Efektivitas Penambahan Simplisia Daun Sirih Piper betle pada Pakan Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus Terhadap Infeksi Aeromonas hydrophila

EFEKTIVITAS PENAMBAHAN SIMPLISIA DAUN SIRIH
Piper betle PADA PAKAN IKAN PATIN Pangasianodon
hypophthalmus TERHADAP INFEKSI Aeromonas hydrophila

INDRIYANI ANGGI PRAMESTI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas
Penambahan Simplisia Daun Sirih Piper betle pada Pakan Ikan Patin
Pangasianodon hypophthalmus Terhadap Infeksi Aeromonas hydrophila adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Indriyani Anggi Pramesti
NIM C14100066

ABSTRAK
INDRIYANI ANGGI PRAMESTI. Efektivitas Penambahan Simplisia Daun Sirih
Piper betle pada Pakan Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus Terhadap
Infeksi Aeromonas hydrophila. Dibimbing oleh MUNTI YUHANA dan
ANGELA MARIANA LUSIASTUTI.
Ikan patin Pangasianodon hypophthalmus adalah salah satu jenis ikan
komoditas air tawar yang sering terserang penyakit Motile Aeromonads
Septicaemia (MAS). Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi penambahan
simplisia sirih terhadap pertumbuhan dan aktivitas respons imun non spesifik ikan
patin yang diinfeksi Aeromonas hydrophila. Perlakuan pra dan pascauji tantang
terdiri dari perlakuan pemberian simplisia sirih 1,23; 2,44; 4,76; 9,09 dan 16,67%
(w/w) serta perlakuan satu kontrol untuk prauji tantang dan dua kontrol untuk
pascauji tantang (positif dan negatif). Hasil menunjukkan pemberian pakan

seluruh dosis pada perlakuan prauji tantang tidak mempengaruhi nilai sintasan,
laju pertumbuhan spesifik, dan rasio konversi pakan ikan patin. Seluruh dosis
pemberian pakan sirih baik pra maupun pascauji tantang tidak mempengaruhi
respons imun pada ikan patin namun diduga memiliki aktivitas bakterisidal karena
sintasan perlakuan pemberian sirih 16,67% setelah dilakukan uji tantang (89,58%)
tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif (100%). Berdasarkan hasil
histopatologi perlakuan pemberian pakan sirih 16,67% efektif untuk pengobatan
penyakit MAS.
Kata kunci: Aeromonas hydrophila, ikan patin, pakan, sirih.

ABSTRACT
INDRIYANI ANGGI PRAMESTI. Efficacy of Piper betle Simplicia as Feed
Supplementation in Pangasianodon hypophthalmus against Aeromonas
hydrophila Infection. Supervised by MUNTI YUHANA and ANGELA
MARIANA LUSIASTUTI.
Pangasiidae is a popular freshwater commodity that commonly infected by
Motile Aeromonads Septicaemia (MAS). The purpose of this research was to
evaluate of betel simplicia supplementation in Pangasius hypophthalmus in
growth performance and non specific immune respons against Aeromonas
hydrophila infection. The pre and postbacterial infection treatments containing

different doses of betel 1.23, 2.44, 4.76, 9.09 and 16.67% (w/w) with one control
for preinfection and two controls (positive and negative). The results showed that
all the pre bacterial infection treatments did not affect the SR (Survival Rate),
SGR (Specific Growth Rate), and FCR (Feed Convertion Rate) in fish. All of the
treatments also did not affect the non specific immune whether in pre or
postbacterial infection treatments but expected has a bactericidal activity because
the survival rate of 16.67% betel feed treatment was not different compared to
negative control. Based on histopathological, the Piper betle 16.67% resulted
good effect in medication.
Keywords: Aeromonas hydrophila, feed, pangasiidae, Piper betle.

