Hubungan Karakteristik Masyarakat Desa Cibanteng dengan Perilaku Menonton dan Literasi Media Acara Televisi Prime Time

HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT DESA
CIBANTENG DENGAN PERILAKU MENONTON DAN
LITERASI MEDIA ACARA TELEVISI PRIME TIME

ROSALITA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan
Karakteristik Masyarakat Desa Cibanteng dengan Perilaku Menonton dan Literasi
Media Acara Televisi Prime Time adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Rosalita
NIM I34100064

ABSTRAK
ROSALITA. Hubungan Karakteristik Masyarakat Desa Cibanteng dengan
Perilaku Menonton dan Literasi Media Acara Televisi Prime Time. Dibimbing
oleh AIDA VITAYALA S HUBEIS.
Stasiun televisi swasta saling bersaing dalam menayangkan beragam
program acara, terutama saat prime time pukul 19.00-21.00 WIB. Pada jam
tersebut diasumsikan lebih banyak orang menonton televisi sehingga mereka
menghadirkan program acara terbaiknya. Prime time dapat memengaruhi perilaku
menonton masyarakat, tidak terkecuali di perdesaan. Masyarakat tidak hanya
sekedar menonton tetapi juga diharapkan memiliki literasi media pada acara yang
ditontonnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku menonton dan
literasi media acara prime time yang dihubungkan dengan karakteristik
masyarakat. Sampel diambil sebanyak 60 orang secara acak pada masyarakat
berusia 18 tahun ke atas yang mengakses acara prime time di Desa Cibanteng,

Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja karena termasuk
dalam zona Waktu Indonesia Barat dan memiliki kemudahan akses ke berbagai
stasiun televisi. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif didukung
kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data dari tabulasi silang yang didukung oleh
Uji Korelasi Rank Spearman dan Chi Square, jenis kelamin dan status pekerjaan
memiliki hubungan dengan perilaku menonton dan literasi media acara prime time
sedangkan tingkat pendidikan dan status ekonomi hanya memiliki hubungan
dengan literasi media acara prime time.
Kata kunci: Desa, program acara, stasiun televisi swasta

ABSTRACT
ROSALITA. The Correlation of Cibanteng Village Community Characteristics
with Watching Behaviour and Media Literacy on Prime Time Television Show.
Supervised by AIDA VITAYALA S HUBEIS.
Commercial televisions are competing each other in showing their
programs, especially on prime time show, which is start from 19.00-21.00 WIB.
The assumption is more people are watching televison so all of the television
stations are showing their best program. Prime time may affect people’s watching
behaviour even in rural. However, not only about watching but also they have
media literacy on prime time show they watching are. The goal of this research is

to analyze watching behaviour and media literacy on prime time show then are
connected by community characteristics. This research which is taking 60 samples
randomly to them who are old above 18 years and have access to prime time show
was done in Cibanteng Village, Bogor Regency. Site selection is purposively
because it is in West Indonesia Time zone and it have easy access to many
television stations. The method is quantitative which is supported by qualitative.
According to the outcome using crosstabs and statistic correlation test Rank
Spearman and Chi Square, gender and job status have correlation with watching
behaviour and media literacy on prime time show while education level and
economy status have correlation with media literacy only.
Keywords: Commercial televisions, television program, rural

HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT DESA
CIBANTENG DENGAN PERILAKU MENONTON DAN
LITERASI MEDIA ACARA TELEVISI PRIME TIME

ROSALITA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Hubungan Karakteristik Masyarakat Desa Cibanteng dengan
Perilaku Menonton dan Literasi Media Acara Televisi Prime Time
Nama
: Rosalita
NIM
: I34100064

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. atas nikmat dan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Karakteristik Masyarakat Desa Cibanteng dengan Perilaku Menonton
dan Literasi Media Acara Televisi Prime Time”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi syarat kelulusan dan memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik masyarakat Desa
Cibanteng yang dihubungkan dengan perilaku menonton dan literasi media pada
acara televisi prime time. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi referensi bagi

pihak-pihak yang ingin meneliti topik ini dan pihak lain yang terkait.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof Dr Ir Aida Vitayala S
Hubeis selaku dosen pembimbing dan Bapak Martua Sihaloho, SP MSi serta
Bapak Dr Ir Pudji Muljono MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan
banyak asupan, koreksi, serta nasihat yang penting bagi penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua penulis,
Badarudin Bakri dan Roos Yuniarti serta kedua adik penulis, Lin Rosalia dan
Kania Khansa yang telah memberi semangat dan dukungan. Selain itu, penulis
berterima kasih kepada Ruslan Abdul Nasser dari Statistika 47 atas motivasi dan
segala bantuannya. Tidak lupa untuk teman-teman KPM 47 dan dari departemen
lain, responden dan informan di Desa Cibanteng, serta seluruh pihak yang telah
membantu.
Pada penyusunan skripsi ini, penulis memohon maaf atas kekurangan yang
ada. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dari berbagai
kalangan yang terkait.
Bogor, Juni 2014
Rosalita

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vii

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


3

Tujuan Penelitian

4

Kegunaan Penelitian

4

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka

5
5

Kerangka Pikir

10


Hipotesis Penelitian

13

Definisi Operasional

13

PENDEKATAN LAPANG

17

Lokasi dan Waktu

17

Teknik Pengumpulan Data

18


Teknik Pengolahan dan Analisis Data

18

GAMBARAN UMUM DESA CIBANTENG

19

Kondisi Geografis

19

Karakteristik Penduduk

19

Kondisi Akses Televisi

21


Ikhtisar

24

KARAKTERISTIK MASYARAKAT DESA CIBANTENG PENGAKSES
ACARA TELEVISI PRIME TIME

25

Karakteristik Responden Menurut Umur

25

Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

25

Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan

26

Karakteristik Responden Menurut Status Pekerjaan

26

Karakteristik Responden Menurut Ras

27

Karakteristik Responden Menurut Status Ekonomi

27

Ikhtisar

28

PERILAKU MENONTON MASYARAKAT DESA CIBANTENG PADA
ACARA TELEVISI PRIME TIME
Durasi Menonton Acara Prime Time

29
29

Pilihan Acara Prime Time

30

Frekuensi Menonton Acara Prime Time

31

Hubungan Karakteristik Masyarakat Desa Cibanteng dengan Perilaku
Menonton Acara Televisi Prime Time

