PERANAN BALAI TAMAN NASIONAL TESSO NILO DALAM MENANGGULANGI PERAMBAHAN HUTAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KECAMATAN UKUI KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU.

(1)

PERANAN BALAI TAMAN NASIONAL TESSO NILO

DALAM MENANGGULANGI PERAMBAHAN HUTAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KECAMATAN UKUI KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan

Disusun Oleh : Bustami Zarkasih

10405249004

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

1. Cintailah apa yang engkau suka, akan tetapi ingatlah bahwasanya akan engkau tinggalkan. Buatlah apa yang engkau ingini dan ingatlah engkau akan dimintai tanggung jawab atasnya. ( Al-hadits )

2. Temuilah jalan melalui dunia ini. Ambillah kesempurnaanNya lewat dunia sebagaimana engkau menemukan makna manusia dari jasadnya. Temukan makna dunia ini dari apa-apa yang nampak pada dunia. ( Jalaludin Rumi )

3. Kebesaran seseorang tidak diukur dari kekuatannya, tapi diukur dari bagaimana dia berdiri tegap setiap kali dia terjatuh. ( Penulis )

4. Ulurkan Tanganmu untuk bumi, untuk udara tanpa polusi, untuk hutan kami yang terlindungi tanpa perusakan, untuk air yang bersih, dan untuk revolusi energi sekarang dan depan. ( Penulis )

5. Tanpa bunga tidak akan ada taman, Tanpa taman bumi tidak akan indah,Tanpa pohon tidak akan ada hutan, Tanpa hutan kita tak bisa bernafas. (Penulis)


(6)

   

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya.

Syalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW.

Tulisan ini dipersembahkan kepada orang-orang terdekat atas do’a dan usaha yang dilakukan selama ini.

1. Kepada Ayah dan Ibu yang selalu ada disisi, menjadi tauladan, penutan untuk masa depan yang selalu memotivasi, memberikan semangat dan harapan serta do’a yang selalu terucapkan darinya. Semoga Allah SWT selalu melindungi, Amin.

2. Keluarga besar di Riau.

Dan tak lupa pula saya bingkiskan buat orang-orang yang selalu support saya :

1. Abang Peyang, Abang Jimi.

2. Sahabat-sahabat terbaik di Riau dan Yogyakarta terimakasih atas do’a dan dukungannya.

3. Semua sahabat-sahabat di pendidikan geografi Khususnya kelas B 2010, terimakasih atas perjuangan bersama ketika menempuh masa kuliah dan kebersamaan baik ketika di kelas maupun di luar kelas, selalu berusaha dan berdo’a semoga sukses selalu.

4. Pemerintahan kabupaten pelalawan yang telah memberikan beasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta di jurusan pendidikan geografi.

5. Universitas Negeri Yogyakarta, terimakasih telah memberikan berbagai fasilitas yang baik untuk menunjang pembelajaran selama masa kuliah hingga kami LULUS dengan mendapatkan gelar Sarjana S1.


(7)

PERANAN BALAI TAMAN NASIONAL TESSO NILO

DALAM MENANGGULANGI PERAMBAHAN HUTAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KECAMATAN UKUI KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU

Oleh: Bustami Zarkasih Nim. 10405249004

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan : (1) Penyidikan di Balai Taman Nasional Tesso Nilo dalam Menanggulangi Perambahan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo. (2) Perlindungan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui. (3) Pengamanan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk desa yang ada di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo terdiri dari tiga desa, yaitu Desa Air Hitam, Lubuk Kembang Bunga, Bagan Limau, serta pihak-pihak yang terlibat di Taman Nasional Tesso Nilo. Sampel dalam penelitian ini adalah penduduk yang ada di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo yang terdiri dari tiga desa dan disetiap desa diambil sampel 20 orang, serta pihak-pihak yang terlibat seperti Camat, Kepala Desa, BPD, Petugas polisi kehutanan, kepala balai Taman Nasional Tesso Nilo serta Toko Masyarakat. jadi kalau di jumlahkan menjadi 95 orang. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dengan cara Dokumentasi, Wawancara, Kuesioner, dan Observasi. Teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini teknik analisis kuantitatif dengan tabel frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian menunjukan bahwa peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo di kecamatan Ukui, kabupaten Pelalawan, sudah berjalan dengan baik,dengan jawaban responden sebagai berikut : (1) Penyidikan sangat berperan berjumlah 55 atau 57,89%, (2) Perlindungan kurang berperan berjumlah 44 atau 46,31%, dan (3) Pengamanan sangat berperan berjumlah 70 atau 74%. dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo kecamatan Ukui kabupaten Pelalawan Propinsi Riau.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan tugas skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan jika tanpa bantuan, dukungan serta partisipasi dari berbagai pihak. Oleh sebab itu ijinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang

telah memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Drs. Agus Sudarsono, M.Pd selaku pembimbing yang telah memberikan dukungan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan kesabaran dan ketelitian.

3. Bapak Nurhadi.M.Si selaku narasumber yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Bapak Agung Yulianto,SE. yang telah membantu menyiapkan alat dan surat-surat izin penelitian dan sebagainya.

5. Ketua jurusan pendidikan geografi yang telah memberikan izin penelitian dan kemudahan dalam penyusunan skripsi.

6. Dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Gubernur Riau yang telah berkenan memberikan izin penelitian.

8. Bupati Kabupaten Pelalawan yang telah berkenan memberikan izin penelitian. 9. Camat wilayah Ukui yang telah berkenan memberikan izin penelitian.


(9)

10. Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo yang telah berkenan memberikan izin penelitian.

11. Rekan-rekan pendidikan geografi 2010 terutama kelas B yang telah memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Seluruh rekan-rekan beasiswa PEMDA Kabupaten Pelalawan yang telah memberikan kritikan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Semua pihak baik lembaga maupun perorangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat berguna untuk perbaikan karya tulis ini lebih lanjut. Atas selesainya skripsi ini, segala bentuk bantuan yang telah diberikan kepada penulis hanya Tuhan yang akan membalas kebaikan semua pihak yang terlibat.

Yogyakarta Penulis

Bustami Zarkasih Nim 10405249004


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Indentifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan ... 6

F. Manfaat ... 6

1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

B. Defenisi Peranan. ... 11

C. Defenisi Hutan ... 12

D. Defenisi Perambahan. ... 14

E. Faktor-Faktor Penyebab Terjadi Perambahan Hutan. ... 16

F. Langkah-Langkah Menangulangi Perambahan Hutan. ... 18

G. Penelitian yang Relevan. ... 20

H. Kerangka Berfikir ... 22

BAB III ANALISI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 24

B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 24

1. Variabel ... 25


(11)

C. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 26

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

1. Populasi ... 27

2. Sampel Penelitian ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

1. Metode Dokumentasi ... 28

2. Metode Wawancara ... 28

3. Metode Observasi. ... 29

4. Metode Kuesioner ... 29

F. Pengelolahan Data ... 30

G. Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

1. Kondisi Geografis Daerah Penelitian ... 32

a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah. ... 32

b. Peta Administratif Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 33

c. Topologi. ... 34

d. Hidrologi. ... 35

2. Potensi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem. ... 35

a. Keanakaragaman Flora. ... 35

b. Keanakaragaman Fauna. ... 35

3. Tipologi Desa dan Suku-Suku. ... 36

a. Tipologi Desa Asli. ... 36

b. Tipologi Desa Transmigrasi. ... 37

c. Tipologi Desa Campuran. ... 37

4. Sistem Organisasi Sosial. ... 37

5. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 38

6. Keadaan Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo... 39

a. Golongan Pangkat Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 40

b. Jabatan Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 40


(12)

a. Visi ... 41

b. Misi ... 42

8. Aksesibilitas / Rute ke Taman Nasional Tesso Nilo ... 42

B. Hasil Responden ... 43

1. Karakteristik Responden ... 43

2. Usia Responden ... 43

3. Jenis Kelamin Responden ... 44

4. Tingkat Pendidikan Responden ... 44

5. Jenis Pekerjaan Responden ... 45

C. Pembahasan ... 46

1. Penyidikan ... 46

2. Perlindungan ... 49

3. Pengamanan ... 53

4. Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Penyidikan, Perlindungan, dan Pengamanan. ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

Daftar Pustaka ... 61


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. . Penelitian yang Relevan ... 21

2. . Golongan/Pangkat Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 40

3. . Jabatan Pegawai pada Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 41

4. . Tingkat Usia Responden ... 44

5. . Tingkat Pendidikan Responden Penelitian ... 45

6. . Jenis Pekerjaan Responden ... 46

7. . Penyidikan Perambahan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo ... 47

8. . Melakukan Sosialisasi Dan Penyuluhan ... 49

9. . Melakukan Koordinasi Dengan Masyarakat dan Pembentukan Tim Masyarakat Peduli Api (MPA). ... 50

10.Melakukan Kelola Sosial (Kemitraan) ... 51

11.Melakukan Patroli dan Membuat Pos Penjagaan ... 53

12.Melakukan Penataan Batas Seluruh Kawasan Dan Pemasangan Papan Pemberitahuan ... 54

13.Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Penyidikan, Perlindungan, dan Pengamanan ... 56


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kerangka Berpikir. ... 23 2. Peta Administratif Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 33 3. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 38


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Dokumentasi ... 64

2. Hasil Wawancara dan Pengamatan di Lapangan ... 66

3. Pedoman Kuesioner ... 71


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikaruniai hutan tropis yang luas dan kaya keanekaragaman hayatinya. Sebagian masyarakat Indonesia mengandalkan hidup dan mata pencahariannya dari hutan, baik dari mengumpulkan berbagai jenis hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka atau bekerja pada sektor industri pengolahan kayu. Hutan tropis ini merupakan habitat flora dan fauna yang kelimpahannya tidak tertandingi oleh negara lain dengan ukuran luas yang sama. Bahkan sampai sekarang hampir setiap ekspedisi ilmiah yang dilakukan di hutan tropis Indonesia selalu menghasilkan penemuan spesies baru.

