Pengujian repelensi dari empat jenis tanaman terhadap Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.)

PENGUJIAN REPELENSI DARI EMPAT JENIS TANAMAN
TERHADAP TIKUS RUMAH
(Rattus rattus diardii L.)

TIKA SRI AMELIA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Repelensi
dari Empat Jenis Tanaman terhadap Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.) adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Tika Sri Amelia
NIM A34110021

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
TIKA SRI AMELIA. Pengujian Repelensi dari Empat Jenis Tanaman terhadap
Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.). Dibimbing oleh SWASTIKO
PRIYAMBODO.

Tikus rumah merupakan salah satu hama yang dapat menyebabkan kerugian
produk pertanian dan permukiman. Salah satu alternatif pengendalian tikus yaitu
dengan menggunakan beberapa bagian dari tanaman tertentu yang dapat
digunakan sebagai repelen. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas
dari empat jenis tanaman sebagai repelen tikus rumah. Empat jenis tanaman
tersebut adalah mengkudu (Morinda citrifolia L.), sirsak (Annona muricata

L.), berenuk (Crescentia cujete L.), dan bintaro (Cerbera manghas Gaertn.).
Metode penelitian ini terdiri dari tiga percobaan. Uji konsentrasi (b/v)
menunjukkan konsentrasi yang efektif adalah 30% untuk buah berenuk, buah
bintaro, daun sirsak dan 75% untuk buah mengkudu. Rata-rata konsumsi semakin
menurun dengan peningkatan konsentrasi. Uji efektivitas empat jenis tanaman
(multiple choice test) yaitu buah berenuk 30%, buah bintaro 30%, daun sirsak
30%, dan buah mengkudu 75% memiliki tingkat efektivitas yang sama satu sama
lain. Uji efektivitas empat jenis tanaman dibandingkan dengan racun akut seng
fosfida (bi-choice test) menunjukkan keempat jenis tanaman memiliki tingkat
efektivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan racun akut seng fosfida.
Tingkat repelensi dari keempat jenis tanaman tersebut lebih dari 64.23%,
meskipun demikian masih diperlukan pengujian lanjutan di permukiman dan di
tempat penyimpanan.
Kata kunci: alternatif pengendalian, konsentrasi, repelen, tanaman, tikus rumah

ABSTRACT
TIKA SRI AMELIA. Repelence Trial of Four Plants to Roof Rat (Rattus
rattus diardii L.). Supervised by SWASTIKO PRIYAMBODO.

Roof rat is one of the pests causing loss to agricultural product and settlements.

One of the alternative control to roof rat is using some parts of certain plants as
botanical repellent. The objectives of this research is to understand the
effectiveness of four various plant as roof rat repellent. Plants that can be used as
repellent are noni fruit (Morinda citrifolia L.), soursop (Annona muricata L.),
calabash tree (Crescentia cujete L.), and sea mango (Cerbera manghas Gaertn.).
The method consist of three trials. Concentrations test (w/v) showed effective
concentration are 30% for calabash tree, sea mango, soursop, and 75% for the
noni fruit. The average consumption are decreasing with the increasing of
concentration. Effectiveness test on four various plant, soursop 30%, sea mango
30%, calabash tree 30%, and noni fruit 75% showed the same effectivity level.
The effectiveness of four various plant is lower than zinc phosphide in bait.
Repelence level of four various plant is more than 64.23%, field testing needs to
be conducted both in settlement and storage.
Keywords: alternative control, concentration, plant, repellent, roof rat

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

PENGUJIAN REPELENSI DARI EMPAT JENIS TANAMAN
TERHADAP TIKUS RUMAH
(Rattus rattus diardii L.)

TIKA SRI AMELIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji syukur penuls panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa yang telah
memberikan kekuatan, rahmat dan karunia-Nya, shingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pengujian Repelensi dari Empat jenis
Tanaman terhadap Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.)”, sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih diberikan kepada Dr Ir Swastiko Priyambodo, MSi
selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan saran
untuk pelaksanaan penelitian. Dr Ir Gede Suastika, MSc selaku dosen penguji
tamu yang telah memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan
skripsi. Dr Ir Ali Nurmansyah, MSi selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi selama menjalankan pendidikan di IPB. Pak Ahmad Soban
selaku laboran yang telah banyak membantu penulis selama melakukan
penelitian. Keluarga tercinta ibu, ayah, adik, beserta keluarga yang lainnya untuk

kasih sayang, dukungan, serta doa yang selalu diberikan. Teman-teman
laboratorium Vertebrata Hama (Fatma, Mutia, Kak Ari) atas bantuan dan
motivasi yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian serta temanteman PTN 48 yang telah memberikan semangat dan motivasi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015
Tika Sri Amelia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian

2
Manfaat Penelitian
2
BAHAN DAN METODE
3
Waktu dan Tempat Penelitian
3
Bahan dan Alat
3
Metode Penelitian
3
Persiapan Hewan Uji
3
Persiapan Bahan Repelen
3
Persiapan Arena
4
Perlakuan
4
Peubah yang Diamati

5
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Pengujian Repelensi Empat Jenis Tanaman pada Konsentrasi yang
Berbeda
6
Peluang Tikus Masuk ke Dalam Nampan Perlakuan
7
Tingkat Repelensi dari Empat Jenis Tanaman
7
Pengujian Multiple Choice pada Empat Jenis Tanaman
8
Pengujian Bi-choice Empat Jenis Tanaman dengan Racun Seng Fosfida
9
Peluang Tikus Masuk ke Dalam Nampan Perlakuan pada Pengujian Empat
Jenis Tanaman dengan Seng Fosfida
9
Pengaruh Konsumsi terhadap Bobot Tikus Sebelum dan Setelah

Perlakuan
10
SIMPULAN
12
Simpulan
12
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
14
RIWAYAT HIDUP
16

