dan penguatan kelembagaan ekonomi
petani berbasiskan peningkatan kapasitas kelembagaan
petani (poktan/gapoktan);
c. Pemberdayaan usaha pertanian melalui pengembangan
jenis-jenis usaha yang berorientasi pasar dan berskala ekonomi;
d. Fasilitasi pembentukan jejaring agribisnis/kemitraan antar
(18)
2. Strategi Operasional
a. Peningkatan kemampuan pengurus kelembagaan petani untuk mengembangkan usahatani produktif dalam satuan skala usaha untuk memenuhi kebutuhan pasar;
b. Peningkatan kemampuan pengurus kelembagaan ekonomi
petani dalam penyusunan perencanaan agribisnis sesuai
dengan kebutuhan pasar;
c. Fasilitasi pembentukan kelembagaan ekonomi petani dengan basis poktan/gapoktan yang berbadan hukum dalam bentuk Koperasi atau Perseroan Terbatas (PT);
d. Penguatan kapasitas kelembagaan petani dalam pengembangan organisasi dan manajemen kelembagaan ekonomi petani melalui pendampingan oleh penyuluh pertanian dan petugas dari instansi terkait;
e. Peningkatan jaringan kemitraan agribisnis antar kelembagaan ekonomi petani dengan pelaku usaha lainnya dalam mengembangkan agribisnis di berbagai tingkatan;
f. Peningkatan kemampuan anggota poktan/gapoktan dalam
teknis agribisnis melalui pendampingan oleh penyuluh
pertanian, kursus tani, magang, study banding dan lain-lain;
g. Peningkatan kemampuan penyuluh pertanian dalam memfasilitasi pengembangan kelembagaan ekonomi petani.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi dalam pengembangan kelembagaan ekonomi petani meliputi peningkatan kapasitas manajerial, kepemimpinan dan kewirausahaan yang berorientasi agribisnis secara berkelanjutan bagi penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani, yaitu:
1. Aspek-aspek sistem agribisnis spesiik lokasi untuk meningkatkan
pendapatan pelaku utama dan pelaku usaha melalui
pengembangan komoditi/produk unggulan;
2. Pengenalan dan persyaratan bentuk kelembagaan ekonomi petani; 3. Penyusunan dokumen pembentukan kelembagaan ekonomi
(19)
4. Proses pembentukan kelembagaan ekonomi petani;
5. Penguatan manajemen dan organisasi kelembagaan ekonomi
petani;
6. Pengembangan usaha diarahkan kepada industri pertanian
perdesaan.
(20)
(21)
BAB III
PELAKSANAAN PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI
Upaya pengembangan kelembagaan petani dilakukan melalui
pengembangan kapasitas kelembagaan petani membentuk kelembagaan
ekonomi petani yang diarahkan menjadi BUMP dalam bentuk koptan atau PT yang dapat meningkatkan posisi tawar petani dengan berbagai pihak.
Setiap kelembagaan petani baik poktan maupun gapoktan memiliki
peluang untuk membentuk kelembagaan ekonomi petani, namun demikian
kelembagaan ekonomi petani harus terbentuk berdasarkan kebutuhan petani untuk mengembangkan usaha memerlukan dukungan aspek legal formal agar memiliki posisi tawar yang sama dengan kelembagaan ekonomi lainnya.