Suatu tragedi terus berlangsung di Indonesia, Sekarang Indonesia menjadi pusat perhatian dunia, di dalam negeri maupun masyarakat internasional begitu gusar menyaksikan perusakan sumber daya alam yang semena-mena di negara ini. Oleh karena itu, hak-hak bangsa dan negara atas hutan dan hasilnya perlu dijaga dan diperhatikan agar hutan tersebut dapat memenuhi fungsinya baik kepentingan bangsa dan negara.

Menjaga stabilitas pengawasan dan pengamanan terhadap hutan dan hasil-hasil hutan, maka berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan dinyatakan secara tegas tentang perlindungan hutan, hal ini sebagai mana di sebutkan dalam pasal 46 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan bahwa, penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan menjaga hutan dan lingkungannya agar fungsi produksinya


(17)

tercapai secara optimal. Hutan menurut fungsinya dibagi menjadi hutan lindung, hutan suaka alam, hutan produksi terbatas dan hutan produksi konservasi. Hutan mempunyai peranan yang penting bagi stabilitas keadaan susunan tanah dan isinya sehingga selain memanfaatkan harus diperhatikan pula kelestariannya.

Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang memiliki hutan dengan luas 8,6 juta ha. Bila dirinci menurut fungsinya hutan lindung seluas 228.793,82 ha (2,66 persen), hutan produksi tetap seluas 1.605.762,78 ha (18,67 persen), hutan produksi terbatas seluas 1.815.949,74 ha (21,12 persen) , hutan suaka alam seluas 531.852,65 ha (6,19 persen), dan hutan produksi konservasi seluas 4.277.964,62 ha (49,75 persen). (Dinas Kehutanan Provinsi Riau Tahun 2014).

Melindungi hutan di propinsi Riau secara optimal dan lestari maka salah satu Kabupaten yang mempunyai hutan lindung di Provinsi Riau yaitu Kabupaten Pelalawan. Guna menjaga kelestarian hutan lindung di Kabupaten Pelalawan, maka pemerintah dalam hal ini Departeman Kehutanan melalui Keputusan Menteri Nomor 225/Menhut-II/2004 tentang Perubahan Fungsi Sebagai Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kelompok Hutan Tesso Nilo seluas ± 38.576 ha.

Pada tahun 2009 Taman Nasional Tesso Nilo di perluas melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. 663/Menhut-II/2009 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Produksi Terbatas menjadi Hutan Taman Nasional Tesso Nilo seluas ± 83.068 ha. Fungsi Balai Taman Nasional Tesso Nilo


(18)

berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional Tepatnya melalui Pasal 3 yang menyelenggarakan fungsi :

a)Penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolahan kawasan taman nasional.

b) Pengelolahan kawasan taman nasional.

c) Penyidikan, perlindungan, dan pengamanan kawasan taman nasional. d) Pengendalian kebakaran hutan.

e)Promosi, informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

f) Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

g) Kerjasama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekositemnya serta pengembangan kemitraan.

h) Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan taman nasional. (Dinas Kehutanan Kabupaten Pelalawan).

Kawasan Tesso Nilo yang terletak di Kecamatan Ukui seluas ± 83.068 ha menjadi taman nasional. Bentuk kerusakan hutan disebabkan akibat pencurian kayu secara illegal (Illegal logging), pembukaan lahan perkebunan dan pembakaran lahan. Luas kerusakan hutan Taman Nasional Tesso Nilo sampai dengan tahun 2013 mencapai 35.416,45 ha. Kondisi ini akan menyebabkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan terancamnya satwa liar yang dilindungi yang berada di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. Balai Taman Nasional Tesso Nilo yang berkewajiban dalam menjaga dan melindungi kelestarian hutan tersebut. Balai Taman Nasional Tesso Nilo Kabupaten Pelalawan di nilai belum mampu memberikan peran yang maksimal dalam pemberantasan perambahan hutan lindung khususnya di Kecamatan Ukui.

Beberapa fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan, peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo dalam menangulangi perambahan hutan taman


(19)

nasional tesso nilo dalam hal ini penyidikan, perlindungan dan pengamanan hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Kecamatan Ukui belum dapat berjalan secara maksimal seperti :

1. Penyidikan

Belum terlaksananya secara maksimal penyidikan yang dilakukan oleh petugas Balai Taman Nasional dalam bidang pemeriksaan. penyitaan barang bukti dan penangkapan memang sudah dilakukan namun masih mengalami hambatan-hambatan. Hal ini dapat dilihat dari petugas yang masih minim. Belum terlaksananya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional, yang mana masih banyaknya terjadi Perambahan Hutan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang diketahui dari tahun 2002 – 2014 dengan luas perambahan 35.416,45 ha.

2. Perlindungan

Pelaksaanan perlindungan hutan dalam bentuk sosialisasi/penyuluhan, koordinasi dan kemitraan yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional memang sudah dilaksanankan, baik itu penyuluhan, koordinasi dan kemitraan masyarakat namun perlu ditingkatkan sebab di dalam perlindungan hutan perlu kerja sama dengan masyarakat yang berada di sekitar kawasan agar perlindungan terhadap Taman Nasional Tesso Nilo tetap tejaga dengan baik.


(20)

3. Pengamanan

Pengamanan hutan Taman Nasional Tesso Nilo seperti patroli yang dilakukan oleh petugas masih belum sepenuhnya melakukan pengawasan hal ini disebabkan sulitnya akses jalan, luasnya kawasan dan kurangnya sarana dan prasarana transportasi seperti sepeda motor, mobil dan perahu yang dimiliki oleh Balai Taman Nasional. Begitu juga untuk pos penjagaan sudah dilaksanankan namun pos tersebut jarang dijumpai penjaganya.

B. Indentifikasi Masalah

1. Peranan penyidikan terhadap perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo belum terlaksana sepenuhnya.

2. Peranan perlindungan masih kurang untuk Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo. 3. Tingkat Pengamanan hutan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo masih

kurang.

4. Sosialisasi/penyuluhan dari pihak taman nasional tesso nilo terhadap masyarakat sekitar masih kurang.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian indentifikasi masalah diatas maka perlunya pembatasan masalah diatas sebagai berikut:

1. Peranan penyidikan terhadap perambahan di hutan Taman Nasional Tesso Nilo khususnya di kecamatan Ukui.

2. Peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo khususnya pada perlindungan hutan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo


(21)

3. Tingkat pengamanan di Kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo masih kurang.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peranan penyidikan di hutan Taman Nasional Tesso Nilo?

2. Bagaimana peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo khususnya perlindungan hutan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo?

3. Bagaimana peranan pengamanan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo? E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo khususnya pada penyidikan dalam menanggulangi Perambahan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo.

2. Mengetahui bagaimana Balai Taman Nasional Tesso Nilo khususnya perlindungan hutan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo.

3. Mengetahui pengamanan hutan Taman Nasional Tesso Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermaanfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis


(22)

a. Bahan masukan bagi pemerintah khususnya bagi Balai Taman Nasional Tesso Nilo Kabupaten Pelalawan propinsi Riau dalam menanggulangi perambahan Hutan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan.

b. Sebagai referensi bagi penelitian sejenis

c. Untuk menambah ilmu pengetahuan bagi si peneliti.

d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti - peneliti di masa yang akan datang pada penelitian yang sama.

2. Secara Praktis

a. Bagi pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi tentang Balai Taman Nasional Tesso Nilo.

b. Sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan tentang Balai Taman Nasional Tesso Nilo.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Pengertian Geografi

Menurut Seminar dan Loka Karya Peningkatan Kualitas Pengajar Geografi di Semarang tahun 1988, Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan (Suharyono & Moch.Amien, 1994:19)

Geografi menurut Preston E. James membicarakan tentang ruang, yaitu ruang yang kita tempati di permukaan bumi, selain itu juga dibicarakan hubungan timbal balik manusia dengan kebudayaannya (Subyoto dkk, 1999:2).

R . Bintarto mendefinisikan geografi sebagai berikut (Subyoto dkk, 1999:3): Georagfi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan timbal balik gejala-gejala di muka bumi, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup besrta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologi dan regional untuk kepentingan program dan proses serta keberhasilan pembangunan.

2. Konsep Dasar Geografi

Dalam kajian ilmu geografi terdapat konsep-konsep geografi. Menurut Suharyono dan Moch. Amien (1994:27-34) mengemukakan terdapat 10 konsep geografi antara lain, konsep lokasi, konsep jarak, konsep keterjangkauan, konsep pola, konsep morfologi, konsep aglomrasi, konsep nilai guna, konsep intraksi (interdependensi), konsep differensiasi area, dan konsep keterkaitan ruang.


(24)

a. Konsep lokasi

Konsep Lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal pertumbuhan ilmu geografi dan menjadi ciri khusus ilmu geografi. Secara pokok lokasi juga dapat di bedakan menjadi dua yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut menunjukan letak yang tetap terhadap sistem grid atau koordinat. Sedangkan lokasi relatif adalah lokasi suatu obyek yang dinilainya berdasarkan obyek lain. Konsep lokasi penelitian ini adalah menjelaskan lokasi Taman Nasional Tesso Nilo yang ada di kecamatan Ukui.

b. Konsep Jarak

Konsep jarak merupakan konsep geografi mempunyai arti penting bagi kehidupan sosial, ekonomi maupun untuk kepentingan pertahanan. Jarak merupakan faktor pembatas yang bersifat alami, sekalipun arti pentingnya bersifat relatif sejalan dengan kemajuan kehidupan dan teknologi.

c. Konsep Keterjangkauan

Keterjangkauan dalam bahasa ingris disebut accessability tidak selalu berkaitan dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai. Keterjangkauan umumnya juga berubah dengan adanya perkembangan perekonomian dan kemajuan teknologi.