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

5
6

Konsumsi tikus rumah pada pengujian empat jenis tanaman
dengan konsentrasi yang berbeda
Peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan
Tingkat repelensi (TR) dari empat jenis tanaman pada pengujian pertama
Konsumsi dan Peluang tikus masuk nampan pada pengujian empat
jenis tanaman dengan konsentrasi paling efektif
Konsumsi tikus pada pengujian empat jenis tanaman dengan seng fosfida
Peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan pada pengujian
dengan seng fosfida

6
7
8
8
9
10


DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Tikus rumah (R. rattus diardii)
Bahan repelen yang digunakan pada pengujian (a) buah berenuk
(b) buah bintaro (c) buah mengkudu (d) daun sirsak
Kandang tikus sebagai arena pengujian
Pengaruh konsumsi gabah pada empat perlakuan repelen terhadap
bobot tikus sebelum ( ) dan setelah ( ) perlakuan pada tahap pertama
Pengaruh konsumsi gabah pada pengujian tahap kedua dan ketiga
terhadap bobot tikus sebelum ( ) dan setelah ( ) perlakuan

3
4
4
10
11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi buah berenuk
Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi buah bintaro
Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi buah mengkudu
Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi daun sirsak
Hasil analisis ragam pengujian multiple choice
Hasil analisis ragam pengujian bi-choice buah berenuk dengan seng
fosfida
Hasil analisis ragam pengujian bi-choice buah bintaro dengan seng
fosfida
Hasil analisis ragam pengujian bi-choice buah mengkudu dengan
seng fosfida
Hasil analisis ragam pengujian bi-choice daun sirsak dengan seng fosfida

14
14
14
14
14
14
15
15
15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hama permukiman adalah semua organisme pengganggu yang berada dalam
lingkungan manusia. Kerusakan yang ditimbulkan dapat merugikan pada bidang
kesehatan, ekonomi, dan pertanian. Hama permukiman berasal dari golongan
arthropoda seperti nyamuk, tungau, lalat, lipas, semut, pinjal, rayap, kutu, kutu
busuk, caplak, dan dari golongan mamalia yaitu tikus (Sigit et al 2006). Tikus
merupakan hewan liar termasuk Ordo Rodentia (hewan pengerat), Kelas Mamalia
(hewan menyusui) yang dikenal sebagai hewan pengganggu dalam kehidupan
manusia. Hewan ini bersifat omnivora dan menjadi hama karena sering
menimbulkan kerusakan dan kerugian dalam kehidupan manusia (Meehan 1984).
Tikus yang sering ditemui pada habitat permukiman, pekarangan, dan
gudang adalah Rattus rattus, R. norvegicus dan Mus musculus. Ketiga spesies
tikus disebut sebagai rodens komensal (commensal rodents) yaitu hewan liar
yang sudah beradaptasi dengan baik terhadap aktivitas manusia, serta
menggantungkan hidupnya (pakan dan tempat tinggal) pada kehidupan manusia
(Priyambodo 2003). Menurut Priyambodo (2006) kerugian yang ditimbulkan oleh
keberadaan tikus rumah di permukiman adalah kerusakan pada bangunan rumah,
kantor, gudang, dan pabrik, serta berkurangnya simpanan bahan makanan di
rumah dan gudang makanan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus jauh lebih
besar daripada yang dikonsumsinya, karena cara makan tikus yang sedikit demi
sedikit pada beberapa bagian makanan. Kontaminasi pada bahan makanan oleh
rambut, feses, urin menjadi vektor berbagai patogen penyebab penyakit yang
dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi dalam kehidupan manusia.
Pengendalian tikus rumah dapat dilakukan dengan cara sanitasi,
pemasangan penghalang, pemasangan perangkap, pengusiran dengan gelombang
elektromagnetik, pengumpanan beracun, dan fumigasi (Priyambodo 2006).
Menurut Natawigena et al (2003) penggunaan bahan kimia secara terus menerus
untuk mengendalikan berbagai hama dan penyakit telah menimbulkan berbagai
masalah baru, terutama bagi lingkungan. Penggunaan racun tikus di tempattempat penyimpanan atau di rumah memiliki resiko yang lebih besar, karena
substansi racun memiliki kemungkinan yang besar kontak dengan manusia, hewan
peliharaan, dan ternak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Saat ini, pengendalian tikus rumah masih banyak menggunakan bahan kimia,
oleh sebab itu perlu dilakukan pengendalian alternatif. Indera penciuman tikus
yang tajam dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk menarik atau mengusir tikus
dari suatu tempat. Penggunaan repelen nabati merupakan salah satu pengendalian
alternatif dengan memanfaatkan indera penciuman tikus. Menurut Purwanto
(2009), tiga jenis tanaman rempah yang dapat digunakan sebagai repelen terhadap
tiku rumah. Namun masih banyak jenis tanaman lain yang memiliki kemungkinan
dapat dijadikan bahan repelen, seperti buah berenuk (Crescentia cujete L.), buah
bintaro (Cerbera manghas Gaertn.), buah mengkudu (Morinda citrifolia L.), dan
daun sirsak (Annona muricata L.).
Berenuk merupakan tanaman pelindung dari Famili Bignoniaceae, Genus
Crescentia. Tanaman ini dapat digunakan sebagai pestisida nabati seperti buah

