Kontribusi Sektor-Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Tangerang Periode 2003-2007

(1)

KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG

PERIODE 2003-2007

OLEH

ADHITIA KUSUMA NEGARA H14052528

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG

PERIODE 2003-2007

Oleh

ADHITIA KUSUMA NEGARA H14052528

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(3)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, 7 September 2009

Adhitia Kusuma Negara H14052528


(4)

RINGKASAN

ADHITIA KUSUMA NEGARA. Kontribusi Sektor-Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Tangerang Periode 2003-2007 (dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI).

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu dalam jangka waktu yang cukup panjang dan di dalamnya terdapat kemungkinan terjadi penurunan atau kenaikan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dicerminkan dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi suatu daerah tergantung pada kemampuan daerah tersebut dalam mengelola kekayaan alam yang dimiliki. Setiap daerah diberi kebebasan dalam mengelola sumberdaya lokal dan dituntut untuk bisa menemukan potensi pengembangan sektor-sektor ekonomi unggulannya. Dengan ekonomi unggulan itu, daerah juga dituntut berupaya mengoptimalkan penggunaan input dan perbaikan proses agar ekonomi unggulan dapat dimanfaatkan potensinya secara optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang pada akhirnya akan tercipta kesejahteraan masyarakat.

Kabupaten Tangerang adalah salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta. Daerah ini merupakan daerah limpahan aktivitas dari Kota Jakarta antara lain limpahan industri, limpahan pemukiman, perkantoran dan infrastruktur jalan serta kereta api. Dalam pengembangan JABODETABEK, Kabupaten Tangerang dipersiapkan untuk mendukung atau menjadi penyeimbang dari DKI Jakarta yang memiliki fungsi regional yang menonjol seperti kegiatan industri, pemukiman, transportasi dan pendidikan/puspitek. Akan tetapi, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Tangerang masih berfluktuatif dan masih besarnya angka kemiskinan di Kabupaten Tangerang. Selain itu, pemerintah Kabupaten Tangerang mengalami keterbatasan dana untuk mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang strategis.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi sektor-sektor unggulan di Kabupaten Tangerang, 2) menganalisis bagaimana pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor unggulan tersebut, serta 3) merumuskan kebijakan pemerintah Kabupaten Tangerang dalam meningkatkan sektor-sektor yang dinilai strategis di Kabupaten Tangerang. Data yang digunakan adalah data PDRB Kabupaten Tangerang periode 2007 dan data PDRB Provinsi Banten periode 2003-2007 sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan Location Quotient dan analisis Shift Share.

Hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan Location Quotient menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Tangerang berdasarkan yang terunggul adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sektor industri pengolahan, sektor pertanian serta sektor jasa-jasa. Berdasarkan analisis Shift Share, sektor unggulan yang mengalami pertumbuhan


(5)

yang cepat adalah sektor jasa-jasa (PPij > 0). Dilihat dari daya saingnya, semua sektor ekonomi mempunyai daya saing yang baik (PPWij > 0). Sektor ekonomi yang memiliki daya saing yang tinggi yaitu: sektor unggulan listrik, gas dan air bersih, sektor non unggulan pengangkutan dan komunikasi serta sektor non unggulan perdagangan, hotel dan restoran.

Dari seluruh sektor-sektor unggulan di Kabupaten Tangerang, tidak semua sektor unggulan mempunyai penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Sektor-sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja yang tinggi adalah sektor non unggulan perdagangan, hotel dan restoran, sektor unggulan industri dan sektor unggulan jasa-jasa. Oleh karena itu untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Tangerang, pemerintah hendaknya memprioritaskan sektor jasa-jasa, karena selain sektor tersebut merupakan sektor unggulan yang mempunyai pertumbuhan yang cepat dan berdaya saing tinggi, sektor tersebut menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Sektor lain yang harus diprioritaskan adalah sektor non unggulan perdagangan, hotel dan restoran karena memiliki potensi pertumbuhan dan daya saing yang baik serta dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar.


(6)

Judul Skripsi : Kontribusi Sektor-Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Tangerang Periode 2003-2007

Nama : Adhitia Kusuma Negara NIM : H14052528

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc NIP : 19641018 199103 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr.Ir. Rina Oktaviani, MS NIP : 19641023 198903 2 002


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Kontribusi Sektor-Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Tangerang Periode 2003-2007”. Kajian tentang sektor unggulan menjadi topik yang menarik karena dengan pengembangan sektor unggulan diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, khususnya di Kabupaten Tangerang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini terutama kepada :

1. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc. sebagai dosen pembimbing skripsi atas waktu, bimbingan, arahan, berbagai saran dan nasehat dari beliau sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Dr. M. P. Hutagaol sebagai penguji utama yang telah memberikan saran dan kritiknya demi penyempurnaan skripsi ini.

3. Jaenal Effendi, MA. sebagai penguji komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Kedua orang tua, terutama ibunda tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan dorongan yang tiada hentinya sehingga penulis selalu bersemangat.

5. Kakak dan adik penulis yang selalu memberikan motivasi dan doanya. 6. Curutku tersayang yang selalu memberikan dukungan dan doanya.

7. Sahabat-sahabat penulis tercinta : Ayip Bayu, M. Iqbal, Gama, Maya, Inna, Lukman, Anggi, Vagha, Riza, Gerry, Tara, Tyas, Ginna, Bebeh, Riri, Renny, Ristia, Gita, Joger, Cumi, Dewinta, Arissa, Eja, Adrian, Dicky, Virgitha, Inka, Irma, Indah, Ninda, Elintia yang selalu memberikan semangat.

8. Teman-teman satu pembimbing skripsi Uthi, Willy, dan Iqbal atas dukungan yang diberikan.


(8)

9. Teman-teman IE 42 dan Wisma Galih yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya.

10.Seluruh pihak yang telah membantu penulis hingga akhir penyelesaian skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penulisan yang lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, 7 September 2009

Adhitia Kusuma Negara H14052528


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Mei 1988 di Tangerang yang berada di Provinsi Banten. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Didi Sukardi dan E. Maryati. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri Cibugel, kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Balaraja dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMAN 1 Balaraja dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga dapat menjadi sumberdaya yang berguna bagi pengembangan Kabupaten Tangerang. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan seminar dan kepanitiaan yang diselenggarakan di IPB. Selain itu, penulis juga aktif di beberapa organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM dan Himpunan Profesi Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA), menjadi Staf Pengajar Economics Study Club serta menjadi penyiar di radio komunitas IPB Agri FM dan Megaswara FM.


(10)

DAFTAS ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………...…. iii

DAFTAR GAMBAR ………..………... v

DAFTAR LAMPIRAN ……….…………. vi

I. PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang ……….. ….. 1

1.2. Perumusan Masalah ………. 7

1.3. Tujuan Penelitian ………. 11

1.4. Manfaat Penelitian……… 11

1.5. Ruang Lingkup………. 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ………... 13

2.1. Pertumbuhan Ekonomi………. 13

2.2. Konsep Sektor Unggulan ... 16

2.3. Sektor Unggulan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 18

2.4. Metode Analisis Sektor Unggulan ... 20

2.4.1. Metode LQ (Location Quotient) ... 20

2.4.2. Analisis S-S (Shift Share) ……….. 20

2.5. Penelitian Terdahulu ... 22

2.6. Kerangka Pemikiran ……… 26

III. METODE PENELITIAN ……….. 28

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 28

3.2. Jenis dan Sumber Data………. 28

3.3. Metode Analisis Data……… 29

3.2.1. Pendekatan Location Quotient (LQ) ... 29

3.2.2. Analsisis Shift Share... 30

3.4. Definisi Operasional ... 33

3.4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 33


(11)

KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG

PERIODE 2003-2007

OLEH

ADHITIA KUSUMA NEGARA H14052528

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG

PERIODE 2003-2007

Oleh

ADHITIA KUSUMA NEGARA H14052528

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(13)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, 7 September 2009

Adhitia Kusuma Negara H14052528


(14)

RINGKASAN

ADHITIA KUSUMA NEGARA. Kontribusi Sektor-Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Tangerang Periode 2003-2007 (dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI).