EFEKTIVITAS PENAMBAHAN SIMPLISIA DAUN SIRIH
Piper betle PADA PAKAN IKAN PATIN Pangasianodon
hypophthalmus TERHADAP INFEKSI Aeromonas hydrophila

INDRIYANI ANGGI PRAMESTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan

pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Efektivitas Penambahan Simplisia Daun Sirih Piper betle pada
Pakan Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus Terhadap
Infeksi Aeromonas hydrophila
Nama
: Indriyani Anggi Pramesti
NIM
: C14100066

Disetujui oleh

Dr Munti Yuhana, SPi, MSi

Pembimbing I

Dr drh Angela Mariana Lusiastuti, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 ini ialah
fitofarmaka, dengan judul Efektivitas Penambahan Simplisia Daun Sirih Piper
betle pada Pakan Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus Terhadap Infeksi
Aeromonas hydrophila.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr Munti Yuhana, SPi, MSi dan Dr drh Angela Mariana Lusiastuti, MSi
selaku dosen pembimbing yang telah membimbing selama proses
pengerjaan penelitian sampai penulisan skripsi ini.
2. Dr Ir Odang Carman, MSc selaku dosen penguji tamu dan Dr Ir Mia
Setiawati, MSi selaku dosen komisi pendidikan.
3. Dr Domenico Caruso selaku pemilik proyek yang didanai oleh Institut
de Recherce Pour le Developpement (IRD) Perancis dan Ethnobotany
for Sustainable Therapy in Aquaaculture in Food Safety (ESTAFS) yang
telah mengikutsertakan penulis dan mendanai seluruh kegiatan
penelitian ini.
4. Ir Irzal Effendi, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan banyak masukan dan motivasi.
5. Bapak Ranta, bapak Marjanta, Mba Yuli, dan semua staf Departemen
Budidaya Perairan.
6. Mas Wahyu, bapak Edi, bapak Bambang, bapak Mikdar, bapak
Sumanta, mas Dea, serta para staf di Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Sempur yang telah
membantu selama proses penelitian berlangsung.
7. Keluarga tercinta terutama ayah Wahyudi, ibu Eka Sri Suryanti, kakak
Erry, Dima Abdillah, dan adik Rifi yang selalu memberikan semangat

dan motivasi kepada penulis.
8. Sita Panca Rini dan Edwina Dhyani P selaku partner penelitian yang
telah banyak memberikan motivasi dan kerja sama selama melakukan
penelitian.
9. Dwi Cahyani sebagai sahabat terdekat penulis selama menjalani kuliah.
10. Kakak-kakak senior di LKI-BDP dan teman-teman BDP47 yang telah
memberikan motivasi dan pengalaman-pengalaman yang berharga
selama menempuh pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat sesuai dengan yang
diharapkan.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Indriyani Anggi Pramesti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

Tujuan Penelitian .................................................................................. 2
METODE .................................................................................................... 2
Waktu dan Tempat ................................................................................ 2
Prosedur Penelitian................................................................................ 2
Rancangan Percobaan ........................................................................... 4
Prosedur Analisis Data .......................................................................... 5
Skema Penelitian ................................................................................... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 9
Hasil ...................................................................................................... 9
Pembahasan ......................................................................................... 14
SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 17
Simpulan ............................................................................................. 17
Saran.................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 18
LAMPIRAN .............................................................................................. 21
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 37

DAFTAR TABEL
1 Rancangan percobaan prauji tantang penyakit MAS .............................. 5
2 Rancangan percobaan uji tantang penyakit MAS ................................... 5

3 Hasil pengamatan kualitas air prauji tantang ........................................ 14

DAFTAR GAMBAR
1 Skema penelitian efektivitas penambahan simplisia daun sirih
Piper betle pada pakan ikan patin Pangasianodon hypophthalmus
terhadap infeksi Aeromonas hydrophila ................................................. 8
2 Grafik sintasan ikan patin (a) prauji tantang dan (b) pascauji
tantang ..................................................................................................... 9
3 Grafik rasio konversi pakan ikan patin ................................................. 10
4 Grafik laju pertumbuhan spesifik ikan patin ......................................... 10
5 Grafik respiratory burst activity ikan patin (a) prauji tantang dan
(b) pascauji tantang ............................................................................... 11
6 Grafik uji lisozim ikan patin (a) prauji tantang dan (b) pascauji
tantang ................................................................................................... 11
7 Histopatologi ginjal hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-40 ..................... 12
8 Histopatologi hati hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-40 ........................ 13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Penelitian mengenai aplikasi fitofarmaka dalam penanggulangan
infeksi bakteri Aeromonas.hydrophila .................................................. 21