Kriteria umum bagi kelembagaan petani yang akan membentuk kelembagaan ekonomi petani diantaranya:
1. Telah melakukan kegiatan usaha berkelompok yang berorientasi
pasar;
2. Struktur organisasi kelembagaan petani (poktan, gapoktan) telah
memiliki kepengurusan yang melakukan kegiatan usaha atau unit usaha agribisnis;
3. Memiliki perencanaan usaha yang disusun secara partisipatif dalam
kurun waktu atau siklus usaha tertentu;
4. Memiliki pencatatan dan pembukuan usaha;
5. Telah membangun jejaring dalam pengembangan usaha dengan
kelembagaan petani lainnya;
6. Telah membangun kemitraan usaha dengan pengusaha atau
kelembagaan ekonomi lainnya;
7. Membutuhkan dukungan aspek legal formal untuk memperkuat
(22)
Tahapan pengembangan kelembagaan ekonomi petani terdiri dari persiapan, pembentukan dan pelaksanaan pengembangan kelembagaan ekonomi petani serta monitoring dan evaluasi, dengan rincian sebagai berikut:
A. Persiapan
1. Penyuluh Pertanian melakukan identiikasi terhadap kelembagaan
petani yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kelembagaan
ekonomi petani dengan menggunakan format pada Lampiran 1. 2. Kelembagaan petani yang memenuhi syarat diajukan oleh Kepala
BP3K kepada Kepala BP4K di tingkat kabupaten;
3. Daftar kelembagaan petani yang memenuhi syarat selanjutnya
dimasukan menjadi salah satu bahan dalam penyusunan
programa penyuluhan tingkat kecamatan, apabila kegiatan tersebut dilakukan setelah penyusunan programa penyuluhan, maka dapat dilakukan revisi programa dengan memasukan
pengembangan kelembagaan ekonomi petani ke dalam programa penyuluhan untuk mendapatkan dukungan pendanaan;
4. Setelah programa penyuluhan disusun, maka pengembangan kelembagaan ekonomi petani menjadi bahan bagi rencana kerja
penyuluh;
5. Sosialisasi pengembangan kelembagaan ekonomi petani oleh penyuluh pertanian kepada poktan/gapoktan yang potensial; 6. Musyawarah/rembug tani poktan/gapoktan untuk menyepakati
pembentukan kelembagaan ekonomi petani;
7. Fasilitasi berupa pendampingan oleh penyuluh pertanian bersama dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan kelembagaan ekonomi, seperti Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perdagangan,
dan petugas teknis terkait dari dinas lingkup pertanian sesuai
dengan komoditi/produk yang dikembangkan oleh kelembagaan petani tersebut. Materi fasilitasi antara lain meliputi:
a. Pengenalan bentuk-bentuk kelembagaan ekonomi petani;
b. Manfaat kelembagaan ekonomi petani;
c. Persyaratan dan proses pembentukan kelembagaan ekonomi
(23)
d. Struktur, tugas, tanggung jawab dan fungsi perangkat
organisasi kelembagaan ekonomi petani.
8. Pendampingan oleh penyuluh pertanian dilakukan sebagai bagian dari kunjungan penyuluh ke kelompoktani/gapoktan sesuai dengan jadwal yang disepakati bersama kelompoktani/gapoktan; 9. Musyawarah/rembug tani poktan/gapoktan untuk menetapkan
bentuk kelembagaan ekonomi petani. Dalam menetapkan
kelembagaan ekonomi petani, agar dilakukan secara partisipatif
ddan tidak ada pemaksaan tergantung dari kesiapan poktan dan gapoktan untuk membentuk kelembagaan ekonomi petani;
10. Veriikasi dan validasi kelayakan kelembagaan petani sebagai calon kelembagaan ekonomi petani oleh BP4K/Kelembagaan yang membidangi penyuluhan di kabupaten/kota. BP4K/Kelembagaan yang membidangi penyuluhan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait (Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, dinas lingkup pertanian);
11. Penyiapan dokumen-dokumen kelengkapan pembentukan
kelembagaan ekonomi petani sesuai dengan bentuk kelembagaan yang disepakati dan persyaratan yang harus dipenuhi bagi kelembagaan terpilih.
B. Pembentukan Kelembagaan Ekonomi Petani
1. Jika kelembagaan ekonomi petani yang disepakati dalam bentuk koptan, didaftarkan pendiriannya di instansi yang menangani
koperasi setempat dan di sahkan untuk mendapatkan legalitas
dari notaris (tata cara pembentukan koperasi lihat Undang-undang Perkoperasian Nomor 17 Tahun 2012 dan Materi penyuluhan tentang pembentukan Koperasi Petani);
2. Jika kelembagaan ekonomi petani yang disepakati dalam bentuk PT, didaftarkan pendiriannya di notaris dan dilanjutkan dengan pendaftaran di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Tata cara pembentukan PT lihat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dan Materi penyuluhan tentang Pembentukan Perusahaan Pertanian di Perdesaan).
