Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Satu Parameter Terhadap Peramalan Jumlah Guru & Jumlah Murid Sekolah Menengah Atas Tahun 2012-2015 Di Kecamatan Galang

(1)

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS

DAN PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PENYAKIT

KARAT DAUN (

Puccinia polysora

Underw) PADA TANAMAN

JAGUNG (

Zea mays

L.) DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

Oleh :

SUKMA ADITYA HPT

070302012

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS

DAN PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PENYAKIT

KARAT DAUN (

Puccinia polysora

Underw) PADA TANAMAN

JAGUNG (

Zea mays

L.) DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

Oleh :

SUKMA ADITYA 070302012

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Departemen Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh: Komissi Pembimbing

(Dr. Ir. Hasanuddin, MS)

Ketua Anggota

(Ir. Mukhtar I. Pinem. M.Agr)

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRACT

Sukma Aditya, "Some Resistance Test Plant Varieties and Influence Distance Against Disease Leaf Rust (Puccinia polysora Underw) In the Corn Plantation (Zea mays l.) In the Lowlands". Supervised by Dr. Ir. Hasanuddin, MS, and Ir. Mukhtar Pinem Iskandar, M. Agr. This study aims to determine the resistance of some varieties of maize (Zea mays L.) and plant spacing influence on leaf rust disease (Puccinia

The results showed Bisi 13 varieties resistant to corn leaf rust disease (Puccinia polysora Underw). Treatment optimal of the corn leaf rust disease (Puccinia polysora Underw) that J3 (70 x 25). Treatment varieties and spacing appropriate to the corn leaf rust disease (Puccinia polysora Underw) at treatment V3J3. Highest maize varieties on the treatment V3 (Bisi 13) of 6.3 tonnes / ha. Maize production was highest in the treatment J3 (70 x 25 cm) of 5.58 tonnes / ha. Maize production was highest in the treatment interaction on V3J3 (Bisi 13 of 70 x 25 cm) of 7.54 tonnes / ha.

polysora Underw.) In the lowlands. Research conducted in the village of Tanjung Selamat, Medan. Randomized studies using Design Group (RAK) two factorial with nine treatments and three replied.


(4)

ABSTRAK

Sukma Aditya, “Uji Ketahanan Beberapa Varietas dan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia polysora Underw) Pada TanamaJagung (Zea mays l.) Di Dataran Rendah“. Dibimbing oleh Dr. Ir. Hasanuddin, MS dan Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan beberapa

varietas jagung (Zea mays L.) dan pengaruh jarak tanam terhadap penyakit karat daun (Puccinia polysora Underw.) di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di desa Tanjung

Selamat, Medan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktorial dengan sembilan perlakuan dan tiga ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan varietas Bisi 13 tahan terhadap serangan penyakit karat daun jagung (Puccinia polysora Underw). Perlakuan jarak tanam yang optimal terhadap serangan penyakit karat daun jagung (Puccinia polysora Underw) yaitu J3 (70 x 25). Perlakuan varietas dan jarak tanam yang sesuai terhadap serangan penyakit karat daun jagung (Puccinia polysora Underw) pada perlakuan V3J3. Produksi jagung tertinggi pada perlakuan varietas yaitu pada V3 (Bisi 13) sebesar 6,3 ton/ha. Produksi jagung tertinggi pada perlakuan jarak tanam yaitu pada J3 (70 x 25 cm) sebesar 5,58 ton/ ha. Produksi jagung tertinggi pada perlakuan interaksi yaitu pada V3J3 (Bisi 13 dengan jarak tanam 70 x 25 cm) sebesar 7,54 ton/ha.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Sukma Aditya lahir pada tanggal 15 Mei 1989 di Padangsidimpuan Sumatera Utara, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Ayahanda Rustaman dan Ibunda Suryati. Pendidikan formal yang pernah di tempuh penulis yaitu :

- Tahun 2001 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Negeri Inpres, Padangsidimpuan.

- Tahun 2004 lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Padangsidimpuan.

- Tahun 2007 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Padangsidimpuan. - Tahun 2007 lulus dan diterima di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMDK Pengalaman Kegiatan Akademis

1. Tahun 2007-2011 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN).

2. Tahun 2007-2011 menjadi anggota Komunikasi Muslim (KOMUS) FP USU. 3. Tahun 2011 menjadi asisten Perlindungan Hama dan Peyakit Terpadu.

4. Tahun 2010 mengikuti seminar Syngenta dengan tema “ How do we feed a growing population”.

5. Tahun 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Unit Kebun Tonduhan PTPN IV Simalungun.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Judul dari skripsi ini adalah UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS DAN

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia

polysora Underw) PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI DATARAN RENDAH” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Hasanuddin, MS dan Ir. Mukhtar Iskandar Pinem. M.Agr selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2012


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT... i

ABSTRAK... ii

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesa Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 6

Syarat Tumbuh ... 8

Biologi Penyebab Penyakit ... 9

Gejala Serangan ... 11

Daur hidup penyakit ... 12

Faktor yang Mempengaruhi Penyakit ... 12

Pengendalian ... 14

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat ... 16

Metode Penelitian ... 16

Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Lahan ... 18

Penanaman Benih ... 19

Pemupukan ... 19

Pemeliharaan ... 19

Panen ... 21

Penetapan Sampel ... 21


(8)

Produksi... 22 HASIL DAN PEMBAHASAN

Intensisitas Serangan P. Polysora ... 23 Produksi Jagung ... 28 KESIMPULAN

Kesimpulan... 35 Saran... 35 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hlm

1. Beda Uji Rataan Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas

SeranganP. Polysora Underw. (%)... 23

2. Beda Uji Rataan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Intensitas

SeranganP. Polysora Underw. (%)... 25

3. Beda Uji Rataan Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Intensitas SeranganP. Polysora Underw. (%)... 27

4. Beda Uji Rataan Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Jagung... 28 5. Beda Uji Rataan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap

Produksi Jagung... 30 6. Beda Uji Rataan Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hlm

1. Konidia Puccinia polysora Underw. ……….. 10 2. Gejala Serangan Puccinia polysora Underw. ………... 11 3. Histogram Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas

SeranganP. Polysora Underw. (%)... 24

4. Histogram Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Intensitas

SeranganP. Polysora Underw. (%)... 26

5. Histogram Pengaruh Varietas Jarak Tanam Terhadap Intensitas

SeranganP. Polysora Underw. (%)... 28

6. Histogram Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Jagung... 30 7. Histogram Pengaruh Jarak Tanam Terhadap

Produksi Jagung... 32 8. Histogram Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hlm

1. Bagan Penelitian……… 39 2. Deskripsi Tanaman Jagung……… 41 3. Data Pengamatan I Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 44 4. Data Pengamatan II Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 47 5. Data Pengamatan III Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 50 6. Data Pengamatan IV Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 53 7. Data Pengamatan V Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 56 8. Data Pengamatan VI Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 59 9. Data Produksi Jagung (ton/ha)………...……… 62


(12)

ABSTRACT

Sukma Aditya, "Some Resistance Test Plant Varieties and Influence Distance Against Disease Leaf Rust (Puccinia polysora Underw) In the Corn Plantation (Zea mays l.) In the Lowlands". Supervised by Dr. Ir. Hasanuddin, MS, and Ir. Mukhtar Pinem Iskandar, M. Agr. This study aims to determine the resistance of some varieties of maize (Zea mays L.) and plant spacing influence on leaf rust disease (Puccinia

The results showed Bisi 13 varieties resistant to corn leaf rust disease (Puccinia polysora Underw). Treatment optimal of the corn leaf rust disease (Puccinia polysora Underw) that J3 (70 x 25). Treatment varieties and spacing appropriate to the corn leaf rust disease (Puccinia polysora Underw) at treatment V3J3. Highest maize varieties on the treatment V3 (Bisi 13) of 6.3 tonnes / ha. Maize production was highest in the treatment J3 (70 x 25 cm) of 5.58 tonnes / ha. Maize production was highest in the treatment interaction on V3J3 (Bisi 13 of 70 x 25 cm) of 7.54 tonnes / ha.

polysora Underw.) In the lowlands. Research conducted in the village of Tanjung Selamat, Medan. Randomized studies using Design Group (RAK) two factorial with nine treatments and three replied.


(13)

ABSTRAK

Sukma Aditya, “Uji Ketahanan Beberapa Varietas dan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia polysora Underw) Pada TanamaJagung (Zea mays l.) Di Dataran Rendah“. Dibimbing oleh Dr. Ir. Hasanuddin, MS dan Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan beberapa

varietas jagung (Zea mays L.) dan pengaruh jarak tanam terhadap penyakit karat daun (Puccinia polysora Underw.) di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di desa Tanjung

Selamat, Medan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktorial dengan sembilan perlakuan dan tiga ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan varietas Bisi 13 tahan terhadap serangan penyakit karat daun jagung (Puccinia polysora Underw). Perlakuan jarak tanam yang optimal terhadap serangan penyakit karat daun jagung (Puccinia polysora Underw) yaitu J3 (70 x 25). Perlakuan varietas dan jarak tanam yang sesuai terhadap serangan penyakit karat daun jagung (Puccinia polysora Underw) pada perlakuan V3J3. Produksi jagung tertinggi pada perlakuan varietas yaitu pada V3 (Bisi 13) sebesar 6,3 ton/ha. Produksi jagung tertinggi pada perlakuan jarak tanam yaitu pada J3 (70 x 25 cm) sebesar 5,58 ton/ ha. Produksi jagung tertinggi pada perlakuan interaksi yaitu pada V3J3 (Bisi 13 dengan jarak tanam 70 x 25 cm) sebesar 7,54 ton/ha.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) termasuk bahan pangan utama kedua setelah beras. Sebagai sumber karbohidrat, jagung mempunyai manfaat yang cukup banyak, antara lain sebagai bahan pakan dan bahan baku industri. Penggunaan jagung sebagai bahan pangan dan pakan terus mengalami peningkatan. Sementara ketersediaanya dalam bentuk bahan terbatas. Untuk itu, perlu dilakukan upaya peningkatan produksi melalui perluasan lahan dan peningkatan produktivitas (Adisarwanto dan Widyastuti, 2000).

Sebagai tanaman serealia, jagung biasa tumbuh hampir di seluruh dunia. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung telah menjadi komoditas utama. Bahkan, dibeberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan bahan pangan utama. Tidak hanya sebagai bahan pangan, jagung juga dikenal sebagai salah satu bahan pakan ternak dan industri (Bakhri, 2007).

Hasil jagung di Indonesia per hektarnya masih rendah, rata-rata 2-8 ton tongkol basah per hektar. Sedangkan hasil jagung di lembah Lockyer, Australia dapat mencapai 7-10 ton tongkol basah per hektar. Dengan masih rendahnya hasil jagung maka perlu adanya usaha untuk meningkatkan produksi dengan pengaturan jarak tanam, penggunaan varietas yang unggul dan pemakaian pupuk kandang sebagai sumber unsur hara (Lubach, 1980).

Menurut data Biro Pusat Statistik (2008), produksi nasional jagung pada tahun 2006 sebesar 11,61 juta ton, tahun 2007 sebesar 13,28 juta ton atau meningkat 14,39% dibandingkan pada tahun 2006. Untuk tahun 2008, produksi jagung meningkat 20% dibandingkan pada tahun 2007, sehingga mampu memproduksi 16 juta ton. Sementara pada tahun 2009 adalah berkisar 18 juta ton. Berdasarkan biro pusat statistik Sumatera utara


(15)

produksi jagung Sumatera utara tahun 2007 sebesar 804.651 ton dan tahun 2008 sebesar 823.966 ton (Pasandaran dan Tangejaya 2004).