2 Prosedur pengamatan respiratory burst activity. .................................. 30
3 Prosedur pengamatan aktivitas lisozim. ................................................ 30
4 Prosedur pembuatan preparat histopatologi. ......................................... 30
5 Analisis lanjut statistik sintasan prauji tantang ..................................... 32
6 Analisis lanjut statistik sintasan pascauji tantang. ................................ 32
7 Analisis lanjut statistik rasio konversi pakan. ....................................... 33
8 Analisis lanjut statistik laju pertumbuhan spesifik. .............................. 33
9 Analisis lanjut statistik respiratory burst activity prauji tantang. ......... 34
10 Analisis lanjut statistik respiratory burst activity pascauji tantang. ..... 34
11 Analisis lanjut statistik uji lisozim prauji tantang ................................. 35
12 Analisis lanjut statistik uji lisozim pascauji tantang ............................. 35
13 Komposisi daun sirih ............................................................................ 36

PENDAHULUAN
Serangan penyakit pada ikan budi daya merupakan salah satu kendala yang
dapat mengakibatkan gagalnya suatu produksi budidaya. Salah satu jenis penyakit
yang sering muncul dalam usaha budi daya ikan air tawar adalah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Menurut Roberts (2012), A.
hydrophila merupakan salah satu patogen yang sering menyerang ikan air tawar.
Penyakit akibat bakteri ini berkaitan dengan perkembangan penyakit bacterial