(25)

d. Konsep Pola

Konsep pola berkaitan dengan susunan bentuk atau persebaran fenomena dalam ruang di muka bumi, baik yang bersifat alami (aliran sungai, jenis tanah, vegetasi) ataupun fenomena sosial budaya (permukiman, mata pencaharian).

e. Konsep Morfologi

Konsep morfologi menggambarkan perwujudan daratan muka bumi sebagai hasil proses geologi yang disertai erosi dan sedimentasi sehingga terbentuk pulau-pulau, daratan luas yang berpegunungan dengan lereng-lereng tererosi, lembah-lembah dan daratan aluvial.

f. Konsep Deferensiasi Areal

Konsep ini menjelaskan bahwa setiap tempat atau wilayah terwujud sebagai hasil interaksi berbagai unsur dan fenomena lingkungan baik yang bersifat alam atau kehidupan sehingga mempunyai corak tersendiri yang berbeda dari tempat atau wilayah lain.

3. Pendekatan Geografi a. Pendekatan Keruangan

Analisis keruangan mempelajari perbadaan lokasi yang mengenai sifat-sifat yang penting dengan memperhatikan penyebaran pengunaan ruang serta penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai keperluan yang direncanakan (Subyoto dkk, 1999:67).


(26)

Pendekatan ekologi merupakan studi antara organisme hidup dengan lingkungan. Organisme hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan saling berintraksi dengan lingkungannya seperti listosfer, atmosfer dan hidrosfer (Subyoto dkk,1999:68).

c. Pendekatan kewilayahan

Pendekatan kewilayahan merupakan kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi. Analisa komplek wilayah didasarkan pada areal deferentiation yaitu interaksi antar wilayah akan berkembang karena pada hakikatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya (Subyoto dkk, 1999:72).

B. Defenisi Peranan

Menurut “Giroth” (2004 : 29) Peranan adalah sekumpulan fungsi yang dilakukan oleh seseorang sebagai tanggapan terhadap harapan-harapan dari pada anggota penting dalam sistem sosial yang bersangkutan dan harapan-harapannya sendiri dari jabatan yang ia duduki sistem sosil itu. Sementara peranan yang sudah dilakukan oleh pemerintah dalam kegiatan pengelolahan hutan tertuang dalam pasal 21 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menyebutkan pengelolahan hutan meliputi kegiatan: “1.Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolahan hutan. 2.Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan. 3.Rehabilitasi dan reklamasi hutan. 4.Perlindungan hutan dan konservasi alam.”


(27)

Peranan pemerintah yang diterapkannya maka pemerintah sudah selayaknya dapat mengelolah dan melestarikan hutan yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai asal-usul daerah.

W.J.S. Poerwadarminta (1991: 735) berpendapat bahwa Peranan adalah suatu jadi bagian atau yang pemegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa. Lebih lanjut “Soerjono Soekanto” (1996: 269) menjelaskan bahwa paling tidak peranan itu mencakup tiga pengertian, sebagai berikut :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti sempit ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang dibimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan dapat juga dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi stuktur masyarakat sosial.

C.Definisi Hutan

Menurut Arief, A (2001) Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan dan binatang yang hidup dalam lapisan di permukaan tanah dan terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang seimbang dan dinamis. Hutan adalah suatu areal yang luas dikuasai oleh pohon, tetapi hutan bukan hanya sekedar pohon. Termasuk di dalamnya tumbuhan yang kecil seperti lumut, semak belukar dan bunga –bunga hutan. Di dalam hutan


(28)

juga terdapat beranekaragam burung, seranga, dan berbagai jenis binatang yang menjadikan hutan sebagai habitat. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah, sementara itu hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.

Adanya perbedaan hutan negara dan hutan adat, maka dalam penguasaannya pada dasarnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dan tetap memperhatikan hak masyarakat hukum adat, sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaanya, serta tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Sehingga penguasa hutan oleh negara memberi wewenang kepada pemerintah untuk:

1. Mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

2. Menentapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan.

3. Mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara antara orang dengan hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hokum mengenai kehutanan.

Berdasarkan wewenangan tersebut yang diberikan kepada Pemerintah dalam hal ini pejabat kehutanan (polisi kehutanan) sebagai kepolisian yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan dalam pasal 36 ayat 2 khususnya untuk:

a. Mengadakan patroli atau perondaan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya.


(29)

b. Memeriksa surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil hutan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya.

c. Menerima laporan tentang telah terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

d. Mencari keterangan dan barang bukti terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

e. Dalam hal tertangkap tangan, wajib menangkap tersangka untuk diserahkan kepada yang berwenang .

f. Membuat laporan dan menandatangani laporan tentang terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan. (Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 pasal 36 ayat 2)

Mengendalikan bentuk ganguan dan hambatan hutan dan hasil hutan, akan diciptakan sistem dan prosedur penanggulangan dan pengendalian yang mantap implementasinya diarahkan pada usaha preventip dan represif. Dengan adanya kegiatan perambahan hutan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang di dalam kawasan hutan atau di luar kawasan hutan yang tidak didasari hukum atau peraturan perundang-undangan yang ada dan telah ditentukan oleh pemerintah.

Perlindungan Hutan merupakan usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolahan hutan.

D.Definisi Perambahan

Pada dasarnya perambahan hutan dapat dikatagorikan sebagai penyerobotan kawasan hutan yang berarti perbuatan yang dilakukan orang atau badan hukum secara tidak sah tanpa izin dari pejabat yang berwenang,


(30)

bertujuan menguasai suatu hak dengan melawan hak orang lain. Tindakan menguasai atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah dan melawan hukum merupakan perbuatan yang dilarang (Alam Setia Zain, 1996:41).

Alam Setia Zain, (1996: 41) menjelaskan tindakan perambahan hutan atau penyerobotan kawasan hutan dapat digolongkan sebagai kesatuan tindakan yang bertentangan dengan aturan hukum dengan memenuhi unsur-unsur sebagai berikut : a. Memasuki kawasan hutan dan merambah kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang. b. Menguasai kawasan hutan dan atau hasil hutan untuk suatu tujuan tertentu. c. Memperoleh suatu manfaat dari tanah hutan atau manfaat dari hasil hutan.

Perambahan kawasan hutan lebih disebabkan kurangnya lahan usaha masyarakat sekitar hutan. Pengunaan yang dilakukan lebih kepada kepentingan individu akibat sempitnya usaha. Termasuk dalam kategori ini masyarakat yang masih mempraktekkan pola perladangan berpindah. Masyarakat umumnya mengetahui bahwa yang mereka rambah adalah kawasan hutan negara yang tidak serta merta dapat mereka miliki (Ali Djajono, 2009).

Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 50 Ayat 3 tentang kehutanan, bahwa perambahan hutan merupakan perbuatan pidana kehutanan dengan menyatakan bahwa setiap orang dilarang :

1. Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah.

2. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan :


(31)

b. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai didaerah rawa.

c. 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai.

d. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai. e. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang.

f. 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai.

3. Membakar hutan.

4. Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan didalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang. 5. Menerima atau membeli atau menjual, menerima tukar, menerima

titipan, menyimpan atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah.

6. Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau dengan eksploitasi atau ekslorasi bahan tambang didalam kawasan hutan tanpa izin Menteri. 7. Mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan yang tidak

dilengkapi dengan surat-surat keterangan yang sahnya hasil hutan. 8. Membawa alat-alat berat dan alat lainnya yang lazim atau patut

diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan didalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang.

9. Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong atau membelah pohon didalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang.

10.Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan merusak serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan kedalam kawasan hutan dan.

11.Mengeluarkan, membawa dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang.

E.Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perambahan Hutan

Andono, Ardi,(2003) menuliskan bahwa perambahan hutan merupakan sebuah bentuk akibat dari berbagai macam faktor penyebab yang sangat komplek baik itu dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal), faktor-faktor penyebab ini saling mempengaruhi hingga membentuk lingkaran setan yang sulit dicari ujung pangkalnya. Faktor –faktor penyebab ini dapat dilihat sebagai berikut:


(32)

1. Terjadinya krisis ekonomi dan krisis politik memicu timbulnya ancaman dan gangguan hutan secara umum yang dilakukan oleh masyarakat/oknum secara massal, sporadis, brutal dan sifatnya sudah mengancam kelestarian kawasan konservasi.

2. Tingkat ekonomi masyarakat desa yang tidak mencukupi kehidupan sehari-hari, dan tidak mengoptimalkan manfaat hutan secara lestari, pemikiran yang pendek tentang manfaat hutan seperti penebangan liar, perambahan membuat mereka terperosok kedalam pemikiran kekinian saja tidak terpikir untuk masa depan Keluarga Sejahtera.

3. Krisis politik yang terjadi berdampak ketidak percayaan masyarakat terhadap aparat pemerintah, sehingga menghambat dalam pengamanan dan perlindungan hutan di Kawasan Konservasi. Selain itu kondisi aparat/oknum yang ada baik dari unsur pemerintah, maupun pihak keamanaan juga sangat melemahkan kondisi keamanaan tersebut.

4. Kondisi alam yang tidak proporsional dengan jumlah Polhut, peralatan pengamanan (sarana prasarana).

5. Adanya aktor intelektual di belakang aksi-aksi tersebut, seperti adanya pemodal yang mampu memodali perambahan tersebut.

6. Adanya pemukiman di sekitar kawasan, semakin besar jumlah penduduk di sekitar kawasan akan menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap keutuhan kawasan. Kondisi ini sangatlah sulit untuk di selesaikan mengingat banyaknya instansi yang terkait terutama Pemda setempat.


(33)

7. Adanya perbedaan kepentingan, perbedaan Tata Nilai, serta Perbedaan Pengakuan terhadap kawasan konservasi oleh seluruh para pihak yang terlibat baik masyarakat, pengusaha, pemerintah daerah, kepolisian dan lain sebagainya.

8. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang arti, peranan, dan manfaat kawasan konservasi bagi sistem penyangga kehidupan, ilmu pengetahuan, kekayaan keanekaragaman hayati, hidrologis, bahkan paru-paru dunia. 9. Perlu dana yang cukup besar dan berkelanjutan serta waktu yang panjang

untuk program-program seperti penyuluhan, sosialisasi, hukum (penyidikan hingga putusan pengadilan), pemberdayaan masyarakat Karena selain mengusir para perambah juga harus merubah cara pandang/pola pikir terhadap kawasan konservasi.

