Pengujian umbi gadung (Doscorea hispida dennst.) sebagai rodentisida botanis siap pakai dalam pengendalian tikus rumah (Rattus rattus diardii linn.) Dan tikus sawah (Rattus argentiventer rob. & klo.)

 
 

PENGUJIAN UMBI GADUNG (Dioscorea hispida Dennst.)
SEBAGAI RODENTISIDA BOTANIS SIAP PAKAI DALAM
PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.)
DAN TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer Rob. & Klo.)

DWI DINAR MURJANI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

 
 

ABSTRAK
DWI DINAR MURJANI. Pengujian Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst.)

sebagai Rodentisida Botanis Siap Pakai dalam Pengendalian Tikus Rumah (Rattus
rattus diardii Linn.) dan Tikus Sawah (Rattus argentiventer Rob. & Klo.).
Dibimbing oleh SWASTIKO PRIYAMBODO.
Tikus merupakan satwa liar yang sangat sering berhubungan dengan
manusia. Dua spesies tikus yang berperan penting sebagai hama yaitu tikus
rumah (Rattus rattus diardii) dan tikus sawah (Rattus argentiventer). Kerugian
yang ditimbulkan oleh tikus tersebut yaitu seperti merusak alat-alat rumah tangga
bahkan dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi dalam sistem
pertanian. Diperlukan cara pengendalian yang tepat untuk menekan serangan
hama tersebut. Umbi gadung merupakan tumbuhan yang efektif untuk
mengendalikan hama tikus. Rodentisida botanis adalah penemuan yang sangat
baik dan merupakan sistem pengendalian yang efektif dan efisien, karena
memanfaatkan tanaman yang tersedia dan ramah lingkungan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui formulasi umbi gadung yang tepat dalam
mengendalikan populasi tikus rumah dan tikus sawah yang banyak tersebar di
permukiman maupun lahan pertanian. Terdapat dua pengujian dalam percobaan
perlakuan rodentisida gadung bentuk blok yaitu pengujian tanpa pilihan dan
pengujian pilihan. Pada pengujian tanpa pilihan, menggunakan bahan aktif umbi
gadung dengan lima macam konsentrasi sebesar 0% (kontrol), 10% (G1), 20%
(G2), 25% (G3), 30% (G4) terhadap tikus rumah dan tikus sawah dengan sepuluh

ulangan. Perakitan umpan dalam bentuk blok cukup efektif bagi ketertarikan
tikus untuk mengonsumsi serta secara umum terdapat penurunan bobot tubuh
tikus sebagai akibat dari perlakuan. Pada perlakuan G1 terhadap tikus rumah
dikonsumsi sebanyak 5.292 g/100 g bobot tubuh kemudian menimbulkan
kematian mencapai 30%. Perlakuan G3 terhadap tikus sawah dikonsumsi
sebanyak 4.585 g/100 g bobot yang dapat menimbulkan kematian mencapai 70%.
Perlakuan G3 menimbulkan hasil yang cukup efektif dalam ketertarikan dan
kematian tikus. Percobaan kedua yaitu pengujian pilihan untuk membandingkan
ketertarikan tikus terhadap bahan yang diberikan dalam perlakuan. Metode
pilihan dilakukan dengan masing-masing tikus diberi blok yang paling efektif
dalam pelakuan rodentisida gadung blok dan beras yang dicampur ekstrak gadung
(BG). Hasil percobaan menunjukkan perlakuan BG lebih efektif dalam menarik
tikus untuk mengonsumsi dibandingkan dengan umpan G3.

Kata kunci: Tikus rumah, tikus sawah, dan rodentisida botanis.

 

ABSTRACT
DWI DINAR MURJANI. Examination of Gadung Tuber (Dioscorea hispida

Dennst.) as a Ready to Use Botanical Rodenticides to Control House Rat (Rattus
rattus diardii Linn.) and Ricefield Rat (Rattus argentiventer Rob. & Klo.).
Supervised by SWASTIKO PRIYAMBODO.
Rodent is a wild animal that are very frequent in connection with human.
Two species of rodent that play an important role as pests are R. rattus diardii and
R. argentiventer. Many losses could be caused by rodent, such as causing damage
to household tools and even it can cause economical high losses in agricultural
systems. Appropriate controls are needed to suppress the pest attack. Gadung
tuber is an effective plant controlling rodent pests. Botanical rodenticide is an
excellent invention and a control system that effective and efficient, because it
uses available plants and environmental friendly. This study aims to determine
the exact formulation of gadung tuber in controlling the population of R. rattus
diardii and R. argentiventer that are mostly spread at settlements and farms.
There are two experiments of block form gadung rodenticide: no choice and
choice test. In no choice test, gadung tubers active ingredient were divided in to
five concentration 0% (control), 10% (G1), 20% (G2), 25% (G3), 30% (G4) to R.
rattus diardii and R. argentiventer with ten replication. The block form bait is
quite effective for rodents to consume and it generally decreases the rats body
weight as a result of this treatment. G1 treatment to house rat was consumed as
many as 5.292 g/100 g of body weight and cause of death of this treatment

reaches 30%. G3 treatment to ricefield rat was consumed as many as 4.585 g/100
g of body weight that can cause death to 70%. G3 treatment caused quite
effective results in the attraction and the death of rat. The second experiment aims
to compare the interest to the given materials treatment. In choice test, each rat
was given the most effective bait in the block form rodenticide treatment and rice
mixed with extracts gadung (BG). The experimental results showed that the BG
treatment is more effective in attracting the rats to consume compared to the G3
treatment.

Key words: House rat, ricefield rat, and botanical rodenticides.

 

PENGUJIAN UMBI GADUNG (Dioscorea hispida Dennst.)
SEBAGAI RODENTISIDA BOTANIS SIAP PAKAI DALAM
PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.)
DAN TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer Rob. & Klo.)

DWI DINAR MURJANI
A34070083


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

 

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa

NRP

: Pengujian Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst.)
sebagai Rodentisida Botanis Siap Pakai dalam Pengendalian
Tikus Rumah (Rattus rattus diardii Linn.) dan Tikus Sawah
(Rattus argentiventer Rob. & Klo.)
: Dwi Dinar Murjani
: A34070083

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, M.Si
NIP 19630226 198703 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Prof. Dr. Ir. Dadang, M.Sc
NIP 19640204 199002 1 002


Tanggal Lulus:

 

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 24 September 1989.
Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Suparmo dan
Ibu Murtiningsih.
Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas di SMAN 4 Kota Bogor
pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studinya di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan
masuk dalam Departemen Proteksi Tanaman.
Selama kuliah penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan yaitu BEM
Fakultas Pertanian IPB sebagai staf divisi Sosial dan Lingkungan (2008-2009).
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Vertebrata Hama pada
tahun 2009. Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa
bidang Penelitian (PKMP) pada tahun 2010 sebagai anggota dan pada tahun 2011
sebagai ketua. Penulis pernah mengikuti magang kerja di PT Syngenta IndonesiaR&D pada tahun 2009. Selain itu, penulis pernah mengikuti beberapa pelatihan
yaitu ESQ Leadership pada tahun 2007, Wirausaha Muda Mandiri pada tahun

2010, Bahasa Jerman “Einfuhrungsstufe” pada tahun 2011 dan Botani
Ambassador pada tahun 2011.