hemorrhagic septicaemia atau yang dikenal dengan aeromonads septicaemia yang
dapat timbul akibat kondisi ikan stress. Ikan yang terserang bakteri A. hydrophila
akan mengalami perubahan warna tubuh menjadi gelap, haemoragi yang terdapat
pada permukaan tubuh ikan dan sirip ventral serta ascites. Wabah bakteri A.
hydrophila bersifat akut dan dapat mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi
pada ikan air tawar.
Penanggulangan penyakit A. hydrophila pada umumnya mengandalkan
antibiotik. Antibiotik mengandung bahan anti mikroba yang dapat menghambat
atau membunuh suatu mikroorganisme yang tidak diinginkan. Menurut Serrano
(2005), peningkatan aplikasi bahan anti mikroba pada manusia maupun hewan
dapat mengakibatkan peningkatan resistensi terhadap bahan anti mikroba tersebut.
Sehingga, penggunaan antibiotik dalam penanggulangan penyakit ikan mulai tidak
diperbolehkan karena dapat menimbulkan kekhawatiran konsumen terhadap
keamanan pangan yang dikonsumsi.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah penyakit
akibat infeksi bakteri A. hydrophila adalah melalui aplikasi fitofarmaka.
Fitofarmaka merupakan obat dari bahan alam yang khasiatnya jelas dan terbuat
dari bahan baku, baik berupa simplisia maupun telah diambil zat aktifnya
(Dewoto 2007). Berbagai penelitian yang telah dilakukan mengenai aplikasi
fitofarmaka dalam pencegahan infeksi bakteri A. hydrophila yang disajikan pada
Lampiran 1. Beberapa metode pemberian fitofarmaka yang telah digunakan dalam
proses pencegahan maupun pengobatan infeksi bakteri A. hydrophila antara lain
melalui perendaman (Rahman 2008), injeksi (Abdullah 2008), dan pemberian
pakan yang telah dicampur dengan fitofarmaka (Angka 2005).
Salah satu fitofarmaka yang potensial untuk mencegah dan menanggulangi
penyakit Motile Aeromonads Septicaemia (MAS) adalah daun sirih. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan dan memberikan hasil yang positif melalui
penggunaan daun sirih yang dicampur dengan pakan komersial dalam menangani
penyakit MAS antara lain pengobatan penyakit MAS dengan pemberian simplisia
ektsrak sirih hasil maserasi etanol yang dicampur sebanyak 0,12,44% komersial
pada ikan lele patin (Giyarti 2000) dan pencegahan infeksi bakteri A. hydrophila
dengan pemberian simplisia ekstrak sirih hasil maserasi akuades yang dicampur
2g/kg pakan komersial pada ikan lele dumbo (Sutama 2002). Penggunaan ekstrak
daun sirih cukup efektif dalam mengatasi penyakit MAS namun kurang aplikatif
apabila pembuatan ekstrak harus dilakukan oleh petani budi daya.
Penelitian ini menggunakan metode pencampuran simplisia daun sirih
dalam pakan tanpa melalui proses ekstraksi bahan aktif. Tujuannya adalah agar
mudah diaplikasikan oleh petani dan menyederhanakan teknik pengendalian
dalam penanggulangan penyakit MAS.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penambahan simplisia daun
sirih terhadap pertumbuhan dan aktivitas respons imun non spesifik pada pakan
ikan patin yang diinfeksi Aeromonas hydrophila M26.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2013 di Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Sempur, Bogor,
Jawa Barat dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan ikan uji untuk aklimatisasi adalah akuarium kaca yang
berdimensi 99 x 50 x 60,5 cm3 sebanyak 3 buah dan wadah untuk perlakuan
adalah boks plastik yang berdimensi 45 x 35 x 30 cm3 sebanyak 18 buah. Sebelum
digunakan, akuarium kaca dan boks plastik dibersihkan menggunakan sabun dan
didesinfeksi dengan NaHClO3 sebanyak 3,3 ml/10 liter air, lalu dibilas hingga
bersih. Wadah pemeliharaan yang telah bersih diisi dengan air tandon hingga
ketinggian 50 cm untuk akuarium kaca dan 25 cm untuk boks plastik, lalu diaerasi
kencang selama 48 jam. Wadah yang digunakan pada perlakuan prauji tantang
adalah boks plastik dengan sistem resirkulasi (debit air 1,07 L/menit) sedangkan
pada perlakuan uji tantang menggunakan akuarium kaca tanpa sistem resirkulasi.
Persiapan Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan untuk penelitian adalah ikan patin (Pangasianodon
hypophthalmus) dengan bobot rata-rata 7,8±0,92 gram dan panjang rata-rata
10,3±0,61 cm/ekor sebanyak 396 ekor. Ikan tersebut berasal dari petani ikan patin
yang berada di daerah Kemang, Bogor, Jawa Barat. Ikan dipelihara pada boks
plastik yang berdimensi 45 x 35 x 30 cm3 sebanyak 22 ekor per boks plastik.
Persiapan Pakan Fitofarmaka
Pakan yang diberikan berupa pakan komersial dengan bobot 1 kg yang telah
dicampur dengan simplisia daun sirih (Piper betle) dengan dosis simplisia sirih
1,23% (1,23%); 2,44% (2,44%); 4,76% (4,76%); 9,09% (9,09%); dan 200
gram/kg pakan (16,67%) komersial. Binder yang digunakan dalam pembuatan
pelet adalah tepung tapioka sebanyak 10 g/kg pakan untuk pembuatan pakan
setiap dosisnya. Pakan komersial yang digunakan mengandung protein minimal
40% dan tanaman sirih didatangkan dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik (BALITRO), Bogor.

