PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN BUATAN TERHADAP IMUNITAS IKAN PATIN (Pangasianodon hyphopthalmus) YANG DIINFEKSI DENGAN Aeromonas hydrophila

(1)

ABSTRACT

EFFECT OF DIETARY VITAMIN C ADDITION FOR CATFISH (Pangasianodon hyphopthalmus) IMMUNITY THAT INFECTED BY

Aeromonas hydrophila

By

M. HASYIM ASHARI

Catfish is one freshwater fish species economically that is now being cultivated by fish farmers in Indonesia. One of the constraints of the catfish farming is a disease caused by Aeromonas hydrophila. The use of the addition of vitamin C in the study to prevent bone deformities, improve growth, preventing the negative effects of environmental disturbance or stress, accelerate wound healing and enhance natural immunity against bacterial infections. The purpose of this study was to determine effect of adding vitamin C in the dietary made from velvet bean meal surly toward survival in catfish. The model used is the RAL design with the addition of Vitamin C treatment (0 g / kg of feed, 0.5 g / kg of feed; 1 g / kg of feed, 1.5 g / kg of feed and 2 g / kg of feed), which maintained a solid stocking 10 fish / aquarium for 21 days. The results showed that the addition of Vitamin C in the diet significantly influenced survival catfish. The best dose of Vitamin C in the addition of feed to produce a survival rate, the highest is 1 gram / kg of feed.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN BUATAN TERHADAP IMUNITAS IKAN PATIN (Pangasianodon hyphopthalmus) YANG DIINFEKSI DENGAN Aeromonas hydrophila

Oleh

M. HASYIM ASHARI

Ikan patin adalah salah satu jenis ikan ekonomis air tawar yang kini banyak dibudidayakan oleh petani ikan di Indonesia. Salah satu kendala budidaya ikan patin adalah penyakit yang disebabkan bakteri Aeromonas hydrophila. Penggunaan penambahan vitamin C dalam penelitian untuk mencegah kelainan bentuk tulang, meningkatkan pertumbuhan, mencegah pengaruh negatif dari gangguan lingkungan atau stress, mempercepat penyembuhan luka dan meningkatkan kekebalan alami melawan infeksi bakteri. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui pengaruh penambahan vitamin C di dalam pakan buatan yang berbahan baku tepung biji koro benguk terhadap sintasan pada ikan patin. Model rancangan yang digunakan adalah RAL dengan perlakuan penambahan Vitamin C (0 gram/kg pakan; 0,5 gram/kg pakan; 1 gram/kg pakan; 1,5 gram/kg pakan dan 2 gram/kg pakan) yang dipelihara dengan padat tebar 10 ekor/akuarium selama 21 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Vitamin C dalam pakan berpengaruh nyata terhadap sintasan ikan patin. Dosis terbaik penambahan Vitamin C dalam pakan untuk menghasilkan sintasan (Survival Rate) tertinggi adalah 1 gram/kg pakan.


(3)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan patin (Pangasianodon hyphophthalmus) adalah salah satu jenis ikan ekonomis air tawar yang kini banyak dibudidayakan oleh petani ikan di Indonesia. Patin menjadi ikan ekonomis sudah sejak lama, terutama di Sumatera dan Kalimantan. Ikan yang dagingnya lezat dan gurih serta ukuran yang cukup besar ini hidup di sungai dan danau Kalimantan, Sumatera, dan Jawa (Kordi, 2005).

Pakan merupakan kebutuhan utama untuk pertumbuhan ikan dan ketersediaan pakan merupakan biaya variabel terbesar (± 60%) dalam proses produksi. Kenaikan harga pakan akan menyebabkan penurunan laba dan meningkatkan biaya produksi. Oleh karena itu harus dikembangkan formulasi pakan yang memiliki efesiensi pakan yang tinggi dengan biaya produksi pakan yang rendah, tetapi tidak mengurangi kandungan nutrisi yang ada pada pakan (Arie, 2009). Salah satu cara untuk menekan biaya produksi adalah mencari sumber bahan pakan yang dalam penggunaannya tidak bersaing dengan bahan pokok makanan manusia, ketersediaan berkesinambungan, dan mempunyai nilai gizi tinggi serta harganya relatif murah (Murtidjo, 2001).


(4)

2 Salah satu bahan baku yang sering digunakan dalam formulasi pakan ikan adalah tepung kedelai. Harga kedelai relatif mahal dikarenakan merupakan bahan baku impor. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap tepung kedelai dalam pemakaian formulasi pakan, maka perlu dicari alternatif sumber bahan baku lokal yang mudah diperoleh, ketersediaan berkesinambungan dan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi.

Salah satu jenis kacang-kacangan yang juga memiliki kandungan nutrisi seperti kedelai adalah koro benguk (Mucuna pruriens). Biji koro benguk merupakan salah satu jenis kacang-kacangan lokal yang biasa digunakan sebagai bahan baku pengganti kedelai dalam pembuatan tempe, khususnya di wilayah Jawa (Handajani, 2008). Biji koro benguk mengandung protein 28,94%, serat kasar 6,71%, lemak 12,73%, kalsium 1,5% dan energi metabolis 2.925 kkal/kg (Sunaryo, 2009). Tingginya kandungan nutrisi pada biji koro benguk tersebut, menjadikannya berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ikan. Kandungan protein yang cukup tinggi dalam biji koro benguk yaitu sebesar 24% sampai 30% (Fatmawati, 2010), dapat digunakan sebagai bahan pengganti tepung kedelai dalam komposisi pakan buatan. Menurut Fatmawati (2010), koro benguk dapat menggantikan tepung kedelai pada pakan buatan ikan nila (Oreochromis niloticus) yang tergolong omnivora hingga 75%. Penggunaan pada jenis ikan karnivora yaitu ikan patin siam (Pangasius hyphopthalmus) juga menunjukan hasil yang sama dengan persentase 75% (Veroka, 2010).


(5)

3 Kendala lain yang muncul pada budidaya ikan adalah timbulnya penyakit. Penyakit yang menyerang ikan tropis air tawar umumnya adalah bakteri. Penyakit akibat infeksi bakteri di Indonesia ternyata dapat mengakibatkan kematian sekitar 50-100% (Supriyadi dan Taufik, 1981; Supriyadi dan Rukyani, 1990; Taufik, 1992). Salah satu bakteri yang menginfeksi ikan patin adalah Aeromonas hydrophila.