32

Ikhtisar

37

LITERASI MEDIA MASYARAKAT DESA CIBANTENG PADA
ACARA TELEVISI PRIME TIME

39

Mengakses Acara Prime Time

39

Menganalisis Acara Prime Time

40

Mengevaluasi Acara Prime Time

41

Mengomunikasikan Acara Prime Time

42

Hubungan Karakteristik Masyarakat Desa Cibanteng dengan Literasi
Media Acara Televisi Prime Time

44

Ikhtisar

50

SIMPULAN DAN SARAN

53

DAFTAR PUSTAKA

55

LAMPIRAN

57

RIWAYAT HIDUP

73

DAFTAR TABEL
1. Jumlah dan persentase penduduk Desa Cibanteng menurut jenis kelamin
Tahun 2014

19

2. Jumlah dan persentase penduduk Desa Cibanteng menurut mata
pencaharian Tahun 2014

20

3. Jumlah dan persentase penduduk Desa Cibanteng menurut wilayah RW
Tahun 2014

20

4. Jumlah dan persentase masyarakat RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
menurut mata pencaharian Tahun 2014

21

5. Jumlah dan persentase masyarakat RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan akses TV menurut kelompok umur Tahun 2014

22

6. Jumlah dan persentase kepala keluarga RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan kepemilikan TV menurut jumlah unit TV Tahun 2014

22

7. Jumlah dan persentase masyarakat RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan pilihan stasiun TV menurut kelompok umur Tahun 2014

23

8. Jumlah dan persentase masyarakat RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan akses prime time menurut kelompok umur Tahun 2014

23

9. Jumlah dan persentase responden RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan akses prime time menurut kelompok umur Tahun 2014

25

10. Jumlah dan persentase responden RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan akses prime time menurut jenis kelamin Tahun 2014

25

11. Jumlah dan persentase responden RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan akses prime time menurut tingkat pendidikan Tahun 2014

26

12. Jumlah dan persentase responden RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan akses prime time menurut status pekerjaan Tahun 2014

26

13. Jumlah dan persentase responden RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan akses prime time menurut ras Tahun 2014

27

14. Jumlah dan persentase responden RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan akses prime time menurut status ekonomi Tahun 2014

28

15. Jumlah dan persentase responden RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan durasi dan kategori menonton acara prime time Tahun 2014

29

16. Daftar nama dan jenis acara prime time di stasiun TV pilihan masyarakat
RT 04 RW 04 Desa Cibanteng Tahun 2014

30

17. Jumlah dan persentase responden RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan kategori pilihan acara prime time Tahun 2014

31

18. Jumlah dan persentase responden RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan kategori frekuensi menonton acara prime time Tahun 2014

31

19. Jumlah dan persentase responden RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan kategori perilaku menonton acara prime time Tahun 2014

32

20. Hubungan kelompok umur masyarakat Desa Cibanteng dengan perilaku
menonton acara prime time Tahun 2014

33

21. Hubungan jenis kelamin masyarakat Desa Cibanteng dengan perilaku
menonton acara prime time Tahun 2014

34

22. Hubungan tingkat pendidikan masyarakat Desa Cibanteng dengan
perilaku menonton acara prime time Tahun 2014

34

23. Hubungan status pekerjaan masyarakat Desa Cibanteng dengan perilaku
menonton acara prime time Tahun 2014

35

24. Hubungan ras masyarakat Desa Cibanteng dengan perilaku menonton
acara prime time Tahun 2014

36

25. Hubungan status ekonomi masyarakat Desa Cibanteng dengan perilaku
menonton acara prime time Tahun 2014

37

26. Jumlah dan persentase responden RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan tingkat mengakses acara prime time Tahun 2014

39

27. Jumlah dan persentase responden RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan tingkat menganalisis acara prime time Tahun 2014

40

28. Jumlah dan persentase responden RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan tingkat mengevaluasi acara prime time Tahun 2014

42

29. Jumlah dan persentase responden RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan tingkat mengomunikasikan acara prime time Tahun 2014

43

30. Jumlah dan persentase responden RT 04 RW 04 Desa Cibanteng
berdasarkan kategori literasi media acara prime time Tahun 2014

