2. Digesti Digesti adalah maserasi dengan pengadukan terus-menerus pada
temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan, secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
o
C. 3. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan menggunakan alat Soxhlet sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 4. Infundasi
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90
o
Kromatografi kolom adalah kromatografi serapan yang dilakukan di dalam kolom, merupakan metode kromatografi terbaik untuk pemisahan campuran
dalam jumlah besar. Campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita C
selama waktu 15 menit. 5. Dekoktasi
Dekoktasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur sampai titik didih air selama 30 menit atau lebih.
2.4. Metode pemisahan dan pemurnian
Teknik yang paling umum dipakai untuk pemisahan dan pemurnian suatu senyawa adalah cara kromatografi antara lain kromatografi kolom dan
kromatografi lapis tipis.
2.4.1. Kromatografi kolom
Universitas Sumatera Utara
dibagian atas fase diam yang berada pada tabung kaca. Fase gerak dibiarkan mengalir melalui kolom yang disebabkan oleh gaya grafitasi. Pita senyawa yang
terlarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah dan dikumpulkan berupa fraksi-fraksi pada saat keluar dari bawah kolom Gritter,
1991. Fase gerak yang digunakan pada kromatografi kolom haruslah sudah
ditentukan sebelumnya agar didapatkan pemisahan yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena kromatografi kolom memerlukan waktu lama dan bahan yang
cukup banyak. Ada tiga pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah ini yaitu dengan penelusuran pustaka, menerapkan data KLT dan pemakaian elusi
landaian umum mulai dari pelarut non polar sampai pelarut polar Sastrohamidjojo, 1990.
2.4.2. Kromatografi lapis tipis KLT
Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi serapan dimana fase diam berupa zat padat yang disebut adsorben penyerap berupa lapisan tipis dan
fasa gerak berupa zat cair yang disebut larutan pengembang. KLT dapat dipakai untuk 2 tujuan, yaitu Gritter, dkk, 1991:
1 sebagai metode untuk mendapatkan hasil kualitatif, kuantitatif dan preparatif, 2 dipakai untuk mengetahui sistem pelarut yang akan dipakai dalam kromatografi
kolom. Fasa diam penyerap dapat dibagi dua, jenis polar dan non polar.
Penyerap polar meliputi berbagai oksida organik seperti silika, alumina, magnesia, magnesia silikat. Penyerap non polar yang biasa digunakan adalah arang. Fasa
Universitas Sumatera Utara
diam ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan yang ditotolkan berupa
bercak atau pita. Setelah plat diletakkan didalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok fasa gerak, pemisahan terjadi selama
pengembangan. Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkandideteksi Gritter, dkk, 1991
Pada KLT yang penting diperhatikan dari penyerapnya adalah ukuran partikel dan homogenitasnya. Ukuran partikel yang biasa digunakan adalah 1-25
mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu alasan untuk menaikkan hasil pemisahan adalah
menggunakan penyerap yang butirannya halus.Beberapa contoh penyerap yang biasa digunakan untuk pemisahan dalam KLT adalah silika gel, alumina, selulosa,
dan pati Sastrohamidjojo, 1990. Pada umumnya dipakai larutan 0,1-1. Pelarut yang terbaik untuk
melarutkan campuran adalah pelarut yang bertitik didih antara 50-100
Rf = jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik penotolan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik penotolan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga Rf Sastrohamidjojo, 1990: C karena
pelarut yang demikian mudah menguap dari lapisan Gritter, 1991. Dalam mengidentifikasi noda-noda dalam kromatografi digunakan harga
Rf yang didefinisikan sebagai berikut Sastrohamidjojo,1990:
1. Struktur kimia
2. Sifat dari penyerap
Universitas Sumatera Utara
3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap
4. Pelarut dan derajat kemurniannya
5. Derajat kejenuhan bejana pengembangan
6. Teknik percobaan
7. Jumlah cuplikan yang digunakan
8. Suhu
9. Kesetimbangan
2.5. Spektrofotometri Ultraviolet UV