Untuk mengatasi permasalahan akibat serangan agen patogenik pada ikan, para petani maupun pengusaha ikan banyak menggunakan berbagai bahan-bahan kimia maupun antibiotik dalam pengendalian penyakit tersebut. Namun, penggunaan bahan kimia dan antibiotik secara terus menerus dengan dosis yang kurang tepat, dapat menimbulkan strain bakteri yang resisten dan bahaya yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitarnya (Mariyono dan Sudana, 2002). Oleh karena itu, diperlukan solusi alternatif untuk mengurangi penggunaan antibiotik dan bahan kimia. Sebaiknya dipilih cara yang dapat meningkatkan ketahanan tubuh ikan secara efektif tetapi biayanya murah, mudah didapat, ramah terhadap lingkungan dan tidak menyebabkan resistensi terhadap bakteri.

Salah satu sumber imunostimulan yang dapat digunakan adalah vitamin C. Adapun pemberian Vitamin C dalam proses fisiologis tubuh ikan diantaranya adalah untuk meningkatkan daya tahan tubuh (Masumoto et al, 1992). Pemberian vitamin C berguna untuk mencegah kelainan bentuk tulang, meningkatkan pertumbuhan, mencegah pengaruh negatif dari gangguan lingkungan atau stress,


(6)

4 mempercepat penyembuhan luka dan meningkatkan kekebalan alami melawan infeksi bakteri (Navarre dan Havler, 1998).

Dengan pertimbangan di atas, maka perlu adanya pengkajian penambahan vitamin C dalam formulasi pakan yang berbasis biji koro benguk yang dapat meningkatkan sintasan pada ikan patin.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan vitamin C di dalam pakan buatan yang berbahan baku tepung biji koro benguk terhadap imunitas ikan patin (Pangasianodon hyphophthalmus).

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah mengenai manfaat penambahan vitamin C di dalam pakan buatan yang berbahan baku tepung biji koro benguk terhadap imunitas ikan patin (Pangasianodon hyphophthalmus).

D. Kerangka Pemikiran

Permasalahan yang sering dihadapi oleh petani ikan patin dalam melakukan budidaya secara intensif adalah tingginya harga pakan ikan. Pakan merupakan biaya variabel terbesar (± 60 %) dari biaya produksi.


(7)

5 Tingginya harga pakan buatan diakibatkan mahalnya harga bahan pakan, salah satunya adalah bahan baku berupa tepung kedelai. Untuk menanggulangi masalah tersebut maka perlu adanya pemanfaatan bahan lain yang dapat menggantikan ataupun mengurangi penggunaan tepung kedelai dalam pakan buatan. Bahan tersebut harus memiliki kondisi nutrisi yang tidak jauh berbeda dengan kandungan tepung kedelai.

Salah satu bahan baku lokal yang memiliki kandungan nutrient yang tidak jauh berbeda dengan tepung kedelai yaitu tepung biji koro benguk. Mengacu pada penelitian sebelumnya (Veroka, 2010) bahwa tepung biji koro benguk dapat menggantikan tepung kedelai sebesar 75%. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan sehingga formulasi subtitusi tepung kedelai terhadap tepung biji koro benguk yang diberikan hanya menggunakan satu perlakuan.

Kendala lain dalam budidaya ikan patin adalah tingginya tingkat mortalitas, salah satu penyebabnya adalah penyakit. Pencegahan dan penanggulangan penyakit perlu dilakukan untuk mengantisipasi kegagalan budidaya ikan di masa sekarang dan masa yang akan datang, salah satunya dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Supriyadi, 2000). Sistem pertahanan tubuh atau imunitas yang terdiri dari substansi, sel-sel dan organ-organ diperlukan untuk membentuk sistem pertahanan yang kompeten (Meyer, 1964; Fahry, 2009). Sistem pertahanan pada ikan diperlukan untuk melindungi tubuh terhadap serangan patogen seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit lainnya.


(8)

6 Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertahanan tubuh ikan patin adalah dengan penambahan vitamin C pada pakan. Vitamin C atau yang biasa disebut asam askorbat sudah lama dikenal dapat digunakan sebagai suplemen yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh khususnya dalam kondisi ikan stress (Masumoto et al, 1992).

Vitamin C diketahui dapat meningkatkan ketahanan tubuh ikan dengan cara membantu memelihara fungsi sel-sel fagosit melalui peningkatan kegiatan kemotaktik neutrofil dan makrofag serta mobilitas fagosit yang secara keseluruhan berpengaruh langsung terhadap pembentukan sel-sel fagosit (Nuranto, 1991). Vitamin C juga berperan dalam sintesa protein yang diperlukan dalam pembentukan respon imun.

Penambahan Vitamin C pada pakan dengan dosis yang tepat diharapkan mampu meningkatkan pertahanan tubuh ikan patin terhadap serangan bakteri A. hydrophyla sehingga mampu menghasilkan sintasan yang tinggi pada budidaya.


(9)

7

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Usaha Budidaya Ikan Patin

Timbulnya penyakit (serangan bakteri A. hydrophila)

Meningkatkan pertahanan tubuh pada ikan

Vitamin C +

Pakan Biji Koro Benguk

Meningkatkan sistem imun ikan

Hasil panen tinggi Sintasan tinggi

Bahan imunostimulan

Pendapatan meningkat Antibiotik


(10)

8

E. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

H0 = τi = 0 : pada selang kepercayaan 95%, tidak ada pengaruh penambahan vitamin C di dalam pakan buatan yang berbahan baku tepung biji koro benguk (Mucuna pruriens) terhadap imunitas ikan patin (Pangasianodon hyphophthalmus).

H1 ≠τi ≠ 0 : pada selang kepercayaan 95%, minimal ada satu pasang pengaruh penambahan vitamin C di dalam pakan buatan yang berbahan baku tepung biji koro benguk (Mucuna pruriens) terhadap imunitas ikan patin (Pangasianodon hyphophthalmus).


(11)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Ikan Patin 1. Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi ikan patin menurut Rainboth (1996) dalam Savela (2004), adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Subordo : Siluroidea Family : Pangasidae Genus : Pangasionodon

Spesies : Pangasionodon hypophthalmus

Mulut Sirip punggung Sirip lemak Sirip ekor Mata

Sirip dada Sirip perut Sirip dubur


(12)

10 Ikan patin mempunyai sirip punggung 1 jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang besar dan bergerigi dibelakangnya, sedangkan jari-jari lunak 6-7 buah. Pada permukaan punggung terdapat sirip lemak yang ukurannya sangat kecil. Sirip dubur agak panjang dan mempunyai 30-33 jari-jari lunak. Sirip perut terdapat 6 jari-jari lunak. Sedangkan sirip dada terdapat 1 jari-jari keras yang berubah menjadi patil dan 12-13 jari-jari lunak. Sirip ekor bercagak dan bentuknya simetris (Ghufran, 2005).

