Spektrofotometri Ultraviolet UV Spektrofotometri Inframerah IR

3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap 4. Pelarut dan derajat kemurniannya 5. Derajat kejenuhan bejana pengembangan 6. Teknik percobaan 7. Jumlah cuplikan yang digunakan 8. Suhu 9. Kesetimbangan

2.5. Spektrofotometri Ultraviolet UV

Spektrofotometri UV adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet yang diabsorbsi oleh sampel. Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu hidrogen. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah panjang gelombang seperti prisma atau monokromator. Ketika suatu atom atau molekul menyerap cahaya maka energi tersebut akan menyebabkan elektron terluarnya tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi Dachriyanus, 2004. Energi keseluruhan dari suatu molekul adalah jumlah energi elektroniknya, energi getar dan energi rotasi. Energi yang diserap dalam transisi elektronik suatu molekul dihasilkan dari transisi elektron valensi dalam molekul-molekul tersebut. Transisi ini terdiri dari eksitasi dari suatu elektron suatu orbital yang ditempati ke orbital berikutnya yang berenergi lebih tinggi. Hubungan antara energi yang diserap dalam transisi elektronik dinyatakan dengan: ΔE = h v = λ h c Universitas Sumatera Utara dimana ΔE = energi yang diserap h = tatapan Planck 6,6 x 10 -27 erg detik c = kecepatan cahaya 3 x 10 8 ms v = frekuensi Hz λ = panjang gelombang Energi yang diserap bergantung pada perbedaan energi antara tingkat dasar dan tingkat tereksitasi. Semakin kecil perbedaan energi semakin besar panjang gelombang dari serapan. Kelebihan energi dalam tingkat tereksitasi dapat dihasilkan dalam disosiasi atau ionisasi dari molekul-molekul atau mungkin dipancarkan sebagai panas atau cahaya Silverstein, 1986.