Permasalahan yang dihadapi petani jagung antara lain : (1) penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, baik yang bersari bebas maupun yang hibrida masih terbatas, (2) di beberapa daerah khususnya pada lahan kering petani masih banyak yang menggunakan jarak tanam yang tidak teratur, (3) pemupukan pada umumnya belum didasarkan atas ketersediaan unsur hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman. Umumnya petani memupuk dengan dosis yang beragam sesuai dengan kemampuannya masing-masing dan tidak diimbangi dengan pemupukan P dan K (Sanchez, 1992).

Pengaruh jarak tanam dan populasi tanaman sangat menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman per satuan luas tanaman. Kenaikan populasi jagung menyebabkan peningkatan produksi per satuan luas dengan peningkatan produksi sampai ketinggian tertentu, meskipun menyebabkan turunnya produksi pertanian, tetapi dengan diimbangi kenaikan populasi akan diproleh produksi per satuan luas tetap tinggi. Populasi tanaman yang digunakan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan varietas tanaman. Lingkungan tumbuhan yang meliputi faktor iklim dan kondisi alam berada pada kondisi optimal, maka tingkat kerapatan yang lebih padat dimungkinkan untuk digunakan (Effendi, 1977).

Salah satu kendala penting dalam upaya peningkatan produksi jagung adalah gangguan biotis yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu gangguan oleh makroorganisme yang dikenal dengan hama, dan gangguan mikroorganisme yang disebut sebagai gangguan penyakit. Mikroorganisme penyebab penyakit dikelompokkan kedalam tiga golongan yaitu cendawan, bakteri, dan virus. Jenis penyakit yang disebabkan oleh cendawan adalah penyakit bulai, hawar daun, bercak daun, hawar upih, karat daun, busuk batang, dan gosong. Jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri meliputi : hawar/ layu bakteri Goss, dan layu bakteri (Shurtleff, 1980). Jenis penyakit yang disebabkan oleh virus adalah penyakit virus mosaik


(16)

kerdil, penyakit virus kerdil klorotik, penyakit virus mosaic jagung, penyakit virus gores, dan penyakit virus mosaic tebu

(Wakman et al. 2001, Shurtleff, 1980 dalam Wakman dan Burhanuddin, 2005).

Salah satu penyebab penyakit karat daun adalah Puccinia polysora Underw. Penyakit karat pada jagung di Indonesia baru menarik perhatian pada tahun 1950-an. Adanya penyakit ini untuk pertama kali ditulis dalam karangan Roelofsen (1956). Jamur P. polysora baru dikemukakan oleh Sudjono pada tahun 1985. Jamur ini untuk pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1891. Diberitakan bahwa pada waktu baru masuk di Afrika P. polysora menimbulkan kerugian sampai sekitar 70 %. (Holliday, 1980).

Pengaturan jarak tanam pada suatu areal tanah pertanian juga dapat mempengaruhi produksi jagung. Setyati (2002), mengatakan bahwa jarak tanam mempengaruhi persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara, sehingga akan mempengaruhi hasil. Pada umumnya sistem jarak tanam yang digunakan adalah satu baris, namun saat ini telah dikenal sistem pertanaman dua baris karena ternyata mampu memberikan hasil yang lebih besar (Stalcup, 2008). Baris segitiga juga menjadi perhatian petani untuk meningkatkan produksi per satuan lahan. Populasi yang lebih banyak pada baris segitiga meningkatkan

produksi berkisar 8,98% dibandingkan satu baris dan 4,59% dengan dua baris (Bakkara 2010, dalam Cox et al, 2006).

Diantara teknologi yang dihasilkan melalui penelitian, varietas unggul sangat menonjol peranannya, baik peningkatan hasil persatuan luas maupun sebagai salah satu komponen pengendalian hama dan penyakit. Akan tetapi, karena keterbatasan informasi dan kurang tersedianya benih bermutu dengan harga terjangkau maka masih banyak petani yang menggunakannya (Effendi, 1977).

Menurut Hunter, Kannenberg dan Gamble (1970), ada penurunan luas daun secara linier per tanaman jika populasi ditingkatkan. Penurunan ini mungkin disebabkan oleh


(17)

persaingan CO2 atau cahaya antar tanaman. Penetapan jumlah populasi tanaman per satuan luas atau pengaturan jarak tanam erat hubungannya dengan penyerapan sinar matahari secara efektif oleh tajuk tanaman untuk dapat berlangsungnya proses fotosintesis.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh jarak tanam terhadap perkembangan penyakit karat daun jagung (Puccinia polysora Underw) di dataran rendah

2. Untuk mengetahui ketahanan beberapa varietas tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap penyakit karat daun (Puccinia polysora Underw.) di dataran rendah

Hipotesa Penelitian

1. Jarak tanam dapat mempengaruhi perkembangan penyakit karat daun (Puccinia polysora Underw) dan produksi pada tanaman jagung (Zea mays).

2. Ada perbedaan ketahanan dari beberapa varietas tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap penyakit karat daun (Puccinia polysora Underw) di dataran rendah.

3. Ada interaksi antara jarak tanam dan varietas terhadap serangan penyakit karat daun (Puccinia polysora Underw) dan produksi tanaman jagung (Zea mays).

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu cara pengendalian untuk mengendalikan penyakit Puccinia polysoradengan cara kultur teknis.

2. Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Pandey (1969) tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermaeae Class : Monocotiledoneae Ordo : Graminales

Family : Graminaceae Genus : Zea

Species : Zea mays L.

Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. (Bakkara 2010, dalam Effendi, 1984).

Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi


(19)

batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60-300 cm (Klingman, 1965).

Daun jagung muncul dari buku-buku batang, sedangkan pelepah daun menyelubugi ruas batang untuk memperkuat batang. Panjang daun bervariasi antara 30-150cm dan lebar 4-15cm dengan ibu tulang daun yang sangat keras. Terdapat lidah daun (ligula) yang transparan yang mempunyai telinga daun (auriculae) jumlah daun jagung tanaman bervariasi antara 12-18 helai. Daun jagung terdiri dari pelepah dan helai daun, memanjang ujung meruncing. Pelepah dan helai dibatasi oleh lignia yang bagian menghalagi masuknya air dan embun (Salisbury, 1992).

Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya jagung memiliki barisan biji yang melibit secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji, endosperm dan embrio (Togu 2006, dalam Rukmana, 1997)

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis dan tidak menuntut persyaratan lingkungan yang begitu ketat. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaik antara 27oC-32oC. Akan tetapi, untuk pertumbuhan yang baik bagi tanaman jagung khususnya jagung hibrida, suhu optimum adalah 23oC-27oC. Suhu yang terlalu tinggi dan kelembaban yang rendah dapat mengganggu peroses persarian. Jagung hibrida memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan, terutama saat berbunga dan pengisian biji. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/ bulan selama masa pertumbuhan, atau sekitar 200 mm/tahun (Warisno, 2007).


(20)

Distribusi curah hujan yang merata selama pertumbuhan akan memberikan hasil yang baik. Distribusi hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman jagung kurang lebih 200 mm tiap bulan. Untuk memperoleh hasil yang baik, tanaman jagung memerlukan air yang cukup, terutama pada fase perbungaan hingga pengisian biji.

Tanah

Jagung di Indonesia umumnya ditanam di dataran rendah, baik di lahan tegalan, sawah tadah hujan, serta sebagian kecil ditanam didataran tinggi. Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan subur pada tanah basah atau tergenang, karena daun-daunnya akan menjadi kuning kemudian mati (Hardjowigeno, 1987).

Tanah yang baik untuk jagung adalah gembur dan subur, karena tanaman ini memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengelolahan yang baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhan. Pengolahan tanah dikerjakan secara optimal, sehingga aerasi dan ketersedian air dalam tanah berada dalam kondisi baik (Sarief, 1989). Biologi Penyebab Penyakit

Klasifikasi jamur Puccinia polysora Underw. menurut Alexopoulus dan Mims (1979) adalah :

Divisio : Basidiomycota Sub Divisio : Urediniomycotina Kelas : Urediniomycetes Sub Kelas : Urediniomycetidae Ordo : Uredinales

Family : Pucciniaceae Genus : Puccinia


(21)

Penyakit karat daun ini disebabkan oleh jamur P. polysora. Jamur ini membentuk uredium (urediosorus) pada permukaan atas, bawah daun dan pada upih daun yang tersebar rapat. Uredium yang berbentuk bulat atau lonjong dengan garis tengah 0,2-1 mm, berwarna jingga atau jingga tua menghasilkan urediospora yang berperan penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung dan sebarannya melalui angin. Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau (Semangun, 1991).

P. polysora membentuk urediospora berbentuk bulat telur sampai bulat telur memanjang, agak bersudut-sudut dengan ukuran 28-38 x 22-30 µm. Berdinding agak tebal, berwarna emas, dengan duri-duri halus yang jarang dengan ketebalan 1-2 µm, pori 4-5 µm (Gambar 1). Telium berwarna gelap, tetap tertutup oleh epidermis, bulat dengan garis tengah 0,2-0,5 µm. Teliospora kurang lebih jorong atau berbenruk gada, biasanya tidak teratur atau agak bersudut-sudut, ujungnya tumpul atau terpancung, agak mengecil pada sekat, dengan ukuran 35-50 x 16-26 µm. Mesospora (teliospora bersel 1) banyak, dinding coklat kekuningan, halus, dengan ukuran 1-1,5 µm pada sisinya, tangkai kuning pucat, panjangnya 30 µm. Piknium dan aesium jamur ini belum diketahu (Holliday, 1980).

Gambar 1. Fotomikrograf Konidia P. polysora Underw Perbesaran 10 x 40


(22)

Gejala Serangan

Gejala penyakit karat dominan tampak pada daun tanaman jagung dibandingkan dengan bagian tanaman lainnya. Tanaman jagung yang terserang cendawan ini memperlihatkan gejala bercak kuning kemerahan (seperti karatan) pada daun (Gambar 2). Jika serangan berat maka tanaman dapat mengalami kematian. Kranz et al. (1997) mengemukakan bahwa pada permukaan atas dan bawah daun terdapat bercak kecil atau seperti bisul, bentuknya bulat sampai lonjong berwarna coklat kemerahan ukuran 2 mm. Bercak ini menghasilkan spora yang disebut teliospora (Gambar 2), tersebar pada permukaan daun dan akan berubah warna menjadi hitam kecoklatan setelah teliospora berkembang. Karena banyaknya teliospora yang terbentuk menyebabkan permukaan bagian atas daun menjadi kasar. Pada tingkat serangan berat daun menjadi kering.

Gambar 2. Gejala Serangan P. polysora Underw

Hasil penelitian Santiago dan Exconde (1974) dalam Hooker (1991) didapatkan ada beberapa jenis infeksi, yakni sangat tahan atau resisten dan tidak terdapat uredia. Toleran memiliki uredia yang mengandung sedikit spora. Setengah toleran, daun akan diselingi uredia dengan tingkatan sporulasi yang besar dan rentan yang mengandung sedang sampai banyak spora.