44

31. Hubungan kelompok umur masyarakat Desa Cibanteng dengan literasi
media acara prime time Tahun 2014

44

32. Hubungan jenis kelamin masyarakat Desa Cibanteng dengan literasi
media acara prime time Tahun 2014

45

33. Hubungan tingkat pendidikan masyarakat Desa Cibanteng dengan
literasi media acara prime time Tahun 2014

46

34. Hubungan status pekerjaan masyarakat Desa Cibanteng dengan literasi
media acara prime time Tahun 2014

47

35. Hubungan ras masyarakat Desa Cibanteng dengan literasi media acara
prime time Tahun 2014

48

36. Hubungan status ekonomi masyarakat Desa Cibanteng dengan literasi
media acara prime time Tahun 2014

49

DAFTAR GAMBAR
1. Matriks jenis program acara televisi

7

2. Matriks daftar acara prime time televisi swasta Tahun 2014

7

3. Matriks model konsep literasi media

9

4. Kerangka pikir

12

5. Matriks jadwal pelaksanaan penelitian Tahun 2014

17

6. Denah Desa Cibanteng Tahun 2014

57

7. Kondisi jalan Desa Cibanteng Tahun 2014

72

8. Kantor Kepala Desa Cibanteng Tahun 2014

72

9. Kondisi pemukiman penduduk Desa Cibanteng Tahun 2014

72

DAFTAR LAMPIRAN
1. Denah Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat

57

2. Kerangka sampling pengakses prime time RT 04 RW 04 Desa
Cibanteng Tahun 2014

58

3. Hasil uji statistik

62

4. Kuesioner penelitian

68

5. Panduan wawancara

71

6. Dokumentasi penelitian

72

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman yang diikuti perkembangan teknologi, media
massa juga mengalami perkembangan yang pesat dalam menyediakan kebutuhan
informasi. Media massa adalah channel, media/medium, saluran, sarana, atau alat
yang digunakan dalam proses komunikasi massa, yakni komunikasi yang
diarahkan kepada orang banyak (channel of mass communication). Salah satu
jenis media massa yang semakin berkembang dan banyak diminati adalah televisi.
Hal ini karena televisi memiliki sifat audio visual dan memiliki fungsi penting
dalam mendukung perkembangan media massa. Fungsi dari televisi di antaranya
adalah fungsi informasi, fungsi pendidikan, dan fungsi hiburan.
Kehadiran televisi sebagai salah satu sumber informasi yang menarik kini
cukup signifikan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya stasiun televisi yang hadir
dalam menayangkan berbagai program acara untuk menarik perhatian konsumen.
Stasiun televisi yang lebih mendominasi dan lebih diminati adalah stasiun televisi
swasta karena dinilai mampu mengemas progam acara semenarik dan sekreatif
mungkin. Menurut Morissan (2008) diacu Masitoh (2013), program acara televisi
dibagi menjadi dua jenis, yaitu program informasi dan program hiburan.
Sayangnya, berbagai program acara tersebut tidak sepenuhnya
menyumbangkan kontribusi yang positif pada masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan informasi. Banyak tayangan stasiun televisi swasta yang menonjolkan
unsur kekerasan, unsur materialistis, dan mengarahkan masyarakat, terutama di
perdesaan, pada pola hidup mewah dan konsumtif. Hal ini karena keberadaan
televisi swasta tidak lepas dari kepentingan komersialisasi yang mencari
keuntungan melalui rating suatu program acara (Hartanto 2010).
Rating adalah data kepemirsaan televisi. Semakin tinggi rating, semakin
besar pula keuntungan yang didapat stasiun televisi swasta dari para pengiklan.
Oleh karena itu, menurut Hartanto (2010), berbagai stasiun televisi swasta
bersaing menghadirkan program acara yang menarik agar berhasil memperoleh
rating yang tinggi sehingga sering kali mengabaikan mutu dan kualitas suatu
acara. Persaingan dalam menghadirkan program acara yang menarik minat
konsumen lebih banyak pada saat jam tayang utama atau prime time yaitu pukul
19.00 WIB sampai 21.00 WIB. Pada jam ini lebih banyak orang yang
menghabiskan waktunya di depan televisi sehingga menjadi kesempatan yang
baik bagi stasiun televisi dan para pengiklan memanfaatkan waktu ini.
Prime time tersebut dapat memengaruhi perilaku menonton seseorang
karena pada jam tersebut umumnya stasiun televisi menayangkan program acara
terbaiknya. Menurut De Fleur (1983) diacu Asmar (2009), perilaku menonton
dapat dilihat dari tiga hal, yaitu durasi menonton, pilihan acara, dan frekuensi
menonton acara tertentu. Durasi menonton adalah total waktu rata-rata yang
digunakan untuk menonton sedangkan pilihan acara adalah acara yang dipilih dan
frekuensi menonton adalah keseringan menonton acara tertentu. Mengenai isi
tayangan, program acara pada prime time masih banyak yang memiliki mutu dan
kualitas rendah, meski ada juga stasiun televisi yang menayangkan acara
informasi yang bermanfaat.

2
Kondisi tayangan televisi yang sedemikian buruknya tentu bertentangan
dengan Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002, terutama pada pasal 36
mengenai isi siaran. Kriyantono (2007) juga menjelaskan bahwa dalam UndangUndang Penyiaran No. 32 Tahun 2002, ada minimal dua kriteria isi siaran dan
praktik media yang berkualitas dan dibutuhkan masyarakat, yaitu adanya
pluralitas dalam kepemilikan dan adanya keberanekaragaman isi. Menurut
Hartanto (2010), televisi swasta memiliki dampak negatif karena didasari motif
bisnis. Dampak negatif tersebut yaitu meningkatnya sikap dan perilaku konsumtif,
mengarahkan pada gaya hidup metropolis, mengurangi produktivitas, dan
menciptakan keseragaman.
Menghadapi maraknya terpaan tayangan televisi, masyarakat sebagai
konsumen media harus lebih melek media atau literasi media. Menurut
Kriyantono, melek media adalah keterampilan untuk menganalisis isi media.
Literasi media menurut Hartanto (2010) juga diartikan sebagai kritis media, yaitu
dapat mengkritisi isi media. Definisi lain menurut National Leadership
Conference on Media Education, literasi media adalah kemampuan untuk
mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengomunikasikan pesan dalam
berbagai bentuknya (Hobbs 1999 diacu Juditha 2013).
Konsumen media, terutama pada televisi, salah satunya adalah masyarakat
yang berada di perdesaan. Tayangan televisi memang memiliki pengaruh dan
menjadi daya tarik tersendiri, tak terkecuali bagi mereka yang berada di desa.
Kemudahan akses pada beragam saluran televisi membuat masyarakat desa juga
mengonsumsi televisi. Menurut Supriyanto (2010), televisi merupakan hiburan
bagi masyarakat desa di malam hari saat mereka bersantai.
Penelitiannya di desa Lebak Barang, Pekalongan menyimpulkan bahwa
tayangan televisi di malam hari, terutama sinetron, menjadi favorit masyarakat
karena dapat menciptakan kehidupan sosial yang lebih baik dan membuat
keluarga dapat berkumpul bersama. Mengacu pada penelitian tersebut maka
penelitian ini dilakukan di salah satu perdesaan dengan mengambil sampel pada
masyarakat yang mengakses acara televisi saat prime time di desa tersebut. Desa
yang diteliti terkait acara prime time adalah Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Berdasarkan deskripsi tersebut, prime time menjadi andalan utama stasiun
televisi swasta untuk menayangkan program acara terbaiknya yang didasarkan
pada rating yang tinggi sehingga sering mengabaikan mutu dan kualitas program.
Jam tayang utama tersebut dapat memengaruhi perilaku menonton masyarakat,
salah satunya pada masyarakat Desa Cibanteng yang pada umumnya menonton
televisi di jam tersebut. Kondisi ini mengkhawatirkan karena acara yang
ditayangkan masih dinilai kurang baik sehingga dibutuhkan kemampuan
masyarakat Desa Cibanteng untuk menganalisis isi tayangan (literasi media). Oleh
karena itu, penelitian ini menganalisis hubungan karakteristik masyarakat Desa
Cibanteng dengan perilaku menonton dan literasi media acara televisi prime time.