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu dalam jangka waktu yang cukup panjang dan di dalamnya terdapat kemungkinan terjadi penurunan atau kenaikan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dicerminkan dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi suatu daerah tergantung pada kemampuan daerah tersebut dalam mengelola kekayaan alam yang dimiliki. Setiap daerah diberi kebebasan dalam mengelola sumberdaya lokal dan dituntut untuk bisa menemukan potensi pengembangan sektor-sektor ekonomi unggulannya. Dengan ekonomi unggulan itu, daerah juga dituntut berupaya mengoptimalkan penggunaan input dan perbaikan proses agar ekonomi unggulan dapat dimanfaatkan potensinya secara optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang pada akhirnya akan tercipta kesejahteraan masyarakat.

Kabupaten Tangerang adalah salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta. Daerah ini merupakan daerah limpahan aktivitas dari Kota Jakarta antara lain limpahan industri, limpahan pemukiman, perkantoran dan infrastruktur jalan serta kereta api. Dalam pengembangan JABODETABEK, Kabupaten Tangerang dipersiapkan untuk mendukung atau menjadi penyeimbang dari DKI Jakarta yang memiliki fungsi regional yang menonjol seperti kegiatan industri, pemukiman, transportasi dan pendidikan/puspitek. Akan tetapi, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Tangerang masih berfluktuatif dan masih besarnya angka kemiskinan di Kabupaten Tangerang. Selain itu, pemerintah Kabupaten Tangerang mengalami keterbatasan dana untuk mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang strategis.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi sektor-sektor unggulan di Kabupaten Tangerang, 2) menganalisis bagaimana pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor unggulan tersebut, serta 3) merumuskan kebijakan pemerintah Kabupaten Tangerang dalam meningkatkan sektor-sektor yang dinilai strategis di Kabupaten Tangerang. Data yang digunakan adalah data PDRB Kabupaten Tangerang periode 2007 dan data PDRB Provinsi Banten periode 2003-2007 sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan Location Quotient dan analisis Shift Share.

Hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan Location Quotient menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Tangerang berdasarkan yang terunggul adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sektor industri pengolahan, sektor pertanian serta sektor jasa-jasa. Berdasarkan analisis Shift Share, sektor unggulan yang mengalami pertumbuhan


(15)

yang cepat adalah sektor jasa-jasa (PPij > 0). Dilihat dari daya saingnya, semua sektor ekonomi mempunyai daya saing yang baik (PPWij > 0). Sektor ekonomi yang memiliki daya saing yang tinggi yaitu: sektor unggulan listrik, gas dan air bersih, sektor non unggulan pengangkutan dan komunikasi serta sektor non unggulan perdagangan, hotel dan restoran.

Dari seluruh sektor-sektor unggulan di Kabupaten Tangerang, tidak semua sektor unggulan mempunyai penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Sektor-sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja yang tinggi adalah sektor non unggulan perdagangan, hotel dan restoran, sektor unggulan industri dan sektor unggulan jasa-jasa. Oleh karena itu untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Tangerang, pemerintah hendaknya memprioritaskan sektor jasa-jasa, karena selain sektor tersebut merupakan sektor unggulan yang mempunyai pertumbuhan yang cepat dan berdaya saing tinggi, sektor tersebut menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Sektor lain yang harus diprioritaskan adalah sektor non unggulan perdagangan, hotel dan restoran karena memiliki potensi pertumbuhan dan daya saing yang baik serta dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar.


(16)

Judul Skripsi : Kontribusi Sektor-Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Tangerang Periode 2003-2007

Nama : Adhitia Kusuma Negara NIM : H14052528

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc NIP : 19641018 199103 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr.Ir. Rina Oktaviani, MS NIP : 19641023 198903 2 002


(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Kontribusi Sektor-Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Tangerang Periode 2003-2007”. Kajian tentang sektor unggulan menjadi topik yang menarik karena dengan pengembangan sektor unggulan diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, khususnya di Kabupaten Tangerang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini terutama kepada :

1. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc. sebagai dosen pembimbing skripsi atas waktu, bimbingan, arahan, berbagai saran dan nasehat dari beliau sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Dr. M. P. Hutagaol sebagai penguji utama yang telah memberikan saran dan kritiknya demi penyempurnaan skripsi ini.

3. Jaenal Effendi, MA. sebagai penguji komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Kedua orang tua, terutama ibunda tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan dorongan yang tiada hentinya sehingga penulis selalu bersemangat.

5. Kakak dan adik penulis yang selalu memberikan motivasi dan doanya. 6. Curutku tersayang yang selalu memberikan dukungan dan doanya.

7. Sahabat-sahabat penulis tercinta : Ayip Bayu, M. Iqbal, Gama, Maya, Inna, Lukman, Anggi, Vagha, Riza, Gerry, Tara, Tyas, Ginna, Bebeh, Riri, Renny, Ristia, Gita, Joger, Cumi, Dewinta, Arissa, Eja, Adrian, Dicky, Virgitha, Inka, Irma, Indah, Ninda, Elintia yang selalu memberikan semangat.

8. Teman-teman satu pembimbing skripsi Uthi, Willy, dan Iqbal atas dukungan yang diberikan.


(18)

9. Teman-teman IE 42 dan Wisma Galih yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya.

10.Seluruh pihak yang telah membantu penulis hingga akhir penyelesaian skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penulisan yang lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, 7 September 2009

Adhitia Kusuma Negara H14052528


(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Mei 1988 di Tangerang yang berada di Provinsi Banten. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Didi Sukardi dan E. Maryati. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri Cibugel, kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Balaraja dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMAN 1 Balaraja dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga dapat menjadi sumberdaya yang berguna bagi pengembangan Kabupaten Tangerang. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan seminar dan kepanitiaan yang diselenggarakan di IPB. Selain itu, penulis juga aktif di beberapa organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM dan Himpunan Profesi Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA), menjadi Staf Pengajar Economics Study Club serta menjadi penyiar di radio komunitas IPB Agri FM dan Megaswara FM.


(20)

DAFTAS ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………...…. iii

DAFTAR GAMBAR ………..………... v

DAFTAR LAMPIRAN ……….…………. vi

I. PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang ……….. ….. 1

1.2. Perumusan Masalah ………. 7

1.3. Tujuan Penelitian ………. 11

1.4. Manfaat Penelitian……… 11

1.5. Ruang Lingkup………. 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ………... 13

2.1. Pertumbuhan Ekonomi………. 13

2.2. Konsep Sektor Unggulan ... 16

2.3. Sektor Unggulan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 18

2.4. Metode Analisis Sektor Unggulan ... 20

2.4.1. Metode LQ (Location Quotient) ... 20

2.4.2. Analisis S-S (Shift Share) ……….. 20

2.5. Penelitian Terdahulu ... 22

2.6. Kerangka Pemikiran ……… 26

III. METODE PENELITIAN ……….. 28

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 28

3.2. Jenis dan Sumber Data………. 28

3.3. Metode Analisis Data……… 29

3.2.1. Pendekatan Location Quotient (LQ) ... 29

3.2.2. Analsisis Shift Share... 30

3.4. Definisi Operasional ... 33

3.4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 33


(21)

ii

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN TANGERANG…. 36

4.1. Kondisi Wilayah ……… 36

4.2. Perekonomian………. 38

4.2.1. Perekonomian Makro ... 38

4.2.2. Perkembangan Ekonomi Sektoral ... 41

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

5.1. Sektor-Sektor Unggulan Kabupaten Tangerang Berdasarkan Pendekatan Location Quotient ... 50

5.2. Pertumbuhan dan Daya Saing Sektor-Sektor Unggulan Berdasarkan Analisis Shift Share ... 53

5.2.1. Pertumbuhun PDRB Kabupaten Tangerang dan PDRB Provinsi Banten Secara Sektoral Tahun 2003-2007 ... 53

5.2.2. Rasio PDRB Total dan Sektoral Kabupaten Tangerang dan Provinsi Banten Tahun 2003-2007... 56

5.2.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2003-2007... 58

5.2.4. Pertumbuhan dan Daya Saing Sektor-Sektor Unggulan ... 63

5.3. Rumusan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Tangerang ... 66

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

6.1. Kesimpulan ... 68

6.2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha

2003-2007 (Juta Rupiah)... 4 1.2. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha 2003-2007 (Persen) ... 7 1.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Tangerang Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Kelompok Sektor