(23)

Daur Hidup Penyakit

Jamur ini mempertahankan diri dari musim ke musim pada tanaman jagung yang hidup dan dipencarkan oleh urediospora. Spora ini dapat diterbangkan dan dipencarkan oleh urediospora dengan tetap hidup, karena kering dan mempunyai dinding yang cukup tebal (Semangun, 1991).

Jamur karat tidak dapat hidup sebagai saprofit, sehingga tidak dapat mempertahankan diri pada sisi-sisa tanaman jagung. Tidak dapat bukti-bukti bahwa jamur ini mempertahankan diri dalam biji yang dihasilkan oleh tanaman sakit (Holliday, 1980).

Jamur dapat dipencarkan oleh angin. Di udara konidium yang terbanyak terdapat menjelang tengah hari. Konidium berkecambah dan pembuluh kecambah mengadakan infeksi melalui mulut kulit atau dengan mengadakan penetrasi secara langsung, yang didahului dengan pembentukan apresorium (Semangun, 1991).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit

Penyebaranpenyakit karat dipengaruhi oleh terbentuknya urediospora. Jamur ini tidak dapat bertahan hidup pada jaringan mati karena tidak dapat hidup sebagai saprofit. Berkembang sangat baik pada suhu 27-28º C dan kelembaban udara yang tinggi serta jenis varietas/tanaman tertentu. Kelembaban udara yang tinggi akan meningkatkan serangan penyakit karat (Sudjono dan Sukmana, 1995). Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan Pakki (1998) bahwa intensitas serangan penyakit karat lebih tinggi di daerah yang kelembaban udaranya lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang relatif lebih rendah kelembaban udaranya.

Puccinia polysora Underw. terutama merugikandi daerahtropik. Urediospora paling banyak dipancarkan menjelang tengah hari. Suhu optimum untuk perkecambahan urediospora adalah 27-28oC. Pada suhu ini uredium terbentuk 9 hari setelah infeksi. Jamur mengadakan


(24)

infeksi melalui mulut kulit. Penyakit dipengaruhi oleh jenis tanaman jagung. Telah diketahui bahwa ketahanan terhadap P. Polysora ditentukan oleh gen-gen dominan atau dominan yang tidak penuh (Holliday, 1980).

Dimana salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya penyakit karat daun adalah tingginya kelembaban di sekitar lahan akibat penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat. Menurut Cahyono (2002), pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan jenis tanaman akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu pengaturan jarak tanam yang diatur sedemikian rupa dapat menekan intensitas serangan penyakit pada tanama.

Hasil penelitian Robert (1962) diketahui perkecambahan urediospora dipengaruhi secara signifikan oleh faktor lingkungan dengan suhu optimal 25-28 oC. Dalam kondisi alami pencahayaan akan selalu variabel yang dapat mempengaruhi perkecambahan spora.

Pengendalian

Penanaman varietas tahan merupakan cara pengendalian yang mudah, murah, dan aman bagi lingkungan (Wakman dan Burhanuddin, 2007). Menurut Sudjono (1988) di Bogor diketahui bahwa XCI 47, XCJ 33, TCKUJ 1414, TC arren, CI-27-3, Pool 468, Arjuna, Wiyasa dan Pioneer 2 tahan terhadap Puccinia polysora Underw. sedangkan Hibrida C1 terbukti rentan.Varietas bersari bebas yang diketahui tahan atau cukup tahan terhadap Puccinia sp. diantaranya adalah XCI 47, XCJ33, TCKUJ 1414, Arjuna, , MLG 5164

(Sumartini dan Srihardiningsih, 1995).

Pengendalian penyakit dengan varietas tahan merupakan cara yang mudah penerapannya bagi petani, biaya murah dan aman terhadap lingkungan. Schieber (1977) menyatakan bahwa menanam varietas tahan adalah merupakan satu-satunya cara pengndalian penyakit karat. Russel (1978) memandang cara ini adalah paling efektif dan efisien dari cara


(25)

pengendalian lainnya, asalkan sifat ketahanannya tidak berkaitan dengan produktivitas dan kualitas hasil rendah.

Pengaturan jarak tanam merupakan salah satu cara untuk menciptakan kondisi faktor lingkungan yang dibutuhkan tanaman tersedia secara merata bagi setiap tanaman dan mengoptimasi penggunaan faktor lingkungan yang tersedia. Menurut Cahyono (2002), pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan jenis tanaman akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu pengaturan jarak tanam yang diatur sedemikian rupa dapat menekan intensitas serangan penyakit pada tanaman.

Menanam pada waktu yang tepat secara serempak pada suatu hamparan yaitu pada saat sumber inokulum penyakit masih rendah atau belum ada dilapangan dapat memperkecil dan memperpendek distribusi sumber inokulum (Palti, 1980).

Penyakit yang disebabkan oleh jamur/cendawan dapat berkembang dengan baik pada kondisi suhu rendah dan kelembaban yang relatif tinggi. Oleh karena itu, untuk menghindari tanaman jagung dari serangan karat sebaiknya menanam pada awal musim hujan (Semangun, 1991). Menurut Sudjono dan Sukmana (1995) intensitas serangan penyakit karat sangat tinggi pada pertanaman jagung yang ditanam pada periode bulan Desember sampai Januari.

Pengendalian penyakit juga dapat dilakukan dengan cara pengaturan kelembaban pada areal pertanaman, terutama sekitar tajuk tanaman dengan cara mengatur jarak tanam secara tepat dan penerapan sanitasi pada areal pertanaman jagung. Pengendalian secara kimia dapat dikendalikan dengan fungisida, antara lain zineb, oksiklorida tembaga, Fermat dan dithane (Semangun, 1991).


(26)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian direncanakan dilaksanakan di lahan Pertanian Desa Tanjung Selamat dengan ketinggian tempat + 25 m dpl. Penelitian direncakan mulai bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan adalah benih jagung dari 3 varietas (Pioner 14, Pioner 16 dan Bisi 13), pupuk, air.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkul, gembor, papan sampel, papan nama, tugal, timbangan, meteran, mikroskop, handsprayer, alat-alat tulis, buku data dan prparat.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Dengan perlakuan sebagai berikut :

Faktor I : Penggunaan varietas dengan 3 taraf perlakuan V1 : Varietas Pioner 14

V2 : Varietas Pioner 16 V3 : Varietas Bisi 13


(27)

Faktor II : Jarak Tanam Jagung dengan 3 taraf perlakuan J1 : Jarak tanam 50 x 25

J2 : Jarak tanam 60 x 25 J3 : Jarak tanam 70 x 25

Penelitian dianalisis dengan menggunakan model linier yaitu : Yijk : µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + Eijk

Keterangan : Yijk = Data yang dihasilkan dari pengaruh ulangan pada taraf ke i dan perlakuan ke j dan perlakuan ke k.

µ = Rataan / nilai tengah ρi = Efek blok ke i αj = Efek perlakuan ke j βk = Efek perlakuan ke k

(αβ)jk = Efek interaksi perlakuan ke j dan perlakuan ke k

Eijk = Efek error dari ulangan pada taraf ke i dan perlakuan ke j da perlakuan ke k.

Kombinasi perlakuan :

V1J1 V2J1 V3J1

V1J2 V2J2 V3J2

V1J3 V2J3 V3J3

Ulangan dilakukan sebanyak 3 kali diperoleh dari : (t-1) (r-1)> 15

(9-1)(r-1)> 15 9(r-1)> 15 8r ≥ 23


(28)

r > 2.8 (Dibulatkan r = 3) (Bangun, 1981)

Untuk analisa data secara statistik digunakan Uji Jarak Duncan tafaf 5 %.

Jumlah plot : 9 x 3 = 27 plot

Jarak antar plot : 50 cm

Jarak antar ulangan : 100 cm

Ukuran parit besar : 50 cm

Luas plot : p x l =2 m x 2 m = 4 m2

Luas lahan : p x l = 25 m x 9 m = 275 m2 Luas plot efektif : 27 x 4 m = 108 m2

Jumlah seluruh tanaman : 756 tanaman

Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dimulai dengan pembersihan areal dari gulma dan sisa-sisa tanaman, setelah areal bersih dilakukan pencangkulan tanah sedalam 20-30 cm untuk menghancurkan bongkahan tanah. Selanjutnya dilakukan penggemburan tanah kembali dengan membalik tanah sekaligus membuat petak-petak percobaan / plot dengan ukuran 2 m x 2 m. Jarak antar petak/ plot adalah 50 cm, dan jarak antar blok/ ulangan adalah 100 cm.

Penanaman benih

Benih jagung yang digunakan ( Pioner 14, Pioner 16 dan Bisi 13). Benih yang ditanam adalah benih yang sehat dan seragam. Sebelum benih ditanam, dibuat lubang tanam


(29)

pada setiap plot percobaan dengan menggunakan tugal. Kedalaman lubang tanam antara 3-5 cm dengan jarak tanam 50 cm x 25 cm, 60 cm x 25 cm, 75 cm x 25 cm, setiap lubang tanam diisi dengan 2 benih jagung. Bila kedua benih telah tumbuh maka dipilih satu tanaman saja yang paling bagus.

Pemeliharaan Tanaman Pemupukan

Pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36 dan KCl. Dosis pupuk yang digunakan untuk Urea adalah 350 kg/ ha untuk dua kali pemupukan, SP-36 sebanyak 200 kg/ ha dan KCl sebanyak 50 kg/ ha. Pada pemupukan pertama sebagai pupuk dasar, Urea yang digunakan adalah 200 kg/ ha (sekitar 6,3 gr/ tanaman), SP-36 sebanyak 3,6 gr/ tanaman dan KCl sebanyak 1 gr/ tanaman. Dengan jarak pemberian 10 cm dari tanaman. Pemupukan kedua dilakukan pada 35 hst, pupuk yang diberikan hanya urea dengan dosis 150 kg/ha (sekitar 2,7 gr/tanaman) dengan jarak pemberian 15 cm dari tanaman (Syafruddin dkk, 2007).

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiangan gulma, penyiraman, penyulaman, pembumbunan tanah dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan pertama dilakukan sebelum pemupukan susulan II dan bersamaan dengan pembumbunan. Pembumbunan adalah menutup akar yang menyembul keluar agar tanaman tumbuh tegak dan kokoh

Penyiangan dilakukan sebanyak 2 kali, yakni pada 10-15 hst dan 25-30 hst. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman, dikarenakan tanaman pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkram tanah.


(30)

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yakni pada pagi dan sore hari apabila kondisi tanah kering. Tetapi apabila hujan dan kondisi tanah telah lembab penyiraman tidak dilakukan.

Penjarangan dilakukan pada saat umur tanaman 14 hari dengan memotong tanaman yang tumbuhnya tidak baik dengan pisau atau gunting tepat di atas permukaan tanah dan meninggalkan satu tanaman yang terbaik terutama tanaman sampel pada setiap lubang tanam untuk parameter pengamatan. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh.

Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Dilakukan 7-10 hari setelah tanam (hst). Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan.

Panen

Kriteria panen pada jagung umumnya kira- kira setelah tanaman berumur 98-100 hari setelah tanaman (hst), pada saat daun telah menguning dan kering ini pun tergantung kepada varietas jagung yang digunakan, biji jagung telah berwarna kuning kemerahan dan telah mengeras, klobot daun telah menguning dan kering dan rambut berwarna coklat kehitaman. Bila kelobot dikupas terlihat biji jagung mengkilat dan bila ditusuk dengan kuku ibu jari tidak tampak bekas goresan, atau pangkal biji (lapisan absisi) sudah tampak menghitam, maka jagung siap panen.