2
berenuk yang dapat dijadikan insektisida. Selain itu buah berenuk yang memiliki
bau menyengat dapat dimanfaatkan sebagai repelen terhadap tikus (Yani 2011).
Menurut Utami, Syaufina, Haneda (2010), bintaro (C. manghas) merupakan
tanaman berbentuk pohon dengan tinggi dapat mencapai 20 m. Tanaman ini
banyak tumbuh di pantai, khususnya di tanah berlumpur atau berpasir. Tanaman
ini dimanfaatkan sebagai insektisida nabati. Buah bintaro, terutama bijinya,
mengandung carberin yang bersifat racun terhadap hewan dan manusia.
Menurut Hariana (2007), buah mengkudu (M. Citrifolia) memiliki manfaat
seperti menghilangkan hawa lembab pada tubuh, meningkatkan kekuatan tulang,
membersihkan darah, dan dapat digunakan sebagai obat penyakit lain. Selain itu
buah mengkudu juga dapat digunakan sebagai repelen untuk mengusir tikus.
Sirsak (A. muricata L.) merupakan salah satu tanaman buah yang berasal
dari Karibia, Amerika Tengah dan Selatan. Rasa buah sirsak manis agak asam
sehingga sering dipakai sebagai bahan jus buah. Daging buah kaya serat, dan daun
dapat digunakan sebagai pengusir rayap (Hermawan dan Laksono 2013).
Seng fosfida adalah rodentisida akut yang sangat ampuh dan pertama kali
terdaftar pada tahun 1947 (Williams 2011). Menurut Priyambodo (2006), Bahan
yang berbentuk tepung, berwarna abu-abu hingga kehitam-hitaman, dan berbau
bawang putih menarik bagi tikus dan mencit, tetapi tidak bagi manusia dan hewan
peliharaan. Tikus atau mencit yang memakan bahan ini akan mati dalam waktu
beberapa menit sampai beberapa jam. Konsumsi dosis sub letal dapat
menyebabkan tikus jera umpan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi yang efektif dari
empat jenis tanaman yaitu buah berenuk (Crescentia cujete L.), buah bintaro
(Cerbera manghas Gaertn.), buah mengkudu (Morinda citrifolia L.), dan daun
sirsak (Annona muricata L.) sebagai bahan repelen terhadap tikus rumah. Selain
itu, untuk mengetahui tanaman yang paling efektif dari konsentrasi yang efektif
pada pengujian sebelumnya, serta mengetahui keefektifan empat jenis tanaman
dibandingkan dengan umpan beracun seng fosfida.
Manfaat Penelitian
Bahan tanaman dengan konsentrasi yang paling efektif dapat dijadikan
penolak (repelen) tikus sebagai alternatif pengendalian tikus rumah yang dapat
dibuat sendiri oleh masyarakat secara sederhana.

3

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai Desember 2014.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah tikus rumah, buah berenuk, buah bintaro,
buah mengkudu, daun sirsak, gabah, rodentisida seng fosfida, minyak nabati, dan
air. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus, blender,
timbangan elektronik, mangkok kecil, nampan plastik, gelas ukur, kuas, masker,
sarung tangan plastik, dan label.
Metode Penelitian
Penelitian ini meliputi tujuh kegiatan, yaitu (1) persiapan hewan uji, (2)
persiapan bahan repelen, (3) persiapan arena, (4) perlakuan, yaitu pengujian empat
jenis tanaman pada tingkat konsentrasi yang berbeda-beda, (5) pengujian empat
jenis tanaman dengan konsentrasi yang paling efektif, (6) pengujian repelen
dengan konsentrasi yang paling efektif dibandingkan dengan racun seng fosfida,
dan (7) analisis data.
Persiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus rumah yang
didapatkan dari hasil tangkapan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Tikus yang digunakan berjenis kelamin jantan dan betina, dewasa, sehat,
dan tidak bunting. Bobot tubuh tikus dengan kisaran 70 sampai 150 g. Tikus uji
yang berhasil ditangkap diadaptasikan terlebih dahulu dalam kurungan di
Laboratorium Vertebrata Hama dan diberi pakan gabah serta air minum.

Gambar 1 Tikus rumah (R. rattus diardii)
Persiapan Bahan Repelen
Bahan uji yang digunakan sebagai repelen adalah buah berenuk, buah
bintaro, buah mengkudu yang didapat dari Kecamatan Malingping, Kabupaten
Lebak, Banten, serta daun sirsak yang didapat dari Kabupaten Bogor. Bahan
repelen dibuat dengan cara menghaluskan bahan-bahan yang digunakan dengan
blender. Pada setiap perlakuan, bahan uji dan air dicampur sesuai dengan

4
konsentrasi pada perlakuan, yaitu untuk buah mengkudu digunakan konsentrasi 0,
25, 50, 75%. Konsentrasi yang digunakan untuk buah berenuk, buah bintaro, dan
daun sirsak adalah 0, 10, 20, 30%. Hasil penghancuran dituang ke dalam mangkuk
kecil sebanyak 20 g untuk masing-masing perlakuan serta dioleskan pada bagian
dalam nampan plastik untuk setiap perlakuan sesuai dengan konsentrasi.

a

b

c

d

Gambar 2 Bahan repelen yang digunakan pada pengujian (a) buah berenuk (b)
buah bintaro (c) buah mengkudu (d) daun sirsak
Persiapan Arena
Arena yang digunakan dalam pengujian yaitu kandang tikus yang terbuat
dari ram kawat dan kayu berukuran 100 x 100 x 100 cm. Kandang berisi mangkuk
kecil berisi perlakuan dan pakan, nampan kurungan, dan bumbung bambu untuk
tempat bersembunyi tikus.

Gambar 3 Kandang tikus sebagai arena pengujian
Perlakuan
Percobaan tahap pertama yaitu melakukan pengujian konsentrasi bahan
repelen yang paling efektif untuk tikus. Bahan repelen yang digunakan adalah
buah berenuk, dan buah bintaro, buah mengkudu, daun sirsak. Perlakuan ini untuk
menentukan konsentrasi yang efektif dalam satu kandang pada tiap-tiap jenis
tanaman. Dalam pengujian ini bahan repelen dengan tiga konsentrasi yang
berbeda dibandingkan dengan kontrol. Bahan repelen diletakkan di depan gabah
sebagai pakan tikus uji masing-masing sebanyak 20 g kemudian ditutup dengan
nampan plastik untuk menghindari bias bau. Posisi nampan perlakuan diacak
setiap hari selama lima hari pengamatan. Tikus uji ditimbang bobot awal dan
akhir. Pada pengujian setiap jenis tanaman dilakukan tujuh ulangan.
Percobaan tahap kedua yaitu pengujian keempat bahan repelen dengan
metode banyak pilihan (multiple choice test) setelah didapat konsentrasi masingmasing bahan repelen yang paling efektif untuk mengusir tikus rumah. Pengujian
ini membandingkan keempat bahan repelen pada konsentrasi yang paling efektif

