GEOLOGI Geologi Regional 31. Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung Lawu Provinsi Jawa Tengah Dan Jawa Timur

berkontribusi dalam penyediakan energi listrik nasional sejalan dengan kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam Kebijakan Energi Nasional, dimana pada energi bauran mix energy diharapkan peran energi panas bumi sekitar 5 atau setara dengan 9.500 MWe pada tahun 2025. Gambar 1. Peta Indeks Lokasi Penyelidikan.

II. GEOLOGI Geologi Regional

Pulau Jawa merupakan salah satu daerah jalur subduksi atau jalur tumbukan antara dua lempeng besar dunia, yaitu lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Tumbukan kedua lempeng ini menyebabkan terbentuknya jalur gunungapi yang memanjang dari bagian barat Indonesia sampai bagian timur. Salah satu gunungapi yang terbentuk adalah Gunung Lawu, yaitu gunungapi strato yang termasuk gunungapi tipe B. Menurut Peta Geologi Lembar Ponorogo, Jawa Tengah skala 1 : 100.000 yang ditulis oleh Sampurno dan H. Samodra tahun 1997, batuan yang ada di daerah ini terdiri dari batuan gunungapi, batuan terobosan dan batuan sedimen yang berumur mulai dari Tersier sampai Kuarter. Batuan tertua yang tersingkap di daerah penyelidikan adalah batuan Terobosan Andesit yang tersebar dari sebelah barat daerah penyelidikan di daerah G.Bangun dan Karanglo dan berumur Miosen Awal. Struktur geologi yang ada di lokasi penyelidikan didominasi oleh sesar dan kelurusan berarah barat-timur dan baratlaut- tenggara yang dipengaruhi oleh gaya tektonik regional Pulau Jawa yang berarah hampir utara-selatan. Geologi Daerah Penyelidikan Berdasarkan klasifikasi morfografi, morfometri dan morfogenetiknya, secara umum geomorfologi daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi empat satuan, yaitu: satuan kubah intrusi, Satuan Vulkanik Gunung Jobolarangan, Satuan Vulkanik Gunung Lawu, dan Satuan Geomorfologi Pedataran. Stratigrafi daerah Gunung Lawu disusun berdasarkan hubungan relatif antara satuan batuan yang penamaannya didasarkan kepada pusat erupsi, mekanisme, dan genesa pembentukan batuan. Batuan di daerah Gunung Lawu dapat dikelompokkan ke dalam 21 satuan batuan, terdiri dari dua satuan batuan sedimen, satu satuan batuan terobosan, 15 satuan batuan vulkanik, dan tiga satuan endapan permukaan. Urutan satuan batuan atau stratigrafi dari tua ke muda adalah satuan Batulempung Tbl, Intrusi Tawangmangu TTi, Batugamping Tgm, Lava Gunung Jobolarangan-1 QJl-1, Lava Gunung Jobolarangan-2 QJl-2, Aliran Piroklastik Gunung Jobolarangan QJap, Lava Gunung Jobolarangan-3 QJl-3, Lahar Gunung Jobolarangan QJlh, Lava Gunung Lawu-1 QLl-1, Lava Ceto QCl, Lava Gunung Lawu-2 QLl-2, Lava Gunung Lawu-3 QLl-3, Lava Gunung Lawu-4 QLl- 4, Lava Gunung Lawu-5 QLl-5, Lava Gunung Lawu-6 QLl-6, Aliran Piroklastik Gunung Lawu QLap, Lava Gunung Purung QPl, Lava Gunung Anak QAl, Lava Gunung Lawu-7 QLl-7, Lahar Gunung Lawu QLlh, dan Alluvium Qal Gambar2. Analisis pada peta DEM digital elevation mode menunjukkan bahwa struktur geologi di daerah penyelidikan didominasi oleh struktur sesar normal. Struktur sesar tersebut pada umumnya berarah relatif barat-timur dan utara-selatan. Sesar normal inilah yang diperkirakan memfasilitasi keluarnya sejumlah mata air panas di daerah panas bumi G. Lawu. Berdasarkan hasil penyelidikan di lapangan, analisis peta DEM digital elevation mode dan peta topografi, serta gejala-gejala struktur di permukaan seperti pemunculan mata air panas, kelurusan lembah dan punggungan, kekar-kekar, bidang sesar, dan zona hancuran batuan, maka di daerah penyelidikan teramati beberapa struktur sesar, yaitu: 1 Rim kawah di daerah puncak Gunung Jobolarangan yang merupakan bidang kolaps atau amblas yang diakibatkan oleh terjadinya kekosongan massa di dalam perut bumi setelah terjadinya erupsi Gunung Jobolarangan. 2 Sesar normal berarah barat-timur dan berarah utara-selatan yang mengontrol kemunculan manifetasi panas bumi di daerah Gunung Lawu. Di beberapa tempat, sesar normal tersebut membentuk zona depresi, yaitu Depresi Tawangmangu dan Depresi Karangpandan. 3 Sesar mendatar berarah baratdaya- timurlaut yang memotong dan mengakibatkan pergeseran pada batuan dan struktur yang sudah terbentuk sebelumnya. Kehilangan Panas Heat loss Hasil perhitungan kehilangan energi panas alamiah natural heat loss terhadap manifestasi panas bumi berupa fumarol dan mata air panas yang terdapat di daerah Gunung Lawu adalah sekitar 5812 kW atau 5,8 MW th Mega Watt Thermal. Gambar 2. Peta Geologi Daerah Panas Bumi G. Lawu, Provinsi Jateng dan Jatim. III. GEOKIMIA Diagram segitiga Cl-SO 4 -HCO 3 memperlihatkan bahwa air panas Tasin, Pablengan, Nglerak, Mlangi dan Jenawi-2 merupakan air bertipe klorida. Hal ini mengindikasikan bahwa kelima air tersebut kemungkinan berhubungan dengan deep water. Air panas Kawah Candradimuka bertipe sulfat, kemungkinan sebagai indikasi masih terdapat pengaruh gas vulkanik. Sedangkan air panas Ngunut, Cumpleng, Jenawi-1, dan Bayanan bertipe bikarbonat, diperkirakan sebagai akibat dari proses percampuran dengan air permukaan Gambar 3. Dalam diagram segitiga Na-K-Mg, mata air panas Tasin dan Pablengan terletak pada partial equilibrium. Hal ini mengindikasikan bahwa air panasnya telah mengalami pencampuran dengan air permukaan meteoric water, setelah sebelumnya mengalami proses interaksi dengan batuan dalam keadaan panas. Bila diplot dalam garis Na-K, kedua air panas tersebut berada pada temperatur antara 160 – 180 o C. Dengan komposisi unsur Na dan Cl yang relatif tinggi, maka pengaruh sedimen perlu diperhitungkan. Sedangkan air panas Kawah Candradimuka, Jenawi-1, Jenawi-2, Mlangi, Cumpleng, Ngunut, Nglerak, dan Bayanan terletak pada immature water. Hal ini mengindikasikan bahwa air panas yang muncul di permukaan lebih dominan bercampur dengan air permukaan meteoric water, setelah sebelumnya berinteraksi dengan batuan dalam keadaan panas. Oleh karena itu, temperatur air panas yang muncul ke permukaan cenderung semakin rendah, yaitu sekitar 32-40 o C Gambar 4. Plotting air panas Nglerak, Pablengan, Jenawi-1, Jenawi-2, Cumpleng, Tasin, Mlangi, Ngunut, dan Bayanan dalam diagram segitiga Cl-Li-B terletak pada daerah sekitar klorida. Hal ini mengindikasikan bahwa air panasnya telah mengalami interaksi dengan batuan sekitar, beberapa diantaranya menunjukkan berhubungan dengan lingkungan vulkanik. Air panasnya ditandai juga oleh daya hantar listrik relatif tinggi 2100-20000 µScm, Na relatif tinggi 314-3726 mgl, Cl 338-6485 mgl, dan berasa agak asin. Sementara air panas Kawah Candradimuka yang berada di daerah boron mengindikasikan bahwa air panasnya banyak dipengaruhi oleh batuan sedimen Gambar 5. Gambar 3. Diagram segitiga tipe air panas Cl-SO 4 -HCO 3 daerah panas bumi G. Lawu Gambar 4. Diagram segitiga kandungan relatif Na-K-Mg daerah panas bumi G. Lawu Gambar 5. Diagram segitiga kandungan relatif Cl-Li-B daerah panas bumi G. Lawu Pengaruh interaksi fluida panas dengan batuan terlihat dalam diagram δD terhadap δ 18 O. Air panas Tasin terletak pada posisi sebelah kanan dari garis meteoric water line, menunjukkan bahwa airnya mengalami pengkayaan 18 O 18 O shift yang signifikan pada saat berlangsungnya interaksi fluida panas tersebut dengan batuan. Kehadiran daya hantar listrik, kadar Na, dan Cl yang cukup tinggi menunjukkan kemungkinan adanya pengaruh batuan sedimen, didukung pula dengan trend plot air panas Tasin yang sesuai dengan standar mean oceanic water SMOW. Selain itu, air panas Tasin bersama air panas lainnya berada sedikit di atas dari air dingin Cemorotelo, sebagai akibat dari proses pengkayaan D 2 H. Hal ini mengindikasikan bahwa semua air panasnya mengalami proses penguapan atau evaporasi. Sementara air panas Kawah Candradimuka yang banyak dipengaruhi oleh batuan sedimen pada diagram segitiga CL-Li-B, konsisten pada diagram δD terhadap δ 18 O, yaitu berada jauh di sebelah kanan garis meteorik lokal dan mendekati zona batuan sedimen. Sedangkan air panas Cumpleng dan Nglerak masih di sekitar garis meteorik lokal, mengindikasikan bahwa kedua air panas tersebut merupakan air permukaan Gambar 6. Gambar 6. Plotting Isotop 18 O dan Deuterium daerah panas bumi G. Lawu Analisis Gas Pada lokasi manifestasi fumarol G. Lawu terdapat juga alterasi batuan, bau gas H 2 S yang cukup menyengat, dan suara desis yang kuat. Gas yang terdeteksi antara lain CO 2 , H 2 S, SO 2 , O 2 , Ar, dan N 2 . Hasil analisis gasnya memperlihatkan dominasi kandungan gas CO 2 , H 2 S, dan SO 2 dibandingkan gas lainnya yang relatif sangat kecil. Hal ini mencerminkan kondisi manifestasi yang dominan mengandung ion sulfat dengan derajat keasaman yang relatif asam. Kehadiran gas H 2 S dan SO 2 mengindikasikan bahwa daerah penyelidikan berada pada lingkungan vulkanik. Sementara kehadiran gas N 2 diperkirakan berasal dari proses degradasi material organik pada kerak bumi yang mengalami interaksi dengan magma. Sebaran Temperatur Udara Tanah Temperatur tanah sangat bervariasi mulai nilai terendah 14,4 o C FB.1 sampai tertinggi 37,3 o C TKC. Variasi temperatur memberikan nilai background 29,5 o C, nilai treshold 34,3 o C, dan nilai rata-rata 24,6 o C. Anomali tinggi 30 o C, terletak di sekitar lokasi air manifestasi fumarol dan air panas Kawah Candradimuka. Di lokasi ini perbedaan temperatur udara tanah dengan temperatur udara berkisar 10 o C. Nilai temperatur lebih dari 30 o C juga berada di sebelah barat daerah penyelidikan, namun perbedaan temeratur udara tanah dengan temperatur udara di lokasi ini hanya berkisar 2 o C dan bukan karena indikasi daerah panas bumi. Nilai temperatur 25-30 o C berada merata pada tengah hingga sebelah barat daerah penyelidikan. Sementara nilai temperatur yang kurang dari 25 o C berada di sebelah tengah hingga timur daerah penyelidikan. Sebaran pH Tanah Nilai pH tanah menunjukkan nilai terendah 2,95 TKC sampai tertinggi 7,21 CP4. Variasi pH tanah memberikan nilai background 6,9, nilai treshold 7,5, dan nilai rata-rata 6,3. Peta distribusi pH tanah memperlihatkan nilai rendah 6 terletak di manifestasi fumarol dan air panas Kawah Candradimuka serta berada di beberapa bagian utara dan selatan daerah penyelidikan. Nilai pH 6-7 menyebar mendominasi daerah penyelidikan. Sebaran Merkuri Hg Tanah Konsentrasi Hg tanah setelah dikoreksi oleh nilai konsentrasi H 2 O - bervariasi 12-748 ppb. Variasi Hg tanah memberikan nilai background 180 ppb, nilai treshold 283 ppb, dan nilai rata-rata 80 ppb. Anomali relatif tinggi 200ppb terletak di sekitar fumarol dan air panas Kawah Candradimuka dengan nilai Hg 748 ppb, sedangkan Hg 100-200 ppb berada di sebelah timur daerah penyelidikan dan masih di seputar manifestasi fumarol dan air panas Kawah Candradimuka. Sementara Hg 100 ppb menyebar merata di daerah penyelidikan Gambar 7. Sebaran CO 2 Udara Tanah Konsentrasi CO 2 udara tanah bervariasi dari nilai terendah 0,15 CP1 sampai dengan konsentrasi tertinggi 12,07 TKB. Variasi CO 2 udara tanah memberikan nilai background 6 , nilai treshold 9, dan nilai rata-rata 3 . Peta distribusi nilai CO 2 Udara tanah memperlihatkan anomali tinggi 6 berada di manifestasi fumarol dan air panas Kawah Candradimuka yang berkaitan dengan panas bumi dan di sebelah selatan penyelidikan yang kemungkinan besar berkaitan dengan daerah perkebunan dan pemukiman penduduk. Konsentrasi CO 2 antara 3-6 terdistribusi di sekitar manifestasi fumarol dan air panas Kawah Candradimuka. Sedangkan nilai 3 tersebar merata hampir mendominasi daerah penyelidikan. Gambar 7. Peta Distribusi Hg Tanah di daerah panas bumi G. Lawu Pendugaan Temperatur Bawah Permukaan a Geotermometri Air Hasil perhitungan geotermometer NaK tidak dapat merepresentasikan kondisi temperatur bawah permukaan yang sesungguhnya, karena air panas yang ada sangat dipengaruhi oleh batuan sedimen. Hal ini terlihat dari nilai daya hantar listrik yang tinggi dan rasanya yang asin. Demikian pula dengan geotermometer SiO 2 yang tidak dapat digunakan karena telah terjadi penurunan kandungan silika pada air panasnya sebagai akibat dari penurunan temperatur. Sedangkan air panas Kawah Candradimuka tidak dapat digunakan dalam perhitungan temperatur bawah permukaan, karena pH airnya asam. b Geotermometri Gas Hasil analisis gas dari fumarol G. Lawu menunjukkan terdeteksinya gas CO 2 , H 2 , dan Ar. Gas-gas ini dapat digunakan untk perhitungan geotermometer gas dengan menggunakan grid CO 2 Ar-H 2 Ar Giggenbach, 1987 dan Arnorsson, 1985. Hasil interpolasi menunjukkan bahwa temperatur bawah permukaan sebesar 250 o C. Analisis Fluida Sistem Panas Bumi Fluida panas bumi di daerah G. Lawu dicirikan dengan keterdapatan manifestasi panas bumi fumarol Kawah Candradimuka pada elevasi 2540m dpl dengan temperatur tinggi 93,1 o C, dan disertai alterasi batuan dan sublimasi belerang. Konsentrasi gas signifikan didominasi oleh gas CO 2 , SO 2 , H 2 S, dan sedikit mengandung NH 3 , H 2 , O 2 +Ar, dan N 2 , sementaragas CH 4 tidak terdeteksi. Pada lokasi yang berdekatan dengan batuan alterasi terdapat mata air panas bertemperatur 94 o C, berasa asam, daya hantar listrik tinggi 6300 µScm, pH air asam, konsentrasi Cl tinggi, SiO 2 tinggi, SO 4 tinggi 2607,26 mgl, termasuk tipe air sulfat, pada zona immature water dan pada zona pojok Boron, merupakan indikasi bahwa daerah manifestasi panas bumi di G. Lawu sebagai zona upflow. Adanya interaksi antara fluida panas dengan batuan didukung oleh adanya pengkayaan 18 O 18 O shifted dari isotop, namun fluida panas bumi dipengaruhi pula oleh batuan sedimen yang dicirikan oleh tingginya konsentrasi Boron 88,25 mgl. Pada elevasi lebih rendah 297- 1024 m dpl, terdapat air panas dengan temperatur lebih rendah 32,4 o C-40 o C, pH netral,daya hantar listrik sangat tinggi, rasa asin, konsentrasi SiO 2 masih signifikan 82- 177 mgl, tipe air bikarbonat, pada zona partial equilibrium dan immature water yang mengindikasikan bahwa pemunculan air panas di daerah ini kemungkinan mendapat pengaruh dari air permukaan atau pengenceran air meteorik. Kehadiran manifestasi air panas ini diperkirakan merupakan daerah out flow. Mempertimbangkan karakteristik manifestasi panas bumi di daerah G. Lawu yang berupa fumarol dan mata air panas bertemperatur tinggi 94 C, tipe air sulfat dan didukung dengan pengkayaan 18 O, maka temperatur bawah permukaan yang berhubungan dengan reservoir panas bumi diperkirakan sekitar 250 o C. Konsentrasi Hg tanah yang relatif tinggi 200ppb mendukung posisi zona upflow G. Lawu yang ada di seputar manifestasi fumarol dan air panas Kawah Candradimuka.

IV. GEOFISIKA TERPADU Gaya Berat