Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Kedelai (Studi Kasus Desa Sukamaju, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor)
I PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangPertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cukup baik. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen pada tahun 2008 merupakan angka yang tertinggi sejak krisis tahun 1998. Hal ini tidak terlepas dari dukungan sektor pertanian yang merupakan salah satu fondasi ekonomi Indonesia. Pada tahun 2008 sektor pertanian merupakan satu dari tiga sektor yang mengalami pertumbuhan yang tinggi, yaitu sebesar 5,1 persen. Pangan, khususnya aneka kacang dan ubi, merupakan komoditas yang mempunyai peran penting bagi kehidupan rakyat dan perekonomian Indonesia (Balitkabi, 2010).
Kedelai merupakan salah satu dari komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri pangan. Menurut Balitbang Pertanian (2008) kebutuhan kedelai pada tahun 2004 sebesar 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru mencapai 0,71 juta ton dan kekurangannya diimpor sebesar 1,31 juta ton. Hanya sekitar 35 persen dari total kebutuhan dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri.
Kebutuhan kedelai dalam negeri yang besar belum bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Hal ini mendorong pemerintah mengimpor kedelai dari pasar dunia untuk memenuhi konsumsi domestik. Menurut Supadi (2009), dari sisi impor selama periode 1990-1998 sempat mengalami penurunan rata-rata hampir 6,70 persen per tahun. Namun periode berikutnya (1998-2006) melonjak rata-rata 29,92 persen per tahun. Ketergantungan terhadap impor kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun pada periode 1989-1993 sebesar 24,2 persen per tahun terus meningkat menjadi 31,14 persen per tahun periode 1994-1997 dan meningkat lagi menjadi 56,66 persen pada periode 1998-2006. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan terus menerus, mengingat kedelai merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai. Hal ini ditunjukkan dengan tersedianya lahan yang cukup luas dan sesuai untuk budidaya kedelai serta terdapatnya
(2)
teknologi spesifik lokasi dan sumberdaya manusia yang cukup terampil dalam usahatani kedelai (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2010 diacu dalam Sari, 2011). Kondisi tersebut juga diharapkan dapat mewujudkan tercapainya swasembada kedelai tahun 2014 di Indonesia. Swasembada kedelai merupakan suatu keadaan tercukupinya kebutuhan konsumsi kedelai dalam negeri oleh produksi kedelai nasional (Sari, 2011). Selain itu, Indonesia juga memiliki komoditas substitusi yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pengganti kedelai. Diperlukan promosi diversifikasi substitusi kedelai agar secara bertahap komoditas alternatif tersebut dapat menggantikan kedelai dalam konsumsi rakyat Indonesia (Budhi dan Aminah, 2010).
Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, yaitu tempe, kecap, tauco, susu kedelai, tahu, dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto dan Swastika, 2007). Selain dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, kedelai juga dapat dikonsumsi secara segar seperti kedelai edamame. Di Jepang, negara asal kedelai ini, edamame dijadikan sebagai sayuran dan dikenal sebagai makanan kesehatan. Kedelai edamame kaya akan protein, vitamin A dan B, zat kapur, zat besi, dan serat. Selain itu, kedelai edamame mempunyai biji lebih besar, rasa lebih manis, dan tekstur yang lebih lembut dibandingkan dengan kedelai biasa (Konovsky et al, 1994). Kedelai edamame mengandung berbagai zat yang bermanfaat untuk kesehatan. Kedelai edamame merupakan satu-satunya kedelai yang mengandung semua dari sembilan jenis asam amino esensial yang dapat menstabilkan kadar gula darah, meningkatkan metabolisme dan kadar energi dan membantu membangun otot dan sel-sel sistem imun. Selain itu, kedelai edamame juga mengandung isoflavon, beta karoten dan serat1.
Awal pengembangan edamame (vegetable soybean) yaitu sejenis tanaman kedelai sayur (Glycine max (L) Merri ll) baru dilakukan untuk kepentingan sendiri di awal tahun delapan puluhan, guna konsumsi komunitas orang Jepang di Jakarta. Kedelai ini disebut juga sebagai kedelai Jepang atau lebih dikenal dengan edamame. Eda berarti cabang, dan mame berarti kacang, atau kacang yang
1
Sutrisno Koswara. 2010. Edamame dan Khasiatnya. http://edamameshop.com/?page_id=2 [diakses 8 Maret 2012]
(3)
tumbuh di sela cabang. Kedelai ini di introduksi dari Jepang sebagai jenis kedelai sayur yang dipetik muda. Kegiatan untuk tujuan budidaya komersial edamame telah dimulai di wilayah Provinsi Jawa Barat sejak tahun 1988. Salah satu pelopor pengembangan edamame di Indonesia adalah Mr. Sakuma dari Cipanas dan Saung Mirwan yang dipimpin Bapak Theo Tatang Hadinata, sebuah perusahaan swasta yang berlokasi di Gadog, Bogor serta diperkenalkan pengembangannya untuk kegiatan agroindustri olah beku di Jember oleh Pamulang Integrated Farming
(PIF) bekerja sama dengan Saung Mirwan (SM). Mengacu pada hasil percobaan pengembangan edamame di Jember sejak tahun 1992 sampai 1994, hal ini menunjukkan bahwa tanaman edamame mempunyai potensi untuk dikembangkan secara komersial, baik untuk pasar ekspor ke Jepang maupun untuk di dalam negeri (Samsu, 2001).
Tidak hanya itu, pengembangan kedelai edamame juga dilakukan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor (BB-Biogen) yang telah memulai kegiatan konservasi, karakteristik, dan plasma nutfah edamame sejak tahun 1998. Pada tahun 2007 telah dimulai kegiatan pemuliaan yang berkeja sama dengan Asian Vegetables Research and Development Centre (AVRDC). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa edamame berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia dengan terdapat 56 koleksi plasma nutfah edamame dalam Bank Gen BB-Biogen pada tahun 2007 (Asadi, 2009). Agar mutu benih yang diperoleh baik, maka perbanyakan benih edamame dilakukan di dataran tinggi.
Di Indonesia, kedelai edamame mulai ditanam pada tahun 1988 yaitu di Megamendung, Bogor Jawa Barat (Noertjahyo diacu dalam Meidyawati, 2006). Secara geografis, Kecamatan Megamendung memiliki topografi yang berbukit-bukit, datar dan miring serta berada pada dataran tinggi dengan ketinggian 670 meter di atas permukaan laut (Monografi Kecamatan Megamendung, 2009). Kondisi tersebut tentu menjadi salah satu faktor pendukung dalam mengusahakan kedelai edamame. Selain itu, di Kecamatan Megamendung juga terdapat salah satu perusahaan yaitu PT Saung Mirwan yang memperkenalkan dan mengembangkan kedelai edamame melalui kemitraan dengan petani. Salah satu
(4)
desa yang berpotensi mengembangkan kedelai edamame di Kecamatan Megamendung adalah Desa Sukamaju2.
Desa Sukamaju berpotensi mengembangkan kedelai edamame salah satunya dikarenakan banyaknya petani yang bermitra dengan produsen benih sekaligus pengumpul kedelai edamame. Keberadaan produsen tersebut memiliki pengaruh bagi petani dalam memperoleh benih yang akan digunakan. Benih kedelai edamame diperoleh petani melalui bermitra, baik secara mitra tani maupun mitra beli. Dalam mitra tani adanya keterikatan dalam hal penentuan rotasi budidaya yang telah ditentukan oleh produsen. Sementara mitra beli hanya terikat dalam hal pembelian benih saja, tidak dalam rotasi budidaya. Selain itu, juga memiliki pengaruh dalam memberikan alternatif komoditi yang akan diusahakan oleh petani. Setelah mengenal kedelai edamame, terjadi adanya penurunan jumlah petani yang sebelumnya telah berusahatani kedelai. Banyak petani di Desa Sukamaju berpindah dari berusahatani kedelai menjadi kedelai edamame.
Dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan kedelai edamame, petani sebagai konsumen diharapkan memiliki sikap positif dan kepuasan yang tinggi terhadap atribut benih kedelai edamame. Kondisi ini tentunya akan membentuk sikap petani dalam menggunakan benih kedelai edamame, sehingga pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka. Introduksi dan pemasaran benih kedelai edamame dari produsen akan berhasil jika sesuai dengan preferensi petani sebagai konsumen benih. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian perilaku konsumen untuk mengetahui sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame di Kabupaten Bogor, khususnya di Desa Sukamaju.
1.2. Perumusan Masalah
Dengan potensi yang dimiliki berupa potensi alam dan sumber daya manusia, Desa Sukamaju telah berusaha dalam mengusahakan kedelai edamame. Walaupun tidak termasuk dalam program yang dicanangkan pemerintah daerah setempat, tetapi telah banyak petani yang mengusahakan kedelai edamame.
2
(5)
Sekitar kurang lebih 100 petani mitra yang bertanam kedelai edamame (Irsyadi, 2011). Hal ini disebabkan salah satunya adalah harga jual dari kedelai edamame yang relatif stabil dibandingkan dengan harga jual komoditi lainnya yang ditanam di Desa Sukamaju. Stabil dalam artian pada kondisi iklim yang buruk pun harga jual yang diterima petani tidak begitu signifikan turunnya. Harga jual yang diterima oleh petani saat ini adalah sebesar Rp 6.750 per kilogram, jika kondisi iklim buruk, kemungkinan harga yang diterima petani berkisar antara Rp 6.000 sampai Rp 6.500 per kilogram. Lain halnya pada komoditi cabe misalnya yang harga jualnya bisa sangat tinggi pada waktu tertentu seperti menjelang hari raya. Sebaliknya, harga cabe akan menjadi sangat murah pada saat bukan musimnya. Adanya perbedaan harga yang signifikan tersebut menjadikan kedelai edamame sebagai tanaman yang dipilih untuk diusahakan oleh petani di Desa Sukamaju. Kondisi ini juga yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah petani dari yang sebelumnya berusahatani kedelai kemudian berpindah menjadi kedelai edamame.
Dulu budidaya kedelai edamame di Desa Sukamaju masih menggunakan benih yang berasal dari PT Mitra Tani Dua Tujuh, Jember3. Benih yang dibeli PT Saung Mirwan tersebut jumlahnya terbatas hanya sekitar 10-20 kg per minggu, sehingga menyebabkan petani kesulitan dalam mendapatkan benih. Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 2009 PT Saung Mirwan berusaha membudidayakan benih secara mandiri. Sampai saat ini PT Saung Mirwan telah mampu memproduksi benih 70-100 kg per minggunya, namun permintaan akan benih masih melebihi penawaran benih yang ada yaitu sekitar 110-120 kg per mingguya. Akan tetapi, ada juga petani yang telah menggunakan benih hasil produksi panen sebelumnya. Hal ini dilakukan oleh petani untuk mengantisipasi terbatasnya benih yang tersedia di pasar. Dalam penyediaan benih kedelai edamame bermutu tersebut, petani di Desa Sukamaju umumnya melakukan kemitraan dengan produsen benih kedelai edamame. Hal tersebut juga bertujuan agar petani lebih mudah dalam menjual hasil kedelai edamame karena adanya fasilitator yang membantu petani dalam menyalurkan hasil panen.