Perumusan Masalah
Televisi merupakan salah satu jenis media massa yang kini mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Berbagai stasiun televisi, terutama televisi

3
swasta, hadir untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Antar stasiun
televisi swasta tersebut bersaing dalam menayangkan program-program acara
untuk menarik perhatian masyarakat, tak terkecuali masyarakat di perdesaan.
Salah satu desa tersebut adalah Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan lokasi penelitian, diidentifikasi karakteristik
masyarakat Desa Cibanteng yang memiliki akses terhadap televisi. Menurut
Untoro (1994), karakteristik masyarakat berupa demografi dapat dilihat dari enam
hal, yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, dan status
ekonomi.
Persaingan antar stasiun televisi swasta dalam menarik perhatian penonton
memang lebih banyak pada saat jam tayang utama atau lebih dikenal dengan
prime time, yaitu pada pukul 19.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB. Hal ini karena
pada jam tersebut lebih banyak orang yang menghabiskan waktunya di depan
televisi sehingga menjadi kesempatan yang baik bagi stasiun televisi dan para
pengiklan memanfaatkan waktu ini. Begitu pun pada masyarakat desa yang
menjadikan televisi sebagai hiburan di malam hari saat mereka bersantai
(Supriyanto 2010). Adanya prime time yang menayangkan program-program
terbaik dari berbagai stasiun televisi dapat memengaruhi perilaku menonton
seseorang.
Menurut De Fleur (1983) diacu Asmar (2009), perilaku menonton dapat
dilihat dari tiga hal, yaitu durasi menonton, pilihan acara, dan frekuensi menonton
acara tertentu. Durasi menonton adalah total waktu yang digunakan untuk
menonton televisi sedangkan pilihan acara adalah acara yang ditonton dan
frekuensi menonton adalah keseringan menonton acara tertentu. Untuk melihat
tinggi rendahnya perilaku menonton masyarakat Desa Cibanteng, dapat dianalisis
melalui tiga indikator tersebut. Oleh karena itu, bagaimana perilaku menonton
masyarakat Desa Cibanteng pada acara televisi prime time?
Isi pesan yang terdapat dalam tayangan televisi, terutama prime time,
masih banyak yang memiliki mutu dan kualitas rendah, meski ada juga stasiun
televisi yang menayangkan acara informasi yang bermanfaat. Kondisi tersebut
tentu bertentangan dengan Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 pada
pasal 36 yang membahas isi siaran. Kriyantono (2007) juga menjelaskan bahwa
dalam Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002, ada minimal dua kriteria
isi siaran dan praktik media yang berkualitas dan dibutuhkan masyarakat, yaitu
adanya pluralitas dalam kepemilikan dan adanya keberanekaragaman isi.
Hartanto (2010) menyebutkan dampak negatif televisi swasta karena
didasari motif bisnis, yaitu meningkatnya sikap dan perilaku konsumtif,
mengarahkan pada gaya hidup metropolis, mengurangi produktivitas, dan
menciptakan keseragaman. Menghadapi kondisi tersebut, masyarakat sebagai
konsumen media harus lebih melek media atau literasi media. Menurut
Kriyantono, melek media adalah keterampilan untuk menganalisis isi media.
Literasi media menurut Hartanto (2010) juga diartikan sebagai kritis media, yaitu
dapat mengkritisi isi media.
Menurut National Leadership Conference on Media Education, literasi
media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan
mengomunikasikan pesan dalam berbagai bentuknya (Hobbs 1999 diacu Juditha
2013). Sebagai konsumen media, masyarakat Desa Cibanteng harus mampu
melakukan literasi media, terutama pada tayangan televisi saat prime time.

4
Literasi media masyarakat, seperti di Desa Cibanteng, akan berbeda-beda dilihat
dari karakteristik masyarakat tersebut. Oleh karena itu, bagaimana literasi media
masyarakat Desa Cibanteng pada acara televisi prime time?
Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan
karakteristik masyarakat Desa Cibanteng dengan perilaku menonton dan literasi
media acara televisi prime time. Adapun tujuan penelitian secara lebih rinci
dirumuskan sebagai berikut:
1. Menganalisis perilaku menonton masyarakat Desa Cibanteng pada acara
televisi prime time
2. Menganalisis literasi media masyarakat Desa Cibanteng pada acara televisi
prime time
Kegunaan Penelitian
Mengacu kepada tujuan penelitian, kegunaan dilaksanakannya penelitian
ini terbagi menjadi kegunaan penelitian bagi akademisi, pemerintah, swasta dan
masyarakat. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dan kajian untuk penelitian selanjutnya mengenai perilaku menonton dan
literasi media masyarakat perdesaan terhadap tayangan acara televisi,
terutama pada prime time.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan masukan berupa kritik
dan saran kepada pemerintah sebagai pembuat kebijakan agar lebih tegas
menegakkan Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 dan
memberikan sanksi tegas pada stasiun televisi manapun yang
menayangkan program acara tidak bermutu dan tidak mendidik. Selain itu,
pemerintah mampu bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan media
televisi untuk menghadirkan program yang lebih bermanfaat dan
berkualitas.
3. Bagi swasta, khususnya stasiun televisi swasta, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan dan menjadi bahan pertimbangan sebelum
membuat suatu program acara. Selain itu, diharapkan juga untuk
menghadirkan tayangan-tayangan yang bermutu dan bermanfaat serta
mendidik.
4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
mengenai tayangan televisi saat ini dan semakin banyak masyarakat yang
menerapkan literasi media.

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Televisi
Seiring dengan kemajuan teknologi, media massa mengalami
perkembangan dalam memenuhi kebutuhan informasi. Media massa
adalah channel, media/medium, saluran, sarana, atau alat yang digunakan dalam
proses komunikasi massa, yakni komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak
(channel of mass communication). Media massa terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
media cetak, media elektronik, dan media internet. Salah satu jenis media massa
yang semakin berkembang dan banyak diminati adalah media elektronik berupa
televisi. Hal ini karena televisi memiliki sifat audio visual dan memiliki fungsi
penting dalam mendukung perkembangan media massa. Televisi memiliki
berbagai fungsi, seperti fungsi informasi, fungsi pendidikan, dan fungsi hiburan.
Saat ini beragam stasiun televisi, terutama stasiun televisi swasta, hadir
untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Stasiun televisi swasta
merupakan bagian dari lembaga penyiaran swasta yang telah diatur dalam
Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002. Banyaknya kehadiran stasiun
televisi swasta menimbulkan persaingan dalam menayangkan program acara yang
dapat menarik perhatian masyarakat sebagai konsumen media. Namun, program
acara yang ditayangkan banyak yang kurang memberi kontribusi positif bagi
masyarakat.
Menurut Hartanto (2010), banyak tayangan dari stasiun televisi swasta
yang menonjolkan unsur kekerasan, unsur materialistis, dan mengarahkan
masyarakat, terutama di perdesaan, pada pola hidup mewah dan konsumtif. Hal
tersebut karena keberadaan televisi swasta tidak lepas dari kepentingan
komersialisasi yang mencari keuntungan melalui rating suatu program acara.
Rating adalah data kepemirsaan televisi. Semakin tinggi rating, semakin besar
pula keuntungan yang didapat stasiun televisi swasta dari para pengiklan. Oleh
karena itu, berbagai stasiun televisi swasta bersaing menghadirkan program acara
yang menarik agar berhasil memperoleh rating yang tinggi sehingga sering kali
mengabaikan mutu dan kualitas suatu acara.
Kondisi tayangan televisi yang sedemikian buruknya tentu bertentangan
dengan Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002, terutama pada pasal 36
mengenai isi siaran. Pada pasal tersebut, terdapat enam butir ayat yang isinya
sebagai berikut:
(1) Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat
untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan
bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai
agama dan budaya Indonesia.
(2) Isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh Lembaga
Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, wajib memuat
sekurang-kurangnya 60% (enam puluh per seratus) mata acara yang
berasal dari dalam negeri.
(3) Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada
khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata

6
acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan
dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi pesan.
(4) Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan
kepentingan golongan tertentu.
(5) Isi siaran dilarang:
a. Bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong;
b. Menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan
narkotika dan obat terlarang; atau
c. Mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan
(6) Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau
mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak
hubungan internasional.
Kriyantono (2007) juga menjelaskan bahwa dalam Undang-Undang
Penyiaran No. 32 Tahun 2002, ada minimal dua kriteria isi siaran dan praktik
media yang berkualitas dan dibutuhkan masyarakat, yaitu:
1. Adanya pluralitas dalam kepemilikan
Hal ini diperlukan agar tidak terjadi monopoli informasi sehingga harus
dibatasi kepemilikan pada satu orang atau kepemilikan silang. Hal tersebut
karena banyak bermunculan kelompok-kelompok raksasa yang menguasai
berbagai media sehingga isi siaran mengandung keseragaman materi dan
diputar ulang pada stasiun televisi yang berbeda.
2. Keberanekaragaman isi
Dengan aturan batasan jangkauan dan standar isi siaran diharapkan
membuat isi siaran lebih bervariasi. Isi siaran televisi saat ini masih
seragam karena tiga hal, yaitu banyak praktik daur ulang, duplikasi dan
fenomena latah untuk nebeng popularitas saja; rendahnya kreativitas
pengelola media; dan media masih berpola pikir “given”.
Isi tayangan televisi yang kurang bermanfaat akan berakibat pada
masyarakat sebagai konsumen media yang mengonsumsi tayangan tersebut.
Hartanto (2010) menyebutkan dampak negatif televisi swasta karena didasari
motif bisnis, yaitu meningkatnya sikap dan perilaku konsumtif, mengarahkan
pada gaya hidup metropolis, mengurangi produktivitas, dan menciptakan
keseragaman. Tayangan televisi harus menjadi perhatian yang serius karena
sangat banyak orang yang memiliki kemudahan mengaksesnya yang
kemungkinan dapat mencerna isi tayangan yang kurang baik.
Acara Prime Time
Persaingan antar stasiun televisi swasta dalam menarik perhatian penonton
lebih banyak pada saat jam tayang utama atau lebih dikenal dengan prime time,
yaitu pada pukul 19.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB. Hal ini karena pada jam
tersebut asumsinya lebih banyak orang yang menghabiskan waktunya di depan
televisi sehingga menjadi kesempatan yang baik bagi stasiun televisi dan para
pengiklan memanfaatkan waktu ini. Begitu pun pada masyarakat desa yang
menjadikan televisi sebagai hiburan di malam hari saat mereka bersantai
(Supriyanto 2010).
Penelitian Supriyanto (2010) menunjukkan bahwa masyarakat di desa
Lebak Barang, Pekalongan pada malam hari menonton tayangan sinetron di
televisi sebagai hiburan. Menurut mereka, tayangan sinetron tersebut dapat

7
menciptakan kehidupan sosial yang baik bagi masyarakat desa dan membantu
keluarga untuk dapat saling berkumpul bersama. Pada saat prime time, stasiun
televisi swasta saling merebut perhatian penonton dengan menayangkan programprogram acara terbaik mereka. Menurut Morissan (2008) diacu Masitoh (2013),
program acara televisi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian berdasarkan
jenisnya, yaitu progam informasi dan program hiburan.
Gambar 1 Matriks jenis program acara televisi
No.
1

2

Program informasi
a. Hard News yang meliputi:
1. Straight news
2. Feature
3. Infotainment
b. Soft News yang meliputi:
1. Current affair
2. Magazine
3. Dokumenter
4. Talk show

Program hiburan
a. Drama yang meliputi:
1. Sinetron
2. Film
b. Permainan yang meliputi:
1. Quiz show
2. Ketangkasan
3. Reality show
c. Musik
d. Pertunjukan

Berdasarkan pembagian jenis program tersebut, pada saat prime time tidak
semua jenis acara hadir di berbagai stasiun televisi swasta. Berikut beberapa
daftar acara prime time di berbagai stasiun televisi swasta saat ini:
Gambar 2 Matriks daftar acara prime time televisi swasta April 2014
No.

Stasiun
televisi

1

ANTV

2
3

INDOSIAR
SCTV

4
6

TRANS TV
MNC TV

7
8

GLOBAL
TV
RCTI

9

TRANS 7

Acara

a. Super deal
b. Campur-campur
c. Catatan si Olga
Dangdut D’Academy
a. Diam-diam suka
b. Detak cinta
Yuk keep smile
a. Putri duyung
b. Raden
Kian
Santang
Big movies

Jenis acara

Hiburan
Hiburan
Hiburan
Hiburan
Hiburan
Hiburan
Hiburan
Hiburan
Hiburan

Frekuensi
tayang per
minggu
4 kali
7 kali
3 kali
7 kali
7 kali
7 kali
7 kali
6 kali
6 kali

Hiburan

7 kali

a. Anak-anak
Hiburan
manusia
Hiburan
b. Tukang bubur naik
haji
a. On the spot
Informasi
b. CCTV
Informasi