5
dari pengujian sebelumnya dalam satu arena. Tikus uji ditimbang bobot awal dan
akhir serta pengujian dilakukan tujuh ulangan.
Percobaan tahap ketiga yaitu pengujian dengan dua pilihan (bi-choice test)
menggunakan empat bahan repelen dengan tingkat repelensi tertinggi
dibandingkan dengan gabah yang mengandung 1% racun seng fosfida dengan
bahan tambahan minyak nabati. Tikus uji ditimbang bobot awal dan akhir. Pada
pengujian setiap jenis tanaman dilakukan tujuh ulangan.
Peubah yang Diamati
Pengamatan yang dilakukan pada percobaan ini adalah tingkat konsumsi
tikus rumah terhadap gabah selama lima hari berturut-turut, perubahan bobot tikus
pada awal dan akhir pengujian. Pengamatan dilakukan setiap hari selama lima hari,
kandang diperiksa dan gabah yang tercecer dibersihkan, serta dikembalikan ke
wadah umpan. Pada pengamatan hari ke-1 sampai hari ke-5 sisa gabah yang tidak
dikonsumsi ditimbang termasuk yang tercecer di bagian alas kandang. Selanjutnya
gabah dan bahan repelen diganti dengan yang baru untuk perlakuan yang sama.
Data konsumsi dikonversi ke 100 g bobot tubuh tikus. Perhitungan konversi
dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Konversi ke 100 g bobot tubuh = Konsumsi sebenarnya (g) x 100
Rerata bobot tikus (g)
Tingkat keefektifan repelen dapat dihitung dengan rumus : TR = K-P x 100%
K
TR = tingkat repelensi (%), K = konsumsi control (g), P = konsumsi perlakuan (g)
Peluang tikus masuk nampan perlakuan = Rerata konsumsi perlakuan (g) x 100%
∑ Rerata konsumsi perlakuan (g)
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Data yang diperoleh dikonversi ke 100 g bobot tikus menggunakan
perangkat lunak Microsoft Office Excell 2010. Analisis ragam dilakukan dengan
Statistical Analysis System (SAS) for Windows 9.1. Uji nilai tengah menggunakan
uji t dengan P = 0.05. Uji lanjutan dilakukan dengan menggunakan uji selang
berganda Duncan pada taraf α = 5%.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Repelensi Empat Jenis Tanaman pada Konsentrasi yang Berbeda
Pada pengujian buah berenuk, buah bintaro, buah mengkudu, dan daun
sirsak rata-rata konsumsi tikus menurun dengan peningkatan konsentrasi. Semua
konsentrasi yang diujikan berbeda nyata dengan kontrol (tanpa perlakuan
repelen). Sementara itu antar konsentrasi yang digunakan tidak berbeda nyata satu
sama lain. Artinya ketiga konsentrasi tersebut yaitu (10, 20, 30%) untuk buah
berenuk, buah bintaro, dan daun sirsak, sementara itu konsentrasi (25, 50, 75%)
untuk buah mengkudu memberikan pengaruh yang sama dalam mengusir tikus.
Berdasarkan rata-rata konsumsi, konsentrasi 30% adalah perlakuan yang paling
efektif untuk buah berenuk, buah bintaro, daun sirsak, dan 75% untuk buah
mengkudu (Tabel 1). Hal ini disebabkan kehadiran ekstrak kasar tanaman tersebut
memberikan pengaruh terhadap tikus. Bau menyengat yang timbul dari tanaman
tersebut membuat tikus cenderung menghindari nampan yang berisi perlakuan
repelen.
Perilaku tikus menghindari nampan perlakuan sejalan dengan pendapat
Priyambodo (2006), bahwa tikus memiliki indra penciuman yang berkembang
dengan sangat baik. Indera penciuman tikus yang sangat tajam dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk menarik atau mengusir tikus dari suatu tempat.
Salah satu contoh, untuk mengusir tikus dapat digunakan repelen yang terbuat dari
senyawa sintestis yang memiliki bau mirip dengan predatornya.
Tabel 1 Konsumsi tikus rumah pada pengujian empat jenis tanaman dengan
konsentrasi yang berbeda
Konsumsi tikus (Rata-rata ± SD, g)
Konsentrasi
Berenuk
Bintaro
Mengkudu
Sirsak
A
2.92 ± 1.54 a 3.32 ± 1.23 a 3.28 ± 1.49 a 3.28 ± 1.87 a
B
1.09 ± 1.04 b 0.99 ± 1.20 b 0.54 ± 0.46 b 0.68 ± 0.40 b
C
0.41 ± 0.19 b 0.57 ± 0.30 b 0.33 ± 0.15 b 0.45 ± 0.55 b
D
0.37 ± 0.33 b 0.50 ± 0.29 b 0.30 ± 0.26 b 0.36 ± 0.36 b
Ket: A, B, C, D : konsentrasi 0, 10, 20, 30% untuk buah berenuk, buah bintaro, dan daun sirsak
Konsentrasi 0, 25, 50, 75% untuk buah mengkudu
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
Duncan pada taraf 5%

Menurut penelitian Purwanto (2009), jenis tanaman rempah yang dapat
digunakan sebagai repelen terhadap tikus rumah adalah daun kemangi, bangle,
dan sereh. Tanaman rempah yang memiliki tingkat repelensi paling tinggi adalah
bangle dengan tingkat repelensi 61.62% karena memiliki bau yang menyengat.
Selain tiga jenis tanaman tersebut masih banyak jenis tanaman yang memiliki bau
menyengat yang dapat digunakan sebagai repelen tikus, seperti buah berenuk,
buah bintaro, buah mengkudu, dan daun sirsak.
Buah bintaro, terutama bijinya mengandung carberin yang bersifat racun
terhadap hewan dan manusia. Pada pengujian repelensi tikus tidak mengonsumsi
ekstrak biji bintaro yang beracun karena masih terdapat pakan yaitu gabah
sehingga tidak mengakibatkan kematian pada tikus.