Dengan terjadinya penurunan jumlah petani dari berusahatani kedelai kemudian berpindah menjadi kedelai edamame dan terbatasnya benih yang
3
Eskportir kedelai edamame yang berdomisili di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
(6)
tersedia akan berpengaruh pada respon petani sebagai konsumen. Masih banyak petani yang sulit dalam mendapatkan benih, dalam artian benih yang tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat varietas, dan tepat waktu. Padahal benih merupakan salah satu faktor penting bagi petani dalam mengusahakan suatu komoditi, termasuk kedelai edamame. Dengan benih bermutu yang tercermin melalui atribut-atribut yang melekat pada benih, akan berpengaruh pada keputusan pembelian oleh petani. Benih kedelai edamame memiliki atribut-atribut yang akan menjadi pertimbangan bagi petani untuk dikonsumsi atau tidak. Apalagi kedelai edamame termasuk jenis komoditi yang masih baru di pasaran yang dikonsumsi oleh konsumen tertentu saja. Kedelai edamame memiliki pasar yang berbeda dengan kedelai biasa. Kedelai edamame biasa dipasarkan ke supermarket ataupun diekspor ke luar negeri seperti Jepang. Permintaan kedelai edamame di negara Jepang sekitar 100.000 ton per tahun, sekitar 70.000 ton dipasok dari sejumlah negara seperti Cina, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia4.
Dengan melakukan pengkajian tentang perilaku konsumen yaitu petani kedelai edamame, maka dapat diketahui bagaimana respon petani terhadap atribut yang ada pada benih kedelai edamame. Respon tersebut dapat diketahui dari sikap dan kepuasan terhadap atribut-atribut yang paling penting dan menjadi pertimbangan dalam melakukan keputusan pembelian benih kedelai edamame, di mana pada akhirnya dapat terpenuhi sesuai dengan harapan petani. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana karakteristik dan proses keputusan pembelian petani terhadap benih kedelai edamame ?
2. Bagaimana sikap petani terhadap benih kedelai edamame ?
3. Bagaimana tingkat kepuasan petani terhadap benih kedelai edamame ? 1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis karakteristik dan proses keputusan pembelian petani terhadap benih kedelai edamame.
4
Maxi I, Adgi W. 2008. Kedelai Jumbo di Pasar Jepang. http://www.trust.com [diakses 8 Maret 2012]
(7)
2. Menganalisis sikap petani terhadap benih kedelai edamame.
3. Menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap benih kedelai edamame. 1.4. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak produsen benih kedelai edamame sebagai dasar dalam pengembangan yang sesuai dengan hasil dari analisis sikap dan kepuasan petani.
2. Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan melatih kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang ada.
3. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai referensi dan bahan penelitian khusunya terkait dengan masalah sikap dan kepuasan konsumen.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Petani yang menjadi objek penelitian adalah petani kedelai edamame yang pernah melakukan keputusan pembelian dan pernah menanam kedelai edamame.
2. Penelitian ini hanya difokuskan kepada analisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame dengan kedelai sebagai pembanding.
(8)
II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan mengenai komoditi kedelai edamame, seperti dalam hal pengembangan dan potensi kedelai edamame di Indonesia. Tidak hanya dari segi komoditinya saja yang ditinjau, akan tetapi dari segi alat analisis yang digunakan pun juga ditinjau yaitu kajian penilaian sikap dengan multiatribut fishbein, penilaian tingkat kepentingan dan kinerja dengan Importance Performance Analysis (IPA) dan penilaian tingkat kepuasan dengan Customer Satisfaction Index (CSI). Tinjauan lainnya juga membahas mengenai perbedaan dengan penelitian terdahulu.
2.1. Pengembangan dan Potensi Kedelai Edamame di Indonesia
Santoso (2003) menjelaskan bahwa di Indonesia kedelai edamame dikenal sebagai kedelai yang diproduksi dalam keadaan belum masak penuh yang biasanya dipanen pada umur 65 hari setelah tanam. Sementara ini sentra produksi kedelai edamame di pulau Jawa dapat dijumpai di daerah Jember (Jawa Timur), Wonogiri (Jawa Tengah), dan Ciawi-Bogor (Jawa Barat). Namun, tidak menutup kemungkinan pada masa yang akan datang produksi komoditi ini akan meningkat karena tanaman kedelai mempunyai daerah penyebaran yang luas. Pada pengelolaan di tingkat industri, kedelai edamame sebagian besar diproduksi sebagai komoditi ekspor dalam bentuk olahan beku (frozen edamame) dan sebagian dipasarkan di dalam negeri dalam bentuk kedelai segar yang masih dalam polong dengan kemasan plastik berlubang maupun styrofoam yang ditutup
strech film.
Kondisi tersebut didukung pula oleh Fadloli (2005) yang menyatakan bahwa prospek pengembangan kedelai edamame untuk keperluan ekspor khususnya ke Jepang masih besar karena permintaan Jepang dapat mencapai 7.000 ton per tahun, akan tetapi sampai saat ini Indonesia belum mampu memenuhinya. Ekspor kedelai edamame pada kurun waktu 1997 sampai dengan 1999 mengalami penurunan dalam volume dan nilainya. Akan tetapi, sejak tahun 2000 volume ekspor kedelai edamame mulai meningkat yaitu sebesar 126, 326 ton atau naik sebesar 127,57 persen. Kondisi tersebut pun berlanjut pada volume dan nilai ekspor pada tahun 2001.
(9)
Sama halnya menurut Purnomo (2006) yang menyatakan kedelai edamame beku (frozen vegetable soybean) merupakan produk olahan kedelai edamame yang dikonsumsi sebagai makanan ringan dan mempunyai prospek pasar yang menjanjikan. Pasar utama edamame beku adalah Jepang (88%) dan Amerika (11%). Permintaan edamame di Amerika terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1993 permintaan edamame beku hanya 800 ton, namun pada tahun 2000 telah meningkat sampai mencapai lebih dari 10.000 ribu ton. Peningkatan permintaan edamame beku di Amerika disebabkan karena kebutuhan konsumen terhadap manfaat kesehatan yang diperoleh dengan mengkonsumsi edamame. Sama halnya juga dengan di Jepang, peningkatan permintaan edamame beku diperkirakan mencapai tiga sampai lima persen per tahunnya
Meidyawati (2006) menjelaskan permintaan edamame baik untuk pasar domestik maupun luar negeri cukup besar. Produktivitas edamame di Jawa Barat selama periode 1996 sampai 2000 relatif masih rendah yaitu 2,92 ton per ha. Sementara itu, volume ekspor kedelai edamame Indonesia tahun 2000 sebanyak 126,326 ton dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 192,806 ton. Tingginya permintaan tersebut menarik Indonesia untuk memproduksi kedelai edamame. Di Indonesia, kedelai edamame mulai ditanam pada tahun 1988 di daerah Megamendung, Bogor Jawa Barat. Kedelai edamame dapat tumbuh di daerah beriklim tropis dan subtropis pada suhu cukup panas dan curah hujan yang relatif tinggi, sehingga cocok untuk ditanam di Indonesia.
Feifi (2008) juga menjelaskan bahwa kedelai edamame ini sangat diminati oleh Jepang dan Amerika. Oleh karena itu, saat ini telah banyak permintaan akan kedelai edamame baik dalam negeri maupun luar negeri untuk diolah menjadi sayur ataupun camilan pada restoran-restoran Jepang. Kebutuhan Jepang terhadap kedelai edamame ini adalah sekitar 100.000 ton setahun, 70.000 ton sudah dipasok dari sejumlah Negara seperti Cina, Thailand, dan Taiwan. Begitu pula dengan Amerika yang membutuhkan sekitar 7.000 ton kedelai edamame setiap tahunnya. Sehingga, Indonesia sebagai Negara yang beriklim tropis sangat cocok untuk pengembangan kedelai edamame masih memiliki kesempatan untuk memenuhi pangsa pasar yang ada.
(10)
Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Irsyadi (2011) yang menyatakan bahwa kedelai edamame yang sering juga disebut kedelai Jepang memiliki pasar yang berbeda dengan kedelai biasa. Kedelai edamame memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai biasa. Komoditi kedelai edamame biasa dipasarkan ke supermarket ataupun diekspor ke luar negeri seperti Jepang. Walaupun belum terlalu banyak yang produksi dan konsumsi oleh masyarakat Indonesia, tetapi kedelai edamame memiliki peluang yang dapat dimanfaatkan Indonesia untuk meningkatkan produksi kedelai edamame di dalam negeri dan memasarkannya ke Negara Jepang.
2.2. Kajian Penilaian Sikap Dengan Metode Multiatribut Fishbein
Kajian yang dilakukan oleh Fahmi (2008) mengenai sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik, sikap dan kepuasan petani. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling yang berarti adanya kesediaan dari responden untuk diwawancarai dan mengisi kuesioner. Dalam menganalisis sikap petani terhadap benih padi varietas unggul sikap digunakan model Multiatribut Fishbein. Dari 14 atribut yang digunakan yaitu anakan produktif, patahan beras, harga jual gabah, harga benih, kerontokan gabah, kekuatan rebah tanaman, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, produktivitas gabah, rasa nasi, sertifikasi benih, umur tanaman, tekstur nasi (pulen), dan pemasaran hasilnya meenjelaskan bahwa sikap yang paling tinggi dari petani ada tiga atribut. Di mana petani di Kabupaten Kediri lebih menyukai dan menanam varietas Membramo dengan atribut yang produktivitas tinggi, rasa enak, dan pemasaran yang mudah.