2.6. Spektrofotometri Inframerah IR

Sinar inframerah adalah spektrum elektromagnetik yang terletak diantara daerah tampak dan spektrum radio, yaitu antara bilangan gelombang 4000-400 cm -1 Bagi kimiawan organik sebagian besar kegunaannya terbatas antara bilangan gelombang 4000 cm . Bila sinar inframerah dilewatkan melalui suatu cuplikan senyawa organik maka sejumlah sinar dengan bilangan gelombang tertentu diserap, sedangkan sinar dengan bilangan gelombang yang lain diteruskan atau ditransmisikan tanpa diserap Noerdin, 1986. -1 dan 666 cm -1 . Letak pita di dalam spektrum inframerah dinyatakan dengan ukuran bilangan gelombang cm -1 yang secara langsung berbanding lurus dengan energi getaran. Intensitas pita dinyatakan dengan transmitan T atau absorbansi A. Transmitan adalah perbandingan Universitas Sumatera Utara antara kuat sinar yang ditransmisikan oleh sebuah cuplikan dan kuat sinar yang diterima oleh cuplikan tersebut sedangkan absorban adalah kebalikan transmitan Silverstein, 1986. Dalam molekul sederhana beratom dua atau tiga tidak sukar untuk menentukan jumlah dan jenis vibrasinya dan menghubungkan vibrasi-vibrasi tersebut dengan energi serapan. Tapi untuk molekul-molekul beratom banyak, analisa jumlah dan jenis vibrasi itu menjadi sukar sekali atau tidak mungkin sama sekali, karena bukan saja disebabkan besarnya jumlah pusat-pusat vibrasi melainkan juga karena harus diperhitungkan terjadinya saling mempengaruhi interaksi beberapa pusat vibrasi. Vibrasi molekul dibagi atas: 1. Vibrasi regang: terjadi perubahan jarak anatar dua atom dalam suatu molekul. Vibrasi regang ini ada 2 macam, yaitu: vibrasi regang simetris dan tak simetris. 2. Vibrasi lentur: terjadi perubahan sudut antara dua ikatan kimia. Vibrasi lentur ada 4 macam, yaitu: scissoring, rocking, waging dan twisting Noerdin, 1986. Daerah penyerapan terpenting dalam spektrum inframerah: 1. Daerah vibrasi regang hidrogen: 3700-2700 cm -1 Daerah bilangan gelombang 3700-3100 cm -1 adalah serapan oleh vibrasi regang OH dan N-H. Serapan oleh vibrasi lentur OH biasanya terdapat pada bilangan gelombang lebih besar dan pita serapannya dalam spektrum sering lebih lebar dari pita serapan N-H. Daerah bilangan gelombang 3200-2850 cm -1 adalah daerah vibrasi regang C-H alifatis. Universitas Sumatera Utara 2. Daerah vibrasi ikatan rangkap tiga: 2250-2100 cm -1 daerah yang termasuk pada daerah vibrasi ikatan rangkap tiga adalah C ≡N 2250-2225 cm -1 , C ≡C : 2260-2190 cm -1 . 3. Daerah ikatan rangkap dua: 1950-1550 cm -1 Keton, aldehid, asam-asam, amida, karbonat, semuanya mempunyai puncak serapan disekitar 1700 cm -1 . Sering tidak mungkin untuk menentukan dengan pasti gugus karbonil jenis apa yang ada, bila hanya didasarkan pada adanya puncak serapan disekitar 1700 cm -1 itu saja. Tapi dengan memperhatikan serapan di bagian lain dari spektrumnya, biasanya dapat diperoleh data lebih lanjut untuk melakukan identifikasi vibrasi regang ikatan rangkap dua. 4. Daerah sidik jari finger print: 1500-700 cm -1 Didaerah ini perbedaan-perbedaan sedikit saja dari molekul, adanya substitusi dengan gugus fungsional yang berbeda akan menyebabkan perubahan yang menyolok pada distribusi puncak serapannya. Spektrum di daerah sidik jari ini rumit bentuknya, sehingga sukar untuk melakukan interpretasi spektrum yang tepat di daerah ini. Akan tetapi, kerumitan tersebut menjadikan spektrum di daerah ini khas untuk suatu senyawa, hingga sangat berguna untuk keperluan identifikasi. Beberapa frekuensi gugusan juga bisa ditemukan di daerah sidik jari ini. Gugus ikatan C-O-C dalam eter, ester kira-kira 1200 cm -1 , vibrasi regang C- Cl pada 700-800 cm -1 . Pada bilangan gelombang dibawah 1200 cm -1 terdapat puncak-puncak serapan beberapa gugusan anorganik seperti sulfat, fosfat, nitrat dan karbonat Noerdin, 1986. Universitas Sumatera Utara

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan karakteristik terhadap biji tumbuhan gambas Luffa acutangula L. Roxb. secara makroskopik adalah bentuknya pipih dan agak silindris ke arah bagian pangkal dengan ujung meruncing. Ukuran biji 0,5-1 cm, panjang 0,5-1,5 cm. Warna kulit biji hitam bertekstur kasar dan keras, warna biji putih kehijauan bertekstur halus dan berbutir-butir. Hasil pemriksaan mikroskopik irisan melintang biji tumbuhan gambas Luffa acutangula L. Roxb. diperoleh lapisan sel gabus, lapisan sklerenkim, lapisan palisade, parenkim, endosperm, dan kotiledon yang berisi butir-butir aleuron dan tetesan minyak. Pada pemeriksaan karakteristik serbuk diperoleh kadar sari yang larut dalam air 11,93, kadar sari yang larut dalam etanol 21,80, kadar abu total 4,61, kadar abu tidak larut dalam asam 0,04, kadar air 4,63. Kadar sari yang larut dalam etanol lebih tinggi dari pada kadar sari yang larut dalam air disebabkan biji gambas mengandung lemak yang cukup tinggi dan senyawa- senyawa kimia yang larut dalam etanol. Kadar abu total lebih tinggi dari pada kadar abu tidak larut dalam asam disebabkan biji gambas mengandung zat-zat anorganik logam seperti Ca, F, dan Fe. Hasil skrining fitokimia terhadap serbuk biji tumbuhan gambas Luffa acutangula L. Roxb. menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloida, saponin, triterpanoidasteroida dan glikosida. Hasilnya dapat dilihat pada lampiran 3 tabel 2 halaman 42. Universitas Sumatera Utara