 
 

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengujian Umbi Gadung (Dioscorea hispida) sebagai Rodentisida Botanis Siap
Pakai dalam Pengendalian Tikus Rumah (Rattus rattus diardii) dan Tikus Sawah
(Rattus argentiventer)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama,
Departemen Proteksi Tamanan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari
bulan Februari 2010 sampai Juli 2011.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini, khususnya kepada:
1. Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi
yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Abdul Munif, MSc. selaku penguji tamu yang telah memberikan
kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik
yang selalu memberikan motivasi yang besar.
4. Ibunda Murtiningsih, Bapak Suparmo, Teguh Arief, Destri Atri, dan
seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan serta aliran
do’a kepada penulis.
5. Bapak Soban, dosen, serta staf dan administrasi Departemen Proteksi
Tanaman.
6. Dhea Siwandani Putri yang senantiasa memberi semangat kepada penulis.
7. Rekan-rekan mahasiswa IPB khususnya Kurniatus Ziyadah, Ahmad
Riyadi, Ahmad Latip, Gamatriani, Hendi Irawan, Alice Mayella, Harwan
Susetyo, Triyastuti, Minkhaya, Annisa Nurfajrina, Agus Setiawan, Radhy
Alfitra, Riska Nuridha, Nindy Abdelia, Aditya Nugraha, Yugih, Kevin,
Karina Swedianti, Ganisa Kusumawardani dan seluruh PTN 44 atas segala
kritik, saran, dan dukungannya selama ini.
8. Teman-teman B20, UKM Futsal IPB, Agric Basket IPB, Botani
Ambassador 2011, Kontrak-AAN: Ikra, Alma, Avero, Eko, Bisri, Denda,
Yakub, Ari, Made, Eka, dan Faisal yang telah memberikan waktu luang
untuk berbagi informasi, bantuan, dan kreatifitas.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Maka penulis mengharapkan penelitian ini akan bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, September 2011
Dwi Dinar Murjani 

 

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................ .viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ .... x
PENDAHULUAN ....................................................................................... ... 1
Latar Belakang ......................................................................................

1

Tujuan Penelitian ....................................................................................


4

Manfaat Penelitian ..................................................................................

4

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................

5

Tikus .......................................................................................................

5

Tikus Rumah (Rattus rattus diardii) .................................................

6

Tikus Sawah (Rattus argentiventer) ..................................................

6

Rodentisida Botanis ..................................................................................

7

Umbi Gadung ......................................................................................

7

Beras ........................... .........................................................................

8

Parafin ........................... .......................................................................

8

Karamel ................. ..............................................................................

8

Bahan Tambahan ........................... ......................................................

9

BAHAN DAN METODE ...........................................................................

10

Waktu dan Tempat .................................................................................

10

Bahan dan Alat .......................................................................................

10

Metode Penelitian ...................................................................................

12

Persiapan Kandang ............................................................................

12

Persiapan Hewan Uji .........................................................................

12

Perlakuan Rodentisida Gadung Bentuk Blok ....................................

12

Metode Pilihan (Choice Test) ............................................................

13

Konversi Umpan ................................................................................

13

Analisis Data .........................................................................................

14

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................

15

Perlakuan Rodentisida Gadung Bentuk Blok terhadap Tikus Rumah .....

15

Perlakuan Rodentisida Gadung Bentuk Blok terhadap Tikus Sawah ......

17

 

Metode Pilihan (Choice Test) .................................................................

19

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................

20

Kesimpulan .............................................................................................

20

Saran .......................................................................................................

20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

21

LAMPIRAN .................................................................................................

23

 

DAFTAR TABEL

No.

Halaman

1. Kandungan dan komposisi umpan perlakuan konsentrasi bahan
akif ......................................................................................................

12 

2. Konsumsi tikus rumah terhadap umpan blok dan beras
setelah perlakuan ................................................................................

16

3. Bobot awal dan akhir tikus rumah terhadap perlakuan .......................

17

4. Konsumsi tikus sawah terhadap umpan blok dan beras
setelah perlakuan .................................................................................

18

5. Bobot awal dan akhir tikus sawah terhadap perlakuan .......................

19

6. Konsumsi umpan pada metode pilihan ...............................................

19

 
 

DAFTAR GAMBAR

No.

 

Halaman

1. Tikus rumah .......................................................................................

6

2. Tikus sawah ........................................................................................



3. Kandang perlakuan ..........................................................................

10 

4. Timbangan elektronik (electronic top-loading balance for animal) ...

11

5. Pengujian pilihan antara blok (A) dan beras yang ditambah
gadung (B) ...........................................................................................

13

 
 

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Halaman

1.

Konsumsi makan tikus rumah terhadap berbagai blok dan beras …...

25

2.

Analisis ragam konsumsi tikus rumah terhadap blok .......................

25

3.

Analisis ragam konsumsi tikus rumah terhadap blok .......................

25

4.

Hari kematian tikus rumah ................................................................

26

5.

Konsumsi makan tikus sawah terhadap berbagai blok dan beras …... 27

6.

Analisis ragam konsumsi tikus sawah terhadap blok .........................

27

7.

Analisis ragam konsumsi tikus sawah terhadap beras ......................

28

8.

Hari kematian tikus sawah ................................................................

28

9.

Analisis ragam konsumsi tikus sawah terhadap hari kematian .........

28 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertanian merupakan proses produksi yang didasarkan pada pertumbuhan
tanaman dan atau hewan. Sistem peranian yang tidak merusak, tidak mengubah,
serasi, selaras, dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan
tunduk pada kaidah-kaidah alamiah merupakan sistem pertanian yang
berkelanjutan. Pertanian memiliki visi dan misi yang tangguh, untuk
mewujudkannya dibutuhkan kualitas sumberdaya petani yang dapat menguasai
ilmu dan teknologi pertanian, memiliki jiwa wirausaha, dan siap menghadapi
kompetisi bisnis baik dalam tataran lokal, nasional, regional, maupun global
(Salikin 2003).
Produktivitas pertanian dapat terganggu oleh adanya OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman). Organisme pengganggu tanaman ini dapat menimbulkan
kerugian secara ekonomis terhadap petani maupun masyarakat. Hama adalah
salah satu yang termasuk dalam OPT yang merupakan pengganggu dari jenis
makhluk hidup yang termasuk kepada kelompok hewan. Apabila OPT ini
dibiarkan atau terlambat untuk dikendalikan, maka selain menimbulkan kerugian
secara ekonomis, akan menimbulkan penurunan kuantitas dan kualitas,
penambahan biaya rutin dalam bercocok tanam, gangguan bagi langkah-langkah
budidaya pertanian, pencemaran lingkungan, dan perubahan pola kehidupan serta
tata cara hidup masyarakat (Djafaruddin 1995).
Tikus merupakan satwa liar yang sangat sering berhubungan dengan
manusia. Tikus sering menimbulkan gangguan dalam berbagai hal, seperti dalam
bidang pertanian tikus sering menjadi ancaman bagi pengelola pertanian dalam
usaha budidaya tanaman baik komoditas pangan maupun hortikultura. Menurut
Hone (1996) terdapat beberapa spesies tikus yang berperan penting sebagai hama
yaitu tikus rumah (Rattus rattus diardii) dan tikus sawah (Rattus argentiventer).
Kerugian yang ditimbulkan oleh tikus tersebut yaitu seperti merusak alat-alat
rumah tangga bahkan dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi dalam
sistem pertanian (Priyambodo 2006).