Ikan patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, agak pipih, tidak bersisik, kepala kecil, mata kecil, serta mulut diujung kepala dan lebar. Panjang tubuh ikan patin dapat mencapai ukuran 120 cm. Warna tubuh ikan patin pada bagian punggung keabu-abuan atau kebiru-biruan dan bagian perut putih keperak-perakan (Susanto dan Khairul, 2007).

2. Habitat

Habitat hidup ikan patin adalah air tawar. Air yang baik untuk pertumbuhan ikan patin adalah air sungai, air sumur, air tanah, dan mata air. Namun, ikan patin juga dapat hidup dalam kondisi air yang kurang baik seperti di dalam lumpur atau air yang memiliki kadar oksigen rendah, kerena ikan patin memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap kondisi ekstrim seperti kandungan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dan pH yang rendah (Susanto dan Khairul, 2007).


(13)

11

3. Pakan dan Kebiasaan Makan

Ikan patin merupakan jenis ikan omnivora (pemakan segala, hewan dan tumbuhan) dan cenderung bersifat karnivora (pemakan hewan). Di alam, ikan patin memakan ikan-ikan kecil, cacing, detritus, serangga, biji-bijian, potongan daun tumbuh-tumbuhan, rumput-rumputan, udang-udang kecil dan moluska. Dalam pemeliharaannya ikan patin dapat diberi pakan buatan (artificial foods), yaitu berupa pelet (Ghufron, 2005).

Makanan ikan patin berubah sejalan dengan pertambahan umur dan perkembangannya. Benih ikan patin yang berumur 20 hari sanggup memakan plankton (pakan alami) berukuran 0,5 – 2,0 mm. Benih yang cukup besar atau benih tua mulai menyantap makanan alami yang berukuran lebih besar, misalnya Paramecium, naupli Artemia, Cladocera, Sida sp., Diaphanasoma sp., Dapnia sp., Moina sp., Bosmina sp., Chidorus sp., dan Copepoda. (Usniarie, 2008).

B. Aeromonas hydrophila

Berikut adalah klasifikasi Aeromonas hydrophila (Seshadri et al., 2006): Filum : Prokaryota

Kingdom : Bacteria Kelas : Proteobacteria Ordo : Aeromonadales Family : Aeromonadaceae Genus : Aeromonas


(14)

12 http://www.microbiologyatlas.kvl.dk

Gambar 3. Aeromonas hydrophila

A. hydrophila biasanya berukuran 0,7-1,8 x 1,0-1,5 µm, bersifat motil dengan flagella tunggal di salah satu ujungnya, memiliki badan nukleus, ribosom, mesosom, dan dinding sel, berbentuk batang sampai dengan kokus dengan ujung membulat, fakultatif anaerob dan bersifat mesofilik dengan suhu optimum 20-30ºC (Ghufran, 2004). A. hydrophila bersifat gram negatif, motil, berbentuk batang pendek, tidak berspora, umum terdapat di perairan tawar, tetapi mampu menyebabkan penyakit pada beberapa jenis ikan air payau (Zauhari, 2006).

A. hydrophila menyebabkan penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) atau penyakit bercak merah. Bakteri tersebut menyerang berbagai jenis ikan air tawar dengan tingkat kematian tinggi (80-100%) dalam waktu 1-2 minggu (Kordi, 1995). Serangan A. hydrophila baru terlihat apabila ketahanan tubuh ikan menurun akibat stress yang disebabkan oleh penurunan kualitas air, kekurangan pakan dan populasi ikan yang sangat padat (Afrianto dan Liviawaty, 1992).


(15)

13 Ikan yang terserang bakteri A. hydrophila akan memperlihatkan gejala-gejala seperti warna tubuh gelap, mata rusak dan agak menonjol, sisik terkelupas, seluruh siripnya rusak, insang berwarna merah keputihan, sulit bernafas, kulit menjadi kasat dan timbul pendarahan yang selanjutnya diikuti dengan luka-luka borok, perut kembung dan bila dibedah akan terlihat pendarahan pada hati, ginjal dan limfa (Kordi, 2005).

C.Vitamin C

Vitamin C adalah nutrien yang dibutuhkan untuk proses fisiologis hewan, termasuk ikan dan merupakan nutrien esensial. Vitamin C merupakan senyawa yang mudah larut dalam air dan merupakan unsur yang ditambahkan dalam pakan. Hal ini disebabkan karena ikan tidak mampu mensintesis vitamin C di dalam tubuhnya (Masumoto et al. 1991)

Kebutuhan vitamin pada umumnya didasarkan pada tingkat minimum tetapi dapat mendukung pertumbuhan maksimum, atau untuk mencegah gejala-gejala defisiensi. Terjadinya gejala defisiensi vitamin C pada ikan disebabkan kurang tersedianya senyawa ini dalam pakan yang diberikan (Robinson, 1984).

Besarnya kebutuhan vitamin C dipengaruhi oleh laju pertumbuhan, tahap kematangan gonad, formulasi pakan, penyakit dan stress, serta kondisi lingkungan (Robinson, 1984). Sehingga dibutuhkan sumber vitamin C dari luar untuk pertumbuhan normal.

Vitamin C berperan menormalkan fungsi kekebalan, mengurangi stress dan mempercepat penyembuhan luka pada ikan (Ikada, 1991). Menurut Masumoto et


(16)

14 al. (1991), vitamin C sangat penting dalam meningkatkan ketahanan tubuh karena vitamin C berperan menjaga bentuk reduksi ion Cu sebagai kofaktor yang dibutuhkan oleh enzim dopamin beta-hydroxylase dan menekan produksi non adrenalin dan adrenalin pada proses cathecholamine (memacu produksi glukosa darah untuk dipakai sebagai energi).

Vitamin C dapat meningkatkan ketahanan tubuh ikan dengan cara membantu memelihara fungsi sel-sel fagosit melalui peningkatan kegiatan kemotaktik neutrofil dan makrofag serta mobilitas fagosit dan kegiatan tersebut berpengaruh langsung terhadap pembentukan sel-sel fagosit (Nuranto, 1991). Selain itu vitamin C juga berperan dalam sintesa protein yang diperlukan dalam pembentukan respon imun.