7
Peluang Tikus Masuk ke Dalam Nampan Perlakuan
Peluang tikus untuk masuk ke dalam nampan yang telah diberikan beberapa
konsentrasi perlakuan dapat dihitung dari jumlah total rata-rata konsumsi tikus
sebagai pembagi dari rata-rata konsumsi masing-masing perlakuan. Dengan
asumsi bahwa tingkat konsumsi berhubungan positif dengan peluang untuk masuk
ke dalam nampan-nampan perlakuan, maka peluang tikus masuk ke dalam
kurungan semakin tinggi sejalan dengan penurunan konsentrasi setiap perlakuan.
Tikus merasa terusir atau tidak mau memasuki kurungan karena pengaruh bau
yang dihasilkan oleh bahan-bahan repelen ini. Tikus memiliki indera penciuman
yang tajam dan perilaku menghindari bau yang membahayakan dirinya. Perlakuan
dengan konsentrasi terendah memiliki persentase peluang tikus masuk ke dalam
nampan perlakuan yang tertinggi (Tabel 2).
Tabel 2 Peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan
Konsentrasi
A
B
C
D

Peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan (%)
Berenuk
Bintaro
Mengkudu
Sirsak
60.96
61.71
73.71
68.76
22.76
18.40
12.14
14.26
8.56
10.60
7.41
9.43
7.72
9.29
6.74
7.55

Ket: A, B, C, D : konsentrasi 0, 10, 20, 30% untuk buah berenuk, buah bintaro, dan daun sirsak.
Konsentrasi 0, 25, 50, 75% untuk buah mengkudu.

Tikus memiliki sifat mudah curiga atau berhati-hati terhadap setiap benda
yang ditemuinya, termasuk pakan. Namun akan menjadi terbiasa ketika sudah
diketahui tidak ada gangguan ataupun sesuatu yang membahayakan (Priyambodo
2006). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini, bahwa tikus masih tetap
memasuki nampan perlakuan yang berisi repelen dengan persentase peluang
masuknya tikus menurun sejalan dengan meningkatnya konsentrasi yang
digunakan. Berdasarkan persentase peluang tikus masuk ke dalam nampan
perlakuan, bahwa konsentrasi 30% untuk buah berenuk, buah bintaro, dan daun
sirsak serta 75% untuk buah mengkudu merupakan konsentrasi yang efektif dan
digunakan dipengujian selanjutnya.
Tingkat Repelensi dari Empat Jenis Tanaman
Pengujian empat jenis tanaman sebagai repelen terhadap tikus rumah
memiliki tingkat repelensi di atas 64.23% (Tabel 3). Menurut penelitian Safitri
(2006) dan Sinta (2006), tingkat repelensi yang paling tinggi dari tiga jenis
rempah (bawang putih, cabe rawit, dan merica) yang diuji adalah bawang putih
yaitu 64.75% terhadap tikus rumah dan 48.66% terhadap mencit. Berdasarkan
tabel 3 tingkat repelensi tiga dari empat jenis tanaman yang diuji pada percobaan
ini lebih tinggi dari bawang putih. Jenis tanaman yang memiliki tingkat repelensi
paling tinggi yaitu buah mengkudu (84.96%). Walau demikian empat jenis
tanaman tersebut belum dapat dikatakan sebagai repelen yang efektif karena
peluang tikus masuk nampan perlakuan masih tinggi. Ditambah dengan
kemungkinan bias bau masih ada sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan.

8
Tabel 3 Tingkat repelensi (TR) dari empat jenis tanaman pada pengujian pertama
Jenis
Konsentrasi
Tingkat repelensi
Nilai
Rata-rata TR
tanaman
(%)
(%)
Pr > F
(%)
10
24.43 a
Berenuk
20
81.57 a
0.0916
64.23
30
86.71 a
Bintaro

10
20
30

50.41 a
66.17 a
99.66 a

0.2073

72.08

Mengkudu

25
50
75

75.68 a
87.63 a
91.57 a

0.1793

84.96

Sirsak

10
20
30

84.91 a
76.30 a
87.83 a

0.3219

83.01

Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
Duncan pada taraf 5%

Pengujian Multiple Choice pada Empat Jenis Tanaman
Pada pengujian multiple choice dengan menggunakan empat jenis bahan
tanaman sebagai repelen terhadap tikus rumah menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata (Tabel 4). Hal ini karena rata-rata konsumsi tikus rumah relatif
sama satu sama lain. Dengan demikian keempat jenis tanaman tersebut
memberikan pengaruh yang sama dalam mengusir tikus. Pada tahap selanjutnya
adalah pengujian bi-choice antara repelen ini dengan gabah yang telah dicampur
racun seng fosfida. Berdasarkan Tabel 4, tikus rumah memiliki persentase yang
relatif sama untuk memasuki keempat nampan perlakuan.
Tabel 4 Konsumsi dan Peluang tikus masuk nampan pada pengujian empat jenis
tanaman dengan konsentrasi paling efektif
Konsumsi tikus
Peluang tikus masuk
Perlakuan
(Rata-rata ± SD, g)
nampan perlakuan (%)
22.67
Berenuk 30%
1.36 ± 0.81 a
25.00
Bintaro 30%
1.50 ± 0.93 a
29.00
Mengkudu 75%
1.74 ± 1.14 a
23.33
Sirsak 30%
1.40 ± 0.87 a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
Duncan pada taraf 5%