Beda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Triandika (2009) yang mengkaji analisis atribut dan sikap konsumen terhadap produk furnitur merek olympic yang dipasarkan di Modern Ritail Oulet (Studi Kasus di Outlet Hypermart Jabodetabek). Penelitian yang bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan sikap konsumen menggunakan responden sebanyak 150 orang yang dilakukan terhadap pengunjung yang sedang mengunjungi atau telah membeli produk Furnitur di outlet Hypermart wilayah Jabodetabek pada saat
(11)
survey dilakukan. Untuk menganalisis sikap konsumen digunakan metode Multiatribut Fishbein. Berdasarkan hasil analisis Cochran terdapat 12 atribut yang penting yaitu harga, awet atau tahan lama, ada garansi, kemudahan memasang, kuat konstruksinya, mudah didapat, lapisan tidak mudah terkelupas, dapat dibongkar pasang, ada brosur, ada display model dan diskon harga. Dari 12 atribut, hasil analisis Multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa skor total produk merek Olympic, Big Panel, dan Habitat masing-masing adalah 168.01, 155.39, dan 142.50. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap produk merek Olympic lebih dapat memenuhi harapan dan kebutuhan responden dengan atribut awet atau tahan lama, kuat konstruksinya, mudah didapat, dan ada brosur.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Afrilia (2010) mengenai analisis sikap dan kepuasan konsumen terhadap teh celup hitam walini (Studi Kasus di Agrowisata Gunung Mas Cisarua Bogor) bertujuan untuk menganalisis karakteristik umum dan proses pengambilan keputusan, sikap serta kepuasan konsumen terhadap teh celup hitam walini. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik convenience sampling sebanyak 60 orang. Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis sikap adalah Multiatribut Fishbein dengan sembilan atribut yang diuji yaitu harga, rasa teh, warna air teh, aroma teh, kemasan, kejelasan tanggal kadaluarsa, kejelasan izin Depkes, merek, dan kemudahan dalam mendapatkan. Dari hasil Multiatribut Fishbein menunjukan bahwa responden memiliki sikap yang positif terhadap kedua produk, namun responden cenderung lebih menyukai teh celup hitam Walini (80,80) dibandingkan dengan teh celup Sariwangi (77,32). Hasil analisis tingkat kepentingan dan kinerja pada teh celup hitam Walini atribut tertinggi adalah tanggal kadaluarsa (3,40) dan terendah adalah merek (2,12). Sedangkan pada teh celup Sariwangi kinerja yang tertinggi adalah atribut merek dan kemudahan dalam mendapatkan produk (3,37) dan terendah adalah atribut warna kepekatan air teh (2,23).
Secara umum dari ketiga kajian dalam menganalisis sikap dengan metode Multiatribut Fishbein dengan objek penelitian yang berbeda akan berbeda pula dalam atribut yang diujikan kepada responden. Selain itu, sikap terhadap suatu produknya pun dapat beragam dengan atribut tertentu yang sesuai dengan harapan
(12)
dari responden. Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sikap yang diambil oleh konsumen terkait dengan keunggulan atribut yang terdapat pada suatu produk tertentu, sehingga menimbulkan sikap positif dari konsumen yang mau menerima dan memilih produk tersebut.
2.3. Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Dengan Metode Importance Performance Analysis (IPA)
Penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas (2009) mengenai analisis sikap konsumen dan kinerja atribut teh hijau siap minum merek Nu Green Tea original di kota Jakarta memiliki empat tujuan secara lebih khusus. Tujuannya adalah mengkaji karakteristik konsumen, mengkaji proses keputusan pembelian konsumen, mengkaji sikap konsumen, dan mengkaji kinerja atribut produk. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling yang berdasarkam atas ketersediaan dan kemudahan untuk mendapatkannya dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis deskriptif, analisis angka ideal, dan IPA. Dalam menganalisis tingkat kinerja atribut, peneliti mengguakan 14 atribut yang sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Keempatbelas atribut tersebut adalah atribut harga, rasa manis, aroma, kemudahan mendapatkan, kemasan, merek, manfaat, iklan, promosi, kesegaran, komposisi, kejelasan kadaluarsa, kejelasan izin Departemen Kesehatan, dan ketersediaan dalam kondisi dingin. Hasil analisis kinerja terhadap atribut teh hijau siap minum merek Nu
green tea original dengan menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) akan digambarkan dalam diagram kartesius yang memiliki empat kuadran. Hasil analisis IPA menunjukkan bahwa atribut Nu green tea original tidak ada yang terdapat dalam kuadran I (prioritas utama). Pada kuadaran II (pertahankan prestasi) terdapat atribut kejelasan kadaluarsa, kesegaran, kejelasan izin Departemen Kesehatan, kemudahan mendapatkan, ketersediaan dalam kondisi dingin, dan rasa manis. Sementara atribut harga, manfaat antioksidan, komposisi dan kemasan berada dalam kuadran III (prioritas rendah). Terakhir, kuadran IV (berlebihan) yaitu atribut aroma, iklan, promosi, dan merek.
Sedangkan Airine (2010) mengkaji penelitian mengenai analisis perilaku konsumen sayuran organik (studi kasus Giant Botani Square, Bogor, Jawa Barat).
(13)
Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen, mengidentifikasi dan menganalisis proses keputusan pembelian, mengidentifikasi dan menganalisis kepuasan konsumen, dan memberikan implikasi strategi pada pihak Giant Botani Square. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli dan mengkonsumsi sayur organik di Giant Botani Square yang berjumlah 50 orang. Penelitian ini menggunakan alat analisis tabulasi deskriptif,
Importance Performance Analysis (IPA), dan Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil Importance Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa atribut yang termasuk ke dalam kuadran I (prioritas utama) yang harus diperbaiki kinerjanya adalah atribut keragaman jenis dan ketersediaan sayuran organik karena memiliki kinerja yang masih rendah. Atribut yang harus dipertahankan yang termasuk ke dalam kudran II (pertahankan prestasi) adalah atribut kualitas karena memiliki tingkat kepentingan dan kinerja yang baik. Atribut sayuran organiktidak ada yang terdapat dalam kuadran III (prioritas rendah). Sementara atribut yang termasuk dalam kaudran IV (berlebihan) adalah atribut harga dan kemasan sayuran organik karena memiliki tingkat kinerja yang berlebihan.
Hasil penelitian terdahulu yang menggunakan alat analisis Importance Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa nilai dari tingkat kepentingan dan kinerja setiap produk memiliki nilai yang berbeda. Hal tersebut dapat disebabkan karena faktor waktu, tempat penelitian dan juga atribut yang diteliti. Dengan analisis Importance Performance Analysis (IPA) dapat menggambarkan kinerja dari sebuah produk yang dibandingkan dengan harapan dari konsumen. Hasil tersebut biasa digambarkan dengan menggunakan diagram kartesius yang terbagi menjadi empat kuadran. Dari keempat kuadran tersebut dapat dilihat atribut-atribut mana saja yang telah dan belum sesuai antara kinerja produk dan yang diharapkan oleh konsumen. Hasil dari diagram kartesius ini juga dapat memberikan implikasi strategi yang dapat membantu para produsen dalam mempertahankan produknya.
2.4. Penilaian Tingkat Kepuasan Dengan Metode Customer Satisfaction Index (CSI)
Irawati (2009) yang mengkaji analisis sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi (oriza sativa) varietas unggul di Kota Solok, Sumatera
(14)
Barat bertujuan mengidentifikasi karakteristik dan proses keputusan pembelian serta menganalisis sikap dan kepuasan konsumen terhadap penggunaan padi varietas unggul di kota Solok. Penelitian dilakukan kepada petani yang pernah menanam benih padi varieats unggul yaitu Batang Piaman, Batang lembang, Cisokan, dan Anak Daro. Untuk menganalisis tingkat kepuasan petani, peneliti menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI) dengan 13 atribut yang digunakan yaitu anakan produktif, harga jual gabah, harga benih, kekuatan rebah tanaman, ketahanan hama penyakit, kerontokan gabah, patahan beras, ketersediaan benih di pasar, produktivitas gabah, rasa nasi, sertifikasi benih, umur tanaman, dan tekstur nasi (pulen). Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tingkat kepuasannya, petani berada pada kategori puas terhadap benih padi varietas unggul Cisokan dan Anak Daro karena memiliki keunggulan atribut berupa rasa nasi yang enak dan harga jual gabah yang tinggi,. Sedangkan kelemahannya yaitu pada atribut ketersediaan benih yang terbatas, harga benih yang mahal, dan untuk vaietas Anak Daro ditambah lagi dengan atribut umur tanaman yang panjang.
Analisis sikap dan keputusan petani terhadap atribut benih padi hibrida di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor yang dilakukan Chanifah (2009) bertujuan untuk menganalisis karakteristik serta proses pengambilan keputusan petani padi, menganalisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih padi hibrida. Aribut yang dujikan ada 20 yaitu produktivitas, umur tanaman, ketahanan terhadap hama dan penyakit, tahan rebah, harga benih, ketersediaan benih, rasa nasi, aroma nasi, tingkat kepulenan nasi, warna beras/nasi, jumlah anakan ptoduktif, daya berkecambah, tingkat kerontokan gabah, sertifikasi, rendemen gabah menjadi beras, harga jual gabah kering panen (GKP), pemasaran hasil panen, tingkat kebutuhan pupuk anorganik, patahan beras, dan keseragaman masak panen. Penentuan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 60 responden yang terdiri atas 30 petani pengguna benih padi hibrida varietas Bernas Super dan sebagai pembandingnya adalah 30 petani pengguna benih padi VUB yang terdiri dari 15 petani pengguna benih padi varietas Ciherang dan 15 petani pengguna padi varietas Situ Bagendit. Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis kepuasan menggunakan
(15)
petani memiliki tingkat kepuasan paling tinggi pada benih padi VUB Ciherang dengan kategori puas, tingkat kepuasan kedua diperoleh pada benih padi VUB Situ Bagendit, dan tingkat kepuasan paling rendah diperoleh pada benih padi hibrida Bernas Super dengna kategori biasa. Sehingga, petani benih padi hibrida merasa tidak puas terhadap benih tersebut sedangkan petani benih padi inhibrida merasa puas.
Manalu (2010) dalam penelitiannya mengenai analisis sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi hibrida di Kecamatan Baros kota Sukabumi. Penelitiannya bertujuan untuk menganalisis sikap dan proses pengambilan keputusan serta kepuasan petani dalam menggunakan benih padi hibrida. Tujuan penelitian ini adalah menetukan kepuasan petani dalam menggunakan benih padi hibrida. Terdapat 13 atribut yang digunakan yaitu anakan produktif, patahan beras, harga jual gabah, harga benih, kerontokan gabah, kekuatan rebah tanaman, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, produktivitas gabah, rasa nasi, sertifikasi benih, umur tanaman, tekstur nasi (pulen). Metode penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan survey menggunakan sampel acak sederhana (Snowball Sampling). Dalam menjawab tingkat kepuasan petani menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI). Berdasarkan hasil perhitungan kepuasan konsumen untuk benih padi hibrida Bernas Prima diketahui bahwa nilai Customer Satisfaction Index adalah 66 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa benih padi hibrida Bernas Prima dianggap Puas oleh petani responden dengan tingkat kepuasan sebesar 66 persen. Dari hasil angka tersebut berarti masih ada nilai ketidakpuasan sebesar 34 persen, terutama pada harga benih.
Dari hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan dari kinerja atribut-atribut suatu produk. Atribut-atribut yang penting dan kinerjanya tinggi tentu akan menghasilkan tingkat kepuasan yang tinggi kepada konsumen. Tingkat kepuasan konsumen tersebut dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan yang telah ditentukan.