Vitamin C mempunyai fungsi sebagai koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kemampuan reduksinya kuat dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi untuk melindungi sel dari stress (Asada, 1992). Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan. Sebagai antioksidan, vitmin C bekerja sebagai donor elektron, dengan cara memindahkan satu elektron ke senyawa logam Cu. Selain itu, vitamin C juga dapat menyumbangkan elektron ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler (Winarsi, 2007). Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif di dalam sel netrofil dan monosit, sehingga vitamin C dapat mencegah masuknya penyakit infeksi akibat parasit, bakteri, jamur, dan virus (Hariyatmi, 2004).


(17)

15

D. Imunitas

Imunitas merupakan suatu kemampuan tubuh untuk melawan hampir semua organisme atau patogen yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Suatu kemampuan tubuh untuk membentuk imunitas spesifik yang sangat kuat untuk melawan agen penyerbu yang bersifat mematikan seperti bakteri, virus, toksin dan bahkan jaringan asing yang berasal dari organisme lain. Imunitas dapat dihasilkan oleh sistem imun khusus yang membentuk antibodi dan mengaktifkan limposit yang mampu menyerang dan menghancurkan organisme spesifik atau toksin (Guyton, 1997).

Sistem imun pada ikan umumnya hampir sama dengan hewan vertebrata lain, perbedaannya hanya terletak pada organ pembentuknya, proses pembentukan, serta jenis dan komponen imunnya. Sistem ini sangat tergantung pada suhu dan dipengaruhi faktor lingkungan. Organ pembentuk respon imun dan darah dikenal sebagai organ limphomieloid karena jaringan lymphoid dan myeloid bergabung menjadi satu. Jaringan tersebut terutama terbentuk dari jaringan granulopoietik yang kaya dengan enzim lisozim yang diduga mempunyai peran penting dalam reaksi kekebalan tubuh. Pada ikan, jaringan pembentuk darah terdapat dalam stroma limpa dan intersitium ginjal. Selain itu juga dibagian tepi hati dan submukosa usus (Angka et al, 1990).

Kamiso dan Triyanto (1990) menyebutkan bahwa secara umum ikan memiliki dua imunitas yaitu imunitas spesifik dan non-spesifik. Sistem imun non-spesifik merupakan mekanisme kekebalan awal yang memberikan respon langsung dalam


(18)

16 menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, walaupun tubuh tidak pernah terpapar sebelumnya (Bratawidjaja, 2000; Kresno, 1996).

E.Sel Darah

Darah tersusun atas sel darah dan plasma darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit). Volume darah pada ikan lebih sedikit dibandingkan dengan vertebrata yang lain, yaitu sekitar 5% dari berat tubuhnya (Angka et al, 1990). Darah mengalami perubahan-perubahan yang sangat serius khususnya bila terkena infeksi oleh bakteri, dalam hal ini Bacterial Haemorragic Septicemia (Amlachler, 1970; Snieszko et al, 1971; Lesmanawati, 2006).

Leukosit merupakan unit yang mobil atau aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang dan sebagian di jaringan limfe. Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat dari sel darah putih adalah bahwa kebanyakan ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius. Jadi, menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada. Leukosit bertanggung jawab dalam respons kekebalan. Jika ada zat asing (kuman) masuk ke dalam tubuh, maka beberapa leukosit akan membuat antibodi. Antibodi adalah protein sederhana (gamaglobulin) yang dihasilkan oleh limposit atau larut ke dalam plasma darah sebagai reaksi terhadap serangan suatu antigen (Guyton dan Hall, 1997).


(19)

17

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2011, bertempat di Laboratorium Basah Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : akuarium ukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm sebanyak 15 buah, ember, serokan, peralatan aerasi, selang sipon, ember, scoopnet, baskom, timbangan digital, alat semprot (sprayer), kertas label, nampan, jarum suntik (spuit) 1 cc 23G, tabung eppendorf 1,5 ml, sarung tangan, masker, handuk bersih, mikropipet, tabung reaksi, labu erlenmeyer, cawan petri, jarum ose, bunsen, hemositometer, kaca obyek, kaca penutup, spektrofotometer, vortex, hot plate stirrer, mikroskop, autoclave, kertas kopi, plastik tahan panas, thermometer, pH meter, dan DO meter. (Lampiran 1.)

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara lain ikan patin berukuran 10-15cm sebanyak 50 ekor untuk uji LD50 dan 150 ekor untuk perlakuan uji tantang, bahan baku pakan berupa tepung biji koro benguk, tepung kedelai, tepung ikan, tepung jagung, tepung tapioka, premix, minyak ikan, minyak jagung, vitamin C,


(20)

18 biakan bakteri A. hydrophila, media TSA, media TSB, alkohol 70%, larutan EDTA 10%, methanol, larutan Turk (larutan asam asetat glacial 96%+larutan gentian violet 1%+aquades), giemsa, aquades, garam, dan minyak imersi.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Perlakuan A : Tanpa penambahan vitamin C (kontrol).

Perlakuan B : Penambahan vitamin C dengan dosis 0,5 g/kg pakan. Perlakuan C : Penambahan vitamin C dengan dosis 1 g/kg pakan. Perlakuan D : Penambahan vitamin C dengan dosis 1,5 g/kg pakan. Perlakuan E : Penambahan vitamin C dengan dosis 2 g/kg pakan.

Pada masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali dan penempatan akuarium dapat dilihat pada (Lampiran 2.). Komposisi bahan-bahan baku yang akan dijadikan formulasi pakan dapat dilihat pada Tabel 1.


(21)

19 Tabel 1. Bahan Baku Formulasi Pakan

Bahan Pakan

Perlakuan (gram/ 1 Kg pakan) A

(kontrol)

B C D E

Tepung ikan 300 300 300 300 300

Tepung biji koro benguk 262,5 262,5 262,5 262,5 262,5

Tepung kedelai 87,5 87,5 87,5 87,5 87,5

Vitamin C 0 0,5 1 1,5 2

Tepung jagung 200 200 200 200 200

Minyak jagung 30 30 30 30 30

Minyak ikan 30 30 30 30 30

Premix 20 20 20 20 20

Tepung tapioka 70 70 70 70 70

Jumlah 1000 1000,5 1001 1001,5 1002

Model linear Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij Keterangan :

I = Perlakuan A, B, C, D dan E

J = Ulangan 1, 2, 3

Yij = Nilai pengamatan dari pemberian pakan dengan persentase Vitamin C yang berbeda ke-i terhadap imunitas ikan patin pada ulangan ke-j

µ = Nilai tengah pengamatan

τi = Pengaruh pemberian pakan dengan persentase vitamin C yang berbeda ke-i terhadap imunitas ikan patin.