Pengaruh yang sama dari keempat jenis tanaman tersebut menunjukan
tingkat keefektifan yang sama satu sama lain. Hal ini karena keempat jenis
tanaman tersebut memiliki potensi sebagai insektisida nabati dengan kandungan
bahan aktif yang dimilikinya. Menurut Utami (2010), buah bintaro mengandung
racun carberan yang merupakan golongan alkaloid, ekstrak buah bintaro

9
mempengaruhi mortalitas dan perkembangan hama Eurema spp yang termasuk
Ordo Lepidoptera, Famili Piridae. Hal yang sama berlaku untuk ketiga jenis
tanaman lain yaitu buah berenuk, buah mengkudu, dan daun sirsak yang sudah
banyak dikenal sebagai insektisida nabati. Buah mengkudu yang mengandung
asam kaprik penyebab bau busuk (Hariana 2007). Namun dalam efektivitas
pengusiran tikus masih belum diketahui zat kimia yang berperan aktif dalam
mempengaruhi indera penciuman tikus.
Pengujian Bi-choice Empat Jenis Tanaman dengan Racun Seng Fosfida
Hasil yang diperoleh dari pengujian sebelumnya menunjukkan bahwa empat
jenis tanaman tersebut memiliki pengaruh yang sama dalam mengusir tikus
rumah, sehingga dalam pengujian lanjutan keempat tanaman tersebut
dibandingkan dengan gabah yang dicampur seng fosfida. Berdasarkan hasil uji t
(Tabel 5) menunjukkan nilai rata-rata konsumsi tikus terhadap gabah pada empat
jenis repelen tersebut lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan gabah yang
dicampur racun seng fosfida. Dengan demikian keberhasilan pengusiran empat
jenis bahan repelen tersebut masih lebih rendah dibandingan dengan racun seng
fosfida. Hal ini karena selain bersifat racun, seng fosfida juga bersifat sebagai
repelen yang memiliki bau menyengat. Menurut Chandra (2005) seng fosfida
efektif dalam mengusir tikus, karena bahan ini mengeluarkan bau bawang putih
yang bersifat repelen bagi manusia dan hewan peliharaan domestik.
Tabel 5 Konsumsi tikus pada pengujian empat jenis tanaman dengan seng fosfida
Jenis repelen
Buah Berenuk
Buah Bintaro
Buah Mengkudu
Daun sirsak

Rata-rata konsumsi tikus (g) ± SD
A
B
3.84 ± 1.50
0.05 ± 0.13
5.97 ± 1.41
0.04 ± 0.11
6.09 ± 2.26
0.07 ± 0.10
6.26 ± 2.73
0.13 ± 0.21

Pr > | t |1
< 0.0001
< 0.0001
< 0.0001
< 0.0001

Ket: A : Repelen dengan konsentrasi 30% untuk buah berenuk, buah bintaro, dan daun sirsak
Konsentrasi 75% untuk buah mengkudu B : Perlakuan untuk umpan beracun seng
1
Analisis konsumsi tikus terhadap empat jenis repelen dengan seng fosfida menggunakan uji t
dengan P = 0.05

Peluang Tikus Masuk ke Dalam Nampan Perlakuan pada Pengujian Empat
Jenis Tanaman dengan Seng Fosfida
Peluang tikus rumah masuk ke dalam nampan perlakuan repelen tanaman
lebih tinggi (Tabel 6) dibandingkan peluang tikus masuk ke dalam kurungan seng
fosfida. Dengan asumsi bahwa tingkat konsumsi berhubungan positif dengan
peluang untuk masuk ke dalam nampan-nampan perlakuan. Hal ini karena ekstrak
kasar empat jenis tanaman tersebut memiliki repelensi yang masih lebih rendah
dalam mengusir tikus dibandingkan dengan seng fosfida.

10
Tabel 6 Peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan pada pengujian dengan
seng fosfida
Konsentrasi

Peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan (%)
Berenuk

Bintaro

Mengkudu

Sirsak

A

98.71

99.31

98.86

97.97

B

1.29

0.69

1.14

2.03

Ket: A : Repelen dengan konsentrasi 30% untuk buah berenuk, buah bintaro, dan daun sirsak.
Konsentrasi 75% untuk buah mengkudu. B : Perlakuan untuk umpan beracun seng fosfida

Pengujian empat jenis tanaman dibandingkan dengan umpan beracun seng
fosfida bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara repelen nabati dan
repelen kimiawi yang juga bersifat racun. Namun hasil menunjukkan bahwa
peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan repelen nabati lebih besar
daripada umpan beracun seng fosfida. Tikus lebih memilih masuk ke dalam
perlakuan repelen nabati dan mengonsumsi pakan walaupun terdapat gangguan
yang berasal dari repelen nabati dibandingkan mengonsumsi umpan beracun seng
fosfida yang menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat.

Rerata bobot tikus (g)

Pengaruh Konsumsi terhadap Bobot Tikus Sebelum dan Setelah Perlakuan
Kehadiran repelen dari empat jenis tanaman (berenuk, bintaro, mengkudu,
dan sirsak) memberikan pengaruh terhadap perubahan bobot tikus karena
konsumsi yang menurun (Gambar 1). Bobot tikus mengalami penurunan setelah
dilakukan pengujian repelensi empat jenis tanaman tersebut. Pada pengujian
konsentrasi keempat jenis tanaman tersebut, bobot tikus pada perlakuan buah
bintaro dan buah berenuk mengalami penurunan yang relatif banyak (6.14 dan
8.35 g), sementara itu untuk buah mengkudu dan daun sirsak mengalami
penurunan relatif sedikit (1.65 dan 2.64 g). Hal ini kemungkinan karena pengaruh
bau dan kandungan bahan aktif masing-masing bahan repelen, sehingga
mempengaruhi peluang masuk tikus yang diasumsikan sama dengan rata-rata
konsumsi tikus.
140
120
100
80
60
40
20
0
berenuk

bintaro
mengkudu
Jenis tanaman bahan repelen

sirsak

Gambar 4 Pengaruh konsumsi gabah pada empat perlakuan repelen terhadap
bobot tikus sebelum (
) dan setelah (
) perlakuan pada tahap
pertama