(16)
2.5. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam hal alat analisis, penelitian-penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian Fahmi (2008), Chanifah, Irawati, dan Triandika (2009), Manalu dan Afrilia (2010) pada alat analisis yang digunakan yaitu metode Multiatribut Fishbein untuk mengukur sikap dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk mengukur tingkat kepuasan. Akan tetapi memiliki perbedaan pada objek komoditi yang dikaji dan pada atribut-atribut yang digunakan. Juga memiliki persamaan alat analisis Importance Performance Analysis (IPA) dengan penelitian Ayuningtyas (2009) dan Airine (2010). Sedangkan pada penelitian Santoso (2003), Purnomo (2006), Meidyawati (2006), Fadloli (2005), Feifi (2008) dan Irsyadi (2011) memiliki persamaan pada komoditi yang dikaji yaitu kedelai edamame.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu terlihat dari segi objek yang dikaji yaitu kedelai edamame. Kedelai edamame merupakan salah satu komoditi yang belum terlalu banyak dikonsumsi dan diketahui masyarakat, sehingga masih relatif sedikit yang mengkaji kedelai edamame. Meskipun sudah ada yang mengkaji kedelai edamame, tetapi pengkajian tersebut masih sebatas mengenai kemitraan, hama dan pendapatan usahatani. Sementara pengkajian kedelai edamame dalam hal sikap dan kepuasan, khususnya yang terkait dengan atribut pada benih kedelai edamame belum diteliti. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai analisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame dengan studi kasus di Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung, Bogor. Penelusuran penelitian terdahulu dilakukan untuk membantu memahami terhadap permasalahan yang menjadi topik penelitian. Literatur mengenai penelitian terdahulu disajikan pada Tabel 1.
(17)
Tabel 1. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian
No Nama Tahun Judul Penelitian Metode
1
Santoso 2003
Kajian Penyimpanan Kedelai edamame (Glycine max linn.) dengan kemasan atmosfer terkendali
Analisis data objektif, organoleptik
2 Fadloli 2005
Kajian Pelaksanaan Kemitraan PT. Saung Mirwan dengan Mitra Tani Edamame di Desa
Sukamanah Kecamatan
Megamendung Kabupaten Bogor
IPA, Analisis Thurstone
3 Purnomo 2006
Penjadwalan Tanam Kedelai Edamame (Glycine max [L.] Merr.) Untuk Menunjang Produksi Edamame Beku di PT Mitratani Duatujuh Jember
Statistik Uji Box-Pierce, Simulasi Monte Carlo, Metode Heuristik
4 Meidyawati 2006
Hama Utama dan Musuh Alami Pada Tanaman Kedelai
Edamame (Glycine max varietas edamame) di Desa Sukamaju, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Analisis Tingkat Serangan
5 Feifi 2008
Kajian Manajemen Rantai Pasokan Pada Produk dan Komoditi Kedelai Edamame (Studi Kasus di PT Saung Mirwan, Ciawi, Bogor)
Metode DEA, Metode Balanced Scorecard, AHP, Analissi SWOT
6 Fahmi 2008
Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Analisis Multiatribut Fishbein, IPA dan CSI
7 Chanifah 2009
Analisis Sikap dan Keputusan Petani Terhadap Atribut Benih Padi Hibrida di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
Analisis Deskriptif Analisis Cochran, analisis Multiatribut Fishbein, Perceptual Mapping, analisis Biplot dan CSI. 8 Irawati 2009
Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi (Oryza Sativa) Varietas Unggul di Kota Solok Sumatera Barat.
IPA dan CSI
9 Triandika 2009
Analisis Atribut dan Sikap Konsumen Terhadap Produk Furnitur Merek Olympic yang Dipasarkan di Modern Retail Outlet (Studi Kasus di Outlet Hypermart Jabodetabek).
Analisis Deskriptif, Analisis Cochran, perceptual mapping, Analisis biplot, serta Analisismultiatribut Fishbein
(18)
Tabel 1. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian
No Nama Tahun Judul Penelitian Metode
10 Ayuningtyas 2009
Analisis Sikap Konsumen dan Kinerja Atribut Teh Hijau Siap Minum Merek Nu Green Tea Original di Kota Jakarta
Analisis deskriptif, Angka Ideal, IPA
11 Manalu 2010
Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Terhadap Benih Padi Hibrida di Kecamatan Baros kota Sukabumi
Analisis Deskriptif, analisis Cochran, Analisis
Multiatribut Fishbein, Perceptual Mapping, analisis Biplot dan CSI.
12 Afrilia 2010
Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen Terhadap Teh Celup Hitam Walini (Studi Kasus di Agrowisata Gunung Mas Cisarua Bogor)
Analisis Deskriptif, Analisis
Multiatribut Fishbein, IPA dan CSI. 13 Airine 2010
Analisis Perilaku Konsumen Sayuran Organik (Studi Kasus Giant Botani Square, Kota Bogor, Jawa Barat)
Tabulasi deskriptif, IPA, CSI
14 Irsyadi 2011
Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis Usahatani Kedelai Edamame Petani Mitra PT Saung Mirwan
R/C Rasio, Cobb-Douglas Stochastic Frontier
(19)
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Uraian secara teoritis dalam menjawab tujuan dari penelitian ini dijelaskan dalam kerangka pemikiran teoritis. Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan bersumber dari penelusuran teori-teori yang relevan terkait penelitian. Berikut dijelaskan mengenai kerangka pemikiran teoritis.
3.1.1. Konsumen dan Perilaku Konsumen
Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dari segi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sedangkan menurut Sumarwan (2002) konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu adalah konsumen yang membeli barang atau jasa untuk digunakan sendiri. Dan konsumen organisasi adalah konsumen yang membeli barang atau jasa untuk seluruh kegiatan-kegiatan sosial. Menurut Kotler (2000) konsumen didefinisikan sebagai individu atau kelompok yang berusaha memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa yang yang dipengaruhi untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya.
Perilaku konsumen merupakan bagian dari manajemen pemasaran yang berhubungan dengan manusia sebagai pasar sasaran, sehingga secara otomatis riset perilaku konsumen juga merupakan bagian dari riset pemasaran (Simamora, 2002). Dalam mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan untuk menggunakan sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh dari apa yang mereka inginkan tentang produk maupun jasa. Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu memprediksikan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap informasi yang diterimanya, sehingga pemasar dapat menyusun strategi pemasaran yang sesuai (Sumarwan, 2002). Sementara Rangkuti (2002) membedakan tiga jenis definisi mengenai perilaku konsumen, yaitu :
(20)
a. Perilaku konsumen adalah dinamis, menekankan bahwa seorang konsumen, kleompok konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Dalam hal pengembangan strategi pemasaran, sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa satu strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama sepanjang waktu, dan di pasar serta industri yang sama.
b. Perilaku konsumen melibatkan interaksi, menekankan bahwa untuk mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami yang dipikirkan (kognisi), dirasakan (pengaruh), dan dilakukan (perilaku) oleh konsumen. Selain itu, kita juga harus memahami apa dan di mana peristiwa (kejadian sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan tindakan konsumen.
c. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, menekankan bahwa konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga berkaitan dengan pertukaran.
3.1.2. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen
Sebagai konsumen, manusia melakukan proses pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi berbagai macam produk yang ditawarkan. Menurut Sumarwan (2002) mendefinisikan keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki alternatif pilihan produk atau jasa. Sedangkan jika tidak ada alternatif pilihan dalam pengambilan keputusan maka disebut sebagai sebuah “Hobson’s choice”. Menurut Engel et al. (1994) menyatakan bahwa seringkali konsumen melakukan tindakan pengambilan keputusan berdasarkan asas rasional dan manfaat hedonik (hedonic benefit) yang diharapkan bahwa keputusan pembelian oleh konsumen mencerminkan campuran dari utilitarian dan hedonik. Adapun tahapan proses pengambilan keputusan konsumen yang dijelaskan pada Gambar 1.
(21)
Gambar 1. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Sumber : Engel, et al (1994)
Tahapan proses pengambilan keputusan konsumen menurut Engel et al.
(1994) meliputi lima tahapan sebagai berikut : 1. Pengenalan Kebutuhan
Kebutuhan muncul karena adanya dorongan internal dan eksternal. Dorongan internal merupakan kebutuhan dasar seseorang seperti rasa lapar dan haus dan menjadi motivasi orang tersebut untuk memenuhi keinginan yang muncul tersebut. Sedangkan dorongan eksternal akan menggerakkan seseorang untuk mencari informasi yang lebih untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Pengenalan kebutuhan didefinisikan sebagai suatu persepsi atau perbedaan antara yang diinginkan dengan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Kebutuhan harus diaktifkan sebelum dikenali dan ada beberapa faktor yang memengaruhi pengaktifan kebutuhan yaitu waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan individu dan pengaruh pemasaran.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang akan memenuhi kebutuhan akan terlibat dalam pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Konsumen akan mencari informasi yang disimpan dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). Dari informasi yang diperoleh tersebut, konsumen akan mulai mempertimbangkan berbagai alternatif pilihan yang akan dikonsumsi.
Pengenalan kebutuhan Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Hasil Pembelian
(22)
3. Evaluasi Alternatif
Merupakan proses di mana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan sampai alternatif yang dipilih. Untuk memilih alternatif, memungkinkan bagi konsumen akan menggunakan beberapa kriteria evaluasi yang berbeda sesuai kepentingan relatif mereka.
4. Pembelian
Setelah melakukan evaluasi alternatif, maka konsumen akan memperoleh alternatif yang dipilih. Pada tahap ini konsumen akan mengambil keputusan kapan membeli dan bagaimana membayar. Menurut Kotler (2000), konsumen membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Ada dua faktor yang berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian yaitu faktor sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif seseorang, faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian.
5. Hasil
Proses akhir pada pengambilan keputusan konsumen adalah mengevaluasi hasil. Konsumen akan mengevaluasi hasil apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah digunakan. Hasil evaluasi akan menunjukkan apakah konsumen puas atau tidak terhadap produk tersebut. Jika konsumen puas, maka akan terbentuk keyakinan dan sikap yang berdampak positif terhadap pembelian selanjutnya.
3.1.3. Atribut Produk
Keunikan suatu produk dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen. Keunikan ini terlihat dari atribut yang dimiliki oleh produk. Atribut produk terdiri atas tiga tipe, yaitu ciri-ciri atau serupa (featurs), fungsi, dan manfaat. Atribut produk menurut Engel et al. (1994) yaitu karakteristik suatu produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif selama pengambilan keputusan yang tergantung pada jenis produk dan tujuan. Kotler (2001) menyatakan bahwa atribut produk adalah mutu ciri (keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuasakan kebutuhan), dan model
(23)
produk (produk yang melaksanakan fungsinya meliputi keawetan, keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki serta atribut lain). Oleh sebab itu, preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai relatif penting setiap atribut yang terdapat dalam suatu produk. Atribut fisik yang ditampilkan pada suatu produk dapat menimbulkan daya tarik pertama untuk mempengaruhi konsumen. Penilaian terhadap produk menggambarkan sikap konsumen dan mencerminkan perilaku konsumen dalam membelanjakan atau mengkonsumsi produk.