2

Pada daerah permukiman sering timbul gangguan yang diakibatkan oleh
tikus rumah, seperti rusaknya peralatan rumah tangga, timbulnya penyakit,
lingkungan kotor, bahkan mengakibatkan tempat pembuangan sampah menjadi
tidak teratur. Pada hasil pengamatan terhadap intensitas kerusakan tanaman padi
akibat serangan tikus sawah di lapangan, menunjukkan bahwa terdapat intensitas
kerusakan yang berbeda diantara stadium padi. Intensitas kerusakan tertinggi
terjadi pada stadium padi bunting (Priyambodo 2003, Sudarmaji 2004).
Berbagai teknik pengendalian tikus telah diupayakan penerapannya, namun
pelaksanaannya masih belum optimal sehingga belum diperoleh hasil yang
diterapkan. Salah satu teknik yang sering dilakukan masyarakat adalah
penggunaan rodentisida. Rodentisida digolongkan atas rodentisida fumigan dan
umpan beracun. Umpan beracun ini dapat berupa racun akut dan racun kronis.
Segala jenis rodentisida yang digunakan sangat tergantung pada bahan aktif yang
digunakan, selain itu keefektifan penggunaan rodentisida dalam pengendalian
tikus dapat dilihat pada daya tarik umpan yang digunakan (Priyambodo 2003).
Pengendalian tikus yang sering digunakan dan didapatkan hasil yang efektif,
dilakukan dengan rodentisida sintetik. Rodentisida yang diaplikasikan dengan
baik akan didapatkan hasil produksi yang melebihi hasil rata-rata petani (Utama
2003). Beberapa tanaman dilaporkan menunjukan aktivitas yang efektif menjadi
rodentisida dan telah diuji sebagai rodentisida yang umum digunakan dalam
keperluan pertanian (Prakash & Rao 1997).
Rodentisida termasuk dalam jenis pestisida yang berarti pembunuh atau
pengendali hewan pengerat.

Pestisida ini pada umumnya bahan kimia atau

campuran bahan kimia serta bahan-bahan lain. Artinya pestisida dengan satu atau
beberapa cara mempengaruhi kehidupan, misalnya menghentikan pertumbuhan
bahkan

membunuh

hama.

Pestisida

selalu

mengandung

resiko

dalam

penggunaannya seperi resiko bagi keselamatan pengguna serta resiko bagi
lingkungan yang menyebabkan pencemaran air, tanah, dan udara (Djojosumarto
2000).
Pestisida dapat terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari tanaman atau
tumbuhan yang sering disebut pestisida botanis.

Pestisida botanis adalah

penemuan yang sangat baik dan merupakan sistem pengendalian yang efektif dan

3

efisien, karena memanfaatkan tanaman tersedia yang mungkin kurang berguna.
Namun banyak jenis pestisida botanis kurang dikembangkan pengguna, selain
kalah bersaing dengan pestisida sintetis juga karena ekstrak dari tanaman biasanya
kadar bahan aktifnya tidak tetap, bervariasi, dan tidak stabil (Natawigena 2000).
Penggunaan rodentisida botanis selain dapat mengurangi pencemaran
lingkungan, harga relatif lebih murah dibandingkan dengan rodentisida sintetik.
Rodentisida botanis dapat dibuat secara sederhana berupa larutan hasil perasan,
rendaman, eksrak, dan rebusan bagian tumbuhan. Keunggulan rodentisida botanis
yaitu murah dan mudah dalam proses pembuatan, aman terhadap lingkungan,
serta sulit menimbulkan resistensi pada tikus.

Selain itu terdapat pula

kelemahannya yaitu daya kerja relatif lambat, kurang praktis, serta tidak tahan
disimpan (Sudarmo 2005).
Kelompok tumbuhan rodentisida nabati adalah kelompok tumbuhan yang
menghasilkan pestisida pengendali hewan rodentia.

Tumbuh-tumbuhan ini

terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran (efek aborsi atau
kontrasepsi) dan penekan populasi (efek mortalitas). Tumbuhan yang termasuk
kelompok penekan kelahiran umumnya mengandung steroid, sedangkan yang
tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Dua jenis tumbuhan
yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah jenis umbi gadung
(Anonim 2004).
Daya tarik umpan sangat berpengaruh pada perilaku makan tikus karena
bahan racun yang digunakan sebagai rodentisida tidak disukai oleh tikus.
Pencampuran racun dengan umpan dalam pembuatan rodentisida diperlukan
karena dalam pertumbuhan normal tikus membutuhkan karbohidrat, protein, dan
lemak secara berimbang. Selain komponen utama tersebut, bahan tambahan
additive seperti gula, garam, MSG, dan aroma tertentu dapat menjadi faktor
penentu konsumsi umpan oleh tikus. Selain kualitas kimia, kualitas fisik (tekstur,
bentuk luar, serta ukuran) juga dapat menentukan daya tarik umpan.

4

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi umbi gadung yang tepat
dalam mengendalikan populasi tikus rumah dan tikus sawah yang banyak tersebar
di permukiman maupun lahan pertanian.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data formulasi
dari campuran umbi gadung dengan bahan tambahan lain untuk kebutuhan dalam
mengendalikan

populasi

tikus.

Selanjutnya

penelitian

diarahkan

pada

pengembangan dan pembuatan formulasi yang dapat digunakan di lapangan
dengan efektif, efisien, dan ramah lingkungan yang dapat menjadikan solusi
dalam pengendalian hama tikus.