7 kali
7 kali

5 kali
5 kali

8
Karakteristik Masyarakat
Menurut Untoro (1994), karakteristik masyarakat yang meliputi demografi
terdiri dari:
1. Jenis kelamin, merupakan struktur biologis seseorang yang terbagi
menjadi laki-laki dan perempuan.
2. Umur, merupakan satuan umur dalam tahun seseorang yang dihitung sejak
lahir. Kategori umur dewasa adalah sebagai berikut:
a. Awal dewasa (18-30 tahun)
b. Usia pertengahan (31-50 tahun)
c. Masa tua (51-55 tahun ke atas)
3. Tingkat pendidikan, merupakan jenjang pendidikan yang ditempuh
seseorang.
4. Pekerjaan, merupakan penggolongan pekerjaan seseorang yang langsung
memperoleh penghasilan berupa uang.
5. Ras, merupakan suku seseorang.
6. Status ekonomi, merupakan pandangan terhadap seseorang menurut
kemampuan materi.
Karakteristik masyarakat dapat memengaruhi perihal menonton seseorang,
seperti pada penelitian Hendra (2011) yang berjudul “Motivasi dan Kepuasan
Remaja Terhadap Televisi Lokal (Kasus Pemirsa Megaswara TV di Kelurahan
Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat)”. Hasil
penelitian tersebut menyimpulkan bahwa motivasi menonton televisi lokal
Megaswara TV memiliki hubungan dengan pendidikan dan etnis. Responden
dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki motivasi tinggi menonton televisi
lokal. Selain itu, responden yang berasal dari etnis Sunda memiliki motivasi tinggi
menonton televisi lokal.
Perilaku Menonton
Menurut De Fleur (1983) yang dikutip Asmar (2009), ada tiga hal yang
dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk melihat perilaku penggunaan televisi,
yaitu:
1. Total waktu rata-rata (durasi siaran), diartikan sebagai rata-rata total waktu
yang digunakan untuk menonton televisi dari total jam tayang televisi
tersebut.
2. Pilihan acara, dimana diartikan sebagai program acara yang menarik
perhatian penonton dan menggunakan ukuran banyak atau sedikitnya acara
yang ditonton pada suatu televisi.
3. Frekuensi menonton acara tertentu, dimana merupakan tingkat keseringan
menonton acara yang ditayangkan televisi.
Salah satu contoh penelitian mengenai perilaku menonton adalah
penelitian Kusumah (2010) berjudul “Motivasi dan perilaku menonton serta
penilaian khalayak terhadap program acara televisi lokal. Penelitian tersebut
membahas mengenai perilaku menonton terhadap Megaswara TV. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa frekuensi menonton Megaswara TV
seseorang untuk memenuhi kebutuhan identitas pribadi, hiburan, integrasi, dan
interaksi sosial dipengaruhi oleh usia dan domisili sedangkan pilihan acara
seseorang pada Megaswara TV dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan etnis,
begitu pula dengan durasi menontonnya.

9
Literasi Media
Perkembangan kemajuan teknologi media massa dalam menyajikan
berbagai jenis informasi ternyata juga menuntut khalayak untuk lebih maju.
Khalayak harus lebih kritis terhadap berbagai jenis informasi yang disajikan oleh
media massa. Salah satu jenis media massa tersebut adalah televisi. Berbagai
stasiun televisi hadir di tengah masyarakat dan bersaing dalam menayangkan
beragam acara untuk menarik perhatian khalayak. Pada kondisi inilah, masyarakat
harus mampu mengkritisi tayangan-tayangan tersebut agar dapat mengambil
hanya sisi positif isi tayangan tersebut. Inilah yang disebut dengan literasi media.
Menurut National Leadership Conference on Media Education, literasi
media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan
mengomunikasikan pesan dalam berbagai bentuknya (Hobbs 1999 diacu Juditha
2013). Berdasarkan definisi tersebut, berikut model konsep literasi media:
Gambar 3 Matriks model konsep literasi media
No.

1

2

3

Kategori literasi
Keterangan
menurut National
Leadership Conference
on Media Education
Mengakses
Pemahaman dan pengetahuan menggunakan dan
mengakses media dan
mampu memahami isi
pesan
Menganalisis
Mampu
memahami
tujuan pesan media dan
dapat mengidentifikasi
pengirim pesan melalui
media dan apa isi pesan
tersebut

Mengevaluasi

Indikator






Media yang digunakan
Frekuensi penggunaan
Tujuan penggunaan
Mengerti isi pesan

 Kemampuan mengingat
pesan yang diterima
melalui media
 Mampu
menjelaskan
maksud dari pesan
 Mampu mengidentifikasi
pengirim pesan
 Mampu menilai pesan
media
yang
dapat
menarik perhatian
 Sikap, perasaan atau
reaksi yang dirasakan
setelah menerima pesan
dari media
 Mengungkapkan
informasi apa saja yang
menyarankan atau memberikan informasi yang
berguna bagi pengguna
Pesan
yang
diterima
dikomunikasikan
dalam
bentuk apa saja

Mampu menilai pesan
yang diterima kemudian
dibandingkan
dengan
perspektif sendiri. Hal ini
mencakup penilaian subjektif seorang individu
atau
reaksi
sikap
terhadap pesan serta
implikasi lain dari pesan
4. Mengomunikasikan
Mampu
mengkomunikasikan pesan yang
diterima dari media
dalam bentuk apa saja
kepada orang lain
Sumber: National Leadership Conference on Media Education (Hobbs 1999 diacu
Juditha 2013).

10
Definisi lain tentang literasi media dikemukakan oleh Kriyantono (2007)
yang menyebut literasi media sebagai melek media. Melek media adalah
keterampilan untuk menganalisis isi media. Hartanto (2010) juga mengartikan
literasi media sebagai kritis media, yaitu dapat mengkritisi isi media. Selain itu,
definisi literasi media menurut Brown (1998) diacu Pawito (2007) adalah
kemampuan menganalisis dan mengapresiasi karya-karya literatur dan karyakarya budaya yang disebarluaskan melalui media massa serta kemampuan untuk
berkomunikasi secara efektif dan menggunakan media massa untuk berbagai
maksud dan tujuan. Karya-karya yang dianalisis dan diapresiasi meliputi bentukbentuk karya sastra, buku-buku dengan berbagai karakter, karya jurnalistik, acara
siaran televisi dan radio, bahkan berbagai bentuk publikasi melalui internet.
Devito (2008) diacu Arifianto (2013) mendefinisikan literasi media
sebagai kemampuan untuk memahami, menganalisis, mengakses dan
memproduksi pesan komunikasi massa. Dari berbagai definisi literasi media
secara umum, Livingstone (2004) menjabarkan empat komponen yang terkandung
di dalam literasi media, yaitu akses, analisis, evaluasi, dan pembuatan konten.
Secara keseluruhan, literasi media merupakan analisis dan evaluasi terhadap isi
media, seperti televisi.
Salah satu contoh penelitian mengenai literasi media adalah penelitian
Juditha (2013) yang berjudul “Literasi Media pada Anak di Daerah Perbatasan
Indonesia dan Timor Leste”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak
di perbatasan Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur yang berumur 10-14 tahun
mampu mengakses dan memahami isi pesan, memahami tujuan pesan media,
dapat mengidentifikasi pengirim pesan melalui media dan apa isi pesan tersebut,
serta mampu menilai pesan yang diterima kemudian dibandingkan dengan
perspektif diri sendiri. Dengan demikian, mereka memiliki literasi media yang
baik meski berada di daerah perbatasan.
Penelitian lain mengenai literasi media adalah penelitian Masitoh (2013)
mengenai tayangan talkshow Indonesia Lawyer’s Club (ILC). Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa konsumen tayangan ILC memiliki literasi media yang baik.
Acara ILC merupakan tayangan yang berkaitan dengan hukum namun penelitian
tersebut tidak menunjukkan adanya hubungan literasi media dengan latar belakang
pendidikan karena baik konsumen yang berlatarbelakang pendidikan hukum atau
bukan hasilnya sama. Namun, penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan
literasi media dengan profesi. Konsumen yang masih berstatus mahasiswa
memiliki literasi media yang lebih baik dilihat dari daya analisis dan evaluasinya
terhadap tayangan tersebut.