(24)
C. Pelaksanaan
Setelah kelembagaan ekonomi petani terbentuk, maka masih diperlukan adanya fasilitasi dari berbagai pihak, agar kelembagaan
ekonomi petani mampu mengembangkan usahatani berskala ekonomi
yang menguntungkan dan eisien. Untuk itu kelembagaan ekonomi petani perlu difasilitasi antara lain:
1. Penguatan kapasitas manajerial usaha kelembagaan ekonomi petani melalui:
a. Perencanaan usaha (business plan)
Sebagai satu bentuk usaha yang komersial diperlukan adanya
perencanaan usaha yang rasional sehingga dapat memberikan
gambaran arah dan tujuan kelembagaan ekonomi petani;
b. Pengembangan/diversiikasi produk
Salah satu ciri berkembangnya kegiatan usaha yaitu dengan adanya pengembangan diversiikasi produk. Sejalan dengan
berkembangnya waktu maka setiap kelembagaan ekonomi
petani harus mampu menyusun rancangan diversiikasi
usaha;
c. Perencanaan ketersediaan dan pemasaran (marketing plan) Sebagai upaya untuk meningkatkan pemasaran produk, maka diperlukan adanya perencanaan untuk menjangkau
pasar dengan berbagai strategi;
d. Keuangan, akuntansi dan perpajakan
Untuk mewujudkan kelembagaan ekonomi petani yang
memiliki usaha berskala ekonomi yang menguntungkan dan
eisien diperlukan adanya kemampuan mengelola keuangan
dengan sistem akuntansi yang tertib. Bagi kelembagaan ekonomi petani yang telah terdaftar sebagai wajib pajak maka diperlukan adanya kemampuan untuk bisa menghitung pajak sebagai bagian dari kewajiban suatu kelembagaan usaha.
2. Pengembangan jejaring dan kemitraan antara lain melalui:
a. Penguatan dan peningkatan likuiditas modal
Pengembangan kelembagaan ekonomi petani harus dibarengi dengan adanya penguatan permodalan baik melalui upaya peningkatan modal dari kelembagaan keuangan maupun dengan pemupukan modal yang berasal dari iuran anggota;
(25)
b. Pencarian peluang pasar
Setelah usaha dijalankan perlu dilakukan evaluasi dan analisa kegiatan usaha dengan melakukan analisa harga, pendapat konsumen, strategi pesaing serta pencarian pasar baru sebagai bagian dari pengembangan usaha. Hal ini dapat
dilakukan melalui pengembangan jejaring dan kemitraan
dengan pihak lain yang memiliki kesamaan visi dalam
mengembangkan usaha.
3. Pengembangan pelayanan informasi, pemagangan dan pelatihan
Bagi kelembagaan ekonomi petani yang telah menunjukan
keberhasilan dalam kegiatan usahataninya, dapat melengkapi
kegiatannya melalui pengembangan pelayanan informasi agribisnis.
Hal ini dapat memberikan dampak saling menguntungkan melalui
pengembangan jejaring dan kemitraan. Selain itu dapat pula
dikembangkan program pemagangan dan pelatihan bagi poktan/
(26)
(27)
BAB IV
PENGORGANISASIAN
Organisasi pelaksana kegiatan penumbuhkembangan kelembagaan
ekonomi petani berada pada kelembagaan penyuluhan atau kelembagaan
yang membidangi penyuluhan, instansi terkait di pusat dan petugas dinas lingkup pertanian di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
A. Pusat
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian bertanggungjawab dalam kebijakan penumbuhkembangan
kelembagaan ekonomi petani, dengan tugas sebagai berikut:
1. Menyusun Juklak Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani berkoordinasi dengan unit eselon I terkait sebagai acuan para penyelenggara penyuluhan dan instansi terkait di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan;
2. Mensosialisasikan Juklak Pengembangan Kelembagaan Ekonomi
Petani kepada para penyelenggara penyuluhan dan instansi terkait
di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan; 3. Menyusun perencanaan dan melaksanakan pembinaan
penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani berkoordinasi dalam rangka pemberdayaan petani;
4. Melakukan kompilasi dan validasi data berdasarkan hasil laporan dari provinsi tentang perkembangan kelembagaan ekonomi
petani sebagai bahan perumusan kebijakan pembinaan dan pemberdayaan lebih kanjut;
5. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani bersama
dengan eselon I terkait lainnya sebagai bahan informasi dan perumusan perencanaan program tingkat nasional;
6. Melaporkan perkembangan kelembagaan ekonomi petani ke Menteri Pertanian dengan tembusan ke eselon I terkait sebagi
bahan perumusan kebijakan penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani.