Tahun 2003–2007 (Persen) ………..……… 8

1.4. Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Tangerang dan Provinsi

Banten Tahun 2003–2007………. 9

4.1. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan

Utama di Kabupaten Tangerang Tahun 2007……… 38 4.2. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Lapangan

Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin Tahun 2007 ……….... 39 4.3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Tangerang

Tahun 2005–2007………. 40

4.4. Distribusi PDRB Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 (Persen) ... 41 5.1. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Tangerang Berdasarkan

Pendapatan Wilayah Tahun 2003-2007... 51 5.2. Perubahan PDRB Kabupaten Tangerang Menurut Lapangan Usaha

Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2003 dan 2007

(Juta Rupiah)... 54 5.3. Perubahan PDRB Provinsi Banten Menurut Lapangan Usaha

Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2003 dan 2007

(Juta Rupiah)... 55 5.4. Rasio PDRB Kabupaten Tangerang dan Provinsi Banten


(23)

iv

5.5. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tangerang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional,

Tahun 2003-2007... 59 5.6. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten

Tangerang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional,

Tahun 2003-2007... 60 5.7. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten

Tangerang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah,

Tahun 2003-2007……….. 62

5.8. Nilai Persentase PP dan PPW di Kabupaten Tangerang... 63 5.9. Perbandingan Laju Pertumbuhan Sektor, Daya Saing dan

Penyerapan Tenaga Kerja Antar Sektor Unggulan di Kabupaten

Tangerang ... 66 5.10. Perbandingan Laju Pertumbuhan Sektor, Daya Saing dan

Penyerapan Tenaga Kerja Antar Sektor Non Unggulan di


(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Hubungan antara Jumlah Penduduk dengan Produksi Total ... 14 2.2. Model Analisis Shift Share ... 22 2.3. Kerangka Pemikiran Operasional……….. 27 5.1. Profil Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2003-2007 .. 64


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Lapangan

Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin Tahun 2007……... 74 2. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Tangerang

Berdasarkan Pendapatan Wilayah Tahun 2003-2007 ... 75 3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tangerang

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha

2003-2007 (Juta Rupiah) ... . 76 4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten Atas

Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha 2003-2007

(Juta Rupiah) ... 77 5. Perubahan PDRB Kabupaten Tangerang Menurut Lapangan Usaha

Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2003 dan 2007

(Juta Rupiah) ... 78 6. Perubahan PDRB Provinsi Banten Menurut Lapangan Usaha

Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2003 dan 2007

(Juta Rupiah) ... 79 7. Rasio PDRB Kabupaten Tangerang dan Provinsi Banten

(Nilai Ra, Ri dan ri)... 80 8. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten

Tangerang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Nasional,

Tahun 2003-2007 (PNij=[Ra]Yij) ... 81

9. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tangerang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional,

Tahun 2003-2007 (PPij=[Ri-Ra]*Yij) ... 82

10. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tangerang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah,

Tahun 2003-2007 (PPWij = [ri-Ri]*Yij)………..…………. 83


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kondisi fisik serta geografi wilayah yang sangat beragam sehingga pembangunan wilayah sangat penting dalam pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional dalam Garis-garis Besar Haluan Negara adalah berusaha untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila, sehingga diperlukan usaha untuk membentuk dasar yang efisien bagi pertumbuhan nasional dan memperkokoh kesatuan ekonomi nasional.

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu, dalam jangka waktu yang cukup panjang, dan di dalamnya terdapat kemungkinan terjadi penurunan atau kenaikan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi dapat juga didefinisikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Pertumbuhan ini ditandai dengan adanya pembangunan yang lebih baik, meliputi bidang produksi maupun infrastruktur. Proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat self generating. Hal ini berarti bahwa proses pertumbuhan menghasilkan kekuatan bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode-periode selanjutnya.


(27)

2

Selain pertumbuhan, proses pembangunan ekonomi dengan sendirinya juga akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Pembangunan ekonomi biasanya disertai dengan pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer (pertanian dan pertambangan) ke sektor sekunder (industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih dan bangunan/konstruksi) dan tersier (perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan/transportasi dan jasa).

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dicerminkan dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB dapat diartikan sebagai total nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu (satu tahun). Cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran.

Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya, dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) sektor atau lapangan usaha, yaitu: Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, Jasa-jasa.

Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, yaitu: pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan


(28)

3

modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor.

Menurut pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa rumah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak lainnya.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selalu dihitung dalam dua harga yaitu atas dasar harga konstan memperlihatkan perkembangan produksi riil dari masing-masing sektor ekonomi. Sementara PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan perkembangan produksi masing-masing sektor yang masih dipengaruhi oleh harga.

Pada Tabel 1.1, PDRB Kabupaten Tangerang selalu mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003, PDRB Kabupaten Tangerang atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah sebesar 4.841.490 juta rupiah, sedangkan pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi sebesar 18.789.460 juta rupiah. Hal tersebut memperlihatkan bahwa semakin baiknya kondisi perekonomian Kabupaten Tangerang.


(29)

4

Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha 2003-2007 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007

1.Pertanian 524.758 (10,84 %) 1.470.644 (9,76 %) 1.527.190 (9,43 %) 1.528.482 (8,03 %) 1.639.108 (8,72 %) 2.Pertambangan/ Penggalian 7.091 (0,15 %) 12.597 (0,08 %) 12.597 (0,08 %) 13.375 (0,08 %) 15.170 (0,08 %) 3.Industri Pengolahan 2.588.026 (53,46 %) 8.370.263 (55,54 %) 8.990.704 (55,58 %) 9.543.293 (55,12 %) 9.937.052 (52,89 %) 4.Listrik, Gas dan

Air Bersih 302.328 (6,24 %) 946.300 (6,28 %) 1.001.925 (6,19 %) 990.754 (5,72 %) 1.452.973 (7,73 %)

5.Bangunan 92.015

(1,90 %) 285.067 (1,89 %) 306.272 (1,89 %) 330.994 (1,91 %) 386.295 (2,06 %) 6.Perdagangan, Hotel dan Restoran 583.579 (12,05 %) 1.878.403 (12,46 %) 2.027.500 (12,53 %) 2.300.814 (13,29 %) 2.502.132 (13,32 %) 7.Pengangkutan dan Komunikasi 313.464 (6,47 %)

1.084.697 (7,20 %)

1.178.599 (7,28 %)

1.321.673 (7,63 %)

1.410.897 (7,51 %) 8.Keuangan,

Persewaan dan jasa Perusahaan

170.255 (3,52 %)

381.079 (2,53 %)

422.546 (2,61 %)

484.298 (2,80 %)

538.101 (2,86 %) 9.Jasa-jasa 259.974

(5,37 %)

641.731 (4,26 %)

718.865 (4,44 %)

800.483 (4,62 %)

907.720 (4,83 %) PDRB 4.841.490

(100 %)

15.070.780 (100 %)

16.186.459 (100 %)

17.314.267 (100 %)

18.789.460 (100 %) Sumber: BPS Kabupaten Tangerang, 2007.

Peranan dan kontribusi suatu sektor terhadap perekonomian wilayah dapat diperkirakan melalui serangkaian teori yang secara umum dikenal sebagi teori pembangunan wilayah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini berusaha menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi terhadap suatu wilayah dengan menekankan hubungan antar sektor yang terdapat dalam perekonomian tersebut dan kekuatan pendorong yang berasal dari suatu sektor ke sektor lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Teori yang dapat digunakan adalah teori basis ekonomi, teori pengganda antar wilayah dan analisis shift share (Glasson, 1977)


(30)

5

yang pendekatannya sama-sama memandang tata ruang wilayah sebagai suatu kesatuan yang intergral.

Kemampuan daerah dalam mengelola sumber daya alam yang dimiliki akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Setiap daerah mempunyai kebebasan dalam mengelola sumber daya lokal dan dituntut untuk bisa menemukan potensi pengembangan sektor-sektor ekonomi unggulannya, terlebih lagi setelah diberlakukannya otonomi daerah tahun 1999. Dengan ekonomi unggulan itu, daerah juga dituntut berupaya mengoptimalkan penggunaan input dan perbaikan proses agar ekonomi unggulan dapat dimanfaatkan potensinya secara optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang pada gilirannya akan tercipta kesejahteraan masyarakat.