Kerangka Pikir
Media massa memiliki fungsi yang penting dalam menyebarluaskan
informasi, salah satunya televisi. Televisi banyak diminati karena memiliki sifat
audio visual, yaitu dapat menayangkan gambar dan suara secara bersamaan.
Perkembangan televisi hingga saat ini cukup signifikan dengan hadirnya berbagai
stasiun televisi, terutama televisi swasta, untuk memenuhi kebutuhan informasi
masyarakat. Stasiun televisi tersebut saling bersaing dalam menayangkan
program-program acara untuk menarik perhatian konsumen, tak terkecuali

11
konsumen masyarakat di perdesaan. Salah satu desa tersebut adalah Desa
Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Desa tersebut merupakan salah satu desa yang memiliki kemudahan akses
pada berbagai saluran televisi swasta sehingga banyak masyarakat yang menjadi
pengguna televisi. Beberapa saluran stasiun televisi swasta ternama, seperti RCTI,
Trans TV, SCTV, MNC TV, Indosiar dan lainnya dapat dinikmati karena di desa
tersebut terdapat sinyal yang baik. Berdasarkan lokasi penelitian tersebut, akan
diidentifikasi karakteristik masyarakat Desa Cibanteng yang memiliki akses
terhadap televisi. Menurut Untoro (1994), karakteristik berupa demografi dapat
dilihat dari enam hal, yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan,
ras, dan status ekonomi.
Persaingan antar stasiun televisi swasta dalam menarik perhatian penonton
lebih banyak pada saat jam tayang utama atau lebih dikenal dengan prime time,
yaitu pada pukul 19.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB. Hal ini karena pada jam
tersebut lebih banyak orang yang menghabiskan waktunya di depan televisi. Pada
masyarakat desa, jam tersebut juga merupakan waktu favorit mereka menonton
televisi. Hal tersebut menjadi kesempatan yang baik bagi stasiun televisi dan para
pengiklan dalam mencari keuntungan melalui program acara prime time.
Adanya prime time di televisi dapat memengaruhi perilaku menonton
seseorang, tak terkecuali perilaku menonton masyarakat desa. Hal ini karena saat
prime time para penyelenggara acara dari berbagai stasiun televisi menghadirkan
program-program acara terbaik mereka. Menurut De Fleur (1983) dalam Asmar
(2009), perilaku menonton dapat dilihat dari tiga hal, yaitu durasi menonton,
pilihan acara, dan frekuensi menonton acara tertentu. Tiga indikator tersebut
digunakan untuk menganalisis perilaku menonton acara prime time pada
masyarakat Desa Cibanteng kemudian dilihat hubungannya dengan karakteristik
masyarakat.
Sayangnya, acara prime time yang merupakan jam utama bagi masyarakat
untuk menonton televisi lebih banyak menghadirkan tayangan yang memiliki
mutu dan kualitas rendah, meski ada juga acara informasi yang bermanfaat.
Menghadapi kondisi tersebut, masyarakat sebagai konsumen media harus lebih
melek media atau literasi media. Menurut National Leadership Conference on
Media Education, literasi media adalah kemampuan untuk mengakses,
menganalisis, mengevaluasi, dan mengomunikasikan pesan dalam berbagai
bentuknya (Hobbs 1999 diacu Juditha 2013). Sebagai bagian dari konsumen
media, masyarakat Desa Cibanteng harus mampu melakukan literasi media,
terutama pada tayangan televisi saat prime time. Literasi media masyarakat
memang berbeda-beda dilihat dari karakteristik masing-masing masyarakat.
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini memiliki alur kerangka berpikir
sebagai berikut:

12

Perilaku menonton
acara televisi prime
time
1. Durasi
2. Pilihan acara
3. Frekuensi
menonton acara

Karakteristik
masyarakat Desa
Cibanteng
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Tingkat
pendidikan
4. Pekerjaan
5. Ras
6. Status ekonomi
Literasi media acara
televisi prime time
1.
2.
3.
4.

Keterangan:
Ada hubungan
Gambar 4 Kerangka pikir

Mengakses
Menganalisis
Mengevaluasi
Mengkomunikasikan

13
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir tersebut, hipotesis yang dapat ditarik dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diduga karakteristik masyarakat Desa Cibanteng memiliki hubungan nyata
terhadap perilaku menonton acara televisi prime time.
2. Diduga karakteristik masyarakat Desa Cibanteng memiliki hubungan nyata
dengan literasi media pada acara televisi prime time.