(31)

Penetapan Sampel dan Pengambilan Data

Penetapan sampel yaitu > 10%, maka ditetapkan menjadi 5 tanaman sampel per plot dengan memberi tanda pada tiap-tiap sampel dengan pacak sampel.

Parameter Pengamatan Intensitas Serangan

Pengamatan Intensitas Serangan dilakukan pada saat tanaman terinfeksi pertama kali di lapangan dan diamati satu minggu sekali sebanyak enam kali pengamatan, dengan menggunakan rumus berikut:

(nxv) IS = NxZ x 100%

Keterangan: IS : Intensitas Serangan Penyakit (%)

n : Jumlah bagian tanaman yang terserang (helai) v : Nilai skala daun yang terserang

N : Jumlah seluruh daun yang diamati

Z : Skala tertinggi dari kategori skala serangan

Kategori Skala Serangan

Skala Keterangan

0 Tidak terdapat gejala serangan (sehat) 1 >1% - <

3 >15% -

15% luas permukaan daun terserang <

5 >25% -

25% luas permukaan daun terserang <

7 >50% -

50% luas permukaan daun terserang <

9 >75% -

75% luas permukaan daun terserang <

(Sudarsono dan Sujarman, 1989).


(32)

Produksi

Produksi dihitung dengan menimbang berat bersih biji jagung pipilan pada akhir masa percobaan yang dikonversikan ke dalam ton/ha, dengan menggunakan rumus:

X 10.000 m2 Y (ton /ha) = x

L 1.000 kg

Keterangan:

Y = Produksi dalam ton/ha X = Produksi dalam kg/plot L = Luas plot dalam m2 (Sudarsono dan Sujarman, 1981).


(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Intensitas Serangan (%) Puccinia polysora Underw.

a. Pengaruh Varietas Terhadap Intensistas Serangan P. Polysora Underw. Pada Tanaman Jagung

Data pengamatan intensitas serangan P. Polysora Underw. pada setiap waktu pengamatan mulai dari 7-12 minggu setelah tanam (mst) dapat dilihat pada lampiran 6-12. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas sangat berbeda nyata pada pengamatan 7-12 mst . Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Beda Uji Rataan Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas Serangan P. Polysora Underw. (%) Pada Pengamatan 7-12 mst.

PERLAKUAN

PENGAMATAN

7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST 12 MST

V1 1,32A 1,63A 2,58A 2,82A 3,65A 6,60B

V2 1,51A 2,00A 3,41A 3,84A 4,95A 11,09A

V3 0,45B 0,62B 0,86B 1,13B 1,38B 1,90C

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata, pada taraf 1%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan 7-12 mst diperoleh hasil bahwa pada pengamatan 12 minggu setelah tanam intensitas serangan tertinggi P. Polysora Underw. terdapat pada perlakuan V2 (Pionner 16) sebesar 11.09% dan terendah pada perlakuan V3 (Bisi 13) sebesar 1.90%. Hal ini dikarenakan bahwa V3 (Bisi 13) merupakan varietas yang tahan terhadap penyakit karat daun sehingga intensitas serangan penyakitnya lebih rendah dibandingkan V2 (Pioner 16) yang merupakan varietas yang toleran sehingga intensitas serangan penyakitnya lebih besar. Oleh karena itu penggunaan varietas yang tahan merupakan salah satu pengendalian yang efektif untuk mencegahnya kehadiran dari penyakit karat daun pada tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Schieber (1977)


(34)

yang meyatakan bahwa menanam varietas tahan merupakan satu-satunya cara pengendalian penyakit karat daun pada tanaman jagung.

Beda rataan intensitas serangan P. Polysora Underw. perlakuan varietas pada pengamatan 7-12 mst dapat dilihat pada histogram 1.

Histogram 1: pengaruh varietas terhadap intensitas serangan P. Polysora Underw. (%)pada pengamatan 7-12 mst.

b. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Intensistas Serangan P. Polysora Underw. Pada Tanaman Jagung

Data pengamatan intensitas serangan P. Polysora Underw. pada setiap waktu pengamatan mulai dari 9-12 minggu setelah tanam (mst) dapat dilihat pada lampiran 6-12. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa jarak tanam sangat nyata pada pengamatan 9-12 mst . Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Beda Uji Rataan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Intensitas Serangan P. Polysora Underw. (%) Pada Pengamatan 9 -12 mst.

PERLAKUAN PENGAMATAN

9 MST 10 MST 11 MST 12 MST

J1 2.65a 2.97a 4.08A 8.66A

J2 2.19a 2.56a 3.21A 6.27B

J3 2.10a 2.26a 2.69B 4.67B

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata, pada taraf 1%.

0 2 4 6 8 10 12

1 2 3 4 5 6

INT

E

NSI

T

A

S SE

RA

NG

A

N

PENGAMATAN

V1 V2 V3


(35)

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pengamatan 12 minggu setelah tanam intensitas serangan tertinggi P. Polysora Underw.terdapat pada perlakuan J1 (jarak tanam 50 x 25 cm) sebesar 8.66 % dan terendah pada perlakuan J3 (jarak tanam 70 x 25 cm) sebesar 4.67%. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan J1 menggunakan jarak tanam (50 x 25 cm) yang cukup rapat dibandingkan J3 yang menggunakan jarak tanam (70 x 25 cm) yang optimal bagi tanaman jagung, sehingga penggunaan jarak tanam yang rapat dapat menyebabkan tingginya kelembaban disekitar tanaman itu dan peluang munculnya penyakit karat daun lebih besar. Dimana salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya penyakit karat daun adalah tingginya kelembaban di sekitar lahan akibat penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat. Hal ini terbukti pada tabel 2 dimana perlakuan jarak tanam yang rapat mengakibatkan intensitas serangan penyakit karat daun lebih besar. Hal ini sesuai dengan literatur Sudjono dan Sukmana (1995) yang meyatakan bahwa Kelembaban udara yang tinggi akan meningkatkan serangan penyakit karat. Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan Pakki (1998) bahwa intensitas serangan penyakit karat lebih tinggi di daerah yang kelembaban udaranya lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang relatif lebih rendah kelembaban udaranya. Beda rataan intensitas serangan P. Polysora Underw. pada pengamatan 9-12 mst dapat dilihat pada histogram 2.

Histogram 2 : Pengaruh jarak tanam terhadap intensitas serangan P. Polysora Underw. (%) pada tanaman jagung 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3 4

INT E NSI T A S SE RA NG A N PENGAMATAN J1 J2 J3

: 50 x 25

: 70 x 25 cm : 60 x 25 cm


(36)

c. Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Intensistas Serangan P. Polysora Underw. Pada Tanaman Jagung

Data pengamatan intensitas serangan P. Polysora Underw. pada setiap waktu pengamatan mulai dari 11-12 minggu setelah tanam (mst) dapat dilihat pada lampiran 6-12. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa jarak tanam sangat nyata pada pengamatan 11-12 mst . Hal ini dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3. Beda Uji Rataan Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Intensitas Serangan P. Polysora Underw. (%) Pada Pengamatan 9 -12 mst.

PERLAKUAN PENGAMATAN

11 MST 12 MST

V1J1 4.27B 8.43B

V1J2 3.57C 6.51C

V1J3 3.11C 4.85D

V2J1 6.33A 15.21A

V2J2 4.73B 10.48B

V2J3 3.77C 7.59C

V3J1 1.64D 2.33E

V3J2 1.32D 1.82E

V3J3 1.19D 1.57E

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata, pada taraf 1%.

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada pengamatan 12 minggu setelah tanam intensitas serangan tertinggi P. Polysora Underw.terdapat pada perlakuan V2J1 sebesar 15,21 % dan terendah pada perlakuan V3J3 sebesar 1,57%. Hal ini dikarenakan penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat dan didukungnya penggunaan varietas yang termasuk kedalam kategori toleran. Menurut Cahyono (2002), pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan jenis tanaman akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu pengaturan jarak tanam yang diatur sedemikian rupa dapat menekan intensitas serangan penyakit pada tanaman. Selain itu, penggunaan varietas yang tahan merupakan salah satu pengendalian yang efektif untuk mencegah keberadaan suatu penyakit.


(37)

Beda rataan intensitas serangan P. Polysora Underw. pada pengamatan 9-12 mst dapat dilihat pada histogram 3.

Histogram 3 : Pengaruh varietas dan jarak tanam terhadap intensitas serangan P. Polysora Underw. (%) pada tanaman jagung

2. Produksi Jagung (ton/ha)

a. Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Jagung (Ton/Ha).

Hasil pengamatan produksi jagung pipilan kering dapat dilihat pada lampiran 12. Dari analisis sidik ragam produksi dapat dilihat adanya perbedaan sangat nyata pada masing-masing perlakuan, maka dilakukan uji jarak Duncan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Beda Uji Rataan Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Jagung

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata, pada taraf 1%.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 V1J 1 V1J 2 V1J 3 V2J 1 V2J 2 V2J 3 V3J 1 V3J 2 V3J 3 P e rse nt a se Int e nsi ta s S e ra ng a n (% ) Perlakuan PENGAMATAN 11 MST

Perlakuan Produksi (Ton/Ha)

V1 4,95B

V2 4,51B


(38)

Tabel 4 menunjukkan bahwa produksi tertinggi terdapat pada perlakuan V3 (Bisi 13) sebesar 6,03 ton/ha dan terendah pada perlakuan V2 (Pioner 16) sebesar 4.51 ton/Ha. Dari tabel menunjukkan bahwa V3 (Bisi 13) merupakan varietas yang tahan terhadap penyakit karat daun sehingga intensitas serangan penyakitnya lebih rendah dibandingkan V2 (Pioner 16) yang merupakan varietas yang toleran. Varietas yang tahan otomatis intensitas serangan penyakit karat daun lebih rendah sehingga pertumbuhan tanaman dan pembentukan tongkol lebih optimal dibandingkan varietas toleran yang memiliki intensitas serangan penyakit karat daun lebih besar, sehingga menyebabkan tanaman banyak terserang karat daun. Tanaman yang terserang mengakibatkan daun hampir seluruhnya tertutupi oleh karat daun sehingga pertumbuhan tanaman dan pembentukan tongkol terhambat akibat banyaknya daun terserang penyakit karat dan mengakibatkan daun mengering. Serangan yang berat mengakibatkan daun tanaman mengering yang mengakibatkan tanaman jagung tidak dapat melakukan proses fotosintesis secara sempurna sehingga pembentukan tongkol dan pertumbuhan tanaman terhambat sehingga produksi yang dihasilkan rendah. Hal ini sesuai dengan Mejaya dkk (2010) yang menyatakan bahwa produksi jagung dapat ditingkatkan dengan pemakaian varietas unggul baik bersari bebas maupun hibrida yang tahan terhadap hama dan penyakit. Selain itu Sudjono (1988) menyatakan pada tingkat serangan yang berat dapat menyebabkan daun mengering yang mengakibatkan tanaman jagung tidak dapat melakukan proses fotosintesis secara sempurna sehingga produksi yang dihasilkan pun rendah. Oleh karena itu penggunaan varietas yang tahan merupakan salah satu pengendalian yang efektif untuk mencegahnya kehadiran dari penyakit karat daun pada tanaman jagung sehingga produksi dari tanaman jagung lebih besar. Beda rataan pengaruh varietas terhadap produks jagung pada pengamatan 7-12 mst dapat dilihat pada histogram 4.