(28)
B. Provinsi
Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
atau kelembagaan yang membidangi penyuluhan bertanggung jawab dalam pembinaan penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani. Dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan dinas terkait
tingkat provinsi, dengan tugas sebagai berikut:
1. Menyusun petunjuk teknis tingkat provinsi pengembangan kelembagaan ekonomi petani sebagai acuan para penyelenggara penyuluhan di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/
kelurahan;
2. Mensosialisasikan petunjuk teknis tingkat provinsi pengembangan
kelembagaan ekonomi petani kepada para penyelenggara
penyuluhan di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/ kelurahan, instansi terkait;
3. Menyusun rencana dan melaksanakan pembinaan
penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani dalam rangka pemberdayaan petani;
4. Melakukan kompilasi dan validasi data berdasarkan hasil laporan dari kabupaten/kota tentang perkembangan kelembagaan
ekonomi petani sebagai bahan perumusan kebijakan pembinaan lebih kanjut;
5. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan hasil pembinaan
penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani bersama
dengan dinas/instansi lingkup pertanian di provinsi sebagai bahan informasi dan perumusan perencanaan program di tingkat provinsi;
6. Melaporkan perkembangan kelembagaan ekonomi petani ke Badan
Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian dengan tembusan
ke dinas/instansi terkait di provinsi sebagai bahan perumusan
kebijakan dan implementasi pembinaan penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani.
C. Kabupaten/Kota
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
atau kelembagaan yang membidangi penyuluhan bertanggung jawab dalam pembinaan penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani. Dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan dinas terkait
(29)
1. Menyusun petunjuk teknis tingkat kabupaten pengembangan kelembagaan ekonomi petani sebagai acuan para penyelenggara penyuluhan di kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan; 2. Mensosialisasikan petunjuk teknis tingkat kabupaten
pengembangan kelembagaan ekonomi petani kepada para
penyelenggara penyuluhan di kabupaten/kota, kecamatan, desa/ kelurahan, dan instansi terkait;
3. Menyusun rencana dan melaksanakan pembinaan
penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani dalam
rangka pemberdayaan di setiap kecamatan;
4. Melakukan kompilasi dan validasi data berdasarkan hasil laporan dari kecamatan tentang perkembangan kelembagaan ekonomi
petani sebagai bahan perumusan kebijakan pembinaan lebih kanjut;
5. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani sebagai
bahan informasi dan perencanaan kegiatan lebih lanjut;
6. Melaporkan perkembangan kelembagaan ekonomi petani ke Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan atau kelembagaan yang membidangi penyuluhan tingkat provinsi dengan tembusan ke dinas/instansi terkait. Hasil
laporan digunakan untuk merumuskan kebijakan operasional pembinaan penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani.
D. Kecamatan
Balai Penyuluhan di Kecamatan bertanggung jawab dalam pengawalan pelaksanaan penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani,
dan berkoordinasi dengan petugas teknis terkait di lapangan dengan
tugas sebagai berikut:
1. Menyebarluaskan petunjuk lapangan pengembangan kelembagaan ekonomi petani sebagai acuan bagi para penyuluh pertanian di
lapangan;
2. Menjelaskan petunjuk lapangan pengembangan kelembagaan
ekonomi petani kepada para penyuluh pertanian di lapangan;
3. Menyusun jadwal pengawalan dan pendampingan pelaksanaan
kegiatan penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani di
(30)
4. Melakukan kompilasi dan validasi data berdasarkan hasil laporan
dari penyuluh pertanian tentang perkembangan kelembagaan
ekonomi petani di desa/kelurahan;
5. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani sebagai
bahan informasi dan perencanaan kegiatan lebih lanjut;
6. Melaporkan perkembangan kelembagaan ekonomi petani ke
Badan Pelaksana Penyuluhan atau kelembagaan yang membidangi
penyuluhan tingkat kabupaten/kota dengan tembusan ke UPTD/ UPT terkait di kecamatan.