3

Pembuatan Pakan Fitofarmaka
Daun sirih hijau yang baru didatangkan di seleksi berdasarkan kondisi,
bentuk, dan warna tanaman tersebut dalam kondisi normal. Setelah diseleksi,
tanaman dicuci hingga bersih lalu ditiriskan hingga kering. Daun sirih dikeringkan
di dalam oven dengan suhu 50 ºC selama 48 jam. Setelah 2 hari berada di dalam
oven daun di giling menggunakan blender lalu diayak hingga mendapatkan
ukuran bubuk 425 µm. Tahapan selanjutnya adalah repelleting pakan dengan cara
mencampurkan seluruh bahan yang meliputi bubuk daun sirih, pakan komersial,
dan tepung tapioka dan diaduk menggunakan air panas 400 ml secara perlahan
hingga dapat dipadatkan. Kemudian bahan pakan dicetak menggunakan mesin
pencetak pakan dengan diameter 0,2 cm. Pakan yang telah dicetak dimasukkan ke
dalam oven suhu 50 ºC selama 24 jam dengan kondisi ventilasi oven terbuka.
Pakan yang telah kering dimasukkan ke dalam wadah plastik, ditimbang bobotnya,
lalu disimpan di dalam kulkas hingga siap digunakan.
Pemberian Pakan Fitofarmaka
Pemberian pakan herbal diberikan selama 30 hari pemeliharaan. Feeding
rate yang semakin meningkat seiring peningkatan dosis simplisia daun sirih yaitu
antara 3-3,5%. Pemberian pakan diberikan sebanyak 3 kali sehari pada pagi, siang,
dan sore hari.
Persiapan Isolat Bakteri Patogen
Isolat murni Aeromonas hydrophila M26 dikultur dalam media TSA
(Tryptic Soy Agar) pada cawan petri, diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 28ºC.
Apabila kultur sel telah tumbuh, ditanam kembali ke dalam media TSB (Tryptic
Soy Broth) pada tabung sebanyak 10 ml kemudian diinkubasi selama 24 jam
dengan suhu 28ºC. Setelah 24 jam, kultur sel tersebut dipanen dan digunakan
sebagai isolat untuk dilakukan Postulat Koch dengan kepadatan 108 cfu/ml.
Postulat Koch
Postulat Koch dilakukan untuk mengaktifkan kembali patogenitas dari suatu
bakteri patogen yang telah lama disimpan. Ikan digunakan untuk Postulat Koch
adalah ikan patin dengan kisaran bobot 10 gram/ekor. Ikan disuntikkan dengan sel
kultur Aeromonas hydrophila dengan kepadatan 108 cfu/ml dengan dosis 0,1
ml/ekor ikan dan diamati gejala klinis yang muncul selama 96 jam. Setelah
terdapat ikan yang mengalami gejala klinis maka ikan tersebut diisolasi pada
bagian ginjal, hati, dan luka untuk mendapatkan bakteri patogen Aeromonas
hydrophila. Sel diambil dengan jarum ose yang disebar pada media agar TSA
pada cawan petri dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, bakteri
Aeromonas hydrophila akan tumbuh koloni di media agar TSA dengan ciri-ciri
berwarna kekuningan dan mengkilat lalu dipindahkan untuk ditanam kembali ke
media TSB tabung sebanyak 10 ml selanjutnya diinkubasi selama 24 jam. Setelah
masa inkubasi 24 jam dalam TSB, bakteri Aeromonas hydrophila yang telah
tumbuh disuntikkan kembali pada ikan baru yang sehat dan diamati kembali
selama 96 jam. Jika telah timbul gejala klinis pada ikan yang diinfeksi Aeromonas
hydrophila maka ikan yang telah terinfeksi diisolasi pada bagian ginjal, hati, dan
luka. Tahapan selanjutnya yang meliputi penanaman bakteri, penyuntikan bakteri,
dan pengisolasian sama seperti sebelumnya dan diulang sebanyak 3 kali. Hasil

4
Postulat Koch bakteri Aeromonas hydrophila yang telah diulang sebanyak 3 kali
akan digunakan sebagai bakteri uji tantang dalam penelitian ini.
Pengambilan Darah
Ikan dibius terlebih dahulu sebelum dilakukan pengambilan darah. Ikan dari
akuarium diambil dan diletakkan pada air yang telah diberi minyak cengkeh
dengan dosis 0,6 ml minyak cengkeh dalam 10 L air. Setelah ikan pingsan, ikan
diambil dan diletakkan pada kain yang lembab. Darah ikan diambil sebanyak 1 ml
menggunakan syringe ukuran 1 ml. Lalu, darah sebanyak 0,1-0,2 ml diletakkan
pada eppendorf yang berisi heparin (antikoagulan) untuk uji NBT dan sisanya
diletakkan pada eppendorf lain yang tidak berisi heparin untuk diambil bagian
serumnya dengan cara dilakukan sentrifugasi yang akan digunakan untuk uji
lisozim. Jumlah sampel darah ikan yang diambil adalah 3 ekor per akuarium.
Perlakuan Uji Tantang
Ikan diuji tantang dengan menyuntikan ikan hasil perlakuan pemeliharaan
yang telah diberi pakan simplisia daun sirih selama 30 hari dengan dosis simplisia
1,23%; 2,44%; 4,76%; 9,09%; dan 16,67% sebanyak 17 ekor per akuarium
dengan ulangan masing-masing dosis sebanyak 3 kali. Ikan dari setiap ulangan
perlakuan diambil sebanyak 3 ekor untuk kontrol negatif yang akan disuntik
menggunakan PBS. Ikan yang di uji tantang disuntik dengan biakan Aeromonas
hydrophila M26 dengan kepadatan 3,9x108 cfu/ml dengan dosis injeksi 0,1
ml/ekor. Ikan dimasukkan ke dalam akuarium kaca tiga sekat yang berukuran total
99 x 49,5 x 60 cm3 dengan tinggi air 45cm. Pengamatan ikan uji tantang
dilakukan selama 10 hari.

