V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Histopatologi
Biopsi dari lepuh kecil yang baru memberi nilai diagnostik. Histologi dari biopsi akan menunjukkan suatu lepuh subepidermal tanpa nekrosis epidermis
dan suatu infiltrat dermis superfisial yang berisikan limfosit, histiosit dan eosinofil yang khas. Terdapat infiltrat dari yang padat sampai jarang dengan
ciri khas berisikan beberapa eosinofil. Biopsi lepuh yang berada pada dasar yang eritema cenderung memiliki infiltrat yang lebih luas. Eosinofil juga
sering terlihat di dalam rongga lepuh. Netrofil mungkin tampak dalam infiltrat tetapi jarang membentuk mikroabses pada ujung papila. Lesi-lesi urtikaria bisa
menunjukkan hanya suatu infiltrat dermis superfisial dari limfosit, histiosit, dan eosinofil dengan edema papila dermis. Histologi dari lesi urtikaria juga
bisa memperlihatkan degranulasi eosinofil pada dermal-epidermal junction dengan pemisahan dini dari sel basal individual dari membran basal dan
spongiosis eosinofilik.
2,3,5,9,11,12
Gambar 2. Histopatologi pemfigoid bulosa A lepuh pada sub-epidermal dengan infiltrat sel radang yang berisi eosinofil pada permukaan dermis B
Degranulasi eosinofil pada membran basal epidermis dan spongiosis eosinofilik.
Dikutip sesuai dengan aslinya dari kepustakaan 3
Universitas Sumatera Utara
2. Imunologi
• Imunofluoresensi direk
Imunofluoresensi direk tidak dapat dilakukan pada lepuh karena imunoreaktan sering hilang pada atap lepuh. Pengambilan biopsi paling
baik pada daerah perilesi yaitu tidak lebih dari 2 cm dari lesi. Apabila tidak ada lesi yang aktif, biopsi untuk imunofluoresensi dapat juga diambil
pada daerah kulit yang secara klinis tidak terlibat pada daerah paha bagian depan atau fleksor lengan bawah dan pada permukaan mukosa. Sebaiknya
digunakan biopsi punch dengan ukuran 3 – 4 mm dan pada saat pengambilan tidak perlu dalam.
Imunofluoresensi direk dari kulit tepi lesi pasien pemfigoid bulosa menunjukkan penumpukan imunorektan dalam suatu bentuk linier pada
membran dasar epidermis. Pada hampir semua pasien dapat dideteksi C3, kadang-kadang sebagai imunoreaktan tunggal, namun IgG juga terdeteksi
pada sebagian besar pasien.
2
2,3,5,9,11,12
Gambar 3. Imunofluoresensi direk pada daerah perilesi menunjukkan pita linier C3 pembesaran 340 kali
Dikutip sesuai dengan aslinya dari kepustakaan 3
• Imunofluoresensi indirek
Imunofluoresensi indirek dapat dilakukan pada darah, cairan pada bula dan urin. Cairan pada bula dan urin hanya dilakukan pada pasien
yang tidak koperatif karena hasilnya jarang positif.
2
Universitas Sumatera Utara
Imunofluoresemsi indirek pada 70-80 persen pasien pemfigoid bulosa memiliki autoantibodi IgG sirkulasi pada membran dasar
epidermis. False positif jarang terjadi dan menemukan adanya autoantibodi sirkulasi dapat menegakkan diagnosis pemfigoid
bulosa. Apabila substrat imunofluoresensi diinkubasi dalam NaCl 1M
untuk memisahkan epidermis dan dermis pada lamina lusida, maka pada pasien akan dapat terdeteksi antibodi dalam sirkulasi dengan persentase
yang lebih tinggi. Selain itu, antibodi pemfigoid bulosa juga berikatan pada atap lepuh yaitu dasar dari sel basal.
2,3,5,9,11,12
2,3,5,9,11,12
Gambar 4. Imunofluoresensi indirek menunjukkan pola linier IgG yang terlihat pada membran dasar epidermis kulit normal pembesaran 340
kali Dikutip sesuai dengan aslinya dari kepustakaan 3
Gambar 5. Imunofluoresensi indirek kulit normal yang diinkubasi dalam NaCl 1M. IgG serum pemfigoid bulosa berikatan pada atap lepuh
pembesaran 330 kali” Dikutip sesuai dengan aslinya dari kepustakaan 3
Universitas Sumatera Utara
VI. DIAGNOSIS BANDING