10. Perlunya keterlibatan yang aktif, partisipatif, dan kolaboratif serta intensif seluruh dinas-dinas yang ada di pemerintahan kabupaten dan Instasi terkait lainnya dalam mencari jalan keluar permasalahan perambahan ini, permasalahan ini tidak akan pernah selesai bila hanya dipikirkan dan dikerjakan secara sepihak maupun sendiri sendiri oleh pengelola hutan karena keterbatasan wewenang (non teknis) dan teknis. F. Langkah-langka Menangulangi Perambahan Hutan

Di dalam Pasal 69 ayat (1) Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Dalam Pasal 69 ayat (1) tersebut dinyatakan “Masyarakat berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan perusakan.” Kemudian dalam penjelasan Pasal 69 ayat (1)


(34)

dikatakan “Yang dimaksud dengan memelihara dan menjaga, adalah mencegah dan menanggulangi terjadinya pencurian, kebakaran hutan, gangguan ternak, perambahan, pendudukan, dan lain sebagainya”.

Berdasarkan asas dan tujuan UU Nomor 18 dalam program ketiga Departemen Kehutanan dinyatakan bahwa penyelenggaraan kehutanan berdasarkan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan. Dasar yang kuat untuk pemerintah dalam memberikan izin pengelolaan hutan dan lingkungan hidup yang ada harus memenuhi dan sesuai dengan azas dan tujuan tersebut. Apabila tidak bisa dilakukan oleh pengusaha, maka izin selayaknya jangan diberikan kepada pengusaha tersebut. Namun dalam praktek pemberian izin Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPTI) seringkali diberikan hanya karena kemampuan pengusaha secara administratif dan pendanaan. Sedangkan asas manfaat dan kelestarian tidak dilihat dan disyaratkan secara tegas. Hal ini memicu sering terjadinya hak-hak atas pengusahaan hutan yang diberikan dilanggar dengan gampangnya oleh pengusaha. Selain tindakan preventif dalam pemberian izin, dalam pengawasan, pemerintah harus dengan tegas dan rutin agar tindakan represif secepat mungkin dapat dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran hukum yang lebih merugikan negara dan masyarakat.

Melihat dampak dari penebangan hutan secara liar tersebut,maka perlu adanya suatu cara untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Dalam menyikapi adanya penebangan hutan tersebut dengan cara pendekatan secara


(35)

neo-humanis. Di bawah ini akan diuraikan beberapa pendekatan neo-humanis dalam mencegah dan mengurangi terjadinya penebangan hutan secara liar : 1. Melakukan pembenahan terhadap sistem hukum yang mengatur tentang

pengelolaan hutan.

2. Bimbingan dan penyuluhan kepada penduduk setempat tentang betapa pentingnya keberadaan hutan bagi kehidupan semua umat.

3. Dalam hal penebangan hutan secara konservatif, dengan cara menebang pohon yang sudah tidak berproduktif lagi.

4. Melakukan program reboisasi dan reklamasi secara rutin.

5. Mencegah cara ladang berpindah/Perladangan berpindah-pindah

6. Menempatkan Penjaga Hutan / Polisi Kehutanan / Jagawana dengan menempatkan satuan pengaman hutan

7. Perlu adanya inovasi pelatihan keterampilan kerja di masyarakat secara gratis dan rutin dari pihak-pihak yang terkait, seperti Dinas Tenaga Kerja dan lain-lain, sehinnga masyarakat tidak hanya bergantung pada hasil hutan saja, tetapi dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimilkinya.

G.Penelitian yang Relevan


(36)

No Nama Judul Tujuan Penelitian Persaman dan Perbedaan 1 Deni Susila wati Skripsi 2008 UNIL AK Analisis Dampak Dan Faktor Yang Mempengar uhi Perambahan Hutan Di Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Siak 1.Mengetahui faktor penyebab terjadinya perambahan hutan yang terjadi di Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Siak. 2.Mengetahui dampak perambahan hutan yang dirasakan oleh masyarakat Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Siak

1. Persamaan a. Metode penelitian deskriptif kuantitatif. b. metode pengumpulan data dengan mengunakan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan kuesioner. 2. Perbedaan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti dengan penelitian Deni Susilawati dilakukan di Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Siak. pada penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan. 2 Obrika Simbol on Skripsi 2007 UNRI Peran PPNS Dalam Menangula ngi Tindakan Illegal Logging Di Dinas Kehutanan Kabupaten Kampar 1.Untuk mengetahui peran penyidik pegawai negeri sipil dalam penangulangan tindakan pidana di bidang kehutanan khususnya Illegal Logging di Kabupaten Kampar. 2.Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi penyidik pegawai negeri sipil dalam penanggulangan tindakan pidana Illegal Logging di kabupaten

Kampar.

1. Persamaan a. Metode penelitian mengunakan deskriptif kuantitatif b. Metode pengumpulan data dengan

mengunakan cara dokumentasi, observasi, wawancara, kuesioner. c. Metode pengambilan sampel yang digunakan teknik editing, koding dan tabulasi.

2. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian Obrika Simbolon dilakukan di Dinas Kehutanan Kabupaten Kampar. pada penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ukui Kabupaten


(37)

H.Kerangka Pikir

Kebijakan pemerintah dalam menanggulangi perambahan hutan dinilai memang sangat terlambat. Hal ini dinilai dari kondisi hutan yang telah berkurang dan telah menimbulkan bencana barulah pemerintah mencoba untuk menggalang kekuatan untuk menjaga dan konservasi alam dan hutan. Walaupun dinilai terlambat namun masih dapat diperbaruhi demi kepentingan hidup bersama.

Dapat dilihat bahwa peranan pemerintah dalam memberantas pelaksanaan perambahan hutan dinilai sangat berpengaruh. Hal ini dilihat bahwa pemerintah merupakan lembaga yang memiliki kekuatan dalam membuat aturan dan tindakan yang akan diberikan kepada masyarakat. Dengan demikian apabila pemerintah telah mampu memberikan solusi terhadap pelestarian hutan dan pemberantasan perambahan hutan tersebut, maka hutan sebagai sumber kekayaan alam dan memiliki ketergantungan bagi seluruh makhluk hidup akan dapat dilestarikan.

Hutan yang dinilai pada saat ini telah dimanfaatkan sebagai pemanfaatan hutan industri, ladang berpindah, dan pemanfaatan hutan perkebunan akan dapat dilestarikan apabila pemerintah dalam hal ini Balai Taman Nasional Tesso Nilo dapat menjalankan tugas dan fungsinya dalam penyidikan, perlindungan, dan pengamanan kawasan hutan, serta melaksanakan peraturan dan perundang-undangan dalam bidang kehutanan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam peraturan pemerintah dan perundang-undangan.


(38)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka pemikiran dalam penilaian peranan Balai TamanNasional Tesso Nilo sebagai lembaga pemerintah dalam menanggulangi pelaksanaan perambahan hutan.

Gambar 1. Kerangka Pikir

Perambahan Hutan

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 03/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Balai Taman Nasional

Hutan

Peranan Balai Taman Nasional Taman Nasional Tesso Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rencana cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis dan tata secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai tujuannya (Moh Pabundu Tika, 2005:12).

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini lebih mengarahkan pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya, dan mengungkapkan fakta yang ada, untuk mengetahui peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan taman nasional tesso nilo, khususnya penyidik, perlindungan dan pengamanan digunakan statistik sederhana yaitu menggunakan tabel ferekuensi dan persentase.

B.Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011: 38). Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Moh.Nazir, 2011:126). Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat di bawa ini:


(40)

1. Variabel

a. Penyidikan

1) Melakukan pemeriksaan.

2) Melakukan penyitaan barang bukti. 3) Penangkapan.

b. Perlindungan

1) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang hutan. 2) Memberikan penyuluhan tentang hutan.

3) Melakukan koordinasi dengan masyarakat. 4) Pembentukan Tim Masyarakat Peduli Api (MPA). 5) Membentuk organisasi pengelolahan madu sialang. 6) Memberikan pelatihan Masyarakat Peduli Api (MPA). c. Pengamanan

1) Melakukan patroli secara rutin 2 minggu sekali hanya di siang hari saja.

2) Membuat pos penjagaan di tempat yang di gunakan sebagai jalur transportasi.

3) Melakukan penataan batas seluruh kawasan. 4) Pemasangan papan pemberitahuan.

2. Definisi Operasional Variabel

Dari konsep operasional dapat dilihat oprasionalisasi variabel yang dapat dilihat dari item penilaian dan skala penilaian. Untuk dapat menilai peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo dalam menanggulangi


(41)

perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo khususnya di kecamatan Ukui. dapat dilihat definisi operasional yang terdapat dibawah ini :

a. Pelaksanaan penyidikan dikatakan :

Sangat Berperan : Apabila seluruh item penilaian dapat dilaksanakan.

Cukup Berperan : Apabila 1-2 item yang dapat dilaksanakan Kurang Berperan : Apabila tidak satu pun item penilaian yang dapat

dilaksanakan b. Pelaksanaan Perlindungan dikatakan :

Sangat Berperan : Apabila seluruh item penilaian dapat dilaksanakan.

Cukup Berperan : Apabila 1 - 2 item yang dapat dilaksanakan.

Kurang Berperan : Apabila tidak satu pun item penilaian yang dapat dilaksanakan.

c. Pelaksanaan Pengamanan dikatakan :

Sangat Berpera : Apabila seluruh item penilaian dapat dilaksanakan.

Cukup Berperan : Apabila 1-2 item yang dapat di laksanakan. Kurang Berperan : Apabila tidak satu pun item penilaian yang

dapat dilaksanakan. C.Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Kawasan Balai Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui. Waktu : Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2015


(42)

D.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiono,2009:80). Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk desa yang ada di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo yaitu sebanyak 95 orang terdiri dari tiga (3) desa, serta pihak-pihak yang terlibat di Taman Nasional Tesso Nilo.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang di teliti (Suharsimi Arikunto 2010: 174). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah penduduk yang ada di sekitar taman nasional tesso nilo yang terdiri dari tiga (3) yaitu desa Air Hitam, desa Lubuk Kembang Bunga, dan desa Bagan Limau. Disetiap desa tersebut diambil sampel 20 orang, serta pihak-pihak yang terlibat seperti Camat, Kepala desa, BPD, Petugas polisi kehutanan, kepala balai Taman Nasional Tesso Nilo serta Toko Masyarakat. kalau di jumlahkan menjadi 95 orang. 95 orang ini merupakan sampel penelitian dikarenakan lebih mengetahui kondisi kawasan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui. Dalam pengambilan sampel digunakan teknik Purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011:85).