(39)

Histogram3: Pengaruh varietas terhadap Produksi Jagung pada 12 mst

b. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Produksi Jagung (ton/ha).

Hasil pengamatan produksi jagung pipilan kering dapat dilihat pada lampiran 12. Dari analisis sidik ragam produksi dapat dilihat adanya perbedaan sangat nyata pada masing-masing perlakuan, maka dilakukan uji jarak Duncan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Beda Uji Rataan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Produksi Jagung

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata, pada taraf 1%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa produksi tertinggi terdapat pada perlakuan J3 (jarak tanam 70 x 25 cm) sebesar 5,56 ton/ha dan terendah pada perlakuan J1 (jarak tanam 50 x 25) sebesar 4,88 ton/ha%. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan J1 menggunakan jarak tanam (50 x 25 cm) yang cukup rapat dibandingkan J3 yang menggunakan jarak tanam (70 x 25 cm) yang optimal bagi tanaman jagung, sehingga penggunaan jarak tanam yang rapat dapat menyebabkan tingginya kelembaban disekitar tanaman itu. Kelembaban udara yang

0 1 2 3 4 5 6 7

V1 V2 V3

P

ro

duk

si

(

To

n/

H

a

)

Varietas

Produksi (Ton/Ha)

Perlakuan Produksi (Ton/Ha)

J1 4,88B

J2 5,05A


(40)

tinggi akan meningkatkan serangan penyakit karat. Salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya penyakit karat daun adalah tingginya kelembaban di sekitar lahan akibat penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat. Serangan yang berat mengakibatkan daun tanaman mengering yang mengakibatkan tanaman jagung tidak dapat melakukan proses fotosintesis secara sempurna sehingga pembentukan tongkol dan pertumbuhan tanaman terhambat sehingga produksi yang dihasilkan rendah. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum. Hal ini sesuai dengan Dad Resiworo (1992) yang menyatakan bahwa pada jarak tanam yang terlalu sempit mengakibatkan tingginya kelembaban di sekitar lahan yang mengakibatkan tingginya intensitas serangan penyakit sehingga produksi dari tanaman tersebut berkurang. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum. . Menurut Cahyono (2002) pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan jenis tanaman akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu pengaturan jarak tanam yang diatur sedemikian rupa dapat menekan intensitas serangan penyakit pada tanaman sehingga produksi dari tanaman itu lebih optimal.

Beda rataan pengaruh varietas terhadap produks jagung pada pengamatan 7-12 mst dapat dilihat pada histogram 5.

Histogram4: Pengaruh jarak tanam terhadap Produksi Jagung pada 12 mst 4,4

4,6 4,8 5 5,2 5,4 5,6 5,8

J1 J2 J3

P

ro

duk

si

(

To

n/

H

a

)

Jarak tanam


(41)

c. Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Produksi Jagung (Ton/Ha).

Hasil pengamatan produksi jagung pipilan kering dapat dilihat pada lampiran 12. Dari analisis sidik ragam produksi dapat dilihat adanya perbedaan sangat nyata pada masing-masing perlakuan, maka dilakukan uji jarak Duncan dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Beda Uji Rataan Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Produksi Jagung. PERLAKUAN PRODUKSI (Ton/Ha)

V1J1 5.61B

V1J2 5.56B

V1J3 5.81B

V2J1 4.94C

V2J2 5.26B

V2J3 5.44B

V3J1 6.21B

V3J2 6.46A

V3J3 7.54A

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata, pada taraf 1%.

Tabel 6 menunjukkan bahwa produksi tertinggi terdapat pada perlakuan V3J3 (Varietas Bisi 13 dengan jarak 70 x 25 cm) sebesar 7,54 ton/ha dan terendah pada perlakuan V2J1 (Varietas Pioner 16 degan jarak 50 x 25 cm) sebesar 4,94 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan V2J1 menggunakan jarak tanam yang terlalu rapat yang mengakibatkan tingginya kelembaban. Salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya penyakit karat daun adalah tingginya kelembaban di sekitar lahan akibat penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat. Selain itu didukungnya penggunaan varietas yang termasuk kedalam kategori toleran sehingga lebih banyak terserang penyakit karat daun mengakibatkan peroduksi tanaman berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa jarak tanam yang efektif dan penggunaan varietas unggul dapat meningkatkan produksi tanaman. Hal ini sesuai dengan


(42)

Dad Resiworo (1992) yang menyatakan bahwa pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum. Menurut Cahyono (2002), pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan jenis tanaman akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu pengaturan jarak tanam yang diatur sedemikian rupa dapat menekan intensitas serangan penyakit pada tanaman sehingga produksi pun meningkat. Selain itu, penggunaan varietas juga dapat mempengaruhi keberadaan suatu penyakit dan produksi tanaman. Hal ini sesuai dengan Mejaya dkk (2010) yang menyatakan bahwa produksi jagung dapat ditingkatkan dengan pemakaian varietas unggul baik bersari bebas maupun hibrida yang tahan terhadap hama dan penyakit. Surtikanti (2009) juga menyatakan bahwa penggunaan varietas tahan selain mudah, praktis, dan murah juga dapat menghindari serangan penyakit sehingga dapat menghasilkan hasil yang tinggi. Selain itu Sudjono (1988) menyatakan pada tingkat serangan yang berat dapat menyebabkan daun mengering yang mengakibatkan tanaman jagung tidak dapat melakukan proses fotosintesis secara sempurna sehingga produksi yang dihasilkan pun rendah.

Beda rataan parameter produksi pada interaksi varietas dan jarak tanam pada dapat dilihat pada histogram 5.

Histogram 5: interaksi varietas dan jarak tanam terhadap produksi jagung pipilan kering 0,00

1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00

V1J1 V1J2 V1J3 V2J1 V2J2 V2J3 V3J1 V3J2 V3J3

P

ro

duk

si


(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Varietas yang tahan terhadap serangan penyakit karat daun jagung (Puccinia polysora Underw) yaitu pada V3 (Bisi 13).

2. Perlakuan jarak tanam yang optimal terhadap serangan penyakit karat daun jagung

(Puccinia polysora Underw) yaitu J3 (70 x 25).

3. Perlakuan varietas dan jarak tanam yang sesuai terhadap serangan penyakit karat daun jagung (Puccinia polysora Underw) pada V3J3.

4. Produksi jagung tertinggi pada perlakuan varietas yaitu pada V3 (Bisi 13) sebesar 6,3 ton/ha.

5. Produksi jagung tertinggi pada perlakuan jarak tanam yaitu pada J3 (70 x 25 cm) sebesar 5,58 ton/ ha.

6. Produksi jagung tertinggi pada perlakuan interaksi yaitu pada V3J3 (Bisi 13 dengan jarak tanam 70 x 25 cm) sebesar 7,54 ton/ha.

Saran

Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut terhadap ketahanan varietas dan jarak tanam terhadap serangan karat daun jagung Puccinia polysora Underw di dataran rendah.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto,T. dan Widyastuti Y.E. 2000. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta. hal 165.

Alexopoulus, C. J. dan C. W. Mims., 1979. Introductory Mycology. Third Edition. John Wiley & Sons, New York.

Biro Pusat Statistik. 2008. Production of Secondary Food Crops in Indonesia. Diakses dari http://bps.go.id/Food Crop Statistics.

Bangun, M.K., 1981. Rancangan Percobaan Untuk Analisis Data. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bakhri, S, 2007. Budidaya Jagung Dengan Konsep Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BTTP), Sulawesi Tengah.

Cahyono, B. 2002. Cara Meningkatkan Budidaya Kubis, Analisa Kelayakan, Secara Intensif, Jenis Kubis Putih. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Cox, W. J., D.R. Cherney and J.J. Hanchar. 2006. Row Spacing, hybrid, and Plant Density Effects on Corn Silage Yield and Quality [skripsi]. J. Prod. Agric. 11:128-134. In Row Spacing, Plant Density and Hybrids Effects on Corn Grain Yield and Moisture. 2001. Agron. J.93:1049-1053.

Dad Resiworo J.S. 1992. Pengendalian Gulma Dengan Pengaturan Jarak Tanam Dan Cara Penyiangan Pada Pertanaman Kedelai. Prosiding Konferensi Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Ujung Pandang. Hal. 247-250.

Effendi, S. 1977. Bercocok Tanam Jagung. CV. Yasaguna, Jakarta. 95 hal. Effendi, S. 1984. Bercocok Tanam Jagung [skripsi]. CV. Yasaguna, Jakarta. Hardjwigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta

Hooker, A. L. (1979). Estimating disease losses based on the amount of healthy leaf tissue during the plant reproductive period.Genetika 11, 181–192

Holliday, P. 1980. Fungus Disases of Tropical Crops. Cambridge Univ. Press, Cambridge, 607 p.

Hunter, R.B., L.W. Kannenberg, and E.E. Gambel. 1970. Performance Of Five Maize Hybrids In Varying Plant Population and Row Widths. Argon. J. 62(2) : 255-259

Klingman, G.C. 1965. Crop Production In The South. j. John Willey and sons. Inc London. pp. 350-360


(45)

Lubach, G. W. 1980. Growing Sweet Corn For Processing Queensland. Agric. J. 106 (3): 218-230.p

Mejaya, M.J., M. Azrai, dan R. Neni Iriany. 2010. Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Hlm 55 - 73.

Rukmana, 1997. Usaha Tani Jagung [skripsi]. Kanisius, Yogyakarta. hal 20-66.

Salisbury, F.B. 1992. Plant Physiology. Ed Wadsworth Publishing Company Bellmount. California. 681 p.

Sanchez, P.A., 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Pertanian Tropika. Terjemahan J.T. Jayadinata. ITB Bandung.

Sarief, E.S., 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung 197 p.

Schieber , E. 1977. Puccinia sorgi, P. polysora, Physopella zeae. j.164-166 p. In, J. Kranz, H. Shumutterer and W. Koch. 1997. Diseas, Pest, and Weeds In Tropical Crops. West Germany.

Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University. Yogyakarta. 449 p.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University. Yogyakarta. 449 p.

Setyati, S., H. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Hal. 168-169.

Stalcup, L. 2008. Twin Rows Help Boost Yields: Stil, The Jury’s Out on Whether Twin Rows are Always Profitable. Corn and Soybean Digest; Jan 2008; 68,1; ABI/Inform Trade and Industry. Pg. 6.

Sudarsono, T. dan T. Sujarman., 1981. Pedoman Manajemen Usaha Tani. Dinas Pendidikan Penyuluhan Pertanian. Jakarta.

Sudjono, S. dan Sudarmadi. 1989. Teknik Pengamatan Hama dan Penyakit. Fakultas Pertanian. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hlm. 43.

Sudjono, S. 1985. Kajian Penyakit Karat Pada Tanaman Pangan. Kongres Nasional VIII dan Seminar Ilmiah PFI, Oktober 1985. Cibubur, Jakarta; Hal 70-72.

Sudjono, S. 1988. Penyakit Jagung dan Pengendaliannya. Hal 205-241. Dalam Subandi, M. Syam dan A. Wdjono (ed.), Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Sudjono, S. dan Sukmana. 1995. Pengaruh Masa Tanam Jagung Terhadap Penyakit dan Hasil Di Kecamatan Plaren, Kabupaten Gunung Kidul, D. I. Yogyakarta. Kongres Nasional XIII dan Seminar Ilmiah PFI, 25-27 september 1995. Mataram.