 

5

TINJAUAN PUSTAKA

Tikus
Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi
kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun
permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus terdapat di Indonesia. Setiap spesies
menghuni habitat yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya, diantaranya ada yang
beradaptasi dengan lingkungan yang diciptakan oleh manusia, seperti daerah
pertanian (Rochman 1986).
Tikus adalah binatang sosial yang hidup dalam satu kelompok. Kelompok
tikus dipimpin oleh individu yang paling kuat dan akan menyerang kelompok lain
yang masuk ke dalam teritorialnya. Konsumsi tikus sangat mempengaruhi faktor
kerusakan dalam berbagai bidang. Tikus lebih cenderung memilih makanan yang
kaya karbohidrat dibanding dengan tepung terigu, gula, silikat, minyak nabati, dan
parafin (Mukhlis 2007).
Habitat setiap spesies tikus berbeda-beda, tetapi hal tersebut tidak
membatasi wilayah penyebaran dari spesies tikus tersebut (Meehan 1984). Hama
yang sering mengakibatkan kerugian bagi manusia di daerah permukiman dan
harus dikendalikan yaitu tikus rumah. Tikus rumah merupakan hewan pengerat
yang hidup pada permukiman warga dengan ekor yang panjang dan pandai
memanjat serta melompat. Tikus ini sering berhadapan langsung dengan kegiatan
manusia dalam aspek apapun (Priyambodo 2006).
Kebutuhan pakan bagi seekor tikus setiap harinya kurang lebih sebanyak
10% dari bobot tubuhnya jika pakan tersebut berupa pakan kering, atau sekitar 10
g/hari dengan rerata bobot tubuh 100 g. Sikap tikus mudah curiga atau berhatihati terhadap setiap benda yang baru ditemuinya termasuk pakan.

Tikus

merupakan hewan yang mempunyai kemampuan reproduksi yang sangat tinggi,
tikus jantan biasanya selalu berada dalam kondisi siap kawin setiap saat sepanjang
tahun. Kemampuan fisik tikus yang menunjang setiap aktivitasnya yaitu dapat
menggali, memanjat, meloncat, mengerat, berenang, dan menyelam (Priyambodo
2006).

6

Tikus Rumah (Rattus rattus diardii)
Tikus rumah merupakan salah satu hama yang mempengaruhi aktivitas
manusia di wilayah permukiman, sebagian besar aktivitas tikus rumah
menimbulkan kerugian bagi manusia. Berdasarkan karakter dan ciri morfologi
yang dimiliki, tikus rumah (R. rattus diardii) digolongkan ke dalam Kelas
Mammalia, Ordo Rodentia, dan Famili Muridae. Ciri morfologi tikus rumah
adalah panjang tubuh 100 – 190 mm, dan memiliki ekor yang lebih panjang atau
sama dengan panjang tubuh. Panjang telapak kaki belakang 35 mm dan telinga 20
mm. Bentuk badan silindris, ekor tidak ditumbuhi rambut, serta bobot tubuh
berkisar antara 70 g - 300 g, rambut bertekstur agak kasar berwarna coklat
kehitaman pada bagian dorsal. Warna rambut pada bagian ventral hampir sama
dengan warna pada bagian dorsal. Tikus betina memiliki puting susu 2 pasang di
dada dan 3 pasang di perut (Priyambodo 2003).

Gambar 1 Tikus rumah
Tikus Sawah (Rattus argentiventer)
Tikus sawah (R. argentiventer) memiliki panjang tubuh berkisar antara 130210 mm, memiliki ekor yang lebih pendek dari pada ukuran kepala dan tubuh.
Bagian perut bagian bawah berwarna putih bercampur kelabu, tubuh bagian
punggung dan kepala berwarna kuning coklat. Betina memiliki puting susu tiga
pasang di dada dan tiga pasang di perut (Priyambodo 2003).
Menurut Priyambodo (2003), tikus sawah memiliki tekstur rambut agak
kasar, bentuk hidung kerucut, bentuk badan silindris, warna badan bagian
punggung cokelat kelabu kehitaman, warna bagian perut kelabu pucat, bobot
tubuh 70 g – 300 g, panjang kepala dan badan 130 mm – 210 mm, panjang ekor
110 mm – 160 mm, panjang total 240 mm – 370 mm, lebar daun telinga 19 mm -

7

22 mm, panjang telapak kaki belakang 32 mm – 39 mm, dan lebar sepasang gigi
pengerat 3 mm.

Gambar 2 Tikus sawah

Rodentisida Botanis
Umbi Gadung
Gadung merupakan tumbuhan perdu memanjat yang tingginya dapat
mencapai 5-10 m. Tumbuhan gadung memiliki batang bulat, berbulu, dan berduri
yang tersebar sepanjang batang dan tangkai daun. Umbi tumbuhan gadung bulat
diliputi rambut akar yang besar dan kaku. Jenis ini di Indonesia dikenal dengan
beberapa nama daerah yaitu gadung, sekapa, bitule, bati, kasimun dan lainlainnya. Dalam bahasa latinnya, gadung disebut Dioscorea hispida Denust. Kulit
umbi berwarna gading atau coklat muda, daging umbinya berwarna putih gading
atau kuning, dan umbinya muncul dekat permukaan tanah (Flach 1996).
Umbi gadung berasal dari India bagian Barat kemudian menyebar luas
sampai ke Asia Tenggara. Tumbuhan gadung tumbuh pada tanah datar hingga
ketinggian 850 m dpl, tetapi dapat juga ditemukan pada ketinggian 1.200 m dpl.
Umbi gadung ini dapat dijadikan kripik, oleh Pemkab Kuningan dinyatakan
sebagai makanan khas daerah. Kripik gadung memiliki rasa yang gurih dan
membuat kita terjebak untuk selalu mengunyahnya dalam jumlah yang tak
terbatas (Anonim 2007).
Tumbuhan ini memanjat dengan sistem akar berserat. komposisi umbi per
100 g umbi gadung adalah air 78 g, protein 1,81 g, lemak 1,6 g, karbohidrat 18 g,
serat 0,9 g, dan abu 0,7 g. Umbi gadung ini memiliki yang mengandung 0,2-0,7%

8

diosgenin dan 0,044% dioscorine. Racun ini dapat menyebabkan kelumpuhan
sistem saraf pusat (Flach 1996).
Pestisida dari umbi tanaman merambat ini menjadi salah satu bahan yang
dapat digunakan sebagai racun tikus yang berbahan alamiah. Racun tikus seperti
ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tak akan
mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan sekitar (Anonim 2004).
Beras
Beras merupakan salah satu komoditas utama dalam pangan masyarakat
Indonesia (Soekartawi 1994). Beras merupakan pangan paling penting di dunia
untuk konsumsi manusia. Sebagian terbesar karbohidrat di beras adalah pati dan
hanya sebagian kecil pentosa, selulosa, hemiselulosa, dan gula.

Antara 85%

hingga 90% dari berat kering beras berupa pati. Pati pada endosperm beras
berbentuk granula polihedral berukuran 3 - 5 µm (Haryadi 2006).
Parafin
Parafin merupakan salah satu bahan pengawet yang dapat digabungkan
dengan umpan beracun terhadap tikus.

Penggunaan parafin bertujuan untuk

memberikan ketahanan dalam pembuatan bentuk rodentisida. Selain itu parafin
dapat mencegah rodentisida dari serangan serangga, cendawan, atau oleh
gangguan faktor fisik seperti panas dan kelembaban. Pemberian parafin pada
umpan dan rodentisida dalam bentuk blok dapat mencegah terjadinya keracunan
pada manusia karena salah sasaran, seperti yang terjadi pada penduduk
transmigran di daerah Sumatera ketika terjadi kelaparan (Priyambodo 2003).
Karamel
Menurut Priyambodo (2003), gula dengan konsentrasi 5% dapat
meningkatkan palabilitas tikus terhadap umpan sampai 2-3 kali lipat, atau bahkan
lebih untuk umpan cair. Salah satu kelemahan gula sebagai bahan penarik adalah
dapat menarik organisme lain seperti cendawan dan serangga (seperti semut),
sehingga menjadi tidak menarik lagi bagi tikus.