Salah satu metode untuk menentukan atribut yang dianggap paling penting adalah metode Cohcran Q Test. Cohcran Q Test merupakan metode iterasi untuk mengeluarkan atribut yang dinilai tidak sah berdasarkan kriteria statistik yang dipakai, dalam metode iterasi ini tidak ada unsur subjektivitas peneliti (Simamora, 2002). Uji Cochran digunakan untuk mengetahui keberadaan hubungan antara beberapa variabel dengan bentuk data nominal atau untuk informasi dalam bentuk terpisah dua (dikotomi). Pada metode ini menggunakan bentuk kuisioner tertutup untuk responden dengan pilihan jawaban yang sudah ada.
3.1.4. Sikap
Engel et a.l (1994) mendefinisikan sikap sebagai keseluruhan evaluasi yang memungkinkan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sifat penting dari sikap adalah faktor kepercayaan dan selalu dinamis (berubah-ubah). Tingkat kepercayaan menjadi penting karena akan mempengaruhi kekuatan hubungan diantara sikap dan perilaku serta dapat memengaruhi kerentanan sikap terhadap perubahan. Sifat bersamaan dengan perubahan waktu karena pola gaya hidup masyarakat yang selalu berubah.
Sikap memiliki tiga komponen yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (emosi,perasaan) dan konatif (tindakan). Komponen kognitif berkenaan dengan hal-hal yang diketahui individu yang bersifat langsung dan tidak langsung dengan objek sikap yang dipengaruhi oleh pengalaman, pengamatan dan informasi yang diperoleh konsumen terhadap produk. Komponen afektif berkenaan dengan perasaan dan emosi konsumen mengenai objek sikap yang ditunjukkan melalui beragam ekspresi mulai dari rasa sangat tidak suka atau sangat tidak senang
(24)
sampai sangat suka atau sangat senang. Komponen afektif sangat dipengaruhi oleh komponen kognisnya. Komponen konatif berkenaan dengan kecenderungan individu atau konsumen untuk melakukan suatu tindakan terhadap objek sikap. Konatif belum berupa perilaku nyata namun masih berupa keinginan untuk melakukan suatu tindakan.
Schiffman dan Kanuk (1994) mengemukakan empat fungsi dari sikap yaitu :
1. Fungsi Utilitarian
Merupakan sikap konsumen terhadap suatu produk karena adanya asas manfaat yang diperoleh dari produk tersebut atau ingin menghindari risiko dari produk.
2. Fungsi Mempertahankan Ego
Merupakan sikap yang berfungsi untuk melindungi seseorang (citra diri) dari keraguan yang muncul dari dalam diri sendiri atau faktor luar yang menjadi ancaman.
3. Fungsi Ekspresi Nilai
Merupakan sikap yang berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup dan identitas sosial dari seseorang yang akan menggambarkan minat, hobi, kegiatan dan opini dari konsumen.
4. Fungsi Pengetahuan
Merupakan fungsi sikap yang sangat penting karena pengetahuan yang baik terhadap produk seringkali mendorong seseorang untuk menyukai produk tersebut.
Adapun metode untuk mengukur sikap yaitu : 1. Model Sikap Multiatribut Fishbein.
Menurut Engel et al. (1994) menyatakan bahwa Model Sikap Multiatribut Fishbein dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dengan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Model ini mengidentifikasikan bagaimanana konsumen mengkombinasikan kepercayaan mereka mengenai evaluasi produk sehingga akan membentuk sikap terhadap berbagai merek alternatif. Apabila sikap konsumen bersifat positif, maka produk diterima oleh konsumen dan sebaliknya apabila negatif maka konsumen akan menolak.
(25)
3.1.5. Kepuasan Konsumen
Menurut Engel et al. (1994) mengemukakan bahwa kepuasan merupakan hasil evaluasi pasca konsumsi apakah sesuatu yang dipilih melebihi atau tidak melebihi harapannya. Tingkat kepuasan konsumen dapat diketahui dengan membandingkan antara tujuan perusahaan, nilai produk bagi konsumen serta produk itu sendiri dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sekaligus harapan konsumen terhadap produk. Sedangkan ketidakpuasan adalah hasil dari harapan secara negatif. Kepuasan dan ketidakpuasan terbagi dalam tiga bentuk yaitu: 1. Diskonfirmasi positif adalah kinerja (hasil) yang diperoleh lebih baik dari
yang diharapkan.
2. Diskonfirmasi sederhana adalah hasil sama dengan yang diharapkan.
3. Diskonfirmasi negatif adalah hasil yang diperoleh lebih buruk dari yang diharapkan.
Kotler (2000) menyatakan kepuasan adalah perasaan senang atau kekecewaan seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja suatu produk dengan harapan-harapannya. Apabila dijaabarkan sebagai berikut :
1. Jika kinerja berada dibawah harapan maka konsumen menjadi tidak puas. 2. Jika kinerja sama dengan harapan maka konsumen akan puas.
3. Jika kinerja melampaui harapan maka konsumen akan sangat puas atau sangat senang.
Menurut Irawan (2007) kepuasan atau satisfaction adalah adalah kata dari bahasa latin yaitu statis yang berarti enough atau cukup dan facere yang berarti to do atau melakukan. Jadi, produk atau jasa yang dapat memuasakan dalah produk atau jasa yang sanggup memberikan sesuatu yang dicari oleh konsumen sampai pada tingkat yang cukup tinggi. Kepuasan juga dapat didefinisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. Rangkuti (2002) mengemukakan bahwa kepuasan dapat diukur dengan cara sebagai berikut :
1. Traditional Approach
Konsumen diminta memberikan penilaian pada masing-masing indikator produk yang mereka amati umumnya menggunakan skala likert, yaitu memberikan rating dari 1 (sangat tidak puas) sampai 5 (sangat puas).
(26)
Selanjutnya konsumen juga diminta memberikan penilaian atas produk atau jasa tersebut secara keseluruhan.
2. Analisis secara deskriptif
Seringkali analisis kepuasan pelanggan berhenti sampai kita mengetahui pelanggan puas atau tidak puas yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif, misalnya melalui perhitungan nilai rata-rata distribusi serta standar deviasi. Analisis kepuasan pelanggan sebaiknya dilanjutkan dengan cara membandingkan hasil kepuasan tahun lalu dengan tahun ini, sehingga kecenderungan perkembangannya dapat ditentukan.
3. Pendekatan terstruktur
Pendekatan ini yang paling sering digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan. Salah satu teknik yang paling sering adalah dengan menggunakan prosedur scalling. Caranya responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap sebuah produk. Metode yang digunakan yaitu Customers Satisfaction Index (CSI). Customers Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dari atribut-atribut produk atau jasa. Cara untuk mengukur Customer Satisfaction Index (CSI) ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu:
1. Means Importan Score (MIS) dan Means Satisfaction Score (MMS) 2. Membuat Weight Factors (WF)
3. Membuat Weight Score (WS) 4. Menentukan nilai CSI
3.1.6. Importance Performance Analysis (IPA)
Metode Importance Performance Analysis (IPA) merupakan suatu teknik penerapan yang praktis untuk mengukur atribut dari tingkat pelaksanaannya dan tingkat kepentingan atribut itu sendiri. Importance Performance Analysis (IPA) menggambarkan kinerja (performance) sebuah merek dibandingkan dengan harapan atau tingkat pentingnya (importance) yang dipersepsikan oleh konsumen dalam bentuk grafik. Importance Performance Analysis (IPA) merupakan dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan tentang tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan demi meningkatkan kepuasan
(27)
pelanggan. Pemakaian konsep tingkat kepentingan akan dapat diperoleh persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya atribut tersebut dimata pelanggan. Apabila skor tingkat kinerja sesungguhnya lebih atau sama dengan harapan atau tingkat kepentingan maka responden dikategorikan puas, sedangkan bila tingkat pelaksanaan sesungguhnya kurang dari harapan atau tingkat kepentingan responden dikategorikan tidak puas.
Diagram Kartesius akan terdiri dari empat buah kuadran yang terjadi karena pembatasan sumbu x dan sumbu y. Hasil perhitungan rata-rata dari skor rata-rata bobot tingkat pelaksanaan/kinerja merek (nilai x) dan rata-rata dari skor rata-rata bobot tingkat kepentingan (nilai y) selanjutnya akan dipetakan pada Diagram Kartesius tersebut. Selanjutnya berdasarkan diagram tersebut dapat ditentukan alternatif strategi sesuai posisi atribut pada setiap kuadran.
3.1.7. Customer Satisfaction Index (CSI)
Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan suatu ukuran keterkaitan konsumen kepada suatu merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang kemungkinan seorang pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik mengenai harga maupun atribut lainnya. Metode ini digunakan untuk mengukur indeks kepuasan konsumen (Customer Satisfaction Index) dari tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerja (performance) yang berguna untuk pengembangan program pemasaran yang mempengaruhi kepuasan pelanggan.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Kedelai merupakan salah satu dari komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, yaitu tempe, kecap, tauco, susu kedelai, tahu, dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto dan Swastika, 2007). Selain dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, kedelai juga dapat dikonsumsi secara segar seperti kedelai edamame.
(28)
Hasil penelitian yang dilakukan antara (BB-Biogen) dan Asian Vegetables Research and Development Centre (AVRDC) menunjukkan bahwa edamame berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia dengan terdapat 56 koleksi plasma nutfah edamame dalam Bank Gen BB-Biogen pada tahun 2007 (Asadi, 2009). Agar mutu benih yang diperoleh baik, maka perbanyakan benih edamame dilakukan di dataran tinggi.
Di Indonesia, kedelai edamame mulai ditanam pada tahun 1988 yaitu di Megamendung, Bogor Jawa Barat (Noertjahyo diacu dalam Meidyawati, 2006). Salah satu desa yang berpotensi mengembangkan kedelai edamame di Megamendung adalah Desa Sukamaju. Dengan potensi yang dimiliki berupa potensi alam dan sumber daya manusia, Desa Sukamaju telah berusaha dalam mengusahakan kedelai edamame. Setelah mengenal kedelai edamame, terjadi adanya penurunan jumlah petani dari yang sebelumnya telah berusahatani kedelai. Banyak petani di Desa Sukamaju berpindah dari berusahatani kedelai menjadi kedelai edamame.
Dulu budidaya kedelai edamame di Desa Sukamaju masih menggunakan benih yang berasal dari PT Mitra Tani Dua Tujuh, Jember. Dengan jumlah pembelian yang terbatas menyebabkan petani kesulitan dalam mendapatkan benih. Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 2009 PT Saung Mirwan berusaha membudidayakan benih secara mandiri, namun permintaan akan benih masih melebihi penawaran benih yang ada yaitu sekitar 110-120 kg per mingguya.