εij = Pengaruh galat percobaan pada pemberian pakan dengan persentase vitamin C yang berbeda ke-i terhadap imunitas ikan patin pada ulangan ke-j


(22)

20 Uji F digunakan untuk menguji perbedaan antar perlakuan digunakan pada taraf kepercayaan 95% pada penelitian ini dan akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) jika perlakuan berbeda nyata (Steel dan Torrie, 1991).

D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan

1.a. Pembuatan Pakan

Pembuatan tepung biji koro benguk meliputi : biji koro benguk kering direndam, dicuci hingga bersih, dijemur pada panas matahari selama 2 hari, kemudian digiling. Pembuatan pakan meliputi : Semua bahan baku dicampur lalu diaduk kemudian dicetak dan selanjutnya dikeringkan sehingga menjadi pelet yang siap diberikan pada ikan patin (Lampiran 3.).

1.b. Pengadaan Pakan Vitamin C

Pakan yang telah jadi ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Vitamin C diencerkan dengan menggunakan air dan disemprotkan ke pakan sesuai dosis perlakuan, selanjutnya dikeringanginkan selama 2 jam (Lampiran 4.)

1.c. Sterilisasi Alat dan Bahan

Sterilisasi bertujuan untuk membebaskan alat dan bahan dari mikroorganisme kontaminan. Alat-alat yang akan disterilisasi sebelumnya dibungkus dengan kertas, bertujuan untuk mencegah masuknya air pada saat dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi dengan autoklaf dimulai pada suhu 1210C, tekanan 1 atm dalam waktu 15-20 menit.


(23)

21

1.d. Persiapan Wadah dan Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian adalah ikan patin ukuran 10-15 cm dengan berat sekitar 7-8 gr yang berasal dari satu tempat budidaya. Ikan uji direndam terlebih dahulu dalam larutan garam dengan konsentrasi 5 ppm selama 5 menit sebelum dimasukkan dalam akuarium pemeliharaan. Perendaman bertujuan untuk mengurangi stres serta melepaskan ektoparasit yang menempel.

Akuarium yang digunakan berukuran 60x40x40 cm3 dengan ketinggian air 30 cm dan diaerasi kuat selama 24 jam. Sebelum digunakan, akuarium dicuci dengan sabun dan didesinfeksi menggunakan Chlorin kemudian dikeringkan lalu dibilas hingga air bersih. Ikan uji ditebar sebanyak 10 ekor untuk setiap akuarium. Penentuan perlakuan pada masing-masing akuarium dilakukan secara acak.

2. Pelaksanaan Penelitian 2.a. Uji LD50

Uji LD50 dilakukan untuk mengetahui konsenterasi bakteri yang dapat menyebabkan kematian ikan uji sebanyak 50% dari populasi awal. Konsentrasi bakteri yang diperoleh akan digunakan pada uji tantang.

Uji LD50 dilakukan dengan cara memasukkan bakteri A. hydrophila pada ikan patin dengan konsentrasi berbeda yaitu 104, 105, 106, 107 dan 108 cfu/ml (Lampiran Tiap perlakuan masing-masing 10 ekor ikan patin, kemudian diinjeksikan sebanyak 0,1 ml/ekor secara intramuscular. Pengamatan dilakukan


(24)

22 selama 7 hari dengan menghitung jumlah ikan yang mati. Penghitungan LD50 menurut Lesmanawati (2006):

Kematian di atas 50% - 50 Selang proporsi =

Kematian di atas 50% - kematian di bawah 50% Log negatif LD50 = Log negatif konsentrasi di atas 50% + selang proporsi

2.b. Pemberian Pakan Vitamin C

Ikan uji diadaptasi terlebih dahulu selama 7 hari sebelum perlakuan dan diberi pakan komersil tanpa penambahan vitamin C kemudian dipelihara selama 21 hari untuk setiap perlakuan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari pukul 08.00 dan 16.00 WIB disesuaikan dengan feeding rate (FR) 3% dari bobot ikan patin.

2.c. Uji Tantang

Uji tantang dilakukan pada hari ke-15, ikan yang diberi pakan Vitamin C dan kontrol disuntikkan bakteri A. hydrophila dengan konsentrasi kepadatan yang dihasilkan dari uji LD50 sebanyak 0,1 ml/ekor secara intramuscular. Pengamatan dilakukan selama seminggu yaitu hari ke-15 sampai ke-21 dengan menghitung mortalitas ikan, kemudian dihitung sintasannya.

3. Pengumpulan Data

Selama penelitian berlangsung parameter yang diamati adalah sintasan (SR), pertumbuhan berat rata-rata, perhitungan total leukosit dan pengamatan kualitas air media pemeliharaan.


(25)

23

3.a. Sintasan

Sintasan adalah jumlah ikan patin yang hidup dibandingkan dengan jumlah ikan patin pada saat awal tebar dan dikalikan dengan 100%. Sintasan digunakan untuk mengetahui berapa besar persentase ikan yang hidup selama proses penelitian. Menurut Effendie (1997), Sintasan dapat dinyatakan dengan rumus :

SR = Nt x 100% No

Keterangan : SR : Sintasan

Nt : Jumlah ikan pada akhir penelitian N0 : Jumlah ikan pada awal penelitian

3.b. Perhitungan Total Leukosit (Blaxhall and Daisley, 1973):

1. Bilik hitung haemocytometer dan kaca penutupnya dibersihkan dengan etanol, kemudian kaca penutup dipasang pada haemocytometer.

2. Sampel darah dihisap dengan pipet berskala sampai 0,5 dilanjutkan dengan menghisap larutan turk (acetic acid glasial 1-1,5 ml; gentian violet 0,1 gr; aquades 100 ml) sampai skala 11 (pengenceran 1:20), kemudian digoyangkan selama 3 menit agar bercampur homogen.

3. Empat tetesan pertama dibuang, tetesan berikutnya dimasukkan ke dalam haemocytometer dengan meletakkan ujung pipet pada bilik hitung tepat batas kaca penutup dan dibiarkan selama 3 menit agar leukosit mengendap dalam bilik hitung.


(26)

24 4. Bilik hitung tersebut diletakkan di bawah mikroskop menggunakan

pembesaran lemah.