Kondisi geografis dapat menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perekonomian suatu wilayah. Kabupaten Tangerang adalah salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta. Daerah ini merupakan daerah limpahan aktivitas dari Kota Jakarta antara lain limpahan industri, limpahan pemukiman, perkantoran dan infrastruktur jalan serta kereta api. Kemajuan perekonomian Kabupaten Tangerang akan tercapai dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah dan perkembangan ekonomi wilayah, pola interaksi internal dan eksternal serta didukung oleh jaringan infrastruktur pelayanan baik lokal maupun regional serta kebijakan pengembangan dan penyebaran penduduk secara seimbang sesuai dengan daya dukung lingkungan (Hardjomatojo, 1993).


(31)

6

Dalam pengembangan JABODETABEK Kabupaten Tangerang dipersiapkan untuk mendukung atau menjadi penyeimbang dari DKI Jakarta yang memiliki fungsi regional yang menonjol seperti: kegiatan industri, pemukiman, transportasi dan pendidikan/puspitek. Pengembangan sistem pusat-pusat pertumbuhan Kabupaten Tangerang akan diarahkan pada tiga pusat pertumbuhan utama yaitu : pusat pertumbuhan Serpong, pusat pertumbuhan Balaraja dan pusat pertumbuhan Teluknaga (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2007).

Periode 2003-2007 merupakan periode dimana Kabupaten Tangerang mengalami pemekaran wilayah dan telah mengalami pertumbuhan yang bagus sejak tahun 2003 dan pada tahun 2005 perekonomian Kabupaten Tangerang mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir yaitu sebesar 7,32 persen, walaupun mengalami penurunan kembali pada tahun berikutnya.

Pengaruh sektor ekonomi secara nasional, belum tentu mempengaruhi kinerja sektor ekonomi yang sama di daerah lain. Oleh karena itu, diperlukan kajian mengenai sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan di suatu daerah (dalam kasus ini adalah Kabupaten Tangerang) karena adanya sektor-sektor ekonomi unggulan dapat membangkitkan kinerja sektor-sektor riil yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Selain itu, pemerintah juga bisa fokus dalam memperbaiki iklim investasi dan infrastrukturnya serta menetapkan berbagai kebijakan yang tepat terkait dengan adanya sektor-sektor unggulan tersebut.


(32)

7

1.2. Perumusan Masalah

Selama lima tahun terakhir, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Tangerang masih berfluktuatif (Tabel 1.2). Pada tahun 2003 sampai tahun 2005, LPE Kabupaten Tangerang memperlihatkan gambaran yang positif terhadap proses pertumbuhan kembali ekonomi di Kabupaten Tangerang dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,41 %. Pada tahun 2004, perekonomian tumbuh positif 6,41 persen tumbuh lebih cepat dari tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 4,45 persen. Pada tahun 2005 pertumbuhannya memperlihatkan kenaikan yang cukup signifikan yaitu mencapai 7,32 persen. Hal tersebut memperlihatkan semakin baiknya perekonomian Kabupaten Tangerang.

Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha 2003-2007 (Persen)

Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007

1.Pertanian 1,35 3,89 3,84 0,08 7,24

2.Pertambangan/Penggalian 9,58 2,81 2,08 4,01 13,49

3.Industri Pengolahan 4,01 5,48 7,41 6,15 4,25

4.Listrik, Gas dan Air Bersih 6,08 7,48 5,15 1,11 14,99

5.Bangunan 6,88 8,13 7,44 8,07 16,71

6.Perdagangan, Hotel dan Restoran

3,75 8,55 7,94 13,48 8,75 7.Pengangkutan dan

Komunikasi

8,14 10,16 8,66 12,14 6,75 8.Keuangan, Persewaan dan

jasa Perusahaan

6,72 10,31 10,88 14,61 11,11

9.Jasa-jasa 8,84 7,35 12,02 11,37 13,23

PDRB 4,45 6,41 7,32 6,97 6,90


(33)

8

Namun, pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi kembali melambat menjadi 6,97 persen. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa sektor-sektor seperti sektor industri pengolahan dan pertanian juga mengalami perlambatan. Kemudian pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 6,90 persen. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang dipengaruhi oleh penurunan pada sektor industri pengolahan, perdagangan hotel dan restoran dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang sangat signifikan.

Pada Tabel 1.3, dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi yang terbesar terjadi pada kelompok sektor tersier yang mencapai 9,18 persen, disusul kelompok primer yang tumbuh 7,29 persen, sedang kelompok sekunder hanya tumbuh 5,84 persen. Fenomena ini menggambarkan bahwa Kabupaten Tangerang sudah bukan lagi daerah agraris. Sektor primer mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan tahun 2006, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian yang peningkatannya sangat tinggi dibandingkan tahun 2006.

Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 menurut Kelompok Sektor tahun 2003– 2007 (Persen)

Kelompok Sektor 2003 2004 2005 2006 2007

Sektor Primer 1,41 3,88 3,83 0,12 7,29

Sektor Sekunder 4,33 5,79 7,14 5,39 5,84

Sektor Tersier 6,00 8,96 9,07 12,90 9,18

PDRB 4,45 6,41 7,32 6,88 6,50


(34)

9

Pada periode 2003-2007, walaupun Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Tangerang cukup baik tetapi angka kemiskinan dan penganggurannya juga tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa angka kemiskinan Kabupaten Tangerang melebihi angka kemiskinan Provinsi Banten. Pada tahun 2003, penduduk miskin di Kabupaten Tangerang mencapai 7,45 persen sedangkan penduduk miskin Provinsi Banten mencapai 6,96 persen. Walaupun pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 7,18 persen, akan tetapi angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk miskin Provinsi Banten yaitu sebesar 7,05 persen. Persentase kemiskinan tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 8,26 persen, hal tersebut disebabkan banyaknya perusahaan di Kabupaten Tangerang yang gulung tikar sehingga berdampak pada tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan. Gambaran tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Tangerang dan Provinsi Banten Tahun 2003–2007

Tahun Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Tangerang

Persentase Penduduk Miskin Provinsi Banten

2003 7,45 6,96

2004 7,86 7,54

2005 7,50 7,28

2006 8,28 7,86

2007 7,18 7,05

Sumber: BPS Kabupaten Tangerang, 2008.

Pada tahun 2007, tingkat pengangguran di Kabupaten Tangerang mencapai 9,56 persen (11,86 persen untuk laki-laki dan 7,16 persen untuk perempuan). Pada Lampiran 1, dapat diketahui bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah


(35)

10

sektor yang menyerap tenaga kerja yang paling tinggi yaitu sebesar 31,06 persen, disusul sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa yaitu masing-masing sebesar 25,75 persen dan 16,94 persen. Untuk mengatasi hal ini pemerintah daerah harus menentukan prioritas terkait dengan sektor-sektor ekonomi apa saja yang harus dikembangkan. Hal ini sangat penting dilakukan karena dalam pelaksanaannya, pemerintah daerah menghadapi kendala yaitu adanya keterbatasan dana dan belum mengetahui sektor mana yang merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan. Oleh karena itu, pemerintah dapat mengalokasikan dana yang terbatas secara tepat untuk mengembangkan sektor-sektor ekonomi potensial yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang.

Melihat kondisi tersebut maka penulis mengajukan beberapa permasalahan, diantaranya:

1. Sektor-sektor apa saja yang menjadi sektor ekonomi unggulan (leading sector) di Kabupaten Tangerang periode 2003-2007 ?

2. Bagaimana pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor unggulan di Kabupaten Tangerang periode 2003-2007?

3. Bagaimana kebijakan pemerintah Kabupaten Tangerang dalam memprioritaskan dan meningkatkan sektor-sektor yang dinilai strategis di Kabupaten Tangerang ?


(36)

11

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan akan dilakukannya penelitian ini didasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah, yaitu:

1. Mengidentifikasi sektor-sektor unggulan (leading sector) di Kabupaten Tangerang periode 2003-2007.

2. Menganalisis pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor unggulan di Kabupaten Tangerang periode 2003-2007.

3. Merumuskan kebijakan pemerintah Kabupaten Tangerang dalam meningkatkan sektor-sektor yang dinilai strategis di Kabupaten Tangerang.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui sektor-sektor apa saja yang menjadi sektor-sektor unggulan di Kabupaten Tangerang sekaligus sebagai bahan masukan bagi pemerintah agar dapat memberikan perhatian lebih terhadap sektor-sektor unggulan yang berpotensi meningkatkan kinerja perekonomian khususnya di Kabupaten Tangerang. Selain itu, Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi terutama bagi pembuat kebijakan, perencana dan pelaksana pembangunan dalam menentukan arah dan strategi pembangunan ekonomi di masa datang dan juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.