9

Bahan tambahan
Bahan tambahan diberikan di dalam umpan beracun tikus.

Hal ini

dimaksudkan untuk menutup rasa tidak enak dari bahan racun tersebut. Dengan
demikian, tikus memakan umpan dengan jumlah yang cukup banyak sehingga
jumlah racun yang ikut termakan cukup untuk mematikannya (Priyambodo 2003).
Vetsin merupakan bahan yang umum dipakai sebagai bahan penyedap
dalam pembuatan masakan.

Penambahan vetsin dalam makanan dapat

meningkatkan rasa sedap pada makanan. Selain dapat meningkatkan rasa enak
pada makanan, penambahan vetsin juga dapat meningkatkan aroma yang sedap
pada makanan. Pemberian vetsin pada umpan beracun tikus dapat meningkatkan
rasa dan aroma yang sedap pada umpan, sehingga tikus menjadi suka untuk
mengonsumsi umpan yang diberikan daripada umpan lain yang tersedia di
lapangan (Sudiarta 2008).
Ikan merupakan salah satu komoditas perairan yang sangat berpotensi untuk
dimanfaatkan di Indonesia.

Tepung ikan merupakan salah satu produk hasil

olahan yang berasal dari ikan. Tepung ikan dapat digunakan sebagai bahan
penarik tikus dalam pengumpanan beracun. Penggunaan tepung ikan sebagai
bahan penarik tikus dimaksudkan untuk menutupi rasa tidak enak dari umpan
beracun yang akan diberikan kepada tikus (Priyambodo 2003).
Minyak nabati dapat digunakan sebagai bahan tambahan yang berfungsi
sebagai bahan perekat agar racun yang digunakan dapat menempel pada umpan.
Kelemahan dari minyak nabati adalah mudah menjadi tengik sehingga dapat
menjadikan umpan tersebut tidak disukai oleh tikus (Priyambodo 2003).
Gula pasir sering digunakan sebagai bahan untuk merubah rasa menjadi
lebih manis pada makanan atau minuman. Penambahan gula pasir dapat
menjadikan umpan lebih menarik dan memiliki rasa yang enak dalam pembuatan
umpan. Selain itu penambahan telur dapat menambahkan umpan menjadi spesial
untuk diaplikasikan sehingga tikus tertarik untuk mengonsumsi. Telur
mengandung vitamin D yang dapat membantu penyerapan kalsium untuk
pembentukan tulang.

Selain itu telur diketahui sebagai sumber vitamin B12,

vitamin B6, dan volat yang dibutuhkan untuk kesehatan tubuh dan melindungi selsel syaraf (Sudiarta 2008).

10

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan
Februari sampai Juli 2011.

Bahan dan Alat
Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah tikus rumah (R. rattus
diardii) dan tikus sawah (R. argentiventer) yang diperoleh dari permukiman
masyarakat Darmaga Bogor dan lahan pertanian Kabupaten Pati. Tikus yang
digunakan sebanyak 60 ekor tikus rumah dan 60 ekor tikus sawah, dengan berat
antara 70 - 150 gram.
Kandang Percobaan
Kandang yang digunakan dalam pengujian yaitu kandang perlakuan yang
terbuat dari kawat aluminium berukuran 50 cm x 40 cm x 20 cm (p x l x t). Setiap
kandang dilengkapi peralatan tambahan yaitu tempat minum, tempat makan,
bumbung untuk persembunyian tikus (Gambar 3).

Gambar 3 Kandang perlakuan
Timbangan
Alat yang digunakan untuk menghitung bobot bahan dalam pengujian adalah
timbangan elektronik (electronic top-loading balance for animal) (Gambar 2).
Timbangan digunakan untuk mendapatkan besar konsumsi makan tikus dengan

11

mengetahui besar pakan sebelum dan sesudah konsumsi serta mendapatkan bobot
tikus sebelum dan sesudah perlakuan.

Gambar 4 Timbangan elektronik (electronic top-loading balance for animal)
Blok Gadung
Pada awal dilakukan pembuatan karamel dengan cara mendidihkan gula
merah yang ditambahkan dengan sedikit air, kemudian dipersiapkan parafin yang
berfungsi untuk menjadikan seluruh bahan yang diolah menjadi padat seperti
balok. Tahapan selanjutnya yaitu dipersiapkan umbi gadung yang berpotensi
menjadi racun.

Umbi gadung dibersihkan lalu dipotong kecil dan kemudian

dihancurkan menggunakan blender.
Bahan utama yang berguna sebagai penarik tikus untuk mengonsumsi
umpan yaitu beras. Selain itu diperlukan pula bahan tambahan yang berguna
sebagai penambah ketertarikan tikus yang terdiri dari tepung ikan, gula pasir,
vetsin, telur, dan minyak goreng. Seluruh bahan dicampurkan, kemudian diolah
dengan cara dipanaskan di atas kompor.
Proses pengolahan dilakukan di atas kompor dengan diatur pada tingkat
kepanasan

600˚C.

Diawali dengan memasukkan karamel yang dilanjutkan

dengan memasukkan parafin. Setelah kedua bahan tersebut meleleh, kemudian
dimasukkan beras dan umbi gadung yang telah dicampur. Tahap selanjutnya
yaitu dengan memasukkan bahan tambahan yang telah dicampur sebelumnya di
wadah lain.

Seluruh bahan dicampur dan diaduk hingga merata, kemudian

memasuki tahapan terakhir yaitu memindahkan seluruh bahan yang telah diolah
ke dalam cetakan dengan ukuran 4 cm x 2 cm x 2 cm.

12

Metode Penelitian
Persiapan Kandang
Seluruh bagian kandang diperiksa dan dibersihkan terlebih dahulu sebelum
digunakan. Setelah kandang pengujian layak digunakan, kemudian diletakkan
tempat makan dan minum tikus, serta bumbu untuk tempat persembunyian tikus.
Persiapan Hewan Uji
Tikus yang telah diperoleh dari lapang, kemudian diadaptasikan terlebih
dahulu dalam kandang pemeliharaan di Laboratorium Vertebrata Hama,
Departemen Proteksi Tanaman selama 2-3 hari dengan diberi pakan gabah dan air
setiap hari. Penentuan bobot tikus dilakukan dengan cara memasukkan tikus ke
dalam plastik yang sudah dikonversi terlebih dahulu, kemudian dilakukan
penimbangan.
Perlakuan Rodentisida Gadung Bentuk Blok
Teknik perlakuan konsentrasi bahan aktif yaitu dengan menentukan jumlah
umbi gadung yang akan digunakan sebagai racun dalam umpan dengan 5 macam
konsentrasi yaitu 0%, 10%, 20%, 25%, 30%. Pada konsentrasi 0% dijadikan
sebagai kontrol dengan tidak menambahkan gadung dalam umpan, lalu untuk
konsentrasi lain 10%, 20%, 25%, 30% ditambahkan beras, karamel, parafin, dan
bahan tambahan hingga mencapai konsentrasi 100% (Tabel 1).
Tabel 1 Kandungan dan komposisi umpan perlakuan rodentisida bentuk blok
Komposisi umpan (%)
Umpan
Perlakuan