(46)

Sumartini dan S. Hardaningsih. 1995. Penyakit-Penyakit Jagung dan Pengendaliannya, Pengenalan Hama dan Penyakit Tanaman Jagung Serta Pengendaliannya. j. Monografi Balittan Malang (13): 17-40.

Surtikanti. 2009. Penyakit Hawar Daun Helminthosporium sp. Pada Tanaman Jagung di sulawesi Selatan dan Pengendaliannya. Balai penelitian tanaman serealia, Sulawesi selatan. Hlm 450 – 453.

Syafruddin, Faesal, dan M. Akil., 2007. Pengelolaan Hara pada Tanaman Jagung. j.Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Hal 213-214.

Pakki, S. 1998. Kajian Penyakit Karat (P. polysora) Pada Dua Lokasi Pertanaman Jagung Di Sulawesi Selatan. Makalah Disampaikan Pada Pertemuan Tahunan XI, PFI Komda Sulawesi Selatan.

Palti, J. 1981. CulturalPractice And Infection Crop Diseas. Spering-verlag, New York. Pandey, B.P. 1969. Taksonomy Of Angiosperm. S Cand & Company Ltd, New Delhi. Pasandaran. P.,dan Tangejaya.B., 2004. Prospek Produksi Jagung diIndonesia. J.Badan

Litbang Pertanian, Jakarta.

Wakman, W., M. S. Kontong, A. Muis, D.M. Persley, and Teakle., 2001. Mosaic disease of maize caused by sugarcane mosaic potyvirus. in Sulawesi. Indonesian Journal of Agricultural Science 2(2):56-59.


(47)

BAGAN PENELITIAN

U1

U U2

V1J1 V2J3 V2J2 V1J1 V3J1 V3J3 V2J1 V3 J3 V1J3 V1J2 V3J2 V3 J3 V2J3 V2J2 V1J1 V1J3

V3J1 V2J1

S

U


(48)

U3

Keterangan :

V1 = Pioneer 14 J1 = Jarak Tanam 50 x 25 cm

V2 = Pioneer 16 J2 = Jarak Tanam 60 x 25 cm

V3 = Bisi 13 J3 = Jarak Tanam 70 x 25 cm

V2J2

V1J3

V3J1

V2J1

V1J1

V3J3

V3J2

V1J1

V2J2

U


(49)

BISI-13

Tanggal dilepas : 22 Oktober 2001

Asal : F1 silang tunggal antara galur murni FS 17 sebagai induk betina dan galur murni FS 31 sebagai induk jantan. FS 17 dan FS 31 dikembangkan oleh Charoen Seeds Co., Ltd. Thailand

Umur : 50% keluar rambut : + 58 hari

Masak fisiologis : + 101 hari

Batang : Besar, kokoh, tegap

Warna batang : Hijau

Tinggi tanaman : + 207 cm

Daun : Lebar, bergelombang, dan agak terkulai

Warna daun : Hijau gelap

Keragaman tanaman : Seragam

Perakaran : Baik

Kerebahan : Tahan rebah

Bentuk malai : Terbuka dan agak tegak

Warna sekam : Kuning keunguan

Warna anthera : Ungu

Warna rambut : Ungu

Tinggi tongkol : + 100 cm

Kelobot : Menutup tongkol dengan baik

Tipe biji : Semi gigi kuda

Warna biji : Oranye terang

Jumlah baris/tongkol : 14 - 16 baris Bobot 1000 biji : + 318,4 g

Rata-rata hasil : 8,0 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 11,8 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Tahan terhadap penyakit bulai dan tahan terhadap karat daun Daerah pengembangan : Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi

Selatan (MK). Lampung, Jawa Timur, dan Sumatera Utara (MH) Keunggulan : Potensi hasil tinggi, beradaptasi baik pada musim kemarau dan

musim hujan, tahan terhadap penyakit bulai serta persentase pipil tinggi

Keterangan : Baik ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1100 m dpl Pemulia : Nasib W.W., Putu Darsana, M.H. Wahyudi, Setio Giri,


(50)

PIONEER 14

Tanggal dilepas : 22 Juni 1999

Asal : F1 dari silang tungal (single cross) antara M30V69 dengan F30V69. M30 V69 dan F30V69 adalah galur murni tropis yang dikembangkan oleh Pioneer Hi-Bred Philippines, Inc.

Umur : Berumur sedang

50% polinasi : + 53-57 hari 50% keluar rambut : + 54-58 hari

Masak fisiologis : + 89 hari (< 600 m dpl) + 112 hari (> 600 m dpl) Batang : Tegak dan kokoh Warna batang : Ungu

Tinggi tanaman : + 203 cm

Daun : Agak tegak dan lebar Warna daun : Hijau

Keragaman tanaman : Sangat seragam Perakaran : Baik

Kerebahan : Tahan rebah

Bentuk malai : Tegak dan agak terbuka

Warna sekam : Hijau

Warna anthera : Merah

Warna rambut : Merah

Tongkol : Besar dan silindris

Kedudukan tongkol : Rendah, di bawah pertengahan tinggi tanaman (+ 74 cm)

Tipe biji : Mutiara (flint)

Warna biji : Oranye

Baris biji : Lurus dan rapat

Jumlah baris/tongkol : 14 - 16 baris Bobot 1000 biji : + 301 g

Kandungan nutrisi : 5,2% minyak, 10,4% protein, dan 71,3% tepung Rata-rata hasil : 7,58 t/ha pipilan kering

Potensi hasil : 10 - 11 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Agak tahan terhadap penyakit karat daun dan busuk batang bakteri; tahan terhadap bulai, busuk tongkol Diplodia, hawar daun H.tturcicum, dan busuk batang Pythium

Daerah adaptasi : Beradaptasi luas pada dataran rendah dan tinggi. Pengusul : PT. Pioneer Hibrida Indonesia


(51)

PIONEER 16

Tanggal dilepas : 8 Februari 2001

Asal : F1 dari silang tungal (single cross) antara M30P77 dengan F30P77.

M30P77 adalah galur murni tropis yang dikembangkan oleh Pioneer

Hi-Bred (Thailand) Co., Ltd. F30P77 adalah galur murni tropis yang

dikembangkan oleh Pioneer Hi-Bred Philippines, Inc.

Umur : Berumur sedang

50% polinasi : + 54 hari

50% keluar rambut : + 55 hari

Masak fisiologis : + 97 hari (< 600 m dpl) + 125 hari (> 600 m dpl)

Batang : Besar dan kokoh

Warna batang : Hijau keunguan

Tinggi tanaman : + 246 cm

Daun : Tegak dan sempit

Warna daun : Hijau tua

Keragaman tanaman : Sangat seragam

Perakaran : Sangat baik

Kerebahan : Sedang sampai baik

Bentuk malai : Besar dan terbuka

Warna malai : Kuning

Warna sekam : Hijau

Warna rambut : Merah muda

Tongkol : Besar, panjang dan silindris

Kedudukan tongkol : Sedang, di pertengahan tinggi tanaman (+ 110 cm)

Kelobot : Menutup biji dengan baik

Tipe biji : Mutiara (flint)

Warna biji : Kuning kemerahan

Baris biji : Lurus dan rapat

Jumlah baris/tongkol : 14 - 16 baris Bobot 1000 biji : + 324 g

Kandungan nutrisi : 4,4% minyak; 10,0% protein; dan 73,5% tepung Rata-rata hasil : 8,2 t/ha pipilan kering

Potensi hasil : 10 - 11 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Tahan terhadap busuk batang bakteri; toleran terhadap karat daun, busuk tongkol Gibbrella, virus, dan bercak daun C. zeaemaydis;

dan ketahanan sedang terhadap hawar daun H. turcicum dan busuk tongkol Diplodia

Keunggulan : Batang kokoh dan perakaran baik, sehingga lebih tahan terhadap kerobohan.


(52)

Lampiran 6. Rataan Intesitas Serangan P. Polysora Underw. Pada Tanaman Jagung Pengamatan 7 mst

I II III

V1J1 0.94 1.44 1.36 3.74 1.25

V1J2 1.10 1.70 1.42 4.22 1.41

V1J3 0.90 1.14 1.84 3.88 1.29

V2J1 1.70 1.90 1.70 5.30 1.77

V2J2 1.66 1.68 1.06 4.40 1.47

V2J3 1.42 1.44 1.06 3.92 1.31

V3J1 0.30 0.26 0.24 0.80 0.27

V3J2 0.30 0.60 0.88 1.78 0.59

V3J3 0.64 0.52 0.30 1.46 0.49

Total 8.96 10.68 9.86 29.50

Rataan 1.00 1.19 1.10 1.09

Ulangan

Total Rataan

Perlakuan

TRANFORMASI

I II III

V1J1 1.65 2.15 2.07 5.86 1.95

V1J2 1.81 2.41 2.13 6.34 2.11

V1J3 1.61 1.85 2.55 6.00 2.00

V2J1 2.41 2.61 2.41 7.42 2.47

V2J2 2.37 2.39 1.77 6.52 2.17

V2J3 2.13 2.15 1.77 6.04 2.01

V3J1 1.01 0.97 0.95 2.92 0.97

V3J2 1.01 1.31 1.59 3.90 1.30

V3J3 1.35 1.23 1.01 3.58 1.19

Total 15.32 17.04 16.22 48.59

Rataan 1.70 1.89 1.80 1.80

Total Rataan

Perlakuan Ulangan

Tabel Dwi Kasta Total

J1 J2 J3

V1 3.74 4.22 3.88 11.84 3.95

V2 5.30 4.40 3.92 13.62 4.54

V3 0.80 1.78 1.46 4.04 1.35

Total 9.84 10.40 9.26 29.50

Rataan 3.28 3.47 3.09 3.28

Total Rataan

Varietas (V) Jarak Tanam

Transformasi Tabel Dwi Kasta Total

J1 J2 J3

V1 5.86 6.34 6.00 18.20 6.07

V2 7.42 6.52 6.04 19.98 6.66

V3 2.92 3.90 3.58 10.40 3.47

Total 16.20 16.76 15.62 48.59

Rataan 5.40 5.59 5.21 5.40

Total Rataan


(53)

Tabel Dwi Kasta Rataan

J1 J2 J3

V1 1.25 1.41 1.29 3.95 1.32

V2 1.77 1.47 1.31 4.54 1.51

V3 0.27 0.59 0.49 1.35 0.45

Total 3.28 3.47 3.09 9.83

Rataan 1.09 1.16 1.03 1.09

Total Rataan

Varietas (V) Jarak Tanam

Transformasi Tabel Dwi Kasta Rataan

J1 J2 J3

V1 1.95 2.11 2.00 6.07 2.02

V2 2.47 2.17 2.01 6.66 2.22

V3 0.97 1.30 1.19 3.47 1.16

Total 5.40 5.59 5.21 16.20

Rataan 1.80 1.86 1.74 1.80

Total Rataan

Varietas (V) Jarak Tanam

Daftar Sidik Ragam

db JK KT F.Hit F 0.05 F 0.01

Perlakuan 8 6.30

Jarak Tanam 2 0.07 0.04 0.46 tn 3.55 6.01

Varietas 2 5.77 2.88 37.16 ** 3.55 6.01

V X J 4 0.46 0.12 1.49 tn 2.93 4.58

Error 18 1.40 0.08

Total 26 7.70

FK = 87.45

KK = 0.15 %

Ket : tn = tidak nyata * = nyata ** = sangat nyata Sumber Keragaman

Uji Jarak Duncan Varietas

Sy 0.13

-0.09 0.75 0.94

P 2 3 4

SSR 0,01 4.07 4.27 4.38

LSR 0,01 0.53 0.56 0.58

Perlakuan V3 V1 V2

Rataan 0.45 1.32 1.51

A B.