(37)

12

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian mengenai kontribusi sektor-sektor unggulan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tangerang periode 2003 – 2007 menggunakan pendekatan Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share. Lingkup analisis lebih tertuju untuk melihat kontribusi sektor-sektor unggulan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang pada periode 2003–2007. Pendekatan Location Quotient digunakan untuk melihat sektor-sektor unggulan di Kabupaten Tangerang, sedangkan analisis Shift Share digunakan untuk melihat gambaran pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor unggulan di Kabupaten Tangerang. Penulis menggunakan periode 2003-2007 karena terjadinya pemekaran wilayah di Kabupaten Tangerang pada awal tahun 2002 dan tahun 2003 merupakan tahun awal Kabupaten Tangerang mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.


(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terdapat proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi dengan sendirinya juga akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi.

Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik (Mankiw, 2000)

Teori klasik yang dikemukakan Adam Smith melalui bukunya An Inquiry into The Nature and Cause of The Wealth of Nations yang terbit pada tahun 1776 menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan penduduk. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian


(39)

14

tersebut. Lebih lanjut, spesialisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga meningkatkan upah dan keuntungan. Dengan demikian, proses pertumbuhan akan terus berlangsung sampai seluruh sumber daya termanfaatkan

Sementara itu, David Ricardo dalam bukunya The Principles of Political Economy and Taxation yang terbit pada tahun 1917, mengemukakan pandangan yang bertentangan dengan Adam Smith. Menurutnya, perkembangan penduduk yang berjalan cepat pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang rendah. Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo berawal dari jumlah penduduk rendah dan sumber daya alam relatif melimpah.

Secara garis besar, berdasarkan teori pertumbuhan klasik, dapat disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat tergantung pada empat faktor, yaitu jumlah penduduk, akumulasi kapital, luas lahan, dan teknologi (Priyarsono, Sahara, dan M. Firdaus, 2007). Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dan hubungan antara jumlah penduduk dengan produksi total dalam teori klasik dapat digambarkan sebagai berikut.

Produksi Total

Jumlah Penduduk

Gambar 2.1. Hubungan antara Jumlah Penduduk dengan Produksi Total

I II III IV


(40)

15

Pada Gambar 2.1, kurva Y menggambarkan fungsi produksi hipotetis dari suatu masyarakat. Fungsi produksi tersebut menggambarkan hubungan antara jumlah penduduk dan total produksi dalam wilayah tersebut, dengan asumsi bahwa jumlah modal dan luas lahan yang digunakan adalah tetap, dan tidak ada kemajuan teknologi. Berdasarkan fungsi produksi tersebut, proses pertumbuhan ekonomi dapat dibagi menjadi empat tahap. Tahap I adalah tahap dimana produksi batas bertambah besar apabila jumlah penduduk bertambah. Tahap II merupakan tahap dimana produksi batas mencapai nilai maksimal dan mulai menurun apabila penduduk bertambah. Tahap III adalah tahap dimana produksi batas besarnya lebih rendah daripada produksi per kapita. Batas diantara tahap II dan III merupakan tingkatan pertumbuhan dimana pendapatan atau produksi per kapita mencapai nilai yang maksimal. Batas diantara tahap III dan IV adalah tingkat pertumbuhan dimana pendapatan atau produksi total wilayah tersebut mencapai tingkat maksimal. Pada tahap IV, produksi total mengalami penurunan dan semakin lama akan semakin kecil. Pada tahap ini pendapatan per kapita menjadi jauh lebih rendah daripada pendapatan per kapita maksimal yang dicapai pada batas tahap II dan III. Pada akhirnya tingkat stationary state akan tercapai, yaitu pada saat produksi per kapita hanya cukup untuk hidup atau pada subsistence level.

Menurut Adam Smith dalam Kadariah (1985), yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan output (GDP) total, dan pertumbuhan penduduk. Smith melihat sistem produksi suatu negara terdiri dari 3 unsur pokok, yaitu (1) sumber alam yang tersedia (faktor produksi tanah), (2)


(41)

sumber-16

sumber manusiawi (jumlah penduduk). Jumlah penduduk meningkat apabila tingkat upah lebih tinggi daripada tingkat upah subsistensi, yaitu tingkat upah minimal untuk seseorang agar dapat mempertahankan hidupnya, (3) stok barang kapital yang ada.

2.2. Konsep Sektor Unggulan

Teori ekonomi basis dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan potensi suatu wilayah dengan wilayah lain dan mengetahui hubungan antara sektor-sektor dalam suatu perekonomian. Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh besarnya ekspor dari wilayah tersebut (Richardson, 1977).

Ekspor merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam sektor basis. Ekspor adalah menjual produk barang dan jasa ke luar wilayah lain dalam negara itu maupun ke luar negeri. Tenaga kerja yang berdomisili di suatu wilayah, tetapi bekerja dan memperoleh uang dari wilayah lain termasuk dalam pengertian ekspor. Kegiatan ekspor adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah karena kegiatan basis. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi dari permintaan yang bersifat exogenous artinya tidak tergantung pada permintaan lokal (Tarigan, 2005).

Kegiatan lain yang bukan kegiatan basis disebut sebagai sektor non basis. Sektor non basis ditujukan untuk memenuhi kebutuhan lokal, sehingga sangat


(42)

17

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat, dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Anggapan tersebut mengindikasikan bahwa satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan adalah sektor basis (Tarigan, 2005). Glasson (1977) mengemukakan bahwa perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor yaitu: sektor basis dan non basis. Sektor basis adalah sektor yang dapat mengekspor barang dan jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atau memasarkan barang dan jasa mereka kepada orang-orang yang datang dari luar perbatasan masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan sektor non basis adalah sektor yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan.

Secara teoritis, sektor mana saja yang merupakan sektor basis dan non basis di suatu daerah tidaklah bersifat statis melainkan dinamis. Artinya, pada tahun tertentu mungkin saja sektor tersebut merupakan sektor basis, namun pada tahun berikutnya belum tentu sektor tersebut secara otomatis menjadi sektor basis.

Sektor basis dapat mengalami kemajuan ataupun kemunduran. Beberapa sebab kemajuan sektor basis adalah: 1) perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, 2) perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah, 3) perkembangan teknologi dan 4) adanya pengembangan prasarana ekonomi dan sosial. Sedangkan penyebab kemunduran sektor basis adalah perubahan permintaan di luar daerah dan kehabisan cadangan sumber daya.


(43)

18

Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Dengan adanya sektor unggulan, maka akan mempermudah pemerintah dalam mengalokasikan dana yang tepat sehingga kemajuan perekonomian akan tercapai.

Kriteria sektor unggulan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya : pertama, sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi; kedua, sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga, sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang; keempat, dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi (Tarigan, 2005).

2.3. Sektor Unggulan dan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Glasson (1977) semakin banyak sektor unggulan dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke daerah tersebut, menambah permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya dan menimbulkan kenaikan volume sektor non unggulannya. Dengan kata lain, sektor unggulan berhubungan langsung dengan permintaan dari luar, sedangkan sektor non unggulan berhubungan secara tidak langsung, yaitu melalui sektor unggulan terlebih dahulu.


(44)

19

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sektor unggulan merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tergantung pada pertumbuhan sektor-sektor perekonomian wilayah tersebut. Kemampuan daerah tersebut dalam mengelola kekayaan alam yang dimiliki sangat mempengaruhi pertumbuhan sektor-sektor perekonomiannya. Setiap daerah mempunyai kebebasan dalam mengelola sumberdaya lokal dan dituntut untuk bisa menemukan potensi pengembangan sektor-sektor ekonomi unggulannya. Dengan ekonomi unggulan itu, daerah juga dituntut berupaya mengoptimalkan penggunaan input dan perbaikan proses agar ekonomi unggulan dapat dimanfaatkan potensinya secara optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang pada akhirnya akan tercipta kesejahteraan masyarakat.

Dalam Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan terhadap barang dan jasa di luar daerah. Proses produksi di suatu sektor yang menggunakan sumber daya produksi lokal termasuk tenaga kerja dan bahan baku serta outputnya diekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan perkapita dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut (Richardson, 1977).