Racun

Beras

Parafin

Bahan
Tambahan

Karamel

Kontrol

0

40

40

10

10

G1

10

30

25

10

25

G2

20

30

30

10

10

G3

25

25

30

10

10

G4

30

20

30

10

10

Keterangan: Bahan tambahan yang digunakan yaitu minyak goreng, gula pasir, telur, tepung
ikan, dan vetsin

13

Pemberian blok dilakukan 3 hari berturut-turut kemudian dilanjutkan
dengan pemberian beras. Tikus yang digunakan yaitu tikus rumah dan tikus
sawah untuk masing-masing konsentrasi umpan dengan 10 ulangan, jadi tikus
yang disediakan dalam konsentrasi bahan aktif ini berjumlah 50 ekor tikus rumah
dan 50 ekor tikus sawah.
Metode Pilihan (Choice Test)
Pada metode pilihan ini dipilih blok yang paling efektif dalam pengujian
konsentrasi bahan aktif dibandingkan dengan beras yang dicampur dengan gadung
dan tidak membentuk blok (Gambar 5).

Kemudian dilakukan pengamatan

terhadap konsumsi pada setiap bahan selama 2 minggu. Hal ini bertujuan untuk
membandingkan ketertarikan tikus terhadap bahan yang diberikan dalam
perlakuan, sehingga dapat diketahui perlakuan yang efektif dalam teknik
pengendalian tikus. Metode pilihan dilakukan dengan menggunakan empat ekor
tikus sawah dan kemudian masing-masing tikus diberi pilihan antara blok yang
paling efekif dalam pelakuan konsentrasi bahan aktif dan beras yang dicampur
bubuk gadung (BG) dengan perbandingan 70:30.

A

B

Gambar 5 Pengujian pilihan antara blok (A) dan beras yang ditambah gadung (B)
Konversi Umpan
Seluruh data yang diperoleh dari pengujian terhadap tikus rumah dan tikus
sawah dikonversi terlebih dahulu terhadap 100 g bobot tikus, dengan rumus
sebagai berikut:
Konversi umpan/racun (g) =

Bobot umpan/racun yang dikonsumsi (g)  
x 100%
Rerata bobot tubuh tikus (g) 

14

Rerata bobot tubuh tikus (g) =

Bobot awal (g) + bobot akhir (g)
2

Analisis Data
Data hasil penelitian diolah dengan program Statistical Analysis System
(SAS) for Windows ver.9.1. Apabila hasil yang diperoleh berbeda nyata, maka
dilanjutkan dengan uji selang ganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada
taraf α= 5%.

15

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum perlakuan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan
dengan konsentrasi 20%, 25%, dan 30% terhadap 2 tikus sawah pada masingmasing konsentrasi. Didapatkan hasil konsumsi umpan pada 20% sebesar 3.775
g/ 100 g bobot tubuh, 25% sebesar 2.889 g/ 100 g bobot tubuh, 30% sebesar 3.636
g/ 100 g bobot tubuh tikus. Pada perlakuan 20% tidak menimbulkan kematian
tikus namun memperlihatkan pengurangan bobot tikus sebesar 27.975 g.
Kemudian untuk perlakuan 25% menimbulkan kematian tikus dan mengakibatkan
bobot menurun 21.105 g sedangkan pada konsentrasi 30% menimbulkan kematian
dan penurunan bobot sebesar 60.485 gr. Hal ini memperlihatkan ketertarikan
tikus mengonsumsi blok yang telah dibuat pada berbagai konsentrasi dan dampak
setelah mengonsumsi blok yaitu kematian.
Perlakuan Rodentisida Gadung Bentuk Blok terhadap Tikus Rumah
Konsumsi tikus rumah terhadap umpan blok dan beras setelah perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa tingkat
konsumsi tikus rumah terhadap umpan cukup tinggi, karena umpan perlakuan
tersebut mengandung berbagai bahan penyedap dan bahan tambahan seperti beras,
karamel, tepung ikan, telur, minyak goreng, gula pasir, dan vetsin yang dapat
menambah ketertarikan tikus untuk mengonsumsinya. Bahan tambahan diberikan
untuk menutup rasa tidak enak dari bahan racun (Priyambodo 2003).
Tabel 2 Konsumsi tikus rumah terhadap umpan blok dan beras setelah perlakuan
Perlakuan

Umpan Blok
(g/100 g bobot tubuh)

kontrol
G1
G2
G3
G4

8.838±0.401a
5.292±0.360bc
5.693±0.462b
3.950±0.185c
3.992±0.400c

Beras Setelah
Perlakuan
(g/100 g bobot tubuh)
8.074±0.235a
6.033±0.527b
8.062±0.239a
6.460±0.312ab
7.724±0.243a

Kematian (%)
0
30
0
0
0

Keterangan : angka dalam kolom yang sama dengan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dalam uji Duncan pada taraf 5%

16

Pada pengujian ini konsumsi tertinggi umpan yaitu pada perlakuan kontrol
(8.838 g/100 g bobot tubuh). Hasil ini berbeda nyata dengan perlakuan umpan
G1, G2, G3, dan G4.

Konsumsi tertinggi umpan pada perlakuan kontrol

disebabkan pada umpan selain kontrol terdapat bahan gadung 10%, 20%, 25%,
dan 30% yang dapat mengurangi ketertarikan konsumsi tikus rumah.

Pada

kontrol hanya terdiri dari bahan-bahan beras, karamel, parafin, dan bahan
tambahan yang dapat meningkatkan ketertarikan tikus untuk mengonsumsi.
Umpan selain kontrol yang cukup banyak dikonsumsi oleh tikus rumah yaitu
pada perlakuan umpan G1 dan G2. Perlakuan umpan G2 dan G3 berbeda nyata,
hal ini disebabkan perlakuan G2 mengandung beras lebih banyak yang
mengakibatkan tikus lebih tertarik untuk mengonsumsinya dibandingkan dengan
perlakuan G3.

Konsumsi tikus rumah terhadap perlakuan G1 dan G2 tidak

berbeda nyata, demikian juga perlakuan G3 dan G4 tidak berbeda nyata.
Perlakuan G1 merupakan umpan yang dapat dikatakan tinggi untuk
dikonsumsi oleh tikus rumah pada perlakuan rodentisida dengan tambahan bahan
gadung yang berperan sebagai racun.