(54)

Lampiran 7. Rataan Intesitas Serangan P. Polysora Underw. Pada Tanaman Jagung Pengamatan 8 mst

I II III

V1J1 1.44 1.50 1.66 4.60 1.53

V1J2 1.54 1.88 1.78 5.20 1.73

V1J3 1.50 1.34 2.00 4.84 1.61

V2J1 2.40 2.50 2.14 7.04 2.35

V2J2 1.96 2.46 1.50 5.92 1.97

V2J3 1.82 1.76 1.46 5.04 1.68

V3J1 0.34 0.36 1.04 1.74 0.58

V3J2 0.54 0.50 1.06 2.10 0.70

V3J3 0.66 0.70 0.36 1.72 0.57

Total 12.20 13.00 13.00 38.20

Rataan 1.36 1.44 1.44 1.41

Perlakuan Ulangan Total Rataan

TRANFORMASI

I II III

V1J1 2.15 2.21 2.37 6.72 2.24

V1J2 2.25 2.59 2.49 7.32 2.44

V1J3 2.21 2.05 2.71 6.96 2.32

V2J1 3.11 3.21 2.85 9.16 3.05

V2J2 2.67 3.17 2.21 8.04 2.68

V2J3 2.53 2.47 2.17 7.16 2.39

V3J1 1.05 1.07 1.75 3.86 1.29

V3J2 1.25 1.21 1.77 4.22 1.41

V3J3 1.37 1.41 1.07 3.84 1.28

Total 18.56 19.36 19.36 57.29

Rataan 2.06 2.15 2.15 2.12

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Tabel Dwi Kasta Total

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 4.60 5.20 4.84 14.64 4.88

V2 7.04 5.92 5.04 18.00 6.00

V3 1.74 2.10 1.72 5.56 1.85

Total 13.38 13.22 11.60 38.20

Rataan 4.46 4.41 3.87 4.24

Varietas (V)

Tabel Dwi Kasta Total

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 6.72 7.32 6.96 21.00 7.00

V2 9.16 8.04 7.16 24.36 8.12

V3 3.86 4.22 3.84 11.92 3.97

Total 19.74 19.58 17.96 57.29

Rataan 6.58 6.53 5.99 6.37


(55)

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F 0.05 F 0.01

Perlakuan 8 9.96

Jarak Tanam 2 0.22 0.11 1.28 tn 3.55 6.01

Varietas 2 9.20 4.60 54.84 ** 3.55 6.01

J x V 4 0.55 0.14 1.63 tn 2.93 4.58

Error 18 1.51 0.08

Total 26 11.47

FK = 121.57

KK = 0.14 %

Ket : tn = tidak nyata * = nyata ** = sangat nyata Tabel Dwi Kasta Rataan

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 1.53 1.73 1.61 4.88 1.63

V2 2.35 1.97 1.68 6.00 2.00

V3 0.58 0.70 0.57 1.85 0.62

Total 4.46 4.41 3.87 12.73

Rataan 1.49 1.47 1.29 1.41

Varietas (V)

Tabel Dwi Kasta Rataan

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 2.24 2.44 2.32 7.00 2.33

V2 3.05 2.68 2.39 8.12 2.71

V3 1.29 1.41 1.28 3.97 1.32

Total 6.58 6.53 5.99 19.10

Rataan 2.19 2.18 2.00 2.12


(56)

Uji Jarak Duncan Varietas

Sy 0.14

0.06 1.04 1.40

P 2 3 4

SSR 0,01 4.07 4.27 4.38

LSR 0,01 0.56 0.58 0.60

Perlakuan V3 V1 V2

Rataan 0.62 1.63 2.00

A B.


(57)

Lampiran 8. Rataan Intesitas Serangan P. Polysora Underw. Pada Tanaman Jagung Pengamatan 9 mst

I II III

V1J1 1.90 3.60 3.60 9.10 3.03

V1J2 1.80 2.58 3.26 7.64 2.55

V1J3 1.84 1.96 2.64 6.44 2.15

V2J1 3.90 4.14 4.04 12.08 4.03

V2J2 2.94 3.20 3.24 9.38 3.13

V2J3 2.86 3.10 3.26 9.22 3.07

V3J1 0.90 0.50 1.30 2.70 0.90

V3J2 0.74 0.54 1.38 2.66 0.89

V3J3 0.80 1.10 0.50 2.40 0.80

Total 17.68 20.72 23.22 61.62

Rataan 1.96 2.30 2.58 2.28

Perlakuan Ulangan Total Rataan

TRANFORMASI

I II III

V1J1 2.61 4.31 4.31 11.22 3.74

V1J2 2.51 3.29 3.97 9.76 3.25

V1J3 2.55 2.67 3.35 8.56 2.85

V2J1 4.61 4.85 4.75 14.20 4.73

V2J2 3.65 3.91 3.95 11.50 3.83

V2J3 3.57 3.81 3.97 11.34 3.78

V3J1 1.61 1.21 2.01 4.82 1.61

V3J2 1.45 1.25 2.09 4.78 1.59

V3J3 1.51 1.81 1.21 4.52 1.51

Total 24.04 27.08 29.58 80.71

Rataan 2.67 3.01 3.29 2.99

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Tabel Dwi Kasta Total

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 9.10 7.64 6.44 23.18 7.73

V2 1.70 1.10 0.00 2.80 0.93

V3 1.18 0.25 0.25 1.68 0.56

Total 11.98 8.99 6.69 27.66

Rataan 3.99 3.00 2.23 3.07

Varietas (V)

Tabel Dwi Kasta Total

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 11.22 9.76 8.56 29.54 9.85

V2 14.20 11.50 11.34 37.04 12.35

V3 4.82 4.78 4.52 14.12 4.71

Total 30.24 26.04 24.42 80.71

Rataan 10.08 8.68 8.14 8.97


(58)

Tabel Dwi Kasta Rataan

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 3.03 2.55 2.15 7.73 2.58

V2 4.03 3.13 3.07 10.23 3.41

V3 0.90 0.89 0.80 2.59 0.86

Total 7.96 6.56 6.02 20.54

Rataan 2.65 2.19 2.01 2.28

Varietas (V)

Tabel Dwi Kasta Rataan

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 3.74 3.25 2.85 9.85 3.28

V2 4.73 3.83 3.78 12.35 4.12

V3 1.61 1.59 1.51 4.71 1.57

Total 10.08 8.68 8.14 26.90

Rataan 3.36 2.89 2.71 2.99

Varietas (V)

Daftar Sidik Ragam

db JK KT F.Hit F 0.05 F 0.01

Perlakuan 8 33.27

Jarak Tanam 2 2.01 1.00 4.09 * 3.55 6.01

Varietas 2 30.35 15.17 61.87 ** 3.55 6.01

J x V 4 0.92 0.23 0.94 tn 2.93 4.58

Error 18 4.41 0.25

Total 26 37.68

FK = 241.27

KK = 0.17 %

Ket : tn = tidak nyata

* = nyata ** = sangat nyata Sumber Keragaman

Uji Jarak Duncan Varietas

Sy 0.23

-0.09 1.58 2.39

P 2 3 4

SSR 0,01 4.07 4.27 4.38

LSR 0,01 0.95 1.00 1.02

Perlakuan V3 V1 V2

Rataan 0.86 2.58 3.41

A B.


(59)

Jarak Tanam

Sy 0.23

1.31 1.46 1.90

P 2 3 4

SSR 0,05 2.97 3.12 3.21

LSR 0,05 0.69 0.73 0.75

Perlakuan J3 J2 J1

Rataan 2.01 2.19 2.65


(60)

Lampiran 9. Rataan Intesitas Serangan P. Polysora Underw. Pada Tanaman Jagung Pengamatan 10 mst

I II III

V1J1 2.40 3.76 3.82 9.98 3.33

V1J2 1.94 2.76 3.48 8.18 2.73

V1J3 2.10 2.16 2.96 7.22 2.41

V2J1 3.76 4.14 5.06 12.96 4.32

V2J2 3.40 3.80 4.50 11.70 3.90

V2J3 3.26 3.40 3.20 9.86 3.29

V3J1 1.30 0.70 1.80 3.80 1.27

V3J2 0.96 0.60 1.56 3.12 1.04

V3J3 0.90 1.14 1.24 3.28 1.09

Total 20.02 22.46 27.62 70.10

Rataan 2.22 2.50 3.07 2.60

Perlakuan Ulangan Total Rataan

TRANFORMASI

I II III

V1J1 3.11 4.47 4.53 12.10 4.03

V1J2 2.65 3.47 4.19 10.30 3.43

V1J3 2.81 2.87 3.67 9.34 3.11

V2J1 4.47 4.85 5.77 15.08 5.03

V2J2 4.11 4.51 5.21 13.82 4.61

V2J3 3.97 4.11 3.91 11.98 3.99

V3J1 2.01 1.41 2.51 5.92 1.97

V3J2 1.67 1.31 2.27 5.24 1.75

V3J3 1.61 1.85 1.95 5.40 1.80

Total 26.38 28.82 33.98 89.19

Rataan 2.93 3.20 3.78 3.30

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Tabel Dwi Kasta Total

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 9.98 8.18 7.22 25.38 8.46

V2 1.70 1.10 0.00 2.80 0.93

V3 1.18 0.25 0.25 1.68 0.56

Total 12.86 9.53 7.47 29.86

Rataan 4.29 3.18 2.49 3.32

Varietas (V)

Tabel Dwi Kasta Total

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 12.10 10.30 9.34 31.74 10.58

V2 15.08 13.82 11.98 40.88 13.63

V3 5.92 5.24 5.40 16.56 5.52

Total 33.10 29.36 26.72 89.19

Rataan 11.03 9.79 8.91 9.91


(61)

Tabel Dwi Kasta Rataan

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 3.33 2.73 2.41 8.46 2.82

V2 4.32 3.90 3.29 11.51 3.84

V3 1.27 1.04 1.09 3.40 1.13

Total 8.91 7.67 6.79 23.37

Rataan 2.97 2.56 2.26 2.60

Varietas (V)

Tabel Dwi Kasta Rataan

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 4.03 3.43 3.11 10.58 3.53

V2 5.03 4.61 3.99 13.63 4.54

V3 1.97 1.75 1.80 5.52 1.84

Total 11.03 9.79 8.91 29.73

Rataan 3.68 3.26 2.97 3.30

Varietas (V)

Daftar Sidik Ragam

db JK KT F.Hit F 0.05 F 0.01

Perlakuan 8 36.55

Jarak Tanam (J) 2 2.28 1.14 3.66 * 3.55 6.01

Varietas (V) 2 33.53 16.77 53.79 ** 3.55 6.01

J x V 4 0.73 0.18 0.59 tn 2.93 4.58

Error 18 5.61 0.31

Total 26 42.16

FK = 294.64

KK = 0.17 %

Ket : tn = tidak nyata * = nyata ** = sangat nyata Sumber Keragaman

Uji Jarak Duncan Varietas

Sy 0.26

0.06 1.70 2.68

P 2 3 4

SSR 0,01 4.07 4.27 4.38

LSR 0,01 1.07 1.12 1.15

Perlakuan V3 V1 V2

Rataan 1.13 2.82 3.84

A B.