(43)

E.Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara bagaimana dapat diperoleh data mengenai variabel tertentu (Suharsimi Arikunto, 2010:192). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan :

1. Metode Dokumentasi

Dokumentasi diartikan sebagai cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum dan lainya yang behubungan dengan masalah penelitian (Hadari Nawawi 1991:95). Melalui teknik ini diperoleh data sekunder, adapun data sekunder yang diperoleh :

a. Peta administratif balai taman nasional tesso nilo. b. Struktur organisasi balai taman nasional tesso nilo c. Keadaan pegawai balai taman nasional tesso nilo

Alat yang dipakai untuk menyimpan adalah Flashdisk. Untuk dokumentasi gambar-gambar yang terkait penelitian ini, peneliti mengunakan kamera digital.

2. Metode Wawancara

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (1989:192), wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berintraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut adalah pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara. Interview atau disebut juga wawancara adalah sebuah


(44)

dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Suharsimi Arikunto 1991:126). Wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada responden. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer tentang keadaan peran penyidik, perlindungan dan pengamanan hutan Taman Nasional Tesso Nilo khususnya di Kecamatan Ukui.

3. Metode Observasi

Obsevasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara sistematik terhadap gejala fenomena pada objek penelitian (Pabundu Tika, 2005:67). Observasi dilakukan untuk mendapat data awal, tentang kondisi geografif dan demografis kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, serta gambaran tentang kegiatan penydikan, perlindungan, dan pengaman. Observasi dilakukan untuk pegumpulan data primer. Adapun jenis data primer yang diperoleh dengan mengunakan teknik observasi meliputi :

a. Kondisi geografis Taman Nasional Tesso Nilo b. Potensi keanekaragaman hayati dan ekosistem c. Tipologi desa dan suku-suku

d. Visi dan misi Taman Nasional Tesso Nilo e. Aksesibilitas

4. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada


(45)

responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan tekink pengumpulan data yang efisien bila peneliti atau dengan variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Bila penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga kuesioner dapat diantarkan langsung dalam waktu terlalu lama, maka pengirim angket kepada responden tidak melalui pos (Sugiyono, 2009:142).

F. Teknik Pengelolahan data

Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengolahan data yaitu editing, coding, dan tabulasi. Menurut (Moh. Pabundu Tika 2005: 63) sebelum data dianalisis terlebih dahulu dengan lanngkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Pemeriksaan data (editing) adalah penelitian kembali data yang telah dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut cukup baik dan relevan untuk diproses dan diolah lebih lanjut. Hal yang perlu diteliti adalah kelengkapan pengisian kuesioner, keterbacaan tulisan, kesesuaian jawaban, relevansi jawaban, dan keseragaman dalam satuan. 2. Koding

Pemberian kode (Koding) adalah usaha pengklasifikasian jawaban dari para responden menurut macamnya. Pemberian koding data harus dilakukan secara konsisten karena hal tersebut sangat menentukan reliabilitas (Moh. Pabundu Tika, 2005: 64)


(46)

3. Tabulasi

Tabulasi adalah proses penyusunan dan analisis dalam bentuk tabel (Moh. Pabundu Tika, 2005: 66). Memasukan data dalam tabel, akan memudahkan kita dalam melakukan analisis. Setelah menyusun buku kode dan mengkode data, maka peneliti siap untuk mengolah data.

G. Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi. (Masri Singarimbun, 1989: 268). Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data perlu dilihat terlebih dahulu, apabila belum lengkap segera dilengkapi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini teknik analisis kuantitatif dengan tabel frekunsi dan persentase.


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

1. Kondisi Geografis

a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah

Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo secara administratif terletak di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau. Secara geografis antara 0o05’41,5 – 0o21’3,3 LS dan 101o35’29,7- 102o4’44,2 BT.

Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) dengan luas lebih kurang 83.068 ha berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.255/Menhut-II/2004 tanggal 19 Juli 2004 (seluas  38.576 ha) dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK 663/Menhut-II/2009 tanggal 15 Oktober 2009 (seluas ± 44.492 ha). Dengan batas wilayah :

1) Sebelah Utara : Kabupaten Siak Sri Indrapura

2) Sebelah Selatan : Kabupaten Indragiri Hulu

3) Sebelah Barat : Propinsi Sumatra Barat


(48)

b. Peta Administratif Balai Taman Nasional Tesso Nilo


(49)

c. Topografi

Topografi kawasan Tesso Nilo berupa dataran sampai berbukit. Di beberapa tempat ditemukan areal dengan kemiringan kurang dari 2%. Ketinggian lokasi dari permukaan laut berkisar antara 50 – 175 m dpl. Kawasan masih ditumbuhi hutan alam dengan diameter pohon di atas 30 cm berada di areal dengan kemiringan lereng >45%, hutan produksi terbatas umunya berada di areal dengan kemiringan antara 25 – 45% dan kebun kelapa sawit, perladangan dan pemukiman penduduk berada di areal dengan kemiringan tanah antara 15 – 25%. Daerah ini merupakan dataran sedimen berbatu tufa yang berombak sampai bergelombang. Kawasan hutan Tesso Nilo secara umum digolongkan lembab dengan curah hujan tahunan berkisar antara 2.000 – 3.000 mm.

Kondisi iklim di kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo yang ektrim menyebabkan banyak daun yang berguguran, sehingga banyak tumbuhan kekeringan dan mati. Kondisi ini juga memicu terjadinya kebakaran hutan seperti yang terjadi pada tahun-tahun belakangan ini. Kondisi iklim di wilayah kawasan Taman Nasional Tesso Nilo ditentukan berdasarkan data klimatologi dari Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah I Stasiun Meteorologi Pekanbaru. Rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2.395,39 mm/tahun. Jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Juni dengan rata-rata 21,7 hari/bulan dan terendah pada bulan September dengan rata-rata 15,1 hari/bulan.


(50)

d. Hidrologi

Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dan sekitarnya merupakan daerah tangkapan air bagi beberapa sungai antara lain: Sungai Tesso (di bagian Barat), Sungai Segati (di bagian Utara), dan Sungai Nilo (di bagian Timur). Ketiganya merupakan sub DAS dari DAS Kampar, tepatnya di antara DAS Tesso dan DAS Nilo di Propinsi Riau. Sungai Nilo berada di pinggir Desa Lubuk Kembang Bunga, tepatnya di sisi sebelah Barat dan berbatasan dengan areal tanaman Akasia milik PT. Riaun Andalan Pulp and Paper, dan merupakan jalur jelajah gajah yang sering diseberangi oleh kelompok gajah dalam mencari makan.

2. Potensi Keanekaragaman Hayati Dan Ekosistem a. Keanekaragaman Flora

Potensi yang berupa keunikan flora dapat disaksikan dengan melakukan trekking ke dalam hutan. Medan yang dilalui cukup bervariasi seperti melewati anak sungai, tanah kering, dan rawa. Di kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo dapat di temukan jenis-jenis flora seperti : Kantong semar, Pohon sialang, Pohon Cempedak hutan, Pohon Tampui, Pohon Durian hutan, Kayu Ulin, Kayu Meranti, Kayu Balam, da jenis-jenis anggrek lainnya.

b. Keanekaragaman Fauna

Potensi wisata yang berupa atraksi satwa diantaranya yaitu dengan melalukan pengamatan satwa di sepanjang Sungai Nilo dan trekking di dalam hutan. Disepanjang sungai dapat diamati beragam jenis satwa


(51)

seperti Ungko, Monyet ekor panjang, Elang ikan, Bajing, Betet ekor panjang, Serindit, Punai gading, Biawak dan jenis-jenis lainnya. Di dalam hutan dapat ditemukan beragam satwa lain seperti Tapir, Gajah sumatera, Bajing, Harimau sumatera, Ungko, Beruang madu, Kijang, Kancil, Babi hutan dan jenis-jenis satwa lainnya.

Di Camp Flying Squad ada beberapa Gajah jinak, dan para pengunjung dapat melakukan wisata perjalanan menyusuri hutan tesso nilo dengan menggunakan gajah tersebut. Petualangan ini sangat mengasyikkan dengan jalur yang dilalui sungguh bervariasi, yaitu mulai dari jalan bekas, hutan sekunder muda dan tua, menyeberangi sungai, rawa, akasia dan lainnya. Jalur wisata ini dimulai dan diakhiri pada Camp Flying Squad dengan panjang jalur lebih kurang 5 km. Pada pertengahan perjalanan kita juga melalui menara pengamatan setinggi lebih kurang 25 m. Dari atas menara dapat diamati tutupan hutan tesso nilo.

3. Tipologi Desa dan Suku-suku a. Tipologi desa asli

Tipologi desa asli dengan ciri-ciri utamanya mayoritas penduduk desa adalah penduduk tempatan atau penduduk asal setempat yang mengklaim diri secara umum sebagai suku bangsa Melayu Riau. Sebagian besar desa ini merupakan desa-desa tua. Namun demikian ditemukan juga adanya desa-desa asli dengan riwayat pembentukannya relatif baru sebagai hasil ekpansi penduduk tempatan.