5. Penghitungan dilakukan pada 4 kotak besar haemocytometer.

3.c. Kualitas Air

Untuk menjaga kualitas air selama penilitian dilakukan penyiponan dan pergantian air sebanyak 20% dari volume air setiap hari. Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, DO dan pH. Pengukuran kualitas air tersebut dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari, mulai dari masa pemeliharaan sampai masa pengamatan kegiatan penelitian berlangsung.

4. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan Analisis Ragam pada selang kepercayaan 95%. Apabila dalam analisis didapat hasil yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada selang kepercayaan 95%.


(27)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Adapun simpulan yang diperoleh adalah adanya pengaruh penambahan Vitamin C terhadap peningkatan sistem imun ikan patin yang diuji tantang dengan A. hydrophilla yang ditandai dengan peningkatan total leukosit tertinggi pada perlakuan C (penambahan Vitamin C 1 gram/Kg pakan).

B. Saran

Perlu dilakukannya penelitian dengan dosis dan metode yang berbeda (diskontinyu) sebagai pembanding keefektifan penambahan Vitamin C dalam pakan ikan.


(28)


(29)


(30)


(31)


(32)


(33)


(34)


(35)


(36)


(37)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 7

2. Ikan Patin ... 9

3. Aeromonas Hydrophla ... 12

4. Leukosit pada pengamatan dengan perbesaran 10x ... 26

5. Pengamatan Total Leukosit ... 30


(38)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Manfaat Penelitian ... 4

D. Kerangka Pemikiran ... 4

E. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A.Biologi Ikan Patin (Pangasionodon hypophthalmus) ... 9

1. Klasifikasi dan Morfologi ... 9

2. Habitat ... 10

3. Pakan dan Kebiasaan Makan ... 11

B. Aeromonas hydrophila ... 11

C.Vitamin C ... 13

D.Imunitas ... 15

E. Sel Darah ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 17

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 17

C. Rancangan Penelitian ... 18

D. Prosedur Penelitian ... 20

1. Persiapan Penelitian ... 20

1.a. Pembuatan Pakan... 20

1.b. Pengadaan Pakan Vitamin C ... 20


(39)

1.d. Persiapan Wadah dan Ikan Uji ... 21

2. Pelaksanaan Penelitian ... 21

2.a. Uji LD50 ... 21

2.b. Pemberian Pakan Vitamin C ... 22

2.c. Uji Tantang ... 22

3. Pengumpulan Data ... 22

3.a. Sintasan ... 23

3.b. Perhitungan Total Leukosit ... 23

3.c. Kualitas Air ... 24

4. Analisis Data ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Uji LD50 ... 25

B. Pemeriksaan Darah (Total Leukosit) ... 26

C. Sintasan atau SR (Survival Rate) ... 31

D. Kualitas Air ... 32

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 34

A. Simpulan ... 34

B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(40)

36

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto dan Liviawaty, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 89 halaman.

Amlacher. E. 1970. Textbook of Fish Disease. Conroy D. A, R. L. Herman (ed) TFH Publ. Neptune. New York 302p.

Anderson. 1992. Immunostimulants, Ajduvants and Vaccine Carrier in Fish: Application to Aquaculture. Ann. Rev. Fish Dis 2: 281-307.

Angka, S. L, BP Priosoeryanto, BW. Lay dan E. Harris. 2004. Penyakit Motile Aeromonas Septicemia pada Ikan Lele Dumbo : Upaya Pencegahan dan Pengobatannya dengan Fitofarmaka. Forum pascasarjana. 27: 339-350 Asada, K. 1992. Ascorbate Peroxidase-Hydrogen Peroxydescavenging Enzyme in

Plants.dalam: Physiologia Plantarum. 85:23241

Baisel, W. R. 1982. Single Nutriens and immunity. Am. J. Clin. Nutrition, 35(2):5-23.

Blaxhall and K.W Dasley. 1973. Dasley. Routine Haemathological Methods for Use With Fish Blood. Jurnal Fish. Biology, 5: 577-581.

Bratawidjaja KG. 2000. Imunologi dasar. Edisi IV. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. hal. 3-105.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 159 hal.

Fatmawati, F. 2010. Subtitusi Tepung Kedelai Dengan Tepung Biji Koro Benguk (Mucuna pruriens) Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus).[Skripsi]. Universitas Lampung: Lampung.

Fahry, Bima. 2009. Bakteri Aeromonas sp. http/el-fahribimantara.blog.htm. diakses 15 Maret 2011 18.30 WIB

Ghufran, M., 2005. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta. Jakarta. 63 halaman.


(41)

37 Guyton, A.C dan J.E. Hall. 1997. BUKU AJAR-Fisiologi Kedokteran (Text Book

Medical Physiology). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 543-549.

Hariyatmi. 2004. Kemampuan vitamin C sebagai antioksidan Terhadap radikal bebas pada lanjut usia. Jurnal MIPA vol 14 No.1.Surakarta. UMS

Ikada, S. 1991. The Crucial Role of Vitamin C in Fish Farming. Bulletin Gold Coin Aquaculture. 13 (12): 1-13

Irianto, A. 2002. A Study of Probiotics Effective for the Control of Aeromonas salmonicida Infection in Fish. PhD. Thesis. Heriot-Watt University. Edinburgh, UK.

Johnny, F., Zafran, D. Roza, dan K. Mahardhika. 2003. Hematologi Beberapa Spesies Ikan Laut Budidaya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Volume 9 Nomor 4: 63-71.

Kabata, Z. 1985. Parasit dan Penyakit Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kamiso H.N. 1990. Audiovisual Vaksinasi Penyakit Bakterial pada Ikan. PAU-Bioteknologi UGM, Yogyakarta.

Kordi, K.; Ghufran, H. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT. Sadi Mahasatya. Jakarta. 194hal.

Kordi, G. H. K. 2005. Budidaya Ikan Patin. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Kresno SM. 1996. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Edisi III. Jakarta Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal. 3-41.

Lesmanawati, W. 2006. Potensi Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Sebagai Antibakteri dan Imunostimulan Pada Ikan Patin (Pangasionodon hypophthalmus) yang Diinfeksi Aeromonas hydrophila. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.

Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Penerjemah Aminuddin Parakkasi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Masumoto, T., H. Hosokawa and S. Shimeno. 1991. Ascorbyc Acid Role in Aquaculture Nutrition, p.42-48. In Procceding of The Aquaculture Feed Prossecing and Nitrion Workshop. Dean M. Akiyama and Ronnie K. H. Tan (ed). American Soybean Association, Singapura.