(62)

Jarak Tanam

Sy 0.26

1.48 1.73 2.13

P 2 3 4

SSR 0,05 2.97 3.12 3.21

LSR 0,05 0.78 0.82 0.84

Perlakuan J3 J2 J1

Rataan 2.26 2.56 2.97


(1)

Lampiran 11. Rataan Intesitas Serangan P. Polysora Underw. Pada Tanaman Jagung Pengamatan 12 mst

I II III

V1J1 7.30 8.26 9.74 25.30 8.43

V1J2 5.80 6.84 6.90 19.54 6.51

V1J3 4.60 4.48 5.48 14.56 4.85

V2J1 12.96 15.74 16.94 45.64 15.21

V2J2 9.88 9.88 11.67 31.43 10.48

V2J3 6.80 8.12 7.84 22.76 7.59

V3J1 2.50 1.34 3.14 6.98 2.33

V3J2 1.94 0.80 2.72 5.46 1.82

V3J3 1.40 1.60 1.70 4.70 1.57

Total 53.18 57.06 66.13 176.37

Rataan 5.91 6.34 7.35 6.53

Total Rataan

Perlakuan Ulangan

TRANFORMASI

I II III

V1J1 8.01 8.97 10.45 27.42 9.14

V1J2 6.51 7.55 7.61 21.66 7.22

V1J3 5.31 5.19 6.19 16.68 5.56

V2J1 13.67 16.45 17.65 47.76 15.92

V2J2 10.59 10.59 12.38 33.55 11.18

V2J3 7.51 8.83 8.55 24.88 8.29

V3J1 3.21 2.05 3.85 9.10 3.03

V3J2 2.65 1.51 3.43 7.58 2.53

V3J3 2.11 2.31 2.41 6.82 2.27

Total 59.54 63.42 72.49 195.46

Rataan 6.62 7.05 8.05 7.24

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Tabel Dwi Kasta Total

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 25.30 19.54 14.56 59.40 19.80

V2 45.64 31.43 22.76 99.83 33.28

V3 6.98 5.46 4.70 17.14 5.71

Total 77.92 56.43 42.02 176.37

Rataan 25.97 18.81 14.01 19.60

Varietas (V)

Tabel Dwi Kasta Total

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 27.42 21.66 16.68 65.76 21.92

V2 47.76 33.55 24.88 106.19 35.40

V3 9.10 7.58 6.82 23.50 7.83

Total 84.28 62.79 48.38 195.46

Rataan 28.09 20.93 16.13 21.72


(2)

Tabel Dwi Kasta Rataan

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 8.43 6.51 4.85 19.80 6.60

V2 15.21 10.48 7.59 33.28 11.09

V3 2.33 1.82 1.57 5.71 1.90

Total 25.97 18.81 14.01 58.79

Rataan 8.66 6.27 4.67 6.53

Varietas (V)

Tabel Dwi Kasta Rataan

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 9.14 7.22 5.56 21.92 7.31

V2 15.92 11.18 8.29 35.40 11.80

V3 3.03 2.53 2.27 7.83 2.61

Total 28.09 20.93 16.13 65.15

Rataan 9.36 6.98 5.38 7.24

Varietas (V)

Daftar Sidik Ragam

db JK KT F.Hit F 0.05 F 0.01

Perlakuan 8 489.04

Jarak Tanam (J) 2 72.53 36.26 33.65 ** 3.55 6.01

Varietas (V) 2 379.93 189.97 176.26 ** 3.55 6.01

J x V 4 36.58 9.15 8.49 ** 2.93 4.58

Error 18 19.40 1.08

Total 26 508.44

FK = 1415.01

KK = 0.14 %

Ket : tn = tidak nyata

* = nyata ** = sangat nyata

Sumber Keragaman

Uji Jarak Duncan Jarak Tanam

Sy 0.49

2.68 4.18 6.51

P 2 3 4

SSR 0,01 4.07 4.27 4.38

LSR 0,01 1.99 2.09 2.14

Perlakuan J3 J2 J1

Rataan 4.67 6.27 8.66

A. B


(3)

Varietas

Sy 0.49

-0.09 4.51 8.95

P 2 3 4

SSR 0,01 4.07 4.27 4.38

LSR 0,01 1.99 2.09 2.14

Perlakuan V2 V0 V1

Rataan 1.90 6.60 11.09

A. B.

C.

Interaksi V X J

Sy 0.49

-0.43 -0.27 0.18 2.67 4.30 5.34 6.16 8.19 12.91

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0,01 4.07 4.27 4.38 4.46 4.53 4.59 4.64 4.68 4.71

LSR 0,01 1.99 2.09 2.14 2.18 2.22 2.25 2.27 2.29 2.31

Perlakuan V3J3 V3J2 V3J1 V1J3 V1J2 V2J3 V1J1 V2J2 V2J1

Rataan 1.57 1.82 2.33 4.85 6.51 7.59 8.43 10.48 15.21

A. B C

D. E


(4)

Lampiran 12. Rataan Produksi P. Polysora Underw. Pada Tanaman Jagung Pengamatan 13 mst

I II III

V1J1 5.00 4.90 4.80 14.70 4.90

V1J2 5.25 4.80 4.50 14.55 4.85

V1J3 5.30 5.00 5.00 15.30 5.10

V2J1 4.20 4.50 4.00 12.70 4.23

V2J2 4.50 4.65 4.50 13.65 4.55

V2J3 4.90 4.80 4.50 14.20 4.73

V3J1 5.45 5.80 5.25 16.50 5.50

V3J2 5.96 5.70 5.60 17.26 5.75

V3J3 6.50 7.30 6.70 20.50 6.83

Total 47.06 47.45 44.85 139.36

Rataan 5.23 5.27 4.98 5.16

Perlakuan Ulangan Total Rataan

TRANFORMASI

I

II

III

V1J1

5.71

5.61

5.51

16.82

5.61

V1J2

5.96

5.51

5.21

16.67

5.56

V1J3

6.01

5.71

5.71

17.42

5.81

V2J1

4.91

5.21

4.71

14.82

4.94

V2J2

5.21

5.36

5.21

15.77

5.26

V2J3

5.61

5.51

5.21

16.32

5.44

V3J1

6.16

6.51

5.96

18.62

6.21

V3J2

6.67

6.41

6.31

19.38

6.46

V3J3

7.21

8.01

7.41

22.62

7.54

Total

53.42

53.81

51.21

158.45

Rataan

5.94

5.98

5.69

5.87

Perlakuan

Ulangan

Total

Rataan

Tabel Dwi Kasta Total

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 14.70 14.55 15.30 44.55 14.85

V2 12.70 13.65 14.20 40.55 13.52

V3 16.50 17.26 20.50 54.26 18.09

Total 43.90 45.46 50.00 139.36

Rataan 14.63 15.15 16.67 15.48

Varietas (V)

Tabel Dwi Kasta Total

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 16.82 16.67 17.42 50.91 16.97

V2 14.82 15.77 16.32 46.91 15.64

V3 18.62 19.38 22.62 60.62 20.21

Total 50.26 51.82 56.36 158.45

Rataan 16.75 17.27 18.79 17.61


(5)

Tabel Dwi Kasta Rataan

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 4.90 4.85 5.10 14.85 4.95

V2 4.23 4.55 4.73 13.52 4.51

V3 5.50 5.75 6.83 18.09 6.03

Total 14.63 15.15 16.67 46.45

Rataan 4.88 5.05 5.56 5.16

Varietas (V)

Tabel Dwi Kasta Rataan

jarak Tanam Total Rataan J1 J2 J3

V1 5.61 5.56 5.81 16.97 5.66

V2 4.94 5.26 5.44 15.64 5.21

V3 6.21 6.46 7.54 20.21 6.74

Total 16.75 17.27 18.79 52.82

Rataan 5.58 5.76 6.26 5.87

Varietas (V)

Daftar Sidik Ragam

db JK KT F.Hit F 0.05 F 0.01

Perlakuan 8 14.54

Jarak Tanam 2 2.23 1.12 17.25 ** 3.55 6.01

Pupuk Organik 2 11.05 5.52 85.40 ** 3.55 6.01

J x P 4 1.27 0.32 4.89 ** 2.93 4.58

Error 18 1.16 0.06

Total 26 15.71

FK = 929.89

KK = 0.03 %

Ket : tn = tidak nyata * = nyata ** = sangat nyata

Sumber Keragaman

Uji Jarak Duncan Jarak Tanam

Sy 0.12

4.39 4.54 5.03

P 2 3 4

SSR 0,01 4.07 4.27 4.38

LSR 0,01 0.49 0.51 0.53

Perlakuan J1 J2 J3

Rataan 4.88 5.05 5.56

A B.


(6)

Varietas

Sy 0.12

4.02 4.44 5.50

P 2 3 4

SSR 0,01 4.07 4.27 4.38

LSR 0,01 0.49 0.51 0.53

Perlakuan V2 V1 V3

Rataan 4.51 4.95 6.03

A. B

Interaksi V X J

Sy 0.27

3.86 4.12 4.28 4.37 4.41 4.59 4.98 5.22 6.29

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0,01 4.07 4.27 4.38 4.46 4.53 4.59 4.64 4.68 4.71

LSR 0,05 1.08 1.13 1.16 1.18 1.20 1.22 1.23 1.24 1.25

Perlakuan V2J1 V2J2 V2J3 V1J2 V1J1 V1J3 V3J1 V3J2 V3J3

Rataan 4.94 5.26 5.44 5.56 5.61 5.81 6.21 6.46 7.54

A B


Dokumen yang terkait

Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda (Linier Satu Parameter dari Brown) dan Metode Box-Jenkins dalam Meramalkan Curah Hujan di Kota Medan

6 78 78

Peramalan Jumlah Produksi Kakao Di Sumatera Utara Dan Konsumsi Kakao Di Indonesia Dengan Pemulusan Eksponensial Ganda Metode Linier Satu Parameter Dari Brown

13 75 70

Aplikasi Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Dari Brown Untuk Peramalan Produksi Karet PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para Tahun 2010 - 2012.

12 69 83

Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2012 Dengan Menggunakan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda

3 48 74

Aplikasi Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Dari Brown Untuk Kelapa Sawit Pada PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2010 Dan 2011

0 23 65

Perbandingan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda Dua Parameter Dari Holt Dan Metode Box-Jenkins Dalam Meramalkan Hasil Produksi Kernel Kelapa Sawit PT. Eka Dura Indonesia.

5 79 141

METODE PEMULUSAN (SMOOTHING) EKSPONENSIAL GANDA (LINIER SATU PARAMETER DARI BROWN) DAN METODE

0 0 12

Peramalan Jumlah Produksi Kakao Di Sumatera Utara Dan Konsumsi Kakao Di Indonesia Dengan Pemulusan Eksponensial Ganda Metode Linier Satu Parameter Dari Brown

0 1 16

Peramalan Jumlah Produksi Kakao Di Sumatera Utara Dan Konsumsi Kakao Di Indonesia Dengan Pemulusan Eksponensial Ganda Metode Linier Satu Parameter Dari Brown

0 0 12

Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Satu Parameter Terhadap Peramalan Jumlah Guru & Jumlah Murid Sekolah Menengah Atas Tahun 2012-2015 Di Kecamatan Galang

0 0 8