11

Rerata bobot tikus (g)

Pada pengujian tahap dua (multiple choice) tikus mengalami perubahan
bobot. Perubahan yang terjadi tidak terlalu besar yaitu 4.39 g (Gambar 2). Hal ini
karena konsumsi tikus yang relatif banyak pada perlakuan. Pada pengujian tahap
tiga (bi-choice) menunjukkan bahwa terjadi penurunan bobot yang cukup tinggi
setelah perlakuan pada buah berenuk (23.79 g). Buah mengkudu dan daun sirsak
mengalami penurunan (8.51 dan 8.39 g), sementara perlakuan buah bintaro
mengalami sedikit peningkatan (0.93 g). Hal ini karena konsumsi tikus yang
masih besar pada perlakuan buah bintaro. Peningkatan bobot tubuh tikus tersebut
belum memiliki pengaruh yang signifikan karena konsumsi tikus terhadap pakan
dengan perlakuan repelen masih lebih kecil dibandingkan dengan kontrol.
150
100
50
0
Tahap dua

berenuk

bintaro

mengkudu

sirsak

Jenis bahan tanaman repelen tahap tiga

Gambar 5 Pengaruh konsumsi gabah pada pengujian tahap kedua dan ketiga
terhadap bobot tikus sebelum ( ) dan setelah (
) perlakuan
Menurut Safitri (2006), penurunan bobot tubuh tikus merupakan akibat dari
adanya cekaman (stress) terhadap tikus. Kehadiran ekstrak repelen nabati dan
lingkungan yang baru membuat tikus merasa tertekan dan mengalami cekaman,
sehingga berpengaruh terhadap konsumsi tikus yang mengakibatkan penurunan
bobot tubuh tikus. Selain cekaman Cavegelli dan McClintock (2003) menyatakan
adanya kemungkinan energi yang digunakan tikus selama perlakuan sangat tinggi,
sedangkan energi cadangan dalam tubuh yang diperoleh dari konsumsi pakan
hanya sedikit. Oleh karena itu energi cadangan yang tersimpan dalam tubuh tikus
terpakai untuk memenuhi kebutuhan energi harian.

12

SIMPULAN
Simpulan
Pada pengujian konsentrasi didapatkan bahwa konsentrasi yang paling
efektif adalah 30% untuk tanaman buah berenuk, buah bintaro, dan daun sirsak
serta konsentrasi 75% untuk buah mengkudu. Keempat jenis tanaman tersebut
memiliki tingkat repelensi di atas 64.23%. Berdasarkan hasil pada pengujian
banyak pilihan (multiple choice) empat jenis tanaman tersebut memiliki pengaruh
yang sama sebagai repelen tikus rumah dengan tingkat repelensi yang sama. Pada
pengujian dua pilihan (bi-choice), tingkat repelensi empat jenis tanaman dengan
konsentrasi tertinggi masih lebih rendah dibandingkan dengan racun seng fosfida
dalam pengusiran tikus.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pengujian empat jenis tanaman
tersebut pada spesies tikus yang lain. Perlu dilakukan pengujian skala lapang
baik di permukiman atau tempat penyimpanan.

13

DAFTAR PUSTAKA
Cavigelli SA dan McClintock MK. 2003. Fear of novelty in infant rats predicts
adult corticosterone dynamics and an early death. PNAS. 100(26):16131–
16136.
Chandra B. 2005. Kesehatan Lingkungan. Jakarta (ID): Kedokteran EGC.
Hariana A. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Edisi ke-2. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Hermawan GP, Laksono H. 2013. Ekstraksi daun sirsak (Annona muricata L.)
menggunakan pelarut etanol. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri.
2(2):111-115.
Natawigena WD, Bari IN, Susanto A. 2003. Repelensi minyak cendana, nilam dan
akar wangi terhadap tikus (Rattus argentiventer Rob & Kloss) di
Laboratorium. [laporan penelitian]. Bandung (ID): Universitas Padjadjan.
Meehan AP. 1984. Rat and Mice, Their Biology and Control. East Griendstead
(GB): Rentokil.
Purwanto. 2009. Pengujian tiga jenis rempah-rempah sebagai repelen terhadap
tikus rumah (Rattus rattus diardii Linn.) dan tikus pohon (Rattus tiomanicus
Mill.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Priyambodo S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Priyambodo S. 2006. Pengendalian hama tikus terpadu . Di dalam: Sigit SH, Hadi
UK, editor. Hama Permukiman Indonesia. Bogor (ID): IPB Press. Hlm 195258.
Safitri D. 2006. Pengujian repelensi dari bahan rempah-rempah terhadap tikus
rumah (Rattus rattus diardii L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Sigit SH et al. 2006. Hama Permukinan Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Sinta H. 2006. Pengaruh bahan rempah sebagai repelen terhadap mencit rumah
(Mus musculus L.) dalam mengkonsumsi umpan dan rodentisida. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Utami S, Syaufina L, Haneda NF. 2010. Daya racun ekstrak kasar bintaro (Cerbera
odollam Gaertn ) terhadap larva Spodoptera litura Fabricus. Jurnal llmu
Pertanian Indonesia. 12(2):96-100.
Williams MM. 2011. Zinc phosphide terdaftar sebagai racun perkembangan di Toxics
Release Inventory. [Internet]. [diunduh 2014 Sept 20]. Tersedia pada:
http://www.toxipedia.org/display/toxipedia/Zinc+Phosphide.
Yani A. 2011. Fraksinasi komponen aktif antibakteri ekstrak kulit batang tanaman
berenuk (Crescentia cujete L.). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

14

LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi buah berenuk
Sumber
Db
JK
KT
F Hitung
Perlakuan
3
30.15174286 10.05058095 11.12
Galat
24
21.68630057 0.90359586
Total
27
51.83804343