Rancangan Percobaan
Penelitian ini terdiri dari dua tahap percobaan yaitu perlakuan pemberian
pakan yang mengandung simplisisa daun sirih dengan dosis berbeda untuk prauji
tantang maupun untuk uji tantang. Penelitian perlakuan prauji tantang dengan
pemberian pakan mengandung simplisia daun sirih terdiri dari 6 perlakuan dengan
3 kali ulangan. Rancangan perlakuan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

5
Tabel 1 Rancangan percobaan prauji tantang penyakit MAS
Perlakuan
Keterangan
K
Pemberian pakan komersial tanpa penambahan simplisia daun sirih (kontrol)
(22 ekor)
A
Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 1,23%
(22 ekor)
B
Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 2,44%
(22 ekor)
C
Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 4,76%
(22 ekor)
D
Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 9,09%
(22 ekor)
E
Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 16,67%
(22 ekor)

Penelitian uji tantang dengan pemberian pakan mengandung simplisia daun
sirih terdiri dari 7 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan penelitian uji tantang
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rancangan percobaan uji tantang penyakit MAS
Perlakuan
Keterangan
KPemberian pakan komersial tanpa diuji tantang (10 ekor)
K+
Pemberian pakan komersial dan diuji tantang (17 ekor)*
A
Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 1,23%
(17 ekor)*
B
Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 2,44%
(17 ekor)*
C
Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 4,76%
(17 ekor)*
D
Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 9,09%
(17 ekor)*
E
Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 16,67%
(17 ekor)*
Keterangan
* Ikan diinfeksi dengan kepadatan bakteri 108 cfu/ml dengan dosis 0,1 ml/ekor

Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada pukul
09.00, 12.00, dan 16.00 WIB. Jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan
Feeding Rate (FR) yang diterapkan yaitu sebesar 3 – 3,5%. Pemberian pakan
dilakukan secara restricted feeding. Sampling bobot dilakukan setiap 7 hari sekali.
Penelitian perlakuan pencegahan penyakit ikan dengan pemberian pakan herbal
dilakukan selama 30 hari dan penelitian perlakuan pengobatan penyakit ikan yang
dilakukan uji tantang dengan pemberian pakan herbal dilakukan selama 10 hari.

Prosedur Analisis Data
Sintasan
Sintasan ikan atau Survival Rate (SR) adalah persentase jumlah ikan yang
hidup pada akhir pemeliharaan (Effendi 2004), dirumuskan sebagai berikut:

6
Sintasan (%) = (Nt/No) x 100%
Keterangan:
Nt
= Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
No
= Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
Rasio Konversi Pakan
Rasio konversi pakan atau Feed Conversion Ratio (FCR) adalah perhitungan
untuk menentukan efisiensi pemberian pakan terhadap ikan (Parker 2012),
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Konversi Pakan = F/(Bt –Bo)
Keterangan:
F
= Jumlah pakan yang diberikan (gram)
Bt
= Biomassa akhir (gram)
Bo
= Biomassa awal (gram)
Laju Pertumbuhan Spesifik
Laju pertumbuhan spesifik merupakan pertumbuhan spesifik ikan pada
waktu tertentu, dirumuskan sebagai berikut (De Silva dan Anderson 1995):
Laju Pertumbuhan Spesifik % = ((lnW1-lnW0)/(t1-t0)) � 100

Keterangan:
Wo
= Bobot rata-rata waktu t0 (gram)
W1
= Bobot rata-rata waktu t1 (gram)
t1
= Waktu akhir pemeliharaan (hari)
t0
= Waktu awal pemeliharaan (hari)