(52)

b. Tipologi desa transmigrasi

Tipologi desa transmigrasi dengan ciri-ciri utamanya mayoritas penduduk desa terdiri dari warga transmigrasi asal Pulau Jawa. Sebagai desa yang dibentuk secara resmi oleh pemerintah menjadi desa permanen, dengan sendirinya warga desa-desa transmigrasi ini juga telah menjadi penduduk permanen. Program transmigrasi ini merupakan program nasional sejak tahun 1970an, dan umumnya keluarga kaum transmigrasi tersebut telah memiliki 2-3 generasi.

c. Tipologi desa campuran

Tipologi desa campuran dengan ciri-ciri utama komposisi penduduknya terdiri atas beragam latar belakang suku bangsa yang merupakan campuran antara penduduk yang berasal dari desa-desa asli sekitarnya dan penduduk pendatang yang berasal dari daerah luar, maupun dari luar propinsi Riau. Selain penduduk asal Melayu Riau, di perdesaan ini dapat ditemui juga warga suku bangsa lain seperti Batak, Jawa, Nias, Minang dan lain-lain. Desa-desa campuran ini umumnya berdiri melalui proses transmigrasi swakarsa yang mengikuti berlangsungnya pembukaan hutan dan lahan yang telah meningkat sangat pesat di kawasan ini di era akhir tahun 1970an dan 1980an.

4. Sistem Organisasi Sosial

Kehidupan masyarakat desa sekitar kawasan hutan Tesso Nilo perlu dipahami dari sudut pandang sosial budaya yang meliputi sistem organisasi sosial tradisional masyarakat desa sekitar kawasan ini. Secara khususnya


(53)

apabila merujuk pada pembagian sosio-kultural masyarakat tempatan, desa sekitar kawasan hutan Tesso Nilo dapat pula dibagi ke dalam desa-desa yang mengikuti sistem perbathinan adat Melayu Petalangan.

Struktur keluarga dalam masyarakat desa-desa tempatan di sekitar kawasan Tesso Nilo memperlihatkan gabungan antara sistem patrilineal dengan sistem matrilineal. Pada masyarakat desa-desa dengan sistem perbathinan, pengaruh sistem patrilineal agak menonjol dibandingkan pada masyarakat desa-desa yang menganut sistem kepenghuluan.

Dalam kenyataannya sistem organisasi sosial masyarakat tradisional umumnya semakin memudar. Bahkan ada sejumlah desa yang sebenarnya sistem organisasi sosialnya tidak lagi dapat dikategorikan ke dalam sistem organisasi sosial berbasis kebudayaan penduduk tempatan tersebut. Hal ini terutama dijumpai pada sebagian besar desa-desa bentukan baru melalui transmigrasi yang diprakarsai oleh pemerintah maupun bentuk transmigrasi swakarsa. Desa-desa ini biasanya mayoritas berpenduduk pendatang dengan tipologi desa transmigrasi dan desa campuran.

5. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo Adapun struktur organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo

Gambar 3. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo Kepala Balai

Sub Bagian Tata Usaha

Seksi pengelola TN. Wilayah II baserah Kelompok Jabatan Fungsional

Seksi pengelola TN.Wilayah I Lubuk kembang bunga


(54)

Susunan organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo yang terdiri dari : a. Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata

persuratan, ketatalaksanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kearsipan, rumah tangga, perencanaan, kerjasama, data, pemantauan dan evaluasi, pelaporan serta kehumasan.

b. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan anggaran, evaluasi dan pelaporan, bimbingan teknis, pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, pengelolaan kawasan, perlindungan, pengawetan, pemanfaatan lestari, pengamanan dan pengendalian kebakaran hutan, pemberantasan penebangan dan peredaran kayu, tumbuhan, dan satwa liar secara illegal serta pengelolaan sarana prasarana, promosi, bina wisata alam dan bina cinta alam, penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta kerjasama di bidang pengelolaan kawasan taman nasional.

c. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional Pengendali Ekosistem Hutan, Polisi Kehutanan, Penyuluh Kehutanan dan fungsional lainnya.

6. Keadaan Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo

Balai Taman Nasional Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan memiliki pegawai yang memiliki tingkat pendidikan, golongan/kepangkatan yang tentu akan membantu dalam pelaksanaan tugas yang diberikan antara lain adalah :


(55)

a. Golongan Pegawai

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sudah tentu memiliki sifat penjenjangan dalam menduduki jabatan tersebut. Pada Balai Taman Nasional Taman Nasional Tesso Nilo memiliki pegawai yang terdiri dari golongan II, III, dan IV. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel .2. Golongan/Pangkat Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo

No Golongan Jumlah Persentase

1 I - -

2 I 28 59,57

3 II 18 38,29

4 IV 1 2,12

Jumlah 47 100

Sumber : Balai Taman Nasional Tesso Nilo Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa golongan / pangkat yang terbesar pada Balai Taman Nasional Taman Nasional Tesso Nilo adalah golongan II berjumlah 28 orang atau 59, 57 % dan golongan III berjumlah 18 orang atau 38, 29 %.

b. Jabatan Pegawai Taman Nasional Taman Nasional Tesso Nilo

Dari jumlah pegawai di Balai Taman Nasional Taman Nasional Tesso Nilo dapat lihat dari Jabatannya pada tabel berikut ini :


(56)

Tabel .3. Jabatan Pegawai pada Balai Taman Nasional Tesso Nilo

No Jabatan Jumlah Persentase

1 Jabatan Struktural 4 7, 01

2 Jabatan PEH 13 22, 8

3 Jabatan Polhut 18 31, 57

4 Jabatan Penyuluhan 2 3,5

5 Jabatan Fungsional Umum 10 17, 54

6 Honorer 10 17, 54

Jumlah 57 100

Sumber : Balai Taman Nasional Tesso Nilo Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa Jabatan pegawai pada Balai Taman Nasional Tesso Nilo yang menjabat paling banyak adalah Polisi Kehutanan sebanyak 18 orang atau 31, 57 % dan paling terendah adalah jabatan penyuluhan berjumlah 2 orang atau 3, 5 %. Apabila dilihat dari Jabatan Polisi Kehutanan yang dimiliki oleh Balai Taman Nasional Kabupaten Pelalawan dinilai sangatlah sedikit, sebab tidak mungkin bisa mengawasi dengan luas wilayah Taman Nasional Tesso Nilo yang memiliki Luas ± 83.068 ha.

7. Visi dan Misi Taman Nasional Tesso Nilo a. Visi

Mewujudkan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo yang Aman dan Mantap sebagai Pusat Konservasi Gajah Sumatera yang Memberikan Optimal Bagi Kesejahteraan Masyarakat.

b. Misi


(57)

2) Mewujudkan pengelolahan Taman Nasional Tesso Nilo yang seimbang antara kepentingan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

3) Meningkatkan perlindungan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dari berbagai tekanan dan gangguan melalui kegiatan-kegiatan serta melalui pencegahan dan pembakaran hutan.

4) Meningkatkan peran serta masyarakat sekitar kawasan dan para pihak dalam pengelolahan Taman Nasional Tesso Nilo melalui kemitraan atau kolaborasi.

5) Meningkatkan manfaat Taman Nasional Tesso Nilo dalam pemberdayaan/peningkatan ekonomi masyarakat melalui pengembangan kegiatan wisata alam (Ekowisata) dan pemanfaatan jasa lingkungan.

6) Mewujudkan TNTN sebagai Pusat Konservasi Gajah (PKG) yang mampu menciptakan dan atau meningkatkan hubungan yang harmonis antar gajah dan manusia di sekitar kawasan serta menjamin kelestarian Gajah Sumatra dalam jangka panjang.

8. Aksesibilitas/Rute ke Taman Nasional Tesso Nilo

Ada beberapa rute yang dapat dilalui untuk menuju ke Taman Nasional Tesso Nilo adalah sebagai berikut :

a. Pekanbaru – Pangkalan Kerinci ± 71 Km (dapat ditempuh dengan kendaraan darat dengan waktu ± 1 jam 30 menit).


(58)

b. Pangkalan Kerinci – Ukui ± 75 Km (dapat ditempuh dengan kendaraan darat dengan waktu ± 1 jam 40 menit).

c. Ukui – Lubuk Kembang Bunga ± 30 Km (dapat ditempuh dengan kendaraan darat dengan waktu ± 50 menit.

d. Pangkalan Kerinci – Lubuk Kembang Bunga (Via Karidor) ± 105 Km (dapat ditempuh dengan kendaraan darat dengan waktu ±1 jam 50 menit). B.Hasil Responden

Adapun data dan hasil responden yang dilakukan dalam penelitian ini akan diuraikan dan dijelaskan sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik responden menurut usia, jenis kelamin, pendidikan, dan jenis pekerjaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 95 orang. Hasil deskripsi karakteristik responden dapat dilihat pada penjabaran berikut ini.

2. Usia Responden

Usia merupakan salah satu pengelompokkan identitas responden. Hal ini dinilai untuk melihat keadaan produktifitas kerja dan daya analisa responden yang akan memberikan masukan dan saran dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan dan melaksanaakan pemberantasan perambahan hutan di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(59)

Tabel . 4. Usia Responden

No Tingkat Umur Jumlah Persentase

1 20 - 30 52 54,73

2 31 - 40 23 24,21

3 41 - 50 15 15,79

4 51 - 60 5 5,26

Jumlah 95 100

Sumber: Data Primer diolah 2015

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian responden adalah berumur 20 – 30 tahun yaitu sebanyak 52 orang atau 54,73 %, ini membuktikan bahwa usia dari responden dapat dikategorikan produktifitas kerjanya masih dapat berjalan dengan optimal.

3. Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan jenis kelamin responden adalah laki – laki yaitu 95 orang atau 100 %. Sebab yang peneliti temui adalah laki-laki yang lebih banyak mengetahui tentang Taman Nasional Tesso Nilo.

4. Tingkat Pendidikan Responden

Dalam pelaksanaan penyebaran kuesioner yang sudah disajikan kepada responden, maka langka awal yang harus dipenuhi adalah berupa identitas responden. Dan yang dijadikan responden pada penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang digolongkan dalam tingkat pendidikan yang akan di paparkan pada tabel berikut ini :


(60)

Tabel . 5. Tingkat Pendidikan Responden.