Moyle PB dan Cech Jr JJ. 2004. Fishes. An Introduction to Ichthyology.5th ed.USA: Prentice Hall, Inc.


(42)

38 Murtidjo, B. A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius : Yogyakarta. Navvare, O. dan J. E. Halver. 1989. Diseases Resistance and Humoral Antibody

Production in Rainbow Trout Fed High Levels of Vitamin C. Aquaculture, 79: 207-221

Nuranto. 1991. Pengaruh Vitamin C Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias batrachus). Tesis Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 73hal Robinson, H. E. 1984. Vitamin Requirenment, p.21-25 In E. H. Robinson and T.

T. Lovell (ed). Nutrision and Fedding of Channel Catfish (Revised). Southearn Regional Seedlings. Aquaculture 161 : 427-436

Rukhyani, A., E. Sislvis., A. Sunarto dan Taukhid. 1997. Peningkatan Respon Kebal Non-spesifik pada Ikan Lele (Clarias sp) dengan pemberian immunostimulan (β-Glucan). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Volume III No.1.

Sandes. K. 1991. Studies On Vitamin C in Fish Nutrient. Fisheries and Marine Biology. University of Bergen. Norway. 32 p.

Sunaryo. 2009. Performas Itik Pejantan Tegal Akibat Pemberian Ransum Yang Mengandung Berbagai Hasil Olahan Koro Benguk (Mucuna Pruriens Var Utilis). UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret. Solo.

Supriyadi, H. 2000. Sistem Pertahanan Tubuh Pada Ikan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Jakarta

Supriyadi, H dan P, Taufik. 1981. Identifikasi dan Cara Penanggulangan Penyakit Bakterial pada Ikan Lele (Clarias batrachus). Bull. Perik. I (3):447-454. Supriyadi, H. dan A. Rukyani. 1990. Immunopropilaksis dengan Cara Vaksinasi

pada Usaha Budidaya Ikan. Seminar Nasional Ke II, Penyakit Ikan dan Udang, Bogor. 16-18 Januari 1990.

Susanto, H dan Khairul A, 2007. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. P.T

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Tizard I. 1988. An Introduction to Veterinary Immunology. Second Ed. WB. Saunders Company. Philadelphia. 363 ps.

Usniarie. 2008. Budidaya Ikan Patin. Diakses dari :


(43)

39 Veroka, S. 2010. Pemanfaatan Tepung Biji Koro Benguk (Mucuna Pruriens) Sebagai Subtitusi Tepung Kedelai Pada Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Patin Siam (Pangasius Hyphopthalmus). Skripsi: Universitas Lampung.

Wahyuningsih, Sri PA. 2001. Pengaruh Imunostimulan B-Glucan Terhadap Jumlah Total Leukosit Pada Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). Jurnal penelitian Medika Eksakta Vol 2. No 1.

Zauhari, R. 2006. Identifiksi Bakteri Patogen Pada Budidaya Ikan Betok (Anabas testudenaus bloch). Journal of Tropical Fisheries (1): 71-79.


(44)

Judul : PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN BUATAN TERHADAP IMUNITAS IKAN PATIN

(Pangasianodon hyphopthalmus) YANG DIINFEKSI DENGAN Aeromonas hydrophila

NPM : 0614111046 Jurusan : Budidaya Perairan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Limin Santoso, S.Pi., M.Si, Wardiyanto, S.Pi, M.P.

NIP. 197703272005011001 NIP. 196907052001121001

MENGETAHUI,

Ketua Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc.


(45)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Limin Santoso, S.Pi., M.Si. ...

SeKretaris : Wardiyanto, S.Pi., M.P. ...

Penguji Utama : Tarsim, S.Pi., M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001


(46)

“Tak ada yang jatuh dari langit dengan cuma cuma

Semua itu karena usaha dan do’a”

(Dewa 19)

Never Say Never (Justin Bieber)


(47)

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada ayah dan bunda yang selalu membimbingku dengan penuh kasih sayang

Mbak dan mamas ku yang selalu mendo’akan dan memberikan

nasehat-nasehatnya

Almamater tercinta “Universitas Lampung”

Skripsi ini juga kupersembahkan kepada mereka sahabatku yang dengan ketulusan dan kesabarannya menemani hari-hari

yang melelahkan ini menhadi hari yang menyenangkan

Tidak lupa pula kupersembahkan untuk seseorang yang menjadi bagian tulang rusukku yang hilang


(48)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Sari Bakti Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah tanggal 02 Desember 1986 sebagai anak kedua, dari Bapak Agus Susanto dan Ibu Siti Toiyibah.

Pendidikan formal penulis diawali di Sekolah Dasar Negeri Bratasena Mandiri pada tahun 1993-1999 yang dilanjutkan di Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri 1 Gedung Meneng Tulang Bawang Pada tahun 1999-2002 dan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Metro pada tahun 2002-2005. Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN).

Selama kuliah penulis pernah menjadi asisten dosen (asdos) pada mata kuliah Budidaya Air Tawar tahun 2011 dan Budidaya Ikan Hias tahun 2011. Penulis melakukan Praktik Umum (PU) di Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBPAT) Sukamandi, Subang Jawa Baeat pada tahun 2010. Tugas akhir dalam pendidikan perkuliahandiselesaikan dengan menulis

skripsi berjudul “PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN

BUATAN TERHADAP IMUNITAS IKAN PATIN (Pangasianodon hyphopthalmus) YANG DIINFEKSI DENGAN Aeromonas hydrophila”.


(49)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Pengaruh Penambahan Vitamin C Pada Pakan Buatan Terhadap Imunitas

Ikan Patin (Pangasianodon hyphopthalmus) Yang Diinfeaksi Dengan Aeromonas hydrophila” disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Perikanan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi Budidaya Perairan.

3. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si. selaku Pembimbing Utama atas bimbingan, kritik serta saran dalam proses penyusunan skripsi.

4. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P. selaku Pembimbing Kedua atas bimbingan, kritik serta saran dalam proses penyusunan skripsi.

5. Bapak Tarsim, S.Pi., M.Si. selaku Pembahas atas masukan, kritik yang membangun serta bimbingannya.


(50)

6. Bapak Suparmono S.Pi., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan nasehat selama kuliah maupun dalam penyelesaian skripsi.

7. Ibu, ayah, kakak, adik dan seluruh keluargaku yang selalu menjadi motivator, terima kasih atas do’a dan kasih sayangnya.

8. Anak-anak saung HIDRILA yang tidak bisa disebut kan satu persatu, yang selalu menemani hari-hariku penuh dengan keceriaan.

9. Teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini (Devira, Tutut, Tia, Hume, Cuwi, Bang Bowo, Septa) yang selalu memberikan bantuan ilmu dan tenaganya baik mulai dari mulai penelitian sampai selesainya skripsi ini.

10.Teman-teman seperjuangan seangkatan 2006, kakak-kakak tingkat 2004 dan 2005 serta adik-adik ku semua dari 2007 sampai 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas sumbangan doa dan pemikirannya.

Semoga Allah SWT. memberikan berkat, rahmat dan hidayah-Nya serta

kemuliaan-Nya atas kebaikan dan pengorbanan bagi kita semua. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis,


(1)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Limin Santoso, S.Pi., M.Si. ...

SeKretaris : Wardiyanto, S.Pi., M.P. ...

Penguji Utama : Tarsim, S.Pi., M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001


(2)

“Tak ada yang jatuh dari langit dengan cuma cuma Semua itu karena usaha dan do’a” (Dewa 19)

Never Say Never (Justin Bieber)


(3)

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada ayah dan bunda yang selalu membimbingku dengan penuh kasih sayang

Mbak dan mamas ku yang selalu mendo’akan dan memberikan nasehat-nasehatnya

Almamater tercinta “Universitas Lampung”

Skripsi ini juga kupersembahkan kepada mereka sahabatku yang dengan ketulusan dan kesabarannya menemani hari-hari

yang melelahkan ini menhadi hari yang menyenangkan

Tidak lupa pula kupersembahkan untuk seseorang yang menjadi bagian tulang rusukku yang hilang


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Sari Bakti Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah tanggal 02 Desember 1986 sebagai anak kedua, dari Bapak Agus Susanto dan Ibu Siti Toiyibah.

Pendidikan formal penulis diawali di Sekolah Dasar Negeri Bratasena Mandiri pada tahun 1993-1999 yang dilanjutkan di Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri 1 Gedung Meneng Tulang Bawang Pada tahun 1999-2002 dan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Metro pada tahun 2002-2005. Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN).

Selama kuliah penulis pernah menjadi asisten dosen (asdos) pada mata kuliah Budidaya Air Tawar tahun 2011 dan Budidaya Ikan Hias tahun 2011. Penulis melakukan Praktik Umum (PU) di Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBPAT) Sukamandi, Subang Jawa Baeat pada tahun 2010. Tugas akhir dalam pendidikan perkuliahandiselesaikan dengan menulis skripsi berjudul “PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN BUATAN TERHADAP IMUNITAS IKAN PATIN (Pangasianodon


(5)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Penambahan Vitamin C Pada Pakan Buatan Terhadap Imunitas Ikan Patin (Pangasianodon hyphopthalmus) Yang Diinfeaksi Dengan Aeromonas hydrophila” disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Perikanan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi Budidaya Perairan.

3. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si. selaku Pembimbing Utama atas bimbingan, kritik serta saran dalam proses penyusunan skripsi.

4. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P. selaku Pembimbing Kedua atas bimbingan, kritik serta saran dalam proses penyusunan skripsi.

5. Bapak Tarsim, S.Pi., M.Si. selaku Pembahas atas masukan, kritik yang membangun serta bimbingannya.


(6)

6. Bapak Suparmono S.Pi., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan nasehat selama kuliah maupun dalam penyelesaian skripsi.

7. Ibu, ayah, kakak, adik dan seluruh keluargaku yang selalu menjadi motivator, terima kasih atas do’a dan kasih sayangnya.

8. Anak-anak saung HIDRILA yang tidak bisa disebut kan satu persatu, yang selalu menemani hari-hariku penuh dengan keceriaan.

9. Teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini (Devira, Tutut, Tia, Hume, Cuwi, Bang Bowo, Septa) yang selalu memberikan bantuan ilmu dan tenaganya baik mulai dari mulai penelitian sampai selesainya skripsi ini.

10.Teman-teman seperjuangan seangkatan 2006, kakak-kakak tingkat 2004 dan 2005 serta adik-adik ku semua dari 2007 sampai 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas sumbangan doa dan pemikirannya.

Semoga Allah SWT. memberikan berkat, rahmat dan hidayah-Nya serta

kemuliaan-Nya atas kebaikan dan pengorbanan bagi kita semua. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis,


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENAMBAHAN RAGI (YEAST) DAN VITAMIN C PADA PAKAN BUATAN SEBAGAI IMUNOSTIMULAN TERHADAP RESPON IMUN NON SPESIFIK IKAN MAS (Cyprinus carpio) YANG DIUJI TANTANG Aeromonas salmonicida

3 13 53

Aplikasi Prebiotik Melalui Pakan terhadap Gambaran Darah Ikan Mas Cyprinus carpio yang Diinfeksi Aeromonas hydrophila

0 4 32

Efektivitas Penambahan Simplisia Daun Sirih Piper betle pada Pakan Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus Terhadap Infeksi Aeromonas hydrophila

0 9 49

Pemberian Mikrokapsul Probiotik Bacillus Sp. Np5 Dan Prebiotik Mannanoligosakarida Untuk Pencegahan Infeksi Aeromonas Hydrophila Pada Ikan Patin (Pangasianodon Hypophthalmus).

2 9 39

Aplikasi Prebiotik Mannanoligosakarida Dengan Dosis Berbeda Melalui Pakan Pada Ikan Mas Cyprinus Carpio Yang Diinfeksi Aeromonas Hydrophila

0 3 28

Potensi Ekstrak Daun Kayu Manis Cinnamomum burmanni Untuk Meningkatkan Respons Imun Ikan Patin Pangasianodon hypopthalmus Yang Diinfeksi Aeromonas hydrophila

0 5 46

Penambahan Tepung Daun Mengkudu Morinda citrifolia L. pada Pakan Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus untuk Pencegahan Infeksi Aeromonas hydrophila

2 10 41

Efektivitas Ekstrak Dan Tepung Daun Kayu Manis Sebagai Pencegahan Infeksi Aeromonas Hydrophila Pada Ikan Patin Pangasianodon Hypophthalmus

4 16 52

Kajian Penggunaan Ciprofloxacin terhadap Hematologi Ikan Botia (Botia macracanthus, Bleeker) yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

0 0 5

Masyarakat Iktiologi Indonesia Pengaruh ekstrak daun kayu manis Cinnamomun burmanii terhadap respon imun non spesifik ikan patin Pangasianodon hypophthalmus (Sauvage, 1878) yang diinfeksi Aeromonas hydrophila

0 1 11