Respiratory Burst Activity
Uji respiratory burst activity menggunakan reagen Nitro Blue Tetrazolium
(NBT) berdasarkan metode Secombes (1990) yang dimodifikasi dengan metode
menurut Stasiack dan Baumann (1996) dalam Singh (2013). Prosedur pengamatan
respiratory burst activity tertera pada Lampiran 2.
Uji Aktivitas Lisozim
Aktivitas lisozim diuji menggunakan serum ikan patin menggunakan metode
Ellis (1990) dalam Kafilzadeh et al. (2013) dengan sedikit modifikasi. Prosedur
pengamatan aktivitas lisozim tertera pada Lampiran 3. Secara matematis
aktivititas lisozim dapat dirumuskan sebagai berikut:
Aktivitas lisozim (UI/ml/menit) = [(OD30s – OD4,5m) x 1000] x (1/(t x s))
Keterangan:
1000 = Konversi hasil absorbansi (OD) menjadi unit internasional (UI)
t
= waktu (menit)
s
= jumlah serum (ml)
OD30s = Pembacaan densitas optikal detik ke - 30

7
OD4,5m = Pembacaan densitas optikal menit ke – 4,5
Histopatologi
Sampel hati dan ginjal diambil dari ikan perlakuan pemberian simplisia 0%
(K) dan 16,67% (E) masing – masing satu dari setiap ulangan. Preparat
histopatologi dibuat melalui beberapa tahapan utama yaitu fiksasi dan parafinisasi,
pemotongan, pewarnaan dan pengamatan jaringan sesuai dengan metode
Humason (1967). Prosedur pembuatan preparat tertera pada Lampiran 4.
Kualitas Air
Kualitas air yang diamati adalah suhu, pH, DO, dan saturasi yang dilakukan
setiap hari pada pukul 09.00 di Laboratorium Basah Patologi, Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT), Sempur, Bogor.Pengukuran
kualitas air total amonia nitrogen (TAN) dilakukan pada awal dan akhir perlakuan
pencegahan penyakit ikan.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan enam perlakuan pada tahap I dan tujuh ulangan pada tahap II dengan
setiap perlakuan dibagi menjadi tiga ulangan. Data yang diperoleh diolah
menggunakan Microsoft Office Excel 2007 lalu diuji statistik ANOVA satu arah
dan apabila berbeda nyata diuji Duncan menggunakan program PASW Statistics
18 untuk melihat adanya perbedaan antar perlakuan.
Pengamatan kerusakan organ hati dan ginjal dianalisa secara deskriptif.
Analisa deskriptif dilakukan dengan mengategorikan tingkat kerusakan pada sel.
Kategori tingkat kerusakan pada sel yang digunakan adalah fokal, multifokal, dan
difusa (Adinata 2012). Tingkat kerusakan sel fokal adalah kerusakan sel yang
terdapat pada satu bagian tertentu. Kategori kerusakan sel multifokal adalah
kerusakan sel yang terdapat pada beberapa bagian tertentu. Tingkat kerusakan
difus adalah kerusakan sel yang terdapat menyebar hampir seluruh maupun
seluruh bagian bidang pengamatan.
Skema Penelitian
Skema penelitian efektivitas penambahan simplisia daun sirih Piper betle
pada pakan ikan patin Pangasianodon hypophthalmus yang terhadap infeksi
Aeromonas hydrophila tersaji pada Gambar 1.

8
(A)

-14

(C)

-7
(B)

Keterangan:
-14, -7
0, 7, 14, 21, 30 dan 40
A
B
C
D
E
F
G
H
I

(D), (G)

0
(H)

7
(B)

14
(B)

21
(B), (E)

(F)

30
(B), (E)
(H), (I)

40
(E)

= Sebelum penelitian
= Waktu pengamatan
= Aklimatisasi ikan
= Sampling pertumbuhan (bobot dan panjang total)
= Adaptasi ikan dalam wadah percobaan
= Perlakuan pencegahan penyakit ikan
= Pengambilan darah
= Perlakuan pengobatan penyakit ikan
= Pengukuran kualitas air (pH, suhu, DO, dan saturasi)
= Pengukuran kualitas air (TAN)
= Perlakuan uji tantang

Gambar 1 Skema penelitian efektivitas penambahan simplisia daun sirih Piper
betle pada pakan ikan patin Pangasianodon hypophthalmus yang
terhadap infeksi Aeromonas hydrophila

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sintasan
Data sintasan ikan patin prauji tantang diuji statistik pada Lampiran 5 dan
pascauji tantang diuji statistik pada Lampiran 6. Grafik sintasan prauji tantang dan
pascauji tantang disajikan pada Gambar 2.