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tamat SD 19 20

2 Tamat SLTP 18 18,94

3 Tamat SLTA 47 49,47

4 Diploma 6 6,32

5 Srata Satu 4 4,22

6 Magister 1 1,05

Jumlah 95 100

Sumber: Data Primer diolah 2015

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa jenjang pendidikan responden menunjukan yang paling besar adalah berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 47 orang (49,47 %), dan untuk tingkat pendidikan yang tinggi magister hanya satu (1) orang atau (1,05%). Dapat disimpulkan bahwa responden sebagian besar lulusan SLTA.

5. Jenis Pekerjaan Responden

Setelah menyajikan identitas tentang tingkat pendidikan responden, maka identitas yang perlu disajikan pada penelitian ini adalah jenis pekerjaan responden penelitian. Adapun yang menjadi latar belakang dijadikan jenis pekerjaan dalam intem pertanyaan dalam identitas responden adalah karena pekerjaaan akan memberikan kontribusi terhadap pemahaman dalam pelaksanaan penanggulangan perambahan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo Di Kecamatan Ukui. Jenis pekerjaan responden akan memberikan nilai yang akan mendekati kebenaran dalam pemberian data. Dibawah ini akan dipaparkan jenis pekerjaan responden yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(61)

Tabel . 6. Jenis Pekerjaan Responden

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Pegawai Negeri 11 11,57

2 Wiraswasta 39 41,05

3 Petani/Kebun 38 40,00

4 Pedagang 7 7,36

Jumlah 95 100

Sumber: Data Primer diolah 2015

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan responden dinominasi pada tingkat wiraswasta. Hal ini dilihat dari tingkat pekerjaan responden dari wiraswasta sebanyak 39 orang atau 41,05 %, sedangkan untuk jenis pekerjaan Petani/Kebun sebanyak 38 orang atau 40,00 %, dan untuk Pegawai Negeri sebanyak 11 orang atau 11,57 %. Pedagang 7 orang atau 7,36 %. Sehingga dapat dilihat dari jenis pekerjaan responden tersebut diatas dapat memberikan keterangan terhadap peranan pemerintah dalam pemberantasan perambahan hutan.

C.Pembahasan 

1. Penyidikan

Untuk melihat pelaksanaan Penyidikan terhadap perambahan hutan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui, di bawah ini dapat dilihat jawaban responden yang sengaja dikumpulkan dengan kuesioner yang di sebarkan kepada responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(62)

Tabel.7. Penyidikan Perambahan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo.

No Item pertanyaan

Katogori Penilaian Jumlah Persentase Sangat berperan Cukup berperan Kurang berperan

1 Melakukan

pemeriksaan 58 (61,05) 16 (16,84) 21 (22,10) 95 (100) 100

2 Melakukan

penyitaan barang bukti 54 (56,84) 18 (18,95) 23 (24,21) 95 (100) 100

3 Penangkapan 53

(55,78) 19 (20) 23 (24,21) 95 (100) 100 Sumber: Data Primer diolah 2015

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa jawaban responden dalam penyidikan perambahan hutan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. Jawaban untuk Melakukan pemeriksaan responden menilai sangat berperan 58 (61,05 %), sedangkan untuk Melakukan penyitaan barang bukti sangat berperan berjumlah 54 (56,84%), dan untuk Penangkapan sangat berperan berjumlah 53 (55,78%). Dari semua jawaban responden tersebut dapat disimpulkan peran penyidikan dalam melakukan pemeriksaan, Melakukan penyitaan barang bukti, dan Penangkapan sangat berperan.

Hasil wawancara pada hari Senin Tanggal 27 april 2015 dengan Polisi Kehutanan Taman Nasional Tesso Nilo, di peroleh informasi bahwa “Pemeriksaan terhadap setiap orang yang melakukan tindak pidana kehutanan terus dilakukan dan itu bagi siapapun yang melakukan perambahan hutan tersebut. Didalam melakukan penangkapan tentunya membutuhkan barang bukti dan barang bukti tersebut yang selama ini yang kami jumpai di lapangan seperti Mesin Genset, Sepeda Motor, Sinsow, Kapak, Parang, Cangkul, dan peralatan lainnya”.


(63)

Kemudian dari hasil wawancara pada hari Selasa Tanggal 28 april 2015 dengan Camat Ukui di peroleh informasi bahwa “pemeriksaan, penyitaan barang bukti dan penangkapan tidak tahu pasti apakah ada dilakukan oleh pihak Balai, apakah tidak. Sebab ini merupakan tugas dan kewenangan dari Balai itu sendiri”.

Selanjutnya pada hari Rabu Tanggal 29 april 2015 peneliti mewawancarai salah seorang Kepala desa yang berada disekitar Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. di peroleh informasi “Bahwa pemeriksaan, penyitaan barang bukti, penangkapan memang ada dilakukan oleh pihak petugas Balai Taman Nasional namun untuk proses selanjutnya saya tidak mengetahui sebab merupakan kewenangan dari Balai Taman Nasional”.

Hasil pengamatan di lapangangan bahwa pelaksanaan penyidikan yang dilakukan oleh petugas Balai Taman Nasional dalam bidang pemeriksaan, penyitaan barang bukti, dan penangkapan memang sudah dilakukan namun masih mengalami hambatan-hambatan. Hal ini dapat dilihat dari petugas yang masih minim yang berjumlah 18 orang petugas Polisi Kehutanan dengan luas wilayah ± 83.068 ha, masih kurangnya sarana prasanana alat transportasi. Sehingga kondisi ini memberikan dampak terhadap pelaksanaan pemeriksaan dan penangkapan terhadap perambah hutan. Hal ini tidak memungkinkan untuk dapat bertindak dengan tegas terhadap perambah hutan.

Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penyidikan dalam penanggulangan perambahan hutan Taman Nasional


(64)

Tesso Nilo dinilai sudah sangat berperan, namun masih perlu ditingkatkan dan bertindak secara tegas.

2. Perlindungan

Pelaksanaan perlindungan hutan Taman Nasional Tesso Nilo melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional dalam menanggulangi perambahahan hutan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo.

Perlindungan hutan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan, di bawah ini dapat dilihat jawaban responden yang sengajah di kumpulkan dengan kuesioner yang di sebarkan kepada responden yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel.8. Melakukan Sosialisasi Dan Penyuluhan.

No Item pertanyaan

Katogori Penilaian Jumlah Persentase Sangat berperan Cukup berperan Kurang berperan 1 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang hutan 35 (36,84) 18 (18,94) 42 (44,2) 95 (100) 100 2 Memberikan penyuluhan 53 (55,78) 26 (27,36) 16 (16,84) 95 (100) 100 Sumber: Data Primer diolah 2015

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa jawaban responden menilai bahwa perlindungan hutan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan dalam melakukan sosialisasi dan penyuluhan. Jawaban responden yang tertinggi berkategori kurang berperan berjumlah 42 (44,2%). Sedangkan untuk memberikan penyuluhan berkategori sangat


(65)

berperan berjumlah 53 (55,78%). Dari semua jawaban responden tersebut dapat disimpulkan peran perlindungan dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat kurang berperan dengan jumlah 42 (44,2%). Sosialisasi sangat perlu ditingkatkan lagi. Sedangkan untuk memberikan penyuluhan sangat berperan dengan jumlah 53 (55,78%). Walaupun sudah sangat berperan tapi tetap perlu di tingkatkan supaya masyarakatnya lebih mengerti dan paham. Tabel.9. Melakukan Koordinasi Dengan Masyarakat dan Pembentukan

Tim Masyarakat Peduli Api (MPA).

No Item pertanyaan

Katogori Penilaian Jumlah Persentas e Sangat berperan Cukup berperan Kurang berperan 1 Melakukan koordinasi dengan masyarakat 34 (35,78) 21 (22,1) 40 (42,1) 95 100) 100 2 Pembentukan Tim Masyarakat Peduli Api (MPA) 43 (45,26) 36 (37,89) 16 (16,84) 95 (100) 100

Sumber: Data Primer diolah 2015

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa jawaban responden menilai bahwa perlindungan hutan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan dalam Melakukan koordinasi dengan masyarakat. Jawaban tertinggi responden untuk berkategori Melakukan Koordinasi dengan masyarakat dinilai kurang berperan berjumlah 40 (42,1%), Sedangkan untuk Pembentukan Tim Masyarakat Peduli Api (MPA) jawaban tertinggi adalah sangat berperan berjumlah 43 (45,26%). Dari semua jawaban responden tersebut dapat disimpulkan peran perlindungan dalam Melakukan koordinasi dengan masyarakat masih sangat kurang. Sedangkan


(66)

untuk Pembentukan Tim Masyarakat Peduli Api (MPA) sudah sangat berperan dan perlu lebih ditingkatkan.

Tabel.10. Melakukan Kelola Sosial (Kemitraan).

No Item pertanyaan

Katogori Penilaian Jumlah Persentase Sangat berperan Cukup berperan Kurang berperan

1 Membentuk

organisasi pengolahan madu sialang 30 (31,57) 13 (13,68) 52 (54,73) 95 (100) 100

2 Memberikan

pelatihan Masyarakat Peduli Api (MPA) 68 (71,57) 21 (22,10) 6 (6,31) 95 (100) 100

Sumber: Data Primer diolah 2015

Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa jawaban responden menilai bahwa perlindungan hutan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan dalam melakukan kelola sosial (Kemitraan). Dalam hal Membentuk organisasi pengolahan madu sialang, responden menilai kurang berperan berjumlah 52 (54,73%). Dan untuk Memberikan pelatihan Masyarakat Peduli Api (MPA) jawaban responden sangat berperan berjumlah 68 (71,57%). Dari semua jawaban responden tersebut dapat disimpulkan peranan perlindungan dalam Membentuk organisasi pengolahan madu sialang tidak berjalan secara optimal. Sedangkan untuk Memberikan pelatihan Masyarakat Peduli Api (MPA) sangat berperan, ini disebabkan karena sering terjadi kebakaran hutan.