Hal ini dikarenakan perlakuan G1

mengandung karamel yang berbahan dasar gula merah dengan konsentrasi
terbesar yaitu sebesar 25% dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan
G1 terdapat parafin 25%, konsentrasi tersebut lebih kecil dibandingkan dengan
konsentrasi pada perlakuan lainnya. Hal ini menyebabkan gadung yang terdapat
dalam blok dapat berperan dengan baik sebagai bahan racun. Umbi gadung
merupakan tumbuhan yang efektif untuk mengendalikan hama tikus (Sudarmo
2005).
Pada Tabel 2 dapat dilihat konsumsi beras setelah tikus rumah diberi
perlakuan dengan beberapa konsentrasi. Pada perlakuan G1 berbeda nyata dengan
perlakuan G2, G4, dan kontrol, namun perlakuan G1 tidak berbeda nyata dengan
G3. Keefektifan dalam kematian tikus rumah yaitu pada G1 yang dapat
mematikan tikus sebesar 30% dalam 10 ulangan.

Hal ini disebabkan oleh

komposisi konsentrasi blok yang cukup baik dengan mengakibatkan umpan
dikonsumsi dalam jumlah yang tinggi sebesar 5.292 g/100 g bobot tubuh. Pada
perlakuan G2, G3, G4 tidak menimbulkan kematian. Hal ini disebabkan oleh
konsentrasi blok yang berbeda-beda dan daya tahan tikus yang beragam. Tikus

17

rumah memiliki daya tahan yang cukup baik, karena hewan mamalia ini dapat
menetralisir racun dalam tubuhnya.
Pada Tabel 3 memperlihatkan bobot tubuh tikus rumah menunjukkan
kenaikan yang terlihat jelas pada perlakuan kontrol sebesar 11.094 g. Hal ini
disebabkan pada perlakuan kontrol tidak terkandung konsentrasi racun yang
mengakibatkan umpan tidak memiliki efek apapun. Namun, pada perlakuan G2
dan G4 yang telah terkandung racun memperlihatkan kenaikan yang tidak terlalu
besar yaitu sebesar 2.089 g dan 4.586 g. Hal ini disebabkan oleh konsumsi beras
setelah perlakuan blok yang cukup tinggi (8.062 g dan 7.724 g). Perlakuan G2
dan G4 memperlihatkan bahwa rodentisida botanis yang diaplikasikan memiliki
efek yang tidak terlalu besar bagi bobot tubuh. Pada perlakuan G1 dan G3
menimbulkan penurunan bobot tubuh tikus rumah.
Tabel 3 Bobot awal dan akhir tubuh tikus rumah terhadap perlakuan
Perlakuan
Kontrol
G1
G2
G3
G4

Rerata bobot tubuh tikus rumah (g)
Bobot awal
Bobot akhir
97.633
108.727
119.795
109.001
107.601
109.690
112.375
106.881
101.663
106.249

Perlakuan Rodentisida Gadung Bentuk Blok terhadap Tikus Sawah
Pada perlakuan terhadap tikus sawah memperlihatkan konsumsi tertinggi
umpan pada perlakuan G1 sebesar 5.622 g/100 g bobot tikus sawah (Tabel 4), hal
ini tidak berbeda nyata dibandingkan dengan konsumsi umpan pada perlakuan
lainnya. Hasil ini membuktikan bahwa umpan yang telah dibuat cukup efektif
dalam menarik tikus sawah untuk dikonsumsi selain itu disebabkan oleh
komposisi umpan perlakuan gadung dalam blok tidak mempengaruhi konsumsi
tikus sawah.
Umpan perlakuan ini mengandung berbagai bahan penyedap dan bahan
tambahan seperti beras, karamel, tepung ikan, telur, minyak goreng, gula pasir,
dan vetsin yang dapat menambah ketertarikan tikus untuk mengonsumsinya.

18

Tabel 4 Konsumsi tikus sawah terhadap umpan blok dan beras setelah perlakuan
Perlakuan

Umpan Blok
(g/100 g berat badan)

Kontrol
G1
G2
G3

4.710±2.351a
3.592±2.061a
4.581±1.509a
4.585±1.568a

Beras Setelah
Perlakuan
(g/100 g berat badan)
6.230±1.997a
4.496±2.695a
4.521±1.928a
3.435±3.141a

G4

4.960±1.088a

4.302±3.275a

Kematian (%)
0
40
30
70
40

Keterangan : angka dalam kolom yang sama dengan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dalam uji Duncan pada taraf 5%

Konsumsi beras dalam perlakuan terhadap tikus sawah tidak berbeda nyata
untuk seluruh perlakuan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tikus yang mati
ketika perlakuan umpan blok gadung, kemudian pada perlakuan tersebut
menimbulkan efek yang sama terhadap konsumsi beras. Data kematian tikus
sawah terlihat begitu beragam, pada perlakuan G1 melihatkan kematian 40%,
perlakuan G2 dan G4 memperlihatkan kematian mencapai 30%, kemudian untuk
perlakuan G3 kematian mencapai 70% (Tabel 4).
Pada perlakuan G3 terhadap tikus sawah mencapai nilai efektif untuk
kematian tikus. Pada perlakuan G4 menimbulkan kematian lebih sedikit
dibandingkan dengan perlakuan G3 yang mengandung racun lebih sedikit. Hal ini
disebabkan oleh konsentrasi blok rodentisida botanis yang beragam, kemudian
daya tahan tikus yang berbeda-beda, karena enzim yang terdapat di dalam tubuh
tikus bekerja dengan sendiri. Selain itu, gadung yang digunakan dalam bentuk
ekstrak kasar memungkinkan untuk dinetralisir oleh tikus uji. Ada perbedaan
yang nyata antara berbagai tingkat konsentrasi ekstrak umbi gadung dengan
jumlah kematian rata-rata (Narendra 2005).
Pada perlakuan terhadap tikus sawah memperlihatkan penurunan bobot
tubuh tikus (Tabel 5), kecuali pada perlakuan kontrol yang tidak mengandung
konsentrasi racun yang mengakibatkan bobot tubuh tikus sawah tidak
terpengaruh.

19

Tabel 5 Bobot awal dan akhir tubuh tikus sawah terhadap perlakuan
Perlakuan
Kontrol
G1
G2
G3
G4

Rerata bobot tubuh tikus sawah (g)
Bobot awal
Bobot akhir
100.328
100.726
102.929
84.441
107.455
90.769
109.282
84.804
110.557
101.995

Metode Pilihan (choice test)
Perlakuan umpan pilihan dilakukan dengan memberikan umpan blok dan
umpan beras yang dicampur dengan gadung yang tidak berbentuk blok (BG)
(Tabel 6).

Umpan blok yang digunakan yaitu umpan perlakuan G3 dengan

konsentrasi gadung 25%. Blok gadung G3 dipilih sebagai umpan pada choice test
ini dikarenakan blok gadung tersebut cukup efektif dalam ketertarikan untuk
dikonsumsi serta dalam mematikan tikus sawah.
Tabel 6 Konsumsi umpan pada metode pilihan
Ulangan
1
2
3
4
Rerata

Konsumsi (g/100 g berat
badan)
Blok G3
BG
0.214
5.366
0.367
7.877
2.334
3.177
1.178
4.482
1.02
5.23

Rerata bobot tubuh tikus sawah (g)
Bobot awal
148.42
85.66
105.21
144.19

Bobot akhir
150.88
94.35
108.2
136.03

Bobot rerata
149.650
90.005
106.705
140.110

Dari Tabel 6 terlihat bahwa konsumsi umpan pada G3 yaitu 1.02 g/100 g
bobot tikus lebih sedikit dibandingkan dengan BG yaitu sebesar 5.23 g/100 g
bobot tikus. Hal ini dikarenakan jarangnya tikus mengonsumsi umpan dengan
bentuk blok. Kemudian pada umpan BG terdapat konsentrasi beras cukup banyak
yang dapat menarik tikus.

