Faktor Inkonsistensi Kebijakan Hasil Penelitian dan Pembahasan

Namun yang sering terjadi, menurut WWF pemerintah daerah tidak ketat dalam pemberian izin pendirian koperasi dan persetujuan izin untuk lahan perkebunan kelapa sawit. Banyak anggota koperasi justru berasal dari masyarakat pendatang yang lebih berambisi untuk mendapatkan lahan sawit. Selain itu dalam pemberian izin lahan, sepertinya pemerintah Kantor Pertanahan di kabupaten tidak mencermati areal yang diberikan izin atau sertiikat. Akibatnya terjadi tumpang tindih pemberian izin atau sertiikat seperti kasus Koperasi Mekar Sakti, Koperasi Tani Lubuk Indah dan Koperasi Tani Berkah yang telah memiliki sertiikat dari Kantor Pertanahan Indragiri Hulu yang lokasinya tumpang tindih dengan TNTN.

3. Faktor Inkonsistensi Kebijakan

Di samping aspek penegakan hukum yang sering tercandra tidak cukup tegas dijalankan dalam kasus-kasus kehutanan sebagaimana juga terjadi pada kasus TNTN persoalan kebijakan yang terjadi di TNTN adalah ditemukannya inkonsistensi kebijakan yang dibuat oleh beberapa pihak yang memang mempunyai otoritas untuk itu. Sebagaimana temuan Balai TNTN dan WWF Riau, melalui diterbitkannya Sertipikat Hak Milik atas tanah masyarakat anggota koperasi perkebunan Koperasi Mekar Sakti 515 persil, Koperasi Tani Lubuk Indah dan Koperasi Tani Berkah melalui Program Nasional Swadaya Prona Swadaya APBN 19981999 oleh Kantor Pertanahan Nasional Kabupaten Indragiri Hulu di dalam kawasan Hutan Tesso Nilo, menunjukkan adanya kebijakan yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Lebih-lebih ketika belakangan kini pasca pengukuhan sebagian kawasan Hutan Tesso Nilo menjadi Taman Nasional Tesso Nilo, dimana 515 persil Sertipikat Hak Milik atas tanah masyarakat anggota Koperasi Perkebunan Mekar Sakti berada di dalam kawasan taman nasional. Bentuk inkonsistensi kebijakan yang lain dalam kasus TNTN adalah terbitnya Perda Kabupaten Pelalawan No. 11 Tahun 2007 tentang Pemekaran Dusun Bagan Limau Menjadi Desa Bagan Limau. Dari aspek pengelolaan TNTN, Perda tersebut haruslah ditinjau ulang dengan pertim- bangan bahwa 95 atau sekitar 11.846,5 ha dari 12.470 ha wilayah administrasi Desa Bagan Limau berdasarkan Perda No 11 tahun 2007 tersebut berada di dalam kawasan TNTN. Seluas lebih kurang 3.500 ha kawasan yang masuk dalam Kawasan TNTN telah dibuka dan dikelola oleh masyarakat. Dikhawatirkan dengan adanya Perda ini semakin mengancam kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati di TNTN. Dengan demikian dengan adanya perda tersebut, masyarakat di Dusun Bagan Limau seolah-olah mendapatkan dukungan legalitas untuk meneruskan penguasaan dan pengolahan lahan di dalam Kawasan TNTN.

4. Peran Kelembagaan Lokal Adat

Dokumen yang terkait

Analisis Kerusakan Hutan Di Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah VI Besitang

8 83 139

Keragaan Ekosistem Kebun Hutan (Forest Garden) di Sekitar Kawasan Hutan Konservasi Studi Kasus di Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah

1 14 100

Studi Keanekaragaman Jenis Mamalia Besar Pada Areal Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo yang Berbatasan dengan Kebun Kelapa Sawit PT. Inti Indosawit Subur Ukui, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau

4 31 161

Pencegahan Degradasi Hutan di Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (Studi Kasus Daerah Gunung Honje, Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten)

1 7 18

Perubahan Lanskap Ekologi Taman Nasional Tesso Nilo Dan Sistem Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal Akibat Ekspansi Kelapa Sawit Di Propinsi Riau

2 24 121

Pengelolaan Lingkungan Melalui Ekowisata Berbasis Masyarakat Di Taman Nasional Tesso Nilo-riau.

0 0 35

PERANAN BALAI TAMAN NASIONAL TESSO NILO DALAM MENANGGULANGI PERAMBAHAN HUTAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KECAMATAN UKUI KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU.

3 11 93

ESTIMASI STOK KARBON HUTAN DENGAN MEMANFAATKAN CITRA LANDSAT 8 DI TAMAN NASIONAL TESSO NILO, RIAU

0 0 11

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 2 14

TINDAK PIDANA PENDUDUKAN HUTAN SEBAGAI TAMAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI (Studi Kasus Di Kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi) - UNS Institutional Repository

0 0 17