(a)

(b)

Keterangan
* Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P0,05) dengan kontrol setelah diuji ANOVA. Pemberian dosis simplisia sirih
tidak berpengaruh terhadap sintasan prauji tantang. Gambar 2b menunjukan
sintasan ikan pascauji tantang perlakuan dosis (A, B, C, dan D) dan kontrol positif
menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P0,05) dengan kontrol negatif.
Pemberian dosis A, B, C, dan D berpengaruh terhadap sintasan pascauji tantang.
Rasio Konversi Pakan
Pengaruh pemberian simplisia sirih dengan dosis yang berbeda selama
perlakuan prauji tantang terhadap rasio konversi pakan diuji statistik pada
Lampiran 7 dan disajikan pada Gambar 3.

10

Keterangan
* Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P0,05).
Pemberian perlakuan tidak berpengaruh terhadap rasio konversi pakan ikan patin
selama prauji tantang.
Laju Pertumbuhan Spesifik
Pengaruh pemberian perlakuan dengan dosis yang berbeda selama perlakuan
prauji tantang terhadap laju pertumbuhan spesifik diuji statistik pada Lampiran 8
dan disajikan pada Gambar 4.

Keterangan
* Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P0,05).
Pemberian perlakuan tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan
selama prauji tantang.
Respiratory Burst Activity
Data pengujian imunologi respiratory burst activity ikan prauji tantang diuji
statistik pada Lampiran 9 dan pascauji tantang diuji statistik pada Lampiran 10.
Grafik pengujian respiratory burst activity disajikan pada Gambar 5.

11

(a)

(b)

Keterangan
* Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P

Dokumen yang terkait

Uji efek analgetik dan anthiinflamasi ekstrak etanol 70% daun sisrih (piper betle, linn secara in vivo

8 31 121

Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) Menggunakan Metode Kempa Langsung Dengan Variasi HidroxypropilI Cellulose (HPC-SSL-SFP) Sebagai Pengikat

7 37 109

PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN BUATAN TERHADAP IMUNITAS IKAN PATIN (Pangasianodon hyphopthalmus) YANG DIINFEKSI DENGAN Aeromonas hydrophila

9 53 50

Efektivitas Ekstrak daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.F.) Nees) dan Sirih (Piper betle L.) terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus

0 13 74

Efektivitas Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.)Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees) Dan Daun Sirih (Piper Betle L.) Terhadap Infeksi Bakteri (Aeromonas Hydrophila L31, Pada Ikan Lele Dumbo (Clarias Sp.)

0 6 96

Pemberian Mikrokapsul Probiotik Bacillus Sp. Np5 Dan Prebiotik Mannanoligosakarida Untuk Pencegahan Infeksi Aeromonas Hydrophila Pada Ikan Patin (Pangasianodon Hypophthalmus).

2 9 39

Penambahan Tepung Daun Mengkudu Morinda citrifolia L. pada Pakan Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus untuk Pencegahan Infeksi Aeromonas hydrophila

2 10 41

Efektivitas Ekstrak Dan Tepung Daun Kayu Manis Sebagai Pencegahan Infeksi Aeromonas Hydrophila Pada Ikan Patin Pangasianodon Hypophthalmus

4 16 52

EFEKTIVITAS INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) UNTUK PENGOBATAN PADA IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila

0 0 15

EFEKTIVITAS INFUSA DAUN SIRIH ( Piper betle L . ) UNTUK PENGOBATAN PADA IKAN LELE SANGKURIANG ( Clarias sp.) YANG TERINFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila - repository perpustakaan

0 0 8