(45)

20

2.4. Metode Analisis Sektor Unggulan 2.4.1. Metode LQ (Location Quotient)

Metode ini berguna untuk menentukan sektor unggulan dan sektor non unggulan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan total semua sektor di daerah atasnya. Daerah bawah dan daerah atas yang dimaksud adalah daerah administratif (Glasson, 1977). Misalnya dalam penelitian ini analisis dilakukan pada tingkat kabupaten, maka daerah bawahnya adalah kabupaten dan daerah atasnya adalah provinsi.

2.4.2. Analisis S-S (Shift Share)

Analisis SS ini pertama kali diperkenalkan oleh Perloff, et al. pada tahun 1960. Analisis Shift Share (SS) merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis struktur perekonomian di suatu wilayah. Selain itu, dapat juga digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama dua periode waktu.

Analisis ini dapat dilakukan pada tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional. Di tingkat kabupaten, analisis ini berguna untuk melihat kecamatan-kecamatan mana saja yang memberikan kontribusi pertumbuhan paling besar terhadap perekonomian kabupaten tersebut. Selain itu, melalui analisis ini juga dapat diketahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat


(46)

21

di masing-masing wilayah kecamatan tersebut. Di tingkat provinsi, dapat diketahui kabupaten-kabupaten mana saja beserta sektor-sektornya yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan di tingkat provinsi.

Secara umum terdapat 3 (tiga) komponen pertumbuhan wilayah dalam analisis SS, yaitu: komponen Pertumbuhan Nasional, komponen Pertumbuhan Proporsional, dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Priyarsono, Sahara dan M. Firdaus, 2007).

Komponen Pertumbuhan Nasional (PN) adalah perubahan produksi/ kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi/ kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang memengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Contohnya antara lain kecenderungan inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan.

Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) timbul karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan


(47)

22

komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.

Apabila PP + PPW ≥ 0 maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor

ke i di wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju). Sementara itu, PP + PPW < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor ke i pada wilayah ke j tergolong lambat.

Sumber : Priyarsono, Sahara dan M. Firdaus. (2007)

Gambar 2.2. Model Analisis Shift Share

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan menggunakan pendekatan Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share (S-S) telah banyak dilakukan sebelumnya, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Wiyanti (2004) dengan judul ”Analisis Sektor Basis Perekonomian Kabupaten Tangerang serta Implikasinya Terhadap Rencana Tata

Wilayah ke-j sektor ke-i

Komponen Pertumbuhan

Proporsional

Wilayah ke-j sektor ke-i

Maju PP + PPW ≥

Lambat

Komponen Pertumbuhan Pangsa

Wilayah Komponen Pertumbuhan Nasional


(48)

23

Ruang Wilayah dalam Otonomi Daerah” menggunakan Pendekatan Location

Quotient (LQ). Hasil penelitian menyatakan bahwa perekonomian Kabupaten Tangerang didominasi oleh sektor primer, yaitu pertanian dan pertambangan, kemudian sektor sekunder, yaitu industri pengolahan, listrik gas dan air bersih. sedangkan sektor tersier mengalami pergeseran ke arah peningkatan, yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa.

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah fenomena yang dikaji. Pada penelitian sebelumnya, pendekatan yang digunakan hanya pendekatan Location Quotient untuk menganalisis sektor basis di tiap kecamatan di Kabupaten Tangerang, sedangkan pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Location Quotient dan analisis Shift Share untuk melihat sektor-sektor unggulan serta pertumbuhan dan daya saingnya terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang sehingga dapat diketahui sektor-sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Tangerang dalam kurun waktu 2003-2007 serta bagaimana pertumbuhan dan daya saing dari sektor-sektor unggulan tersebut.

Suprapti (2001) menganalisis basis ekonomi terhadap penataan ruang Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan metode LQ. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa sektor basis pada Kabupaten Sumenep adalah sektor pertanian, akan tetapi peranan dan fungsi pusat petumbuhan dan pelayanan di Kabupaten Sumenep masih belum mencukupi kebutuhan pengembangan sektor basisnya.


(49)

24

Johanda (2004) menganalisis sektor basis di Kabupaten Bekasi dengan menggunakan metode LQ dan menyimpulkan bahwa Kabupaten Bekasi memiliki satu sektor basis yaitu sektor industri. Sektor industri dianggap dapat menghasilkan barang dan jasa selain untuk memenuhi permintaan pasar domestik juga dapat memenuhi kebutuhan luar wilayah melalui perdagangan antar wilayah.

Usya (2005) dengan judul ”Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi

Sektor Unggulan di Kabupaten Subang”. Menggunakan metode LQ dan analisis

shift share menyimpulkan bahwa di Kabupaten Subang terdapat 4 sektor basis, yaitu sektor pertanian, sektor bangunan/kontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Selain itu, Usya menyimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Subang, ditandai dengan peranan sektor primer yang tetap mendominasi perekonomian Kabupaten Subang walaupun pertumbuhannya lambat.

Wahyuni (2007) dengan judul ”Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor

Ekonomi Kota Tangerang Pada Masa Otonomi Daerah” dengan menggunakn

metode analisis shift share menyimpulkan bahwa secara sektoral, persentase pertumbuhan sektor perekonomian tertinggi ditempati oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 2073,91 persen. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di Kota Tangerang tumbuh sangat pesat seiring dengan pertumbuhan kegiatan pemukiman baru dan perindustrian.

Sondari (2007) dengan judul “Analisis Sektor Unggulan dan Kinerja

Ekonomi Provinsi Jawa Barat Periode 2001-2005” menggunakan metode analisis LQ dan hasilnya menyimpulkan bahwa selama kurun waktu 2001-2005, sektor


(50)

25

yang menjadi sektor basis dan merupakan sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat yaitu listrik, gas dan air bersih, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Harisman (2007) dengan judul “Analisis Struktur Perekonomian dan

Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan di Provinsi Lampung Periode 1993-2003” menggunakan analisis Shift Share untuk menganalisis apakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa di Provinsi Lampung telah terjadi perubahan struktur ekonomi dari sektor primer ke sekunder yang dilihat dari peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung. Hasil analisis dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa di Provinsi Lampung terdapat 3 sektor basis yang merupakan sektor unggulan, yaitu : sektor pertanian, bangunan / konstruksi, serta pengangkutan dan komunikasi.

Restiviana (2008) dengan judul “Analisis Perekonomian Wilayah Kabupaten Banyuwangi 2003-2006” menggunakan analisis Shift Share dan Location Quotient. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sektor perekonomian Kabupaten Banyuwangi yang menunjukkan pertumbuhan terbesar pada periode 2003-2006 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor transportasi dan komunikasi, sektor bangunan serta sektor listrik, gas dan air bersih. Sedangkan sektor perekonomian yang memiliki tingkat pertumbuhan terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini disebabkan karena mata pencaharian masyarakat Kabupaten Banyuwangi tidak didominasi oleh kegiatan produksi di sektor tersebut, melainkan di sektor pertanian. Berdasarkan analisis LQ, didapat


(51)

26

bahwa di Kabupaten Banyuwangi terdapat 3 sektor unggulan yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

2.6. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang tidak terlepas dari adanya sektor-sektor ekonomi unggulan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Tangerang. Sektor-sektor unggulan tersebut apabila terus dikembangkan, akan membantu meningkatkan perekonomian wilayah Kabupaten Tangerang. Selanjutnya, sektor-sektor unggulan tersebut akan mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan ekonomi yang berasal dari perubahan PDRB menurut 9 sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha ini dianalisis dengan menggunakan metode Location Quotien (LQ) dan analisis Shift Share.

Metode LQ digunakan untuk menentukan sektor-sektor unggulan, sedangkan analisis shift share digunakan untuk mengetahui gambaran pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor unggulan tersebut. Selanjutnya, pemerintah Kabupaten Tangerang harus merumuskan kebijakan untuk memprioritaskan sektor-sektor unggulan yang sangat potensial untuk dikembangkan sehingga pada akhirnya akan menciptakan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang yang berkelanjutan. Secara skematis, kerangka pemikiran dapat dijelaskan pada gambar 2.3.