Definisi Operasional
A. Karakteristik demografi mengacu pada Untoro (1994) terdiri dari umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, dan status ekonomi.
1. Umur merupakan satuan umur dalam tahun yang dihitung sejak
responden lahir. Umur diukur dengan skala ordinal. Pada penelitian
ini, umur digolongkan menjadi:
a. Awal dewasa
: 18-30 tahun
: diberi kode 1
b. Masa pertengahan
: 31-50 tahun
: diberi kode 2
c. Masa tua
: 51-55 tahun ke atas : diberi kode 3
2. Jenis kelamin merupakan perbedaan biologis responden sejak lahir.
Jenis kelamin diukur dengan skala nominal yang digolongkan menjadi:
a. Perempuan
: diberi kode 1
b. Laki-laki
: diberi kode 2
3. Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang ditempuh
responden. Tingkat pendidikan diukur dengan skala ordinal.
Berdasarkan data di lapangan, tingkat pendidikan digolongkan
menjadi:
a. Rendah : Tidak tamat dan Tamat SD/sederajat
: diberi kode 1
b. Sedang : Tamat SMP/sederajat
: diberi kode 2
c. Tinggi : Tamat SMA/sederajat
: diberi kode 3
4. Pekerjaan merupakan penggolongan pekerjaan responden yang
langsung memperoleh penghasilan berupa uang. Pekerjaan diukur
dengan skala nominal. Berdasarkan data di lapangan, pekerjaan dilihat
dari statusnya dan digolongkan menjadi:
a. Tidak bekerja
: diberi kode 1
b. Bekerja tidak tetap : diberi kode 2
c. Bekerja tetap
: diberi kode 3
5. Ras merupakan suku responden. Ras diukur dengan skala nominal.
Berdasarkan data di lapangan, ras digolongkan menjadi:
a. Luar Sunda
: diberi kode 1
b. Sunda campuran
: diberi kode 2
c. Sunda asli
: diberi kode 3
6. Status ekonomi merupakan pandangan terhadap responden menurut
kemampuan materi. Status ekonomi diukur dengan skala ordinal.
Berdasarkan data di lapangan, status ekonomi dilihat dari pendapatan
responden per bulan dengan menentukan rata-rata dan standar deviasi

14
keseluruhan pendapatan responden. Status ekonomi digolongkan
menjadi:
a. Rendah
: ≤ rata-rata – ½ standar deviasi
: diberi kode 1
b. Sedang
: di antara rendah dan tinggi
: diberi kode 2
c. Tinggi
: > rata-rata + ½ standar deviasi
: diberi kode 3
B. Perilaku menonton menurut De Fleur (1983) diacu Asmar (2009) dapat
dilihat dari tiga alat ukur, yaitu durasi menonton, pilihan acara, dan
frekuensi menonton acara tertentu.
1. Total waktu rata-rata (durasi siaran) adalah rata-rata total waktu yang
digunakan untuk menonton televisi pada acara prime time dalam
seminggu terakhir. Acara prime time berlangsung selama dua jam per
hari yang dimulai pada pukul 19.00 WIB sampai dengan pukul 21.00
WIB. Durasi siaran diukur dengan skala ordinal. Kriteria pengukuran
yang digunakan adalah:
a. Rendah : 1-5 jam
: diberi skor 1
b. Sedang
: 6-9 jam
: diberi skor 2
c. Tinggi
: 10-14 jam : diberi skor 3
2. Pilihan acara adalah kategori program acara pilihan responden pada
prime time dalam seminggu terakhir. Jenis program acara dibagi
menjadi dua, yaitu program informasi dan program hiburan. Pilihan
acara diukur dengan skala nominal yang digolongkan menjadi:
a. Informasi : meliputi berita keras dan berita lunak: diberi kode 1
b. Hiburan : meliputi drama, musik dan permainan : diberi kode 2
3. Frekuensi menonton acara tertentu adalah keseringan menonton
kategori program acara prime time dalam seminggu terakhir. Jenis
program acara dibagi menjadi dua, yaitu program informasi dan
program hiburan. Frekuensi menonton acara diukur dengan skala
ordinal. Kriteria pengukuran yang digunakan adalah:
 Informasi:
a. Tidak pernah
: diberi skor 1
b. Jarang
: 1-4 kali
: diberi skor 2
c. Sering
: 5-7 kali
: diberi skor 3
 Hiburan:
a. Tidak pernah
: diberi skor 1
b. Jarang
: 1-4 kali
: diberi skor 2
c. Sering
: 5-7 kali
: diberi skor 3
Perilaku menonton masyarakat Desa Cibanteng pada acara prime time hanya
dihitung berdasarkan durasi dan frekuensi menonton sehingga digolongkan
menjadi:
Rendah
: apabila total skor 3-6 (diberi kode 1)
Tinggi
: apabila total skor 7-9 (diberi kode 2)
C. Literasi media menurut National Leadership Conference on Media
Education adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis,
mengevaluasi, dan mengomunikasikan pesan dalam berbagai bentuknya
(Hobbs 1999 diacu Juditha 2013).

15
1. Mengakses adalah pemahaman dan pengetahuan menggunakan dan
mengakses media dan mampu memahami isi pesan. Indikatornya adalah
media yang digunakan, frekuensi penggunaan, tujuan penggunaan, dan
mengerti isi pesan:
a. Media yang digunakan adalah televisi. Responden dengan mudah
menjangkau televisi untuk mengakses suatu acara prime time
pilihannya. Variabel ini diukur dengan skala ordinal. Kriteria
pengukuran yang digunakan adalah:
a) Sulit
: diberi skor 1
b) Cukup mudah : diberi skor 2
c) Mudah
: diberi skor 3
b. Frekuensi penggunaan adalah tingkat keseringan responden
mengakses suatu acara prime time pilihannya dalam seminggu
terakhir. Variabel ini diukur dengan skala ordinal. Kriteria
pengukuran yang digunakan adalah:
a) Jarang
: diberi skor 1
b) Cukup sering : diberi skor 2
c) Sering
: diberi skor 3
c. Tujuan penggunaan adalah pengetahuan responden mengenai
tujuan dalam mengakses suatu acara prime time pilihannya.
Variabel ini diukur dengan skala ordinal. Kriteria pengukuran yang
digunakan adalah:
a) Tidak tahu
: diberi skor 1
b) Cukup tahu
: diberi skor 2
c) Tahu
: diberi skor 3
d. Mengerti isi pesan adalah pemahaman responden terhadap isi suatu
acara prime time pilihannya. Variabel ini diukur dengan skala
ordinal. Kriteria pengukuran yang digunakan adalah:
a) Tidak paham : diberi skor 1
b) Cukup paham : diberi skor 2
c) Paham
: diberi skor 3
2. Menganalisis adalah mampu memahami tujuan pesan media dan dapat
mengidentifikasi pengirim pesan melalui media dan apa isi pesan
tersebut. Indikatornya adalah kemampuan mengingat pesan,
kemampuan menjelaskan maksud pesan, kemampuan mengidentifikasi
pengirim pesan, dan kemampuan menilai pesan yang dapat menarik
perhatian:
a. Kemampuan mengingat pesan. Responden dapat mengingat apa
yang pernah disampaikan suatu acara prime time