Adanya penurunan jumlah petani dari yang sebelumnya berusahatani kedelai menjadi kedelai edamame dan masih adanya keterbatasan ketersediaan benih di pasar dalam mendapatkan benih akan memberikan respon yang berbeda bagi petani sebagai konsumen. Padahal benih merupakan salah satu faktor penting bagi petani dalam mengusahakan suatu komoditi, termasuk kedelai edamame. Dengan benih bermutu yang tercermin melalui atribut-atribut yang melekat pada benih, akan berpengaruh pada keputusan pembelian oleh petani.
Petani sebagai konsumen berharap memiliki sikap positif dan kepuasan yang tinggi terhadap komoditi yang telah ditentukan untuk ditanam. Hal ini sangat berkaitan dengan sikap dan kepuasan terhadap atribut-atribut yang paling penting dan menjadi pertimbangan dalam melakukan keputusan pembelian benih..
(29)
Sebelum melakukan pengambilan keputusan dalam membeli benih kedelai edamame, petani pertama kali akan merespon terhadap atribut-atribut apa saja yang ada pada benih tersebut sehingga sesuai dengan harapan petani. Di mana pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian yang bertujuan untuk mengetahui sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame di Bogor, khususunya Desa Sukamaju.
Penelitian ini dilakukan terhadap petani responden yang pernah menanam benih kedelai edamame dan kedelai. Masing-masing respoden akan dianalisis mengenai karakteristik, proses pengambilan keputusan pembelian, sikap, dan kepuasan terhadap atribut benih kedelai edamame.
Dalam penelitian ini, tujuan mengenai karakteristik dan proses keputusan pembelian akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Sikap petani terhadap atribut benih kedelai edamame akan dianalisis menggunakan model Multiatribut Fishbein. Penilaian mengenai tingkat kepentingan dan kinerja dianalisis menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA). Sedangkan untuk tingkat kepuasan akan dianalisis dengan menggunakan analisis Customer Satisfaction Index (CSI). Atribut-atribut yang digunakan pada penelitian ini ada delapan atribut yaitu harga benih, harga jual, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong. Penentuan atribut tersebut mengacu pada atribut yang biasa digunakan pada penelitian terdahulu, di mana disesuaikan dengan topik penelitian. Selain itu, juga mengacu pada saran dari salah satu produsen sekaligus pengumpul benih kedelai edamame di Desa Sukamaju. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.
(30)
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
Sikap petani terhadap atribut benih kedelai edamame (harga benih, harga jual polong, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong.)
Karakteristik petani kedelai edamame dan proses keputusan pembelian
Tingkat kepuasan petani kedelai
edamame
Analisis Multiatribut Fishbein
Sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame Analisis Desktiptif
Respon petani kedelai edamame
• Penurunan jumlah petani kedelai
• Ketersediaan benih kedelai edamame di pasar yang terbatas
Consumers Satisfaction Index ( CSI)
(31)
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian sikap dan kepuasan petani sebagai konsumen terhadap atribut benih kedelai edamame ini dilaksanakan di Desa Sukamaju, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purpossive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Megamendung sebagai wilayah mulai ditanamnya kedelai edamame dan Desa Sukamaju sebagai salah satu daerah pengembangan edamame yang melibatkan petani di sekitarnya, sehingga dalam pengembangannya pun menjadi lebih cepat. Selain itu, didukung juga oleh topografi dari Kecamatan Megamendung yang cocok untuk penanaman edamame. Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2011.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Pencarian informasi data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner yang dilaksanakan dengan wawancara secara langsung responden yaitu petani kedelai edamame. Kuesioner yang diajukan meliputi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan sikap dan keputusan pembelian serta tingkat kepuasan petani sebagai konsumen terhadap atribut benih kedelai edamame.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi seperti BPS (Badan Pusat Statistik), perpustakaan LSI (Lembaga Sumber Informasi), perpustakaan Fakultas, perpustakaan PSE-KP (Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian), BP3K Wilayah Ciawi, Kantor Desa Sukamaju, dan berbagai literatur seperti buku, skripsi, artikel-artikel dari internet, majalah pertanian, jurnal, dan sebagainya. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
(32)
Tabel 2. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian
No Jenis Data Sumber Data Data yang Diperlukan
Metode Pengumpulan Data 1 Data Primer
Kuesioner Identitas responden, pengetahuan responden tentang produk yang berkaitan dengan penelitian. Survey, observasi melalui penyebaran kuesioner, wawancara. 2 Data Sekunder BPS, LSI, BP3K, Kantor Desa Sukamaju, jurnal, skripsi, majalah, internet Gambaran umum tempat penelitian, informasi dan data kelompok tani,
penelitian kepustakaan.
Studi literatur
4.3. Metode Penentuan Sampel
Penentuan sampel penelitian dilakukan menggunakan teknik Probability Sampling melalui pendekatan Simple Random Sampling. Metode ini dipilih agar populasi memiliki peluang yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Kerangka
sampling (sampling frame) diperoleh dengan mengetahui data jumlah petani berdasarkan informasi dari Gapoktan Mitra Tani Sejahtera pada setiap kelompok tani yang berjumlah sepuluh di Desa Sukamaju. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani kedelai edamame yang pernah melakukan keputusan pembelian benih dan pernah menanam kedelai edamame.
Dalam penelitian ini, responden yang diambil berjumlah 40 orang petani dari 60 petani kedelai edamame di Desa Sukamaju. Nazir (2009) mengemukakan bahwa 30 sampel responden dari populasi sudah dapat mewakili karakteristik responden. Selain itu, jumlah sampel 30 telah menyebar normal (Koentjaraningrat, 1997). Jumlah tersebut diambil melebihi jumlah minimal untuk mengantisipasi adanya data yang tidak valid dan lebih menggambarkan populasi. Oleh karena itu, jumlah sampel sebanyak 40 dianggap telah mewakili atau telah memenuhi syarat minimal yang telah ditentukan.
Penentuan sampel sebanyak 40 diperoleh dari data tentang jumlah petani di Desa Sukamaju, selanjutnya dipilih petani kedelai edamame secara acak (simple random sampling) untuk masing-masing kelompok tani sebanyak empat
(33)
orang. Jumlah empat orang ini diambil karena mengingat keterbatasan yang ada pada peneliti dan juga disesuaikan dengan populasi yang ada. Pemilihan sampel menggunakan cara undian dengan memberikan nomor-nomor pada seluruh anggota populasi sesuai dengan banyaknya jumlah sampel yang dibutuhkan, sehingga diperoleh 40 responden.
4.4. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel atribut. Variabel atribut adalah variabel yang tidak bisa dimanipulasikan ataupun sukar dimanipulasikan (Nazir, 2009). Variabel-variabel atribut umumnya merupakan karakteristik manusia seperti intelegensia, jenis kelamin, status sosial, pendidikan, sikap, dan sebagainya.
Pada penelitian ini, variabel yang digunakan untuk menganalisis karakteristik konsumen dan keputusan konsumen dalam pembelian benih kedelai edamame dikelompokkan berdasarkan demografi (nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status dan pendapatan). Sedangkan untuk menganalisis sikap dan kepuasan konsumen digunakan variabel atribut yang terkait dengan benih kedelai edamame yaitu dengan melihat evaluasi (ei) dan kepercayaan (bi) responden.
Sebelas atribut yang diujikan dalam penelitian ini antara lain atribut harga benih, harga jual polong, umur tanaman, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, sertifikasi benih, keseragaman masak panen, daya tumbuh, jumlah polong, dan musim tanam. Atribut benih kedelai edamame yang diujikan tersebut merupakan hasil dari penelusuran penelitian sebelumnya yang relevan dengan kedelai edamame dan juga merupakan saran dari salah satu ketua kelompok tani serta produsen benih sekaligus pengumpul kedelai edamame di Kecamatan Megamendung.
Dari hasil pengujian kuesioner melalui uji validitas dan uji reliabilitas diperoleh delapan dari sebelas atribut benih kedelai edamame yang digunakan dalam penelitian ini (Tabel 3). Kedelapan atribut tersebut yaitu atribut harga benih, harga jual polong, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh dan jumlah polong. Terdapat tiga atribut yang tidak menjadi pertimbangan petani dalam proses
(34)
pengambilan keputusan pembelian benih yaitu atribut umur tanaman, sertifikasi benih, dan musim tanam. Dalam penelitian ini, atribut umur tanaman benih tidak menjadi pertimbangan petani karena menurut petani dari segi umur tanaman tidak jauh berbeda dengan komoditi lain yang biasa ditanam petani yang relatif singkat yaitu sekitar dua bulan. Sedangkan untuk atribut sertifikasi benih secara umum petani cenderung tidak mengetahui apa maksud dari serfikasi benih itu sendiri. Hanya beberapa petani saja yang mengetahui tentang sertifikasi benih. Selain itu, benih yang petani beli dari produsen pun memang tidak tercantum label yang berisikan mengenai karakter dari benih tersebut seperti tanggal kadaluarsa dan berat bersih benih. Untuk atribut musim tanam tidak ada perbedaan yang terlalu jauh jika ditanam pada saat musim kemarau atau musim hujan. Kalaupun ada perbedaan hanya dalam hal jarak tanam dan terkait pemeliharaan saja karena kedelai edamame termasuk komoditi dengan harga jual yang stabil dibandingkan komoditi lain.
Tabel 3. Atibut Benih Kedelai Edamame
No Atribut benih kedelai edamame
1 Harga benih 2 Harga jual polong 3 Produktivitas
4 Ketahanan hama penyakit 5 Ketersediaan benih di pasar 6 Keseragaman masak panen 7 Daya tumbuh
8 Jumlah polong
Delapan variabel atribut benih kedelai edamame yang digunakan dalam penelitian dijelaskan sebagai berikut :
1. Atribut harga benih, berkaitan dengan besarnya harga dari benih kedelai edamame yang akan dibeli oleh petani.
2. Atribut harga jual polong, berkaitan dengan besarnya harga jual polong dari benih kedelai edamame yang akan dijual oleh petani.
3. Atribut produktivitas, berkaitan dengan hasil per luasan lahan yang diperoleh petani pada suatu musim tanam.
(35)
4. Atribut ketahanan hama penyakit, berkaitan dengan jenis dan jumlah hama penyakit yang menyerang kedelai edamame.
5. Atribut ketersediaan benih di pasar, berkaitan dengan ketersediaan dan kemudahan memperoleh benih kedelai edamame di pasar.
6. Atribut keseragaman masak panen, berkaitan dengan seragamnya kedelai edamame yang masak pada saat panen.
7. Atribut daya tumbuh, berkaitan dengan besarnya daya tumbuh dari benih kedelai edamame yang akan digunakan.
8. Atribut jumlah polong, berkaitan dengan jumlah polong yang akan diterima oleh produsen sesuai dengan standar yang ditentukan.