Pr > F
0.0001

Lampiran 2 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi buah bintaro
Sumber
Db
JK
KT
F Hitung
Perlakuan
3
37.22283029 12.40761010 15.95
Galat
24
18.67382514 0.77807605
Total
27
55.89665543

Pr > F
0.0001

Lampiran 3 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi buah mengkudu
Sumber
Db
JK
KT
F Hitung
Pr > F
Perlakuan
3
44.15578786 14.71859595 23.05
0.0001
Galat
24
15.32321486 0.63846729
Total
27
59.47900271
Lampiran 4
Sumber
Perlakuan
Galat
Total

Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi daun sirsak
Db
JK
KT
F Hitung
3
41.14862514
13.71620838 13.42
24
24.53073029
1.02211376
27
65.67935543

Lampiran 5
Sumber
Perlakuan
Galat
Total

Hasil analisis ragam pengujian multiple choice
Db
JK
KT
F Hitung
3
0.61292843
0.20430948 0.23
24
21.43122743
0.89296781
27
22.04415586

Pr > F
0.0001

Pr > F
0.8754

Lampiran 6 Hasil analisis ragam pengujian bi-choice buah berenuk dengan seng
fosfida
Sumber
Db
JK
KT
F Hitung
Pr > F
Perlakuan
1
50.39570314 50.39570314 44.62
0.0001
Galat
12
13.55438971 1.12953248
Total
13
63.95009286

15
Lampiran 7 Hasil analisis ragam pengujian bi-choice buah bintaro dengan seng
fosfida
Sumber
db
JK
KT
F Hitung
Pr > F
Perlakuan
1
122.9585786
122.9585786 122.23
0.0001
Galat
12
12.0719051
1.0059921
Total
13
135.0304837
Lampiran 8 Hasil analisis ragam pengujian bi-choice buah mengkudu dengan
seng fosfida
Sumber
db
JK
KT
F Hitung
Pr > F
Perlakuan
1
126.8654811
126.8654811 49.69
0.0001
Galat
12
30.6357406
2.5529784
Total
13
157.5012217
Lampiran 9 Hasil analisis ragam pengujian bi-choice daun sirsak dengan seng
fosfida
Sumber
db
JK
KT
F Hitung
Pr > F
Perlakuan
1
131.5927203
131.5927203 35.03
0.0001
Galat
12
45.0846834
3.7570570
Total
13
176.6774037

16

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lebak pada tanggal 6 Oktober 1993 dari pasangan
Bapak Udin dan Ibu Aam. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1
Malingping, Banten pada tahun 2011 dan pada tahun yang sama setelah lulus
diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
jalur undangan. Selain itu penulis juga mendapatkan beasiswa Bidik Misi periode
2011-2015.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti berapa organisasi dan
berbagai kepanitian, seperti Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman pada tahun
2013 sebagai anggota Divisi Akademik Prestasi, Forum Komunikasi Rohis
Departemen (FKRD) 2013 sebagai anggota Divisi Syiar dan pada tahun 2014
sebagai Ketua Divisi Keputrian. Penulis menjadi ketua pelaksana dalam kegiatan
Sekolah Cantik FKRD pada tahun 2014 dan menjadi sekretaris pada kegiatan
Masa Perkenalan Departemen angkatan 49. Penulis masuk 10 besar tulisan terbaik
dalam Lomba Menulis Surat Kecil untuk Rektor pada tahun 2013.
Selain itu, penulis juga aktif berperan sebagai asisten praktikum Manajemen
Vertebrata Hama pada tahun ajaran 2013/2014. Hama Penyakit Tanaman Pangan
dan Hortikultura dan
Dasar-dasar Proteksi Tanaman pada tahun ajaran
2014/2015.

Dokumen yang terkait

Pengujian preferensi pakan, perangkap dan umpan beracun pada tikus rumah, Rattus rattus diardii L. dan mencit rumah, Mus musculus L.

3 30 44

Tingkat Kejeraan Racun dan Umpan Tikus Sawah (Rattus argentiventer Rob. & Klo.), Tikus Rumah (Rattus rattus diardii Linn.), dan Tikus Pohon (Rattus tiomanicus Mill.)

0 11 59

Uji preferensi rodentisidadan umpan serta efikasi rodentisida terhadap tikus pohon [Rattus tiomanicus Mill.] dan Tikus rumah [Rattus rattus diardii Linn]

0 5 74

Perancangan dan pengujian perangkap, pengujian jenis rodentisida dalam pengendalian tikus pohon [Rattus tiomanicus Mill], tikus rumah [Rattus rattus diardii Linn], dan tikus sawah [Rattus argentiventer Rob. dan Klo] di laboratorium

0 8 56

Pengujian umbi gadung (Doscorea hispida dennst.) sebagai rodentisida botanis siap pakai dalam pengendalian tikus rumah (Rattus rattus diardii linn.) Dan tikus sawah (Rattus argentiventer rob. & klo.)

0 10 69

Preferensi Makan Tikus Pohon (Rattus tiomanicus Mill.) dan Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L ) terhadap Umpan dan Rodentisida

0 15 38

Pemanfaatan bagian daun dan biji tumbuhan kacang babi (Tephrosia sp.) sebagai bahan rodentisida nabati untuk mengendalikan tikus sawah(Rattus argentiventer)dan tikus rumah (Rattus rattus diardii)

0 6 23

Rodentisida Botanis Dioscorea Hispida Dalam Pengendalian Rattus . rattus Diardii dan Rattus argentiventer

0 6 11

Uji Rodentisida Kadaluarsa Pada Tikus Pohon (Rattus Tiomanicus Mill.) Dan Tikus Rumah (Rattus Rattus Diardii L.).

0 5 33

Repelensi Minyak Cendana, Nilam dan Akar Wangi Terhadap Tikus (Rattus argentiventer Rob & Kloss) di Laboratorium.

0 0 10