Pada umumnya tikus cenderung untuk memilih

mengonsumsi umpan berupa serealia sebagai pakan utamanya (Priyambodo
2003). Umpan G3 termasuk umpan yang efektif dalam kematian tikus namun
kurang efektif dalam menambah ketertarikan tikus untuk mengonsumsi
dibandingkan dengan BG.

Keempat perlakuan tersebut tidak menimbulkan

kematian sampai pada pemberian hari ke-14 (tidak diganti dengan beras).

20

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Perakitan umpan dalam bentuk blok sangat efektif bagi ketertarikan tikus
untuk mengonsumsi, terlihat dari pengujian kontrol yang tinggi dalam tingkat
konsumsi dibandingkan dengan pengujian lainnya seperti G1, G2, G3, dan G4.
Tikus rumah mengonsumsi umpan kontrol mencapai 8.838 g/100 g bobot tubuh
dan untuk tikus sawah mencapai 4.710 g/100 g bobot tubuh. Tingkat kefektifan
dalam kematian yang disebabkan oleh perlakuan konsentrasi bahan aktif yaitu
pada perlakuan G1 pada tikus rumah dan G3 pada tikus sawah. Pada perlakuan
G1 terhadap tikus rumah dikonsumsi sebanyak 5.292 g/100 g bobot tubuh
kemudian menimbulkan kematian mencapai 30%.

Kemudian perlakuan G3

terhadap tikus sawah telah dikonsumsi sebanyak 4.585 g/100 g bobot yang dapat
menimbulkan kematian tikus sawah mencapai 70%. Pada pengujian umpan blok
dapat disimpulkan bahwa G3 menimbulkan hasil yang efektif dalam ketertarikan
dan kematian tikus namun pada pengujian pilihan dapat memperlihatkan
perlakuan BG lebih efektif dalam menarik tikus untuk mengonsumsi
dibandingkan dengan umpan G3.

Saran
Diperlukan pengujian tambahan untuk mengetahui dampak fisiologis tikus
rumah dan tikus sawah akibat perlakuan rodentisida botanis.

Perakitan

rodentisida botanis yang efektif dan efisien sangat diperlukan serta perlu adanya
pengujian langsung di lapangan.

21

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2004. Pengawetan bamboo dengan pestisida alami. Pikiran Rakyat
Cyber Media. (http://community.um.ac.id) [11 Oktober 2010].
[Anonim]. 2007. Kripik gadung makanan olahan tradisional. Warta Desa 21
September 2007:1 (kolom 1).
Djafaruddin. 1995. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Djojosumarto P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Ed ke-2.

Flach M, Rumawas F, editor. 1996. Plant Yielding Non-Seed Carbohydrates.
Bogor: Prosea.
Haryadi. 2006. Teknologi Pengelolaan Beras.
University Press.

Yogyakarta: Gajah Mada

Hone J. 1996. Analysis Of Vertebrate Pest Conrol. Cambridge: Cambridge
University Press.
Meehan, AP. 1984. Rat and Mice, Their Biologi and Control. East Griendstead:
Rentokil Limited.
Mukhlis A. 2007. Kajian ketertarikan tikus pohon (Rattus tiomanicus Miller),
tikus rumah (Rattus rattus diardii L.), dan wirok kecil (Bandicota
bangalensis Gray&Hard.) pada beberapa jenis umpan [skripsi]. Bogor:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Narendra P. 2005. Daya bunuh gadung racun (Dioscorea hispida) terhadap mencit
putih (Mus musculus) [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Natawigena D. 2000. Beberapa kendala dalam memproduksi pestisida nabati.
Crop Science [jurnalon-line]. http://cropscience.org/ [20 Januari 2010].
Prakash A, Rao J. 1997. Botanical Pesticides in Agriculture. Cuttack: CRC
Press.
Priyambodo S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Ed ke-3. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Priyambodo S. 2006. Tikus. Di dalam: Singgih HS dan Upik KH, editor. Hama
Permukiman Indonesia.
Bogor: Unit Kajian Pengendalian Hama
Permukiman (UKPHP). hlm 195-212.
Rochman. 1986. Biologi dan Ekologi Tikus Khususnya pada Tanaman Pangan di
Indonesia. Seminar Penggunaan Klerat-RMB. Jakarta.
Rochman. 1990. Masalah Tikus dan Pengendaliannya pada Tanaman Pangan di
Indonesia. Bogor: PT. Agricon Indonesia. hlm 271-285.
Salikin KA. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Pen

Dokumen yang terkait

Efektivitas Sarcocystis Singaporensis Terhadap Mortalitas Tikus Sawah Rattus Rattus Argentiventer Rob & Kloss (Rodentia : Muridae) Di Laboratorium

2 53 47

Tingkat Kejeraan Racun dan Umpan Tikus Sawah (Rattus argentiventer Rob. & Klo.), Tikus Rumah (Rattus rattus diardii Linn.), dan Tikus Pohon (Rattus tiomanicus Mill.)

0 11 59

Uji preferensi rodentisidadan umpan serta efikasi rodentisida terhadap tikus pohon [Rattus tiomanicus Mill.] dan Tikus rumah [Rattus rattus diardii Linn]

0 5 74

Perancangan dan pengujian perangkap, pengujian jenis rodentisida dalam pengendalian tikus pohon [Rattus tiomanicus Mill], tikus rumah [Rattus rattus diardii Linn], dan tikus sawah [Rattus argentiventer Rob. dan Klo] di laboratorium

0 8 56

Pengujian Antikoagulan Bromadiolon pada Tikus Sawah (Rattus argentiventer Rob. & Klo.)

0 2 99

Preferensi Makan Tikus Pohon (Rattus tiomanicus Mill.) dan Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L ) terhadap Umpan dan Rodentisida

0 15 38

Pemanfaatan bagian daun dan biji tumbuhan kacang babi (Tephrosia sp.) sebagai bahan rodentisida nabati untuk mengendalikan tikus sawah(Rattus argentiventer)dan tikus rumah (Rattus rattus diardii)

0 6 23

Rodentisida Botanis Dioscorea Hispida Dalam Pengendalian Rattus . rattus Diardii dan Rattus argentiventer

0 6 11

Pengujian repelensi dari empat jenis tanaman terhadap Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.)

1 8 36

Uji Rodentisida Kadaluarsa Pada Tikus Pohon (Rattus Tiomanicus Mill.) Dan Tikus Rumah (Rattus Rattus Diardii L.).

0 5 33