4.5. Pengujian Kuesioner
Responden yang diajukan kuesioner dalam penelitian ini adalah petani kedelai edamame. Kuesioner yang diberikan kepada responden perlu diuji dari sisi validitas dan reliabilitas agar data yang dikumpulkan dapat menggambarkan kejadian yang akan diukur dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Menurut Nazir (2009) jika validitas dan reliabitilas tidak diketahui, maka akibatnya menjadi fatal dalam memberikan kesimpulan ataupun dalam memberikan alasan terhadap hubungan-hubungan antarvariabel. Bahkan secara luas, validitas dan reliabilitas mencakup mutu seluruh proses pengumpulan data sejak konsep disiapkan sampai kepada data siap untuk dianalisis.
4.5.1. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2000). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan metode Cochran Q Test, yaitu dengan memberikan kuesioner kepada responden yang dapat dilihat pada lampiran 1. Kuesioner yang akan diberikan kepada responden mencakup atribut-atribut yang berhubungan dengan benih kedelai edamame. Untuk menentukan atribut-atribut apa saja yang melekat pada suatu produk adalah dengan memberikan pertanyaan kepada responden dengan pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Dalam pengolahan data, skala yang digunakan adalah skala nominal di mana jawaban “Ya” diberi nilai 1 dan jawaban “Tidak” diberi nilai 0.
(36)
Metode Cochran Q Test merupakan riset pendahuluan untuk menentukan atribut-atribut apa saja yang melekat pada produk (Simamora, 2002). Kuesioner pendahuluan diujikan pada 10 orang untuk memenuhi syarat pengujian atribut
Cochran Q Test yang dilakukan terhadap sepuluh persen dari jumlah populasi (Umar, 2000). Hasil kuesioner pendahuluan diuji menggunakan Cochran Q Test
dengan tahapan sebagai berikut :
1. Hipotesis atas atribut yang akan diuji, yaitu :
H0 : Semua atribut yang memberikan hasil yang sama H1 : Semua atribut yang memberikan hasil yang berbeda. 2. Mencari Q hitung dengan rumus sebagai berikut
Qhit =
(
)
∑
∑
∑
∑
− ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − − n i i n i i k i i k i i C R k C C k k 2 2 1Di mana :
k = Jumlah atribut yang diuji
Ci = Jumlah yang menjawab “ya” dari setiap blok
Ri = Jumlah yang menjawab “ya” dari semua atribut tiap blok
3. Penentuan Q tabel dengan cara Q tabel diukur dengan α = 0.05 derajat kebebasan (dk) = jumlah atribut -1 dan akan diperoleh dari tabel chi square distribution (khi kuadrat).
4. Keputusan, yaitu :
•Jika Q hitung > Q tabel, maka tolak H0
•Jika Q hitung < Q tabel, maka terima H0
Untuk mengetahui atribut apa saja yang menjadi pertimbangan responden, maka dilakukan Uji Cochran. Uji Cochran dilakukan terhadap 10 orang responden dengan memberikan pertanyaan tertutup dengan menyediakan 11 atribut yang diperoleh dari referensi studi terdahulu dan beberapa saran dari produsen benih. Dasar dari Uji Cochran adalah jika nilai Q hitung < Q tabel, maka terima H0 dengan kesimpulan bahwa proporsi jawaban “ya” tidak berbeda untuk setiap variabel.
(37)
Berdasarkan hasil Uji Cochran dapat dilihat pada pengujian keempat hasil Qhitung sebesar 11.545 dan Qtabel sebesar 14.067, sehingga Qhitung < Qtabel yang berarti terima H0 dengan kesimpulan bahwa proporsi jawaban “ya” tidak berbeda untuk setiap variabel. Artinya dilakukan empat kali pengujian validitas karena ada tiga atribut yang tidak menjadi variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu atribut umur tanaman, sertifikasi benih, dan musim tanam. Uji validitas dengan uji Cochran ini dapat dikatakan valid hasilnya jika yaitu nilai Qhit < Q tabel, maka akan terima H0 yang artinya semua variabel atribut memberikan hasil yang sama.
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 11 atribut yang diujikan ternyata melalui Uji Cochran diperoleh hasil terdapat delapan atribut yang paling dipertimbangkan oleh responden dalam melakukan pembelian benih kedelai edamame. Delapan atribut tersebut yaitu harga benih, harga jual polong, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong. Hasil Uji Cochran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 4. Hasil Uji Cochran
No Atribut Uji
ke-1
Uji ke-2 Uji ke-3 Uji ke-4
1 Harga benih 8 8 8 8
2 Harga jual 10 10 10 10
3 Umur tanaman 4 4 4
4 Produktivitas 10 10 10 10
5 Ketahanan hama penyakit 10 10 10 10
6 Ketersediaan benih di pasar 6 6 6 6
7 Sertifikasi benih 1
8 Keseragaman masak panen 8 8 8 8
9 Daya tumbuh 8 8 8 8
10 Jumlah polong 7 7 7 7
11 Musim tanam 2 2
Qhitung 43,730 31,184 18.794 11.545
(38)
4.5.2. Uji Reliabilitas
Menurut Nazir (2009), reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukur. Dengan instrumen atau alat ukur yang baik mampu memberikan informasi yang sebenarnya di lapang. Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan Rumus Alpha (α). Pengujian reliabilitas dengan Rumus Alpha (α) dilakukan melalui tahap berikut ini :
1. Mencari nilai varian (σt2) tiap butir dengan rumus : ∑X2 (∑X)2
σt2 = n n
Keterangan :
σt2 = Nilai varian tiap butir n = Jumlah sampel
X = Nilai skor yang dipilih
2. Mencari jumlah varian (σb2) dengan rumus : ∑σb2 = σ12 + σ22 +……+σn2
Keterangan :
∑σb2 = Jumlah varian
σ12 = Nilai varian dari butir ke-1 σn2 = Nilai varian dari butir ke-n 3. Memasukan pada rumus Alpha (α)
r11 = k 1- ∑σb2 k – 1 σt2
Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai dari tabel r product moment. Jika nilai |r11| > r product moment dapat disimpulkan bahwa instrumen atau alat ukur yang digunakan baik. Hasil uji Reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 6.
4.6. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan bantuan tabulasi data, analisis sikap
(39)
menggunakan metode multiatribut Fishbein. Sedangkan analisis tingkat kinerja dan kepentingan menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan tingkat kepuasan menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI). Software yang digunakan untuk mengolah data analisis yaitu Microsoft Excel dan Minitab 14.
4.6.1. Analisis Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 2009). Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena. Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis karakteristik konsumen dalam melakukan pembelian benih kedelai edamame. Data yang diperoleh dari analisis ini akan ditabulasikan, dan dideskripsikan secara keseluruhan. Kuesioner untuk menjawab analisis deskriptif ditunjukkan pada lampiran 2.
4.6.2. Analisis Multiatribut Fishbein
Engel et al. (1994) menyatakan bahwa model atribut sikap dari Fishbein
menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu objek (produk atau merek) sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Sedangkan menurut Simamora (2002) model Fishbein didasarkan pada pemikiran bahwa sikap dibentuk oleh komponen kepercayaan (beliefs) dan perasaan (feelings). Model ini sendiri dapat menjelaskan dua jenis sikap berdasarkan objek sikap, yaitu sikap terhadap objek (attitude toward object) dan sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior).
Umar (2000) menyatakan model Fishbein berfokus pada prediksi sikap yang dibentuk seseorang terhadap objek tertentu. Model ini mengidentifikasikan tiga faktor utama untuk sikap. Faktor pertama yaitu keyakinan seseorang terhadap atribut yang menonjol dari objek. Faktor kedua adalah kekuatan keyakinan seseorang bahwa produk memiliki atribut khas. Faktor ketiga adalah evaluasi dari masing-masing keyakinan akan atribut yang menonjol dimana diukur seberapa
(40)
baik atau tidak baik keyakinan mereka terhadap atribut-atribut tersebut. Atribut yang paling menonjol dari produk tersebut dapat diketahui dengan melihat atribut mana yang menduduki peringkat paling tinggi. Selanjutnya hal kedua yang paling penting yaitu menganalisis dimensi evaluatif yang berhubungan dengan setiap atribut produk.
Model multiatribut Fishbein terhadap objek menggambarkan hubungan diantara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut suatu produk. Hal pertama yang paling penting yaitu diperlukan beberapa informasi penting dari konsumen sebagai responden yang bersifat kognitif atau berupa pengetahuan konsumen yang berkaitan dengan produk. Melalui dasar kognitif, maka dapat diketahui sejauh mana seorang konsumen mengenal, mengetahui, mengerti, dan memahami produk karena sebuah sikap akan sangat bergantung kepada pengetahuan mengenai objek penelitian melalui atribut-atribut produk. Produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah produk berupa benih kedelai edamame.
Model multiatribut Fishbein digunakan karena model ini mampu memberikan informasi tentang persepsi petani sebagai konsumen terhadap benih kedelai edamame yang sudah ada, lebih sederhana dalam penggunaan data, kemudahan pengisian kuesioner maupun proses analisisnya. Pada penelitian ini, untuk menilai sikap petani terhadap atribut benih kedelai edamame akan dibandingkan dengan benih kedelai. Benih kedelai dijadikan sebagai pembanding karena dilihat secara fisik benih tersebut memiliki beberapa atribut terkait yang sama dengan kedelai edamame. Dengan membandingkan kedelai edamame dengan kedelai, maka akan diketahui dari segi sikap, benih mana yang dapat memberikan sikap paling positif bagi petani. Selain itu, benih kedelai memang yang pernah ditanam oleh petani di Desa Sukamaju.