(52)

27

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Operasional

9 sektor perekonomian menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000

Pendekatan Location Quotient Analisis Shift Share Sektor-sektor unggulan

PDRB Kabupaten Tangerang periode 2003-2007

Rumusan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Tangerang


(53)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Analisis mengenai sektor-sektor unggulan dilaksanakan di Kabupaten Tangerang pada bulan April sampai Juni 2009. Kabupaten Tangerang dijadikan objek penelitian karena letak wilayahnya yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, menjadikan wilayah ini mempunyai peran dan posisi yang strategis sebagai daerah penyangga dan penyeimbang Kota Jakarta, sehingga dibutuhkan penelitian mengenai sektor-sektor unggulan di Kabupaten Tangerang.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder, yaitu data PDRB sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Kabupaten Tangerang dari tahun 2003 sampai tahun 2007 dan data PDRB sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Provinsi Banten periode 2003-2007. Data ini diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Tangerang, BPS Provinsi Banten, BPS pusat, BAPPEDA Kabupaten Tangerang, berbagai literatur, internet, dan sumber-sumber lainnya.

Penulis menggunakan data tahun 2003 sampai tahun 2007 karena kondisi perekonomian di Kabupaten Tangerang dapat dilihat dalam jangka waktu relatif 5 tahun. Selain itu juga karena Kabupaten Tangerang mengalami pemekaran wilayah dan telah mengalami pertumbuhan yang baik sejak tahun 2003 dan pada


(54)

29

tahun 2005 perekonomian Kabupaten Tangerang mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir, yaitu sebesar 7,32 persen walaupun mengalami penurunan kembali pada tahun berikutnya. Selama kurun waktu tersebut, PDRB Kabupaten Tangerang juga menunjukkan trend yang meningkat.

3.3. Metode Analisis Data

3.3.1. Analisis LQ (Location Quotient)

Dalam analisis ini dilakukan perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan total semua sektor di daerah atasnya. Rumus LQ dapat dituliskan :

LQ =

a ia

b ib

S S

S S

/ /

Keterangan:

Sib = Pendapatan sektor i pada daerah bawah (Kabupaten Tangerang)

Sb = Pendapatan total semua sektor daerah bawah (Kabupaten Tangerang)

Sia = Pendapatan sektor i pada daerah atas (Propinsi Banten)

Sa = Pendapatan total semua sektor daerah atas (Propinsi Banten)

Jika nilai LQ > 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor unggulan, artinya peranan suatu sektor dalam perekonomian Kabupaten Tangerang lebih besar dari pada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Banten.


(55)

30

Sebaliknya, apabila nilai LQ < 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor non-unggulan, artinya peranan suatu sektor dalam perekonomian Kabupaten Tangerang lebih kecil dari pada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Banten.

3.3.2. Analisis S-S (Shift Share)

Dalam menggunakan analisis Shift Share, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :

1. Menentukan wilayah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, wilayah yang akan dianalisis adalah wilayah Kabupaten Tangerang.

2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Indikator kegiatan ekonomi yang digunakan di sini adalah pendapatan yang dicerminkan dari nilai PDRB Kabupaten Tangerang dan PDRB Propinsi Banten. Sedangkan periode analisis yang digunakan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.

3. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis. Sektor ekonomi yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sektor ekonomi berdasarkan lapangan usaha yang terdiri dari 9 sektor, yaitu : sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan/ konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa.


(56)

31

4. Menghitung perubahan indikator kegiatan ekonomi, dengan menghitung persentase perubahan PDRB :

% ∆Yij = [(Y'ij – Yij)/ Yij] • 100%

Keterangan:

∆Yij = perubahan pendapatan sektor i pada wilayah j

Yij = pendapatan dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis

Y'ij = pendapatan dari sektor i pada wilayah j pada tahun akhir analisis

5. Menghitung Rasio indikator kegiatan ekonomi yang terdiri dari: a) ri

ri = (Y'ij – Yij)/ Yij ; dengan ri adalah rasio pendapatan sektor i pada

wilayah j. b) Ri

Ri = (Y'i - Yi)/ Yi ; dengan Ri adalah rasio pendapatan (propinsi) dari

sektor i, Y'i adalah pendapatan (propinsi) dari sektor i pada tahun akhir

analisis, dan Yi adalah pendapatan (propinsi) dari sektor i pada tahun

dasar analisis. c) Ra

Ra = (Y'..-Y..) / Y.. ; dengan Ra adalah rasio pendapatan (propinsi), Y'..adalah pendapatan (propinsi) pada tahun akhir analisis, dan Y..adalah pendapatan (propinsi) pada tahun dasar analisis.


(57)

32

6. Menghitung Komponen Pertumbuhan Wilayah a) Komponen Pertumbuhan Regional (PR)

PRij = (Ra)Yij Keterangan:

PRij = komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah j

Yij = pendapatan dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis

b) Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)

PPij = (Ri-Ra)Yij ; di mana PPij adalah komponen pertumbuhan

proporsional sektor i untuk wilayah j. Apabila:

PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya

lambat.

PPij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya

cepat.

c) Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

PPWij = (ri-Ri)Yij ; di mana PPWij adalah komponen pertumbuhan

pangsa wilayah sektor i untuk wilayah j. Apabila:

PPWij > 0, berarti sektor i pada wilayah j mempunyai daya saing yang

baik dibandingkan dengan wilayah lainnya.

PPWij < 0, berarti sektor i pada wilayah j tidak dapat bersaing dengan


(58)

33

d) Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dapat dirumuskan : %PNij = (PNij) / Yij * 100%

%PPij = (PPij) / Yij * 100%

%PPWij = (PPWij) / Yij * 100%

3.4. Definisi Operasional

3.4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Dalam penelitian ini, tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2000. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (BPS Kabupaten Tangerang, 2007).


(59)

34

Untuk menghitung PDRB, ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu :

a. Pendekatan Produksi, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor), yaitu: Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Bersih; Bangunan; Perdagangan, Hotel dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan Jasa-jasa.

b. Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji (balas jasa tenaga kerja), sewa tanah (balas jasa tanah), bunga modal (balas jasa modal) dan keuntungan (balas jasa kewiraswastaan/entrepreneurship).

c. Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor).


(60)

35

3.4.2. Manfaat Data PDRB

Kegunaan yang dapat diperoleh dari data ini antara lain :

1. PDRB atas dasar harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah sekaligus menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu daerah.

2. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.

3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu daerah. 4. PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk barang

dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar negeri.

5. PDRB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.

6. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk.

7. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu daerah.


(61)

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN TANGERANG

4.1. Kondisi Wilayah

Kabupaten Tangerang terletak dibagian timur Propinsi Banten pada koordinat 106020’ -106043’ Bujur Timur dan 6000’ - 6020’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 1.110,38 km2 atau 12,62 persen dari luas wilayah Propinsi Banten. Secara geografis wilayah ini berada di bagian timur Propinsi Banten dengan batas-batas:

- Sebelah Utara dengan Laut Jawa

- Sebelah Timur dengan Propinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang - Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok - Sebelah Barat dengan Kabupaten Serang dan Lebak.

Kabupaten Tangerang memiliki topografi yang relatif datar yang secara garis besar terdiri dari dua bagian, yaitu :

- Dataran rendah di bagian utara dengan ketinggian berkisar antara 0-25 meter diatas permukaan laut, yaitu kecamatan Teluknaga, Mauk, Sukadiri, Kresek, Kemiri, Kronjo, Pasar Kemis dan Sepatan.

- Dataran tinggi di bagian tengah ke arah selatan dengan ketinggian lebih dari 25 meter di atas permukaan laut.

Wilayah pemerintahan Kabupaten Tangerang secara administratif terdiri dari 36 (tiga puluh enam) kecamatan, 220 desa dan 108 kelurahan pada tahun 2007. Bagian utara wilayah Kabupaten Tangerang digunakan untuk pertanian tanaman lahan basah dan pengembangan perikanan tambak, walaupun lahan ini


(62)

37

kurang sesuai untuk pertanian lahan basah maupun kering, namun saat ini telah diatasi dengan sistem irigasi dan pompanisasi. Bagian barat wilayah Kabupaten Tangerang sesuai untuk pertanian lahan kering, sedangkan untuk sebagian besar bagian timur wilayah Kabupaten Tangerang kurang sesuai baik untuk pertanian tanaman lahan kering maupun lahan basah.