E. Desa/Kelurahan
Penyuluh pertanian di setiap desa bertanggung jawab dalam
pelaksanaan penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani, dengan tugas sebagai berikut:
1. Menyusun jadwal kegiatan pelaksanaan pembinaan
penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani bersama dengan pengurus kelembagaan ekonomi petani;
2. Melakukan kegiatan pembinaan penumbuhkembangan
kelembagaan ekonomi petani;
3. Membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan pelaksanaan penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani di desa/ kelurahan untuk dilaporkan ke Balai Penyuluhan di Kecamatan, sebagai bahan informasi dan perencanaan pembinaan lebih
(31)
BAB V
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah pemantauan proses pelaksanaan penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani yang dilakukan
dengan membandingkan antara hasil yang dicapai dengan rencana yang telah disusun. Disamping itu juga merumuskan masalah-masalah yang terjadi dan tidak sesuai dengan perencanaan sebagai dasar perbaikan selanjutnya. Aspek rencana yang dipantau meliputi: input, kegiatan, dan output (hasil yang diharapkan).
Evaluasi adalah menilai eisiensi dan efektiitas rencana (meliputi: input, kegiatan, dan output). Kegiatan ini dilakukan dengan
membandingkan dengan hasil dan tujuan akhir dalam pelaksanaan penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani.
Monitoring dan evaluasi penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi
petani dilakukan oleh kelembagaan penyuluhan atau kelembagaan
yang membidangi penyuluhan serta di setiap jenjang wilayah. Adapun ruang lingkup monitoring dan evaluasi pengembangan kelembagaan ekonomi petani diantaranya :
1. Keragaan dan kesiapan kelembagaan petani yang memenuhi
kriteria untuk dikembangkan kapasitasnya menjadi kelembagaan ekonomi petani;
2. Proses musyawarah/rembug tani poktan/gapoktan untuk
menyepakati pemilihan dan pembentukan kelembagaan ekonomi petani;
3. Penyiapan dokumen-dokumen kelengkapan pembentukan
kelembagaan ekonomi petani seusai dengan bentuk kelembagaan yang disepakati;
4. Status untuk mendapatkan legalitas formal;
5. Jumlah kelembagaan ekonomi petani yang terbentuk;
6. Penguatan kapasitas manajerial usaha kelembagaan ekonomi
(32)
7. Jumlah kelembagaan ekonomi petani yang melakukan jejaring
dan kemitraan usaha dengan pihak lain;
B. Pelaporan
Hasil monitoring dan evaluasi dilaporkan secara berjenjang mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi hingga ke pusat sebagaimana arus pelaporan sebagai berikut :
1. Penyuluh Pertanian melaporkan perkembangan kelembagaan ekonomi petani yang terbentuk kepada Kepala Balai Penyuluhan di Kecamatan (BPK/BP3K), pada minggu pertama setiap 6 bulan
sekali;
2. Kepala BPK/BP3K melaporkan perkembangan kelembagaan ekonomi petani di wilayahnya pada minggu ke dua setiap 6 bulan sekali kepada Kepala Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan/ kelembagaan yang membidangi penyuluhan di kabupaten/kota;
3. Kepala Badan Penyuluhan, Perikanan dan Kehutanan atau kelembagaan yang membidangi penyuluhan pertanian kabupaten/
kota melaporkan rekapitulasi perkembangan kelembagaan
ekonomi petani di wilayahnya pada minggu ke tiga setiap 6 bulan sekali kepada Kepala Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian/ kelembagaan yang membidangi penyuluhan tingkat provinsi
dengan tembusan kepada dinas terkait;
4. Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian/
kelembagaan yang membidangi penyuluhan pertanian tingkat
provinsi melaporkan rekapitulasi perkembangan kelembagaan ekonomi petani di wilayahnya pada minggu ke empat setiap 6 bulan sekali kepada Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Pertanian dengan tembusan kepada dinas terkait;
5. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya
Manusia Pertanian melaporkan rekapitulasi perkembangan
kelembagaan ekonomi petani se Indonesia setiap enam bulan
sekali kepada Menteri Pertanian dengan tembusan kepada eselon
(33)
BAB VI
PENUTUP
Kegiatan agribisnis perdesaan merupakan sinergi dari upaya pemberdayaan petani, pengembangan sumber daya pertanian, serta pengembangan dan diseminasi inovasi teknologi. Hasil utama pemberdayaan petani adalah perubahan pola pikir, wawasan dan perilaku yang ditunjukan dengan tumbuhnya kembali rasa percaya diri, kebersamaan, etos kerja, serta kesadaran akan potensi individu dan masyarakat tani untuk membangun masa depannya melalui pengembangan agribisnis berbasis inovasi
teknologi.