Hasil wawancara pada hari Senin Tanggal 4 Mei 2015 dengan Kepala Balai Taman Nasional di peroleh informasi bahwa “Balai Taman Nasional


(67)

telah memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan juga penyuluhan mengenai status kawasanan Taman Nasional Tesso Nilo yang merupakan kawasan yang dilindungi oleh pemerintah sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 225/Menhut-II/2004 dan Surat Keputusan No. 663/Menhut-II/2009 dan juga memberikan penyuluahan tentang Undang-undang kehutanan dan apa saja yang dilarang dan apa sanksi yang diberikan kepada yang melanggar begitu juga di dalam koordinasi dan kemitraan kepada masyarakan terus tingkatkan seperti dalam hal usaha madu Sialang Tesso Nilo, pelatihan keterampilan, dan pelatihan Masyarakat Peduli Api (MPA) dan sebagainya”.

Hasil wawancara pada hari Rabu Tanggal 6 Mei 2015 peneliti dengan salah seorang Kepala desa diperoleh informasi bahwa “Soialisasi/penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat oleh Balai Taman Nasional sudah pernah dilakukan begitu juga dengan koordinasi dalam bidang perlindungan hutan dan perlu ditingkatkan, Namun kerjasama dalam bentuk kemitraan masyarakat memang sudah pernah diberikan seperti pelatihan - pelatihan baik itu keterampilan, pembentukan Tim Masyarakat Peduli Api (MPA), dan pengolahan madu sialang. Tetapi setelah pelatihan itu selesai, masyarakat tidak mengetahui kejelasan dari pelatihan tersebut dan tidak adanya bimbingan dari pihak Balai Taman Nasional lagi”.

Hasil pengamatan di lapangan bahwa pelaksaanan perlindungan hutan dalam bentuk sosialisasi/penyuluhan, koordinasi, dan kemitraan yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional memang sudah dilaksanankan, baik


(68)

itu penyuluhan, koordinasi dan kemitraan masyarakat namun perlu ditingkatkan sebab di dalam perlindungan hutan perlu kerja sama dengan masyarakat yang berada di sekitar kawasan agar perlindungan terhadap Taman Nasional Tesso Nilo tetap tejaga dengan baik.

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlindungan hutan Taman Nasional Tesso Nilo dinilai kurang berperan, namun perlu ditingkatkan dalam hal sosialisasi dan penyuluhan kehutanan serta dalam bentuk kemitraan terhadap masyarakat yang ada di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo.

3. Pengamanan

Untuk mengetahui pelaksanaan pengamanan terhadap hutan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel.11. Melakukan Patroli dan Membuat Pos Penjagaan.

No Item pertanyaan

Katogori Penilaian Jumlah Persentase Sangat berperan Cukup berperan Kurang berperan 1 Melakukan patroli secara rutin 2 minggu sekali hanya siang hari 53 (55,78) 16 (16,84) 26 (27,36) 95 (100) 100

2 Membuat pos

penjagaan di tempat yang di gunakan sebagai jalur transportasi 60 (63,15) 18 (18,94) 17 (17,89) 95 (100) 100

Sumber: Data Primer diolah 2015

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa jawaban responden menilai bahwa pelaksanaan pengamanan terhadap perambahan hutan di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dalam Melakukan patroli secara rutin,


(69)

berkategori sangat berperan dengan jumlah 53 (55,78%). Sedangkan untuk Membuat pos penjagaan di tempat yang digunakan sebagai jalur transportasi, berkategori sangat berperan dengan jumlah 60 (63,15%). Dari semua jawaban responden dapat disimpulkan peranan pengamanan dalam Melakukan patroli secara rutin 2 minggu sekali hanya siang hari sangat berperan dengan jumlah 53 (55,78%). Sedangkan Membuat pos penjagaan di tempat yang digunakan sebagai jalur transportasi sangat berperan dengan jumlah 60 (63,15%). Namun untuk penjagaan di pos sangat perlu di tingkatkan. Hal ini jelas bahwa pelaksanaan pengamanan yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Tesso Nilo sudah berjalan secara optimal. Namun bukan berarti lepas dari tanggung jawab balai Taman Nasional Tesso Nilo dalam meningkatkan pengamanan di sekitar kawasan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan dalam menanggulangi perambahan hutan.

Tabel.12. Melakukan Penataan Batas Seluruh Kawasan Dan

Pemasangan Papan Pemberitahuan.

No Item pertanyaan

Katogori Penilaian Jumlah Persentase Sangat berperan Cukup berperan Kurang berperan 1 Melakukan penataan batas seluruh kawasan 68 (71,57) 6 (6,31) 21 (22,10) 95 (100) 100 2 Pemasangan papan pemberitahua n 52 (54,73) 18 (18,94) 25 (26,31) 95 (100) 100

Sumber: Data Primer diolah 2015

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa jawaban responden menilai bahwa pelaksanaan pengamanan terhadap perambahan hutan di kawasan


(70)

Taman Nasional Tesso Nilo dalam Melakukan penataan batas seluruh kawasan, berkategori sangat berperan dengan jumlah 68 (71,57%). Sedangkan untuk pemasangan papan pemberitahuan berkategori sangat berperan dengan jumlah 52 (54,73%). Dari semua jawaban responden dapat disimpulkan pengamanan dalam Melakukan penataan batas seluruh kawasan sudah dilakukan oleh pihak Taman Nasional. Sedangkan untuk pemasangan papan pemberitahuan juga sudah dilakukan terutama pada tempat – tempat yang selalu dilewati pengunjung.

Hasil wawancara pada hari Jumat Tanggal 8 Mai 2015 kepada salah seorang Polisi Kehutanan di peroleh informasi bahwa “Didalam menjaga keamanan Taman Nasional Tesso Nilo kami dari pihak Polisi Kehutanan terus melakukan patoli di sekitar kawasan yang rawan terjadinya perambahan hutan dan membuat beberapa pos penjagaan di jalur - jalur tranportasi dan juga memasang papan-papan pemberitahuan seperti larangan maupun sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Hasil wawancara pada hari Senin Tanggal 11 Mei 2015 kepada salah seorang toko masyarakat Desa yang berada di sekitar kawasan diperoleh informasi bahwa “patroli yang dilakukan oleh Polisi Kehutanan didalam meningkatkan keamanan Taman Nasional Tesso Nilo. Merupakan tugas dari pihak Balai Taman Nasional, namun didalam hal pembuatan pos penjagaan dan memang sudah dilakukan tetapi pos tersebut jarang dijumpai penjaga atau petugas dari Balai Taman Nasional itu sendiri dan ini merupakan suatu kelemahan dari pihak Balai Taman Nasional. Untuk pemasangan papan


(71)

pemberitahuan baik itu berbentuk larangan maupun sanksi yang berkaitan dengan Taman Nasional Tesso Nilo sudah dilaksanakan di tempat - tempat rawan perambahan yang digunakan sebagai jalur tranportasi”.

Hasil pengamatan di lapangan dalam hal pengamanan hutan Taman Nasional Tesso Nilo seperti patroli yang dilakukan oleh petugas masih belum sepenuhnya petugas melakukan pengamanan hal ini disebabkan sulitnya akses jalan, luasnya kawasan dan kurangnya sarana dan prasanan transportasi seperti Sepeda motor, Mobil dan Pompong yang dimiliki oleh Balai Taman Nasional. Begitu juga untuk pos penjagaan sudah dilaksanankan namun pos tersebut jarang dijumpai penjaganya.

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengamanan hutan Taman Nasional Tesso Nilo dinilai sangat berperan, namun di dalam melakukan patroli dan tata batas kawasan perlu ditingkatkan.

4. Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Penyidikan, Perlindungan

dan Pengamanan.

Untuk mengetahui Peranan Balai Taman Nasional Dalam Menanggulangi Perambahan Hutan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo Di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan, maka di bawah ini dapat dilihat tabel rekapitulasi yang dapat dilihat di bawah ini :


(72)

Tabel.13. Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Penyidikan, Perlindungan, dan Pengamanan.

No Item pertanyaan

Katogori Penilaian Jumlah Persentase Sangat

berperan

Cukup berperan

Kurang berperan

1 Penyidikan 55 (57,89) 18 (18,94) 22 (23,15) 95 (100) 100

2 Perlindungan 33 (34,73) 18 (18,94) 44 (46,31) 95 (100) 100

3 Pengamanan 70 (74) 10 (10,52) 15 (15,78) 95 (100) 100

Sumber: Data Primer diolah 2015

Berdasarkan Tabel 13 jawaban responden terhadap Terhadap Peranan Balai Taman Nasional dalam Menanggulangi perambahan hutan di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan berdasarkan dari indikator penyidikan berkategori sangat berperan berjumlah 55 atau (57,89 %).

Indikator perlindungan berkategori kurang berperan berjumlah 44 atau (46,31%). Sedangkan untuk indikator pengamanan berkategori sangat berperan berjumlah 70 atau (74 %).

Berdasarkan dari seluruh indikator dapat di simpulkan bahwa jawaban responden mengenai peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo dalam Menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan berkategori Sangat berperan. Baik itu dari penyidikan, perlindungan, maupun pengamanan.

 


(73)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan dan saran dari penelitian dengan judul Peranan Balai Taman Nasional dalam Menanggulangi Perambahan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau sebagai berikut :

A.Kesimpulan

1. Penyidikan tentang Peranan Balai Taman Nasional dalam Menanggulangi Perambahan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo di nilai sangat berperan. karena kategori sangat berperan berjumlah 55 atau 57,89%, cukup berperan berjumlah 18 atau 18,94%, sedangkan kategori kurang berperan berjumlah 22 atau dengan persentase 23,15%.

2. Perlindungan tentang Peranan Balai Taman Nasional dalam Menanggulangi Perambahan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo di nilai kurang berperan. ini disebabkan dari jawaban tertinggi responden kategori sangat berperan berjumlah 33 atau 34,73%, kategori cukup berperan berjumlah 18 atau 18,94% dan kategori kurang berperan berjumlah 44 atau 46,31%.

3. Pengamanan tentang Peranan Balai Taman Nasional dalam Menanggulangi Perambahan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo di nilai sangat berperan. karena jawaban tertinggi responden yang berkategori sangat berperan berjumlah 70 atau 74%, cukup berperan berjumlah 10 atau 10,52%, dan untuk kategori kurang berperan berjumlah 15 atau 15,78%.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)