Pada tahun 2003, penduduk Kabupaten Tangerang berjumlah 3.195.737 jiwa dan pada tahun 2007 menjadi 3.502.226 jiwa atau mengalami laju pertumbuhan yang cukup pesat sekitar 2,44 persen pertahun dalm kurun 3 tahun terakhir. Kecenderungan penduduk yang terus bertambah dari tahun ke tahun di Kabupaten Tangerang selain disebabkan oleh faktor pertumbuhan penduduk secara alamiah juga tidak terlepas dari kecenderungan migran masuk yang disebabkan oleh daya tarik Kabupaten Tangerang yang merupakan daerah tujuan pencari kerja dengan adanya sentra-sentra industri, perdagangan maupun jasa.

Rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kabupaten Tangerang tahun 2007 adalah 103,47 artinya komposisi penduduk laki-laki lebih banyak disbanding penduduk perempuan. Kecenderungan sex rasio diatas 100 dimungkinkan dengan banyaknya pendatang yang terserap di lapangan pekerjaan khususnya sektor industri dan perdagangan/jasa masih didominasi dari kalangan laki-laki.

Jika dilihat dari umur, persentase terbesar penduduk Kabupaten Tangerang tahun 2007 adalah pada kelompok 15-64 tahun yaitu sekitar 66,82 persen, sedangkan kelompok umur 0-14 tahun sekitar 30,58 persen dan kelompok umur 65 tahun keatas berjumlah 2,60 persen. Komposisi jumlah penduduk menurut kelompok umur tersebut menunjukkan bahwa rasio ketergantungan penduduk di


(63)

38

Kabupaten Tangerang sekitar 50,29 atau dengan kata lain dari 100 usia produktif menanggung 50,29 penduduk tidak produktif.

4.2. Perekonomian

4.2.1. Perekonomian Makro

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting bagi pembangunan ekonomi daerah yang pada akhirnya dapat mengurangi angka pengangguran sehingga dapat berdampak memperkecil tingkat kemiskinan pada masyarakat. Indikator ketenagakerjaan yang dapat memberikan gambaran tentang seberapa besar keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi produktif adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK merupakan persentase penduduk (10 tahun ke atas) yang tergolong angkatan kerja.

Tabel 4.1. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama di Kabupaten Tangerang Tahun 2007

Kegiatan Utama Laki-laki Perempuan Total

Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran 69,39 11,86 34,99 7,16 52,56 9,56 Bukan Angkatan Kerja

Sekolah

Mengurus rumah tangga Lainnya 10,73 1,66 6,36 7,77 45,80 4,28 9,28 23,25 5,34 Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, 2007.

TPAK Kabupaten Tangerang tahun 2007 sebesar 61,68 persen yang berarti sekitar 62,12 persen penduduk usia 10 tahun ke atas melakukan aktivitas bekerja dan mencari pekerjaan atau yang tergolong dalam angkatan kerja sehingga


(64)

39

terdapat 37,88 persen dari jumlah penduduk yang berusia 10 tahun ke atas yang bukan tergolong dalam Bukan Angkatan Kerja, seperti bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.

Dari 2.440.515 penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Tangerang, 52,56 persen diantaranya adalah penduduk yang bekerja dan 9,56 persen diantaranya adalah pengangguran. Sedangkan sisanya (37,88 persen) adalah bukan termasuk angkatan kerja seperti sedang sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.

Tabel 4.2. Persenatse Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin Tahun 2007

Sumber: BPS Kabupaten Tangerang, 2007.

Seiring dengan pengaruh letak geografis Kabupaten Tangerang yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta sehingga sebagai daerah penyangga ibukota peranan sektor industri, perdagangan dan jasa cenderung mengalami peningkatan. Pada Tabel 4.2, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan

Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Total

Pertanian 10,77 4,86 8,84

Pertambangan dan Penggalian 0,80 - 0,54

Industri 21,18 35,23 25,75

Listrik, gas dan air bersih 0,10 - 0,07

Bangunan 6,55 1,12 4,78

Perdagangan, hotel dan restoran

30,47 32,27 31,06

Angkutan dan komunikasi 12,45 1,95 9,03

Jasa perusahaan 3,60 1,73 2,99

Jasa sosial masyarakat 14,08 22,85 16,94


(1)

Lampiran 6. Perubahan PDRB Provinsi Banten Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2003 dan 2007 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha PDRB 2003 PDRB 2007 ∆ PDRB Persen

Pertanian 4.830.174,86 5.242.350,50 412.175,64 8,53

Pertambangan & Penggalian 53.995,50 69.292,80 15.297,30 28,33

Industri Pengolahan 26.581.072,40 31.496.751,70 4.915.679,30 18,49

Listrik, Gas & Air Bersih 2.280.105,26 2.629.581,30 349.476,04 15,33

Konstruksi 1.315.407,97 1.880.273,9 564.865,93 42,94

Perdagangan, Hotel & Restoran 9.251.915,75 12.800.800,90 3.548.885,15 38,36

Pengangkutan & Komunikasi 4.140.738,07 5.780.569,90 1.639.831,83 39,60

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.283.410,55 2.138.061,80 854,651,25 66,59

Jasa-Jasa 2.220.637,38 3.009.098,00 788.460,62 35,50

Total PDB 51.957.457,73 65.046.775,80 13.089.323,06 25,19


(2)

Lampiran 7. Rasio PDRB Kabupaten Tangerang dan Provinsi Banten (Nilai Ra, Ri dan ri)

Lapangan Usaha Ra Ri ri

Pertanian 0,25 0,08 2,12

Pertambangan & Penggalian 0,25 0,28 1,14

Industri Pengolahan 0,25 0,18 2,84

Listrik, Air & Gas Bersih 0,25 0,15 3,81

Bangunan/Konstruksi 0,25 0,43 3,20

Perdagangan, Hotel & Restoran 0,25 0,38 3,29

Pengangkutan & Komunikasi 0,25 0,40 3,50

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,25 0,66 2,16

Jasa-Jasa 0,25 0,36 2,49


(3)

Lampiran 8. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tangerang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun 2003-2007 (PRij=[Ra]Yij)

Lapangan Usaha PRij

(Juta Rupiah)

PRij

(Persen)

Pertanian 131.189,50 25

Pertambangan & Penggalian 1.772,75 25

Industri Pengolahan 647.006,50 25

Listrik, Gas & Air Bersih 75.582,00 25

Konstruksi 23.003,75 25

Perdagangan, Hotel & Restoran 145.894,75 25

Pengangkutan & Komunikasi 78.366,00 25

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 42.563,75 25

Jasa-Jasa 64.993,25 25

Total 1.210.372,30 25


(4)

Lampiran 9. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tangerang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional, Tahun 2003-2007 (PPij=[Ri-Ra]*Yij)

Lapangan Usaha PPij

(Juta Rupiah)

PPij

(Persen)

Pertanian -89.208,86 -17

Pertambangan & Penggalian 212,73 3

Industri Pengolahan -181.161,82 -7

Listrik, Gas & Air Bersih -30.232,80 -10

Konstruksi 16.562,70 18

Perdagangan, Hotel & Restoran 75.865,27 13

Pengangkutan & Komunikasi 47.019,60 15

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 69.804,55 41

Jasa-Jasa 28.597,03 11


(5)

Lampiran 10. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tangerang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 2003-2007 (PPWij = [ri-Ri]*Yij)

Lapangan Usaha PPWij

(Juta Rupiah)

PPWij

(Persen)

Pertanian 1.070.506,30 204

Pertambangan & Penggalian 6.098,26 86

Industri Pengolahan 6.884.149,20 266

Listrik, Gas & Air bersih 1.106.520,50 366

Konstruksi 254.881,55 277

Perdagangan, Hotel & Restoran 1.698.214,90 291

Pengangkutan & Komunikasi 971.738,40 310

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 255.382,50 150

Jasa-Jasa 553.742,49 213

Total 12.801.234,00 264


(6)

Lampiran 11. Persentase Nilai PP dan PPW di Kabupaten Tangerang

Lapangan Usaha % PP % PPW

Pertanian -17 204

Pertambangan & Penggalian 3 86

Industri Pengolahan -7 266

Listrik, Gas & Air bersih -10 366

Konstruksi 18 277

Perdagangan, Hotel & Restoran 13 291

Pengangkutan & Komunikasi 15 310

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 41 150