Pengembangan kelembagaan ekonomi petani merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan petani agar sejajar dengan kelembagaan ekonomi lainnya dalam melaksanakan agribisnis dan agroindustri di perdesaan melalui perbaikan manajerial usahatani berskala
ekonomi, pengembangan dan diversiikasi usaha yang dibangun dalam
satu kelembagaan usaha formal.
Kelembagaan ekonomi petani yang ditumbuhkan dari pengembangan kelembagaan petani (potan, gapoktan) diharapkan dapat memperkuat posisi tawar dan mempercepat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi
serta kemandirian masyarakat tani di perdesaan dalam pembangunan yang berkelanjutan.
(34)
(35)
(36)
(37)
(1)
22 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI
7. Jumlah kelembagaan ekonomi petani yang melakukan jejaring
dan kemitraan usaha dengan pihak lain;
B. Pelaporan
Hasil monitoring dan evaluasi dilaporkan secara berjenjang mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi hingga ke pusat sebagaimana arus pelaporan sebagai berikut :
1. Penyuluh Pertanian melaporkan perkembangan kelembagaan ekonomi petani yang terbentuk kepada Kepala Balai Penyuluhan di Kecamatan (BPK/BP3K), pada minggu pertama setiap 6 bulan
sekali;
2. Kepala BPK/BP3K melaporkan perkembangan kelembagaan ekonomi petani di wilayahnya pada minggu ke dua setiap 6 bulan sekali kepada Kepala Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan/ kelembagaan yang membidangi penyuluhan di kabupaten/kota;
3. Kepala Badan Penyuluhan, Perikanan dan Kehutanan atau kelembagaan yang membidangi penyuluhan pertanian kabupaten/
kota melaporkan rekapitulasi perkembangan kelembagaan
ekonomi petani di wilayahnya pada minggu ke tiga setiap 6 bulan sekali kepada Kepala Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian/ kelembagaan yang membidangi penyuluhan tingkat provinsi
dengan tembusan kepada dinas terkait;
4. Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian/
kelembagaan yang membidangi penyuluhan pertanian tingkat
provinsi melaporkan rekapitulasi perkembangan kelembagaan ekonomi petani di wilayahnya pada minggu ke empat setiap 6 bulan sekali kepada Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Pertanian dengan tembusan kepada dinas terkait;
5. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya
Manusia Pertanian melaporkan rekapitulasi perkembangan
kelembagaan ekonomi petani se Indonesia setiap enam bulan
sekali kepada Menteri Pertanian dengan tembusan kepada eselon
(2)
23 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI
BAB VI
PENUTUP
Kegiatan agribisnis perdesaan merupakan sinergi dari upaya pemberdayaan petani, pengembangan sumber daya pertanian, serta pengembangan dan diseminasi inovasi teknologi. Hasil utama pemberdayaan petani adalah perubahan pola pikir, wawasan dan perilaku yang ditunjukan dengan tumbuhnya kembali rasa percaya diri, kebersamaan, etos kerja, serta kesadaran akan potensi individu dan masyarakat tani untuk membangun masa depannya melalui pengembangan agribisnis berbasis inovasi
teknologi.
Pengembangan kelembagaan ekonomi petani merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan petani agar sejajar dengan kelembagaan ekonomi lainnya dalam melaksanakan agribisnis dan agroindustri di perdesaan melalui perbaikan manajerial usahatani berskala
ekonomi, pengembangan dan diversiikasi usaha yang dibangun dalam
satu kelembagaan usaha formal.
Kelembagaan ekonomi petani yang ditumbuhkan dari pengembangan kelembagaan petani (potan, gapoktan) diharapkan dapat memperkuat posisi tawar dan mempercepat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi
serta kemandirian masyarakat tani di perdesaan dalam pembangunan yang berkelanjutan.
(3)
(4)
25 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI
(5)
(6)
27 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI