PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.28
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Hasil dari laporan tertulis juga memuat data- data hasil analisis, peta geologi dan sebaran
batubara, serta perhitungan sumber daya batu- bara didearah penyelidikan.
4. HASIL PENYELIDIKAN
4.1 Geologi Daerah Penyelidikan
Penyelidikan batubara daerah Sungai Apan merupakan yang pertama kali dilakukan oleh
Pusat Sumber Daya Geologi. Penyelidikan ini meliputi pengamatan geologi daerah Sungai
Apan, berupa merekam dan mengamati semua gejala geologi yang ada.
4.1.1 Geomorfologi
Daerah penyelidikan memiliki morfologi yang khas pada daerah perbatasan Pulau Kalimantan
antara Indonesia dan Malaysia, yaitu perbuki- tan yang memisahkan antara kedua negara.
Daerah penyelidikan dicirikan oleh morfologi dataran dan perbukitan, dengan ketinggian
dari 40 meter sampai 1300 meter di atas per- mukaan laut. Berdasarkan pengamatan, dan
analisa peta topograi, daerah penelitian dapat dibagi menjadi dua satuan geomorfologi, yaitu
dataran antar perbukitan dan perbukitan lipatan gambar 4. Satuan geomorfologi ini berdasar-
kan Brahmantyo dan Bandono 2006. Satuan dataran antar perbukitan menempati
40 dari daerah penyelidikan. Ketinggian ber- kisar dari 40 meter sampai 300 meter di atas
permukaan laut. Satuan ini dicirikan oleh garis kontur yang renggang pada peta, kemiringan
lereng 0 ° sampai 10°. Satuan ini disusun oleh
batuan sedimen dari Formasi Mentarang, For- masi Sembakung, dan Formasi Naintopo. Lahan
di sekitar ini umumnya dijadikan pemukiman dan perkebunan. Pola aliran sungai dendritik
dengan erosi lateral. Sungai-sungai kecil ber- muara ke sungai utama berupa Sungai Tulip,
Sungai Tampilun gambar 5, dan Sungai Apan. Satuan perbukitan lipatan, menempati 60
dari daerah penyelidikan. Satuan ini mengelil- ingi dataran yang ada di daerah penyelidikan.
Ketinggian berkisar dari 300 meter sampai 1300 meter di atas permukaan laut. Satuan ini diciri-
kan oleh garis kontur yang rapat dan menutup pada peta, kemiringan lereng 10
° sampai 60°. Satuan ini disusun oleh batuan sedimen dari
Formasi Naintopo dan Formasi Meliat. Lahan di sekitar ini dijadikan ladang, perkebunan, dan
sebagian besar masih berupa hutan. Pola aliran sungai radial dengan erosi vertikal.
4.1.2 Stratigrafi
Batuan yang tersingkap pada daerah penye- lidikan merupakan batuan sedimen berumur
Kapur dan Tersier. Tidak banyak singkapan batuan yang dapat ditemukan, hal ini dikare-
nakan sungai-sungai kecil banyak yang tidak dapat dilewati dan tertutup vegetasi yang san-
gat lebat. Singkapan batuan banyak terdapat di dinding sungai besar dan gerusan akibat pem-
bukaan jalan.
Urutan stratigrafi di daerah penyelidikan dari tua ke muda berdasarkan pengamatan di lapa-
ngan, sebagai berikut:
• Formasi Mentarang tidak didapat sing-
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.28
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
kapannya di daerah penyelidikan karena keterbatasan akses. Menurut Heryanto
dkk. 1995 formasi ini terdiri dari batupa- sir, berwarna abu kebiru-hijauan, berbutir
halus-sedang, mengandung kuarsa, feld- spar, mika, dan sedikit fragmen batuan.
Bersisipan argilit dan serpih, setempat breksi dan konglomerat, endapan flis.
Berumur Kapur Akhir-Paleosen, diendap- kan pada lereng benua di tepi cekungan
samudra.
• Formasi Sembakung terdiri dari batupa- sir, batulempung, dan serpih, berwarna
abu-abu kecoklatan gambar 6. Singka- pan formasi ini terdapat disepanjang jalan
Trans-Kalimantan. Menurut Heryanto dkk. 1995 formasi ini diendapkan tidak selaras
di atas Formasi Mentarang. Berumur Eosen Tengah-Akhir, diendapkan pada lingkungan
laut dangkal.
• Formasi Naintopo terdiri dari batupasir, berwarna abu-abu kekuningan, fragmen
kuarsa, berselingan dengan batulempung, berwarna abu-abu tua, menyerpih gam-
bar 7, mengandung lapisan tipis batubara 1 meter. Singkapan formasi ini terdapat
di Sungai Tampilun, Sungai Apan, Sungai Kepaling, Sungai Malutut, dan anak-anak
sungainya. Menurut Heryanto dkk. 1995 formasi ini diendapkan tidak selaras di atas
Formasi Sembakung. Berumur Oligosen, diendapkan pada lingkungan fluvial-delta.
Tebal formasi berkisar 400-500 meter.
• Formasi Meliat terdiri dari batulempung berwarna abu-abu, sisipan batupasir, men-
gandung lapisan tipis batubara 1 meter. Singkapan formasi ini terdapat dianak-
anak sungai diwilayah perbukitan. Menurut Heryanto dkk. 1995 formasi ini berumur
Miosen, diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Tebal formasi berkisar 1000-2000
meter.
4.1.3 Struktur Geologi
Di daerah penyelidikan terdapat beberapa sesar dan lipatan yang berarah timurlaut-
baratdaya dan baratlaut-tenggara. Tidak ada struktur geologi yang dapat diamati dengan
baik, sehingga data struktur geologi mengacu kepada peta geologi regional. Begitu juga den-
gan pengamatan cleat pada batubara yang sulit untuk dihitung secara pasti. Jurus lapisan
batuan sangat beragam, mengikuti struk- tur yang terdapat didekatnya, arah umumnya
masih sama yaitu timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara. Kemiringan lapisan batuan
pada daerah penyelidikan berada diantara 10° sampai 50°. Sedikitnya singkapan batuan yang
dapat ditemukan sehingga menyulitkan untuk menarik atau memperkirakan sumbu lipatan.
4.2 Potensi Batubara
Formasi pembawa batubara yaitu pada Formasi Naintopo berumur Oligosen dan Formasi Meliat
berumur Miosen. Hasil penyelidikan membuk- tikan bahwa dua formasi tersebut memang
terdapat penyebaran batubara.
4.2.1 Lokasi dan Sebaran Batubara
Berdasarkan kegiatan penyelidikan yang dilaku- kan, ditemukan beberapa lokasi singkapan
batubara dan batuan lainnya yang tersingkap
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.28
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
dipinggir sungai, didasar sungai, dan dipinggir jalan tabel 1.
Batubara pada Formasi Meliat memiliki dua lapisan seam batubara yang diberi notasi M1
dan M2 dengan ketebalannya berkisar 0,40 – 0,50 meter. Singkapan batubara AP-5 dan
AP-7 mewakili lapisan batubara M1, sedang- kan singkapan batubara AP-6 mewakili lapisan
batubara M2. Berdasarkan rekonstruksi sing- kapan batubara, secara lateral jarak antara
singkapan AP-5 dan AP-7 kurang lebih 1,5 km. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa lapisan
batubara secara lateral cukup baik.
Batubara pada Formasi Naintopo memiliki tiga lapisan seam batubara yang diberi notasi N1,
N2, dan N3, dengan ketebalan berkisar antara 0,10 – 0,60 meter gambar 8 dan 9. Singkapan
batubara AP-8 mewakili lapisan batubara N1, singkapan batubara AP-1 mewakili lapisan
batubara N2, dan singkapan batubara AP-2 mewakili lapisan batubara N3. Berdasar-
kan rekonstruksi singkapan batubara, ketiga lapisan batubara secara lateral sulit diperkira-
kan. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa lapisan batubara secara lateral kemungkinan
tidak menerus atau melensa.
Singkapan batubara hanya terdapat pada bagian timurlaut dari daerah penyelidikan.
Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa lapisan batubara pada kedua formasi tidak menerus ke
bagian barat daerah penyelidikan. Berdasar- kan komunikasi personal dengan warga desa
di wilayah penyelidikan, didapatkan kesimpu- lan bahwa singkapan batubara hanya terdapat
pada bagian timurlaut dari wilayah penye- lidikan ini. Beberapa warga desa juga pernah
melakukan pemboran dangkal batubara ber- sama perusahaan, hasilnya memang ketebalan
batubara relatif sama dengan hasil singkapan yang didapatkan. Pemboran semakin ke arah
barat, batubara yang didapat semakin tipis, sebaliknya, ke arah timur akan semakin tebal.
Berdasarkan hasil penyelidikan terdahulu Purnomo, dkk., 2010, batubara pada Formasi
Meliat semakin ke arah timur ditemukan batu- bara dengan ketebalan hingga 1 meter.
Lingkungan pengendapan batubara diinter- pretasikan berpengaruh terhadap ketebalan
dan kemenerusan lapisan batubara. Suplai dan arus sedimen banyak mempengaruhi
pengendapan sedimen diwilayah ini. Formasi Naintopo cenderung melensa atau membaji
akibat pengendapan deltaik yang mengikuti saluran-saluran channel dari delta yang dapat
berganti arah switching lobe. Sehingga batu- bara pada formasi ini mungkin saja terendapkan
hanya setempat-setempat. Formasi Meliat dengan lingkungan pengendapan laut dangkal
cenderung memiliki lingkungan pengendapan yang lebih tenang, sehingga penyebaran batu-
bara dapat lebih luas.
4.2.2 Kualitas Batubara
Kualitas batubara dapat diketahui berdasarkan pengamatan secara megaskopis dan mik-
roskopis. Secara megaskopis batubara daerah Sungai Apan terdiri dari batubara mengkilap
bright dan sedikit batubara agak kusam bright banded dull pada Formasi Meliat.
Analisis batubara secara mikroskopis di lab- oratorium dilakukan terhadap tiga sampel
batubara. Sampel batubara yang dianalisis
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.28
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
proksimat dan petrografi organiknya hanya yang dianggap mewakili dan dapat memberi-
kan gambaran mengenai kualitas batubara di daerah penyelidikan. Sampel batubara yang
dianalisis laboratorium berasal dari Formasi Naintopo dengan kode sampel AP-1 dan AP-2.
Kedua sampel ini merupakan sampel terbaik yang dapat tim dapatkan. Untuk sampel dari
Formasi Meliat tidak dianalisis karena kesuli- tan pada saat pengambilan sampel di lapangan.
Hasil analisis proksimat dan analisis nilai kalori batubara Formasi Meliat diambil dari hasil
penyelidikan terdahulu yang dilakukan oleh Purnomo, dkk. 2010. Hasil analisis proksimat
dan analisis nilai kalori batubara daerah Sungai Apan dapat dilihat pada tabel 2.
Hasil analisis proksimat yang telah dirata- ratakan untuk Formasi Naintopo menunjukkan
kandungan air bebas FM, ar 7,26, kandun- gan air total TM, ar 10,78, kandungan air
terikat M, adb 3,84, kandungan gas terbang VM, adb 40,30, karbon tertambat FC, adb
44,00, kandungan abu Ash, adb 11,85, kadar sulfur total ST, adb 2,30, berat jenis
RD, adb 1,39, dan nilai kalori CV, adb 6421 kalgr. Komposisi maseral vitrinit merupakan
maseral yang dominan yaitu sebesar 91,5, diikuti inertinit 3,3, dan liptinit 0,5. Nilai
reflektan vitrinit berkisar antara 0,34 – 0,57. Formasi Naintopo secara umum dapat dig-
olongkan sebagai batubara peringkat sedang hingga tinggi.
Sebagai perbandingan, hasil analisis labora- torium untuk Formasi Meliat yang diambil dari
hasil penyelidikan terdahulu Purnomo, dkk., 2010, menunjukkan kandungan air bebas FM,
ar 4,5, kandungan air total TM, ar 7,09, kandungan air terikat M, adb 2,71, kandu-
ngan gas terbang VM, adb 51,83, karbon tertambat FC, adb 40,62, kandungan abu
Ash, adb 4,84, kadar sulfur total ST, adb 1,03, berat jenis RD, adb 1,24, HGI 45, dan
nilai kalori CV, adb 7628 kalgr. Komposisi maseral vitrinit merupakan maseral yang
dominan yaitu sebesar 93,0, diikuti inertinit 1,1, dan liptinit 0,6. Nilai reflektan vitrinit
berkisar antara 0,42 – 0,49. Formasi Meliat secara umum dapat digolongkan sebagai batu-
bara peringkat tinggi.
Interpretasi berdasarkan dari hasil ana- lisis laboratorium, Formasi Naintopo memiliki
kadar karbon tertambat sebesar 44,00, lebih besar dari Formasi Meliat sebesar 40,62.
Begitu juga dengan kadungan gas terbang, For- masi Naintopo memiliki kadar sebesar 40,30,
lebih kecil dibandingkan dengan Formasi Meliat sebesar 51,83. Melihat kondisi ini, sebenarnya
nilai kalori Formasi Naintopo dapat lebih tinggi dari Formasi Meliat. Akan tetapi dilihat dari
kandungan abunya, Formasi Naintopo sebesar 11,85, lebih tinggi dari Formasi Meliat sebesar
4,84. Begitu juga dengan kandungan airnya, Formasi Naintopo memiliki kandungan air yang
lebih besar dari Formasi Meliat. Pengaruh dari kandungan abu mungkin saja terjadi akibat
tipisnya lapisan batubara, sehingga kandungan lempung ikut terbawa. Interpretasi berdasar-
kan data tersebut memungkinkan bahwa hasil nilai kalori Formasi Naintopo lebih rendah dari
nilai kalori Formasi Meliat, walaupun kedua sampel berbeda lokasi penyelidikan.
4.2.3 Sumber Daya Batubara
Sumber daya batubara di daerah penyelidikan
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.28
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
diestimasi dengan menggunakan metoda cross section yaitu ditentukan oleh segmen-segmen
diantara dua penampang. Sumber daya berda- sarkan klasifikasi sumber daya dan cadangan
batubara oleh Standar Nasional Indonesia Amandemen 1 – SNI 13 – 5014 – 1998, sumber-
daya batubara yang dihitung tersebut termasuk kedalam sumber daya hipotetik.
Kriteria yang dipakai untuk menghitung sum- berdaya batubara adalah sebagai berikut:
• Tebal lapisan batubara yang dihitung adalah tebal yang sesuai dengan di titik informasi
singkapan batubara atau tebal rata-rata. Tebal lapisan batubara yang dihitung untuk
sumber daya adalah ≥ 0,40 m. Sesuai den- gan SNI bahwa batubara peringkat tinggi
yang ekonomis mempunyai ketebalan lapisan batubara ≥ 0,40 m, sehingga batu-
bara yang tebalnya 0,40 m tidak dihitung. Dalam penyelidikan ini, lapisan batubara
N2 dan N3 tidak dapat dihitung karena tidak memenuhi kriteria ini.
• Panjang lapisan batubara yang dihitung kearah jurus merupakan panjang segmen.
Panjang lapisan batubara diambil secara hipotetik dengan keyakinan pada saat peny-
elidikan dan hasil rekonstruksi singkapan batubara. Pada penyelidikan ini panjang
segmen dibatasi sampai 1.500 meter.
• Besar sudut kemiringan lapisan yang dihi- tung adalah sudut kemiringan rata-rata.
• Lebar lapisan batubara kearah kemiringan merupakan lebar segmen. Lebar lapisan
batubara yang dihitung kearah kemiringan dibatasi sampai kedalaman 100 meter.
• Rumus untuk menghitung lebar adalah L = 100 sin α L = lebar, 100 = batas kedalaman
yang dihitung, α = besar sudut kemiringan lapisan batubara .
• Data berat jenis yang digunakan adalah data dari hasil analisis, atau dari data lokasi
terdekat, atau data berat jenis batubara rata -rata.
• Rumus untuk menghitung sumber daya batubara yaitu,
• Sumber daya = Panjang m x Lebar m x Tebal m x BJ tonm
3
Berdasarkan perhitungan tabel 3, sumber daya hipotetik batubara daerah Sungai Apan
untuk Formasi Meliat yang terdiri dari lapisan batubara M1 dan M2 sebesar 621.984 ton,
sedangkan untuk Formasi Naintopo dihitung dari lapisan batubara N1 sebesar 482.886 ton.
Total sumber daya hipotetik batubara daerah Sungai Apan sebesar 1.104.870 ton.
4.3 Prospek Pemanfaatan dan Pengem- bangan Batubara
Batubara daerah Sungai Apan dan sekitarnya mempunyai potensi batubara yang cukup baik.
Penyebaran secara lateral dan vertikal perlu dibuktikan lebih lanjut. Batubara pada daerah
ini termasuk batubara peringkat tinggi. Tebal batubara sesuai dengan kriteria SNI bahwa
batubara peringkat tinggi yang ekonomis mem- punyai ketebalan lapisan batubara ≥ 0,40 m,
pada beberapa tempat batubara melebihi kri-
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.28
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
teria tersebut. Batubara di daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia ini dapat dikembang-
kan untuk memenuhi pasokan energi di daerah tersebut. Untuk pengembangan kedepannya,
diperlukan penyelidikan ke tahap yang lebih lanjut, seperti pemboran guna mengetahui
kepastian dalam penyebaran batubara secara lateral dan vertikal.
5. KESIMPULAN DAN SARAN