Model sikap multiatribut Fishbein didasarkan pada perangkat kepercayaan mengenai atribut objek yang diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut. Model multiatribut Fishbein dirumuskan sebagai berikut :
i n
i ie
b
Ao
∑
= =
(1)
Lampiran 7. Tabel Distribusi Chi Square (Khi Kuadrat)
DF 0.005 0.025 0.05 0.90 095 0.975 0.99 0.995 1 0.0000393 0.000982 0.00393 2.706 3.841 5.024 6.635 7.879 2 0.0100 0.0506 0.103 4.605 5.991 7.378 9.210 10.597 3 0.0717 0.216 0.352 6.251 7.815 9.348 11.345 12.838 4 0.207 0.484 0.711 7.779 9.488 11.143 13.277 14.860 5 0.412 0.831 7.289 9.236 11.070 12.833 15.086 16.750 6 0.676 1.237 1.635 10.645 12.592 14.449 16.812 18.548 7 0.989 1.690 2.167 12.017 14.067 16.013 18.475 20.278 8 1.344 2.180 2.733 13.362 15.507 17.535 20.090 21.955 9 1.735 2.700 3.325 14.684 16.919 19.023 21.666 23.589 10 2.156 3.247 3.940 15.987 18.307 20.483 23.209 25.188 11 2.603 3.816 4.575 17.275 19.675 21.920 24.725 26.757 12 3.074 4.404 5.226 18.549 21.026 23.337 26.217 28.300 13 3.565 5.009 5.892 19.812 22.362 24.736 27.688 29.819 14 4.075 5.629 6.571 21.064 23.685 26.119 29.141 31.319 15 4.601 6.262 7.261 22.307 24.996 27.488 30.578 32.801 16 5.142 6.908 7.962 23.542 26.296 28.845 32.000 34.267 17 5.697 7.564 8.672 24.769 27.587 30.191 33.409 35.718 18 6.265 8.231 9.390 25.989 28.869 31.526 34.805 37.156 19 6.844 8.907 10.117 27.204 30.144 32.852 36.191 38.582 20 7.434 9.591 10.851 28.412 31.410 34.170 37.566 39.997 21 8.034 10.283 11.591 29.615 32.671 35.479 38.932 41.401 22 8.643 10.982 12.338 30.813 33.924 36.781 40.289 42.796 23 9.260 11.689 13.091 32.007 35.172 38.076 41.638 44.181 24 9.886 12.401 13.848 33.196 36.415 39.364 42.980 45.559 25 10.520 13.120 14.611 34.382 37.652 40.646 44.314 46.928 26 11.160 13.844 15.379 35.563 38.885 41.923 45.642 48.290 27 11.808 14.573 16.151 36.741 40.113 43.195 46.963 49.645 28 12.461 15.308 16.928 37.916 41.337 44.461 48.278 50.993 29 13.121 16.047 17.708 39.087 42.557 45.722 49.588 52.336 30 13.787 16.791 18.493 40.256 43.773 46.979 50.892 53.672 35 17.192 20.569 22.465 46.059 49.802 53.203 57.342 60.275 40 20.707 24.433 26.509 51.805 55.758 59.342 63.691 66.766 45 24.311 28.366 30.612 57.505 61.656 65.410 69.957 73.166 50 27.991 32.357 34.764 63.167 67.505 71.420 76.154 79.490 60 35.534 40.482 43.188 74.397 79.082 83.298 88.379 91.952 70 43.275 48.758 51.739 85.527 90.531 95.023 100.425 104.215 80 51.172 57.153 60.391 96.578 101.879 106.629 112.329 116.321 90 59.196 65.647 69.126 107.565 113.145 118.136 124.116 128.299 100 67.328 74.222 77.929 118.498 124.342 129.561 135.807 140.169
(2)
Lampiran 8. Tabel Nilai Kritis Untuk Korelasi r Product Moment
Sumber : Umar (2000)
n
Interval Kepercayaan n
Interval Kepercayaan n
Interval Kepercayaan
95% 99% 95% 99% 95% 99%
3 0.997 0.999 26 0.388 0.496 55 0.266 0.345 4 0.950 0.990 27 0.381 0.487 60 0.254 0.330 5 0.878 0.959 28 0.374 0.478 65 0.244 0.317 6 0.811 0.917 29 0.367 0.470 70 0.235 0.306 7 0.754 0.874 30 0.361 0.463 75 0.227 0.296 8 0.707 0.874 31 0.355 0.456 80 0.220 0.286 9 0.666 0.798 32 0.349 0.449 85 0.213 0.278 10 0.632 0.765 33 0.344 0.442 90 0.207 0270 11 0.602 0.735 34 0.339 0.436 95 0.202 0.263 12 0.576 0.708 35 0.334 0.430 100 0.195 0.256 13 0.553 0.684 36 0.329 0.424 125 0.176 0.230 14 0.532 0.661 37 0.325 0.418 150 0.159 0.210 15 0.514 0.641 38 0.320 0.413 175 0.148 0.194 16 0.497 0.623 39 0.316 0.408 200 0.138 0.181 17 0.482 0.606 40 0.312 0.403 300 0.113 0.148 18 0.468 0.590 41 0.308 0.396 400 0.098 0.128 19 0.456 0.575 42 0.304 0.393 500 0.088 0.115 20 0.444 0.561 43 0.301 0.389 600 0.080 0.105 21 0.433 0.549 44 0.297 0.384 700 0.074 0.097 22 0.423 0.537 45 0.294 0.380 800 0.070 0.091 23 0.413 0.526 46 0.291 0.276 900 0.065 0.086 24 0.404 0.515 47 0.288 0.372 000 0.062 0.081 25 0.396 0.505 48 0.284 0.368
49 0.281 0.364 50 0.297 0.361
(3)
Lampiran 9. Perbedaan Benih Kedelai Edamame dan Kedelai Keterangan Kedelai Edamame Kedelai Ukuran benih
(gr/100 biji)
11-56 6-30
Daya tumbuh (%) >85 >85
Umur tanaman (hari)
65-72 80-92
Produktivitas (ton/ha)
3,5 2,5
Jumlah polong 1-4 1-4
Keterangan :
(4)
Lampiran 10. Proses Penanaman Benih Kedelai Edamame
Persiapan lahan kedelai edamame Penanaman benih kedelai edamame
Kedelai edamame umur 1 minggu Kedelai edamame umur 2 minggu
(5)
RINGKASAN
MULYANI. Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Kedelai (Studi Kasus Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI).
Kedelai merupakan salah satu dari komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, yaitu tempe, kecap, tauco, susu kedelai, tahu, dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto dan Swastika, 2007). Selain dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, kedelai juga dapat dikonsumsi secara segar seperti kedelai edamame. Di Indonesia, kedelai edamame mulai ditanam pada tahun 1988 yaitu di Megamendung, Bogor Jawa Barat.
Salah satu desa yang berpotensi mengembangkan kedelai edamame di Kecamatan Megamendung adalah Desa Sukamaju. Dengan potensi yang dimiliki berupa potensi alam dan sumber daya manusia, Desa Sukamaju telah berusaha dalam mengusahakan kedelai edamame. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya penurunan jumlah petani dari yang sebelumnya berusahatani kedelai kemudian berpindah menjadi kedelai edamame. Dalam memperoleh benih, petani bermitra dengan produsen. Akan tetapi, di lapang ternyata ketersediaan benih kedelai edamame masih terbatas. Dengan benih bermutu yang tercermin melalui atribut-atribut yang melekat pada benih, akan berpengaruh pada keputusan pembelian oleh petani. Petani sebagai konsumen berharap memiliki sikap positif dan kepuasan yang tinggi terhadap komoditi yang telah ditentukan untuk ditanam. Hal ini sangat berkaitan dengan sikap dan kepuasan terhadap atribut-atribut yang paling penting dan menjadi pertimbangan dalam melakukan keputusan pembelian benih, sehingga pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi karakteristik umum responden dan menganalisis proses keputusan pembelian benih kedelai edamame, (2) menganalisis sikap petani terhadap benih kedelai edamame, dan (3) menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap benih kedelai edamame.
Penelitian dilaksanakan di Desa Sukamaju, Kecamatan Megamendung. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Megamendung sebagai wilayah mulai ditanamnya kedelai edamame dan Desa Sukamaju sebagai salah satu daerah pengembangan edamame. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2011. Pencarian informasi data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Penentuan sampel dilakukan menggunakan teknik Probability Sampling melalui pendekatan Simple Random Sampling dengan responden berjumlah 40 orang petani. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif, multiatribut fishbein,
(6)
(100%) dan sudah menikah (100%) dengan usia antara 31-40 tahun (32,5%). Tingkat pendidikan petani responden sebagian besar adalah SD (82,5%) dan status pekerjaan menjadikan bertani sebagai pekerjaan utama (97,5%). Rata-rata pendapatan di luar usahatani sebagian besar adalah sebesar < Rp 500.000 (95%). Sebagian besar petani responden telah berusahatani < 5 tahun (28%) dengan melakukan budidaya dalam satu tahun dua kali (50%). Status lahan dari petani responden sebagian besar adalah milik sendiri (60%) dengan rata-rata luas lahan >5.000 m2 (52,5%). Dalam melakukan pola tanam sebagian besar dari petani responden menerapkan pola tanam edamame, tanaman lain, edamame (50%) dengan memperoleh rata-rata hasil panen antara 500-1.000 kg (45%).
Pada tahap proses keputusan pembelian, alasan atau motivasi utama petani responden bertanam kedelai edamame adalah untuk memperoleh keuntungan (67,5%) dengan harapan mendapatkan hasil panen yang tinggi (72,5%). Informasi mengenai benih kedelai edamame petani responden dapat dari sumber lainnya yaitu PT Saung Mirwan (92,5%) dengan informasi yang paling ingin diketahui adalah informasi tentang hasil panen (produktivitas) yang tinggi (75%). Pada tahapan evaluasi alternatif, atribut yang paling banyak dipertimbangkan dalam keputusan pembelian benih kedelai edamame adalah atribut produktivitas (52,5%). Selanjutnya adalah tahap keputusan pembelian, petani responden memutuskan untuk menggunakan benih kedelai edamame sebagian besar terencana terlebih dahulu (72,5%) dengan mendapatkan benih dari menggunakan benih hasil produksi sendiri(60%). Keputusan pembelian benih kedelai edamame seluruh petani responden dipengaruhi oleh dirinya sendiri (100%). Petani responden sebagian besar membeli benih sebanyak dua kali (50%) dengan kebutuhan benih berkisar antara >10 kg (85%). Benih kedelai edamame tersebut dibeli dengan harga pada rentang ≤ Rp 40.000/kg (92,5%) dan petani responden telah menilai adanya kesesuaian antara harga benih dan kualiats yang diterima (90%). Tahap terakhir adalah evaluasi pasca pembelian di mana petani responden tidak akan membeli benih kedelai edamame jika harganya naik (90%) dan jika benih sulit diperoleh di pasar, maka akan menggunakan benih hasil produksi sendiri untuk mengantisipasinya (85%).
Hasil metode sikap multiatribut fishbein menunjukkan bahwa sikap petani responden terhadap kedua komoditi adalah baik. Namun, petani responden cenderung lebih menyukai komoditi kedelai edamame (138,90) dengan keunggulan atribut harga benih, produktivitas, ketahanan hama penyakit, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong. Sementara kedelai (124,20) dengan keunggulan atribut ketersediaan benih di pasar.
Hasil kuadran IPA pada benih kedelai edamame menunjukkan bahwa atribut ketersediaan benih di pasar berada pada kuadran I yang memiliki prioritas tinggi untuk segera diperbaiki. Pada kuadran II terdapat atribut harga benih, harga jual polong, produktivitas, dan keseragaman masak panen yang perlu dipertahankan karena kinerjanya dinilai sudah baik. Kuadran III terdapat atribut ketahanan hama penyakit yang memiliki prioritas rendah untuk diperbaiki. Sedangkan pada kuadran IV terdapat atribut daya tumbuh dan jumlah polong yang dinilai terlalu berlebihan. Dari hasil analisis CSI menunjukkan bahwa petani responden sangat puas terhadap benih kedelai edamame (82%) dan tingkat kepuasan petani responden terhadap benih kedelai dikategorikan puas (77%).