Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGENAI DBD PADA KELUARGA DI KELURAHAN PADANG BULAN
TAHUN 2009
Oleh: DINA MARINI
060100097
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
(2)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGENAI DBD PADA KELUARGA DI KELURAHAN PADANG BULAN
TAHUN 2009
Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedoteran
Oleh: DINA MARINI
060100097
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
(3)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
LEMBAR PENGESAHAN
Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009
Nama : Dina Marini Sitanggang NIM : 060100097
Pembimbing Penguji I
dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes.
NIP: 19690609 199903 2 001 NIP : 19780330 200501 1 003 dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp. KJ
Penguji II
NIP : 19720103 200501 2 001 dr. Donna Partogi, Sp. KK
Medan, 2 Desember 2009 Dekan,
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
NIP : 19540220 198110 1 001
(4)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
ABSTRAK
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia. Di kota Medan sendiri penyakit DBD masih mempunyai incidence rate (IR) yang tinggi dimana Kecamatan Medan Baru mempunyai IR 21,4 per 100.000 penduduk untuk tahun 2007. Untuk dapat melakukan pencegahan penyakit DBD, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah perilaku keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan tentang DBD pada keluarga di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru tahun 2009. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 90 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai November 2009 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang (83,3%) dengan sebagian besar berpendidikan SMA (38,9%). Didapatkan sikap yang paling banyak dari responden termasuk kategori sedang (63,3%) dan tindakan responden terbanyak termasuk dalam kategori sedang (83,3%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga sedang. Diharapkan dari hasil penelitian ini, pemerintah dan puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dengan metode yang lebih efektif.
(5)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
ABSTRACT
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is the main problem of communicable diseases in various parts of the world. In Medan itself , the dengue disease incidence rate (IR) is high, this can be seen in Kecamatan Medan Baru with IR 21.4 per 100,000 population for the year 2007. To be able prevent dengue, one of the influencing factor is.family . The objective of this study was to determine the knowledge, attitude and behaviour level of DHF among families in Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru in 2009. This research method is descriptive with sample size of 90 people. This research was conducted from March until November 2009 and data were collected by using questionnaires. The results of this study showed the majority of respondents had knowledge level of moderate (83.3%) with most of them are high school educated (38.9%). Attitude level obtained by most of the respondents fall in the category of moderate (63.3%) and as for behaviour most respondents are in the moderate category (83.3%). Conclusion from this research is the level of knowledge, attitude and practice in family was moderat. Hence, from the results of this research, government and health centers should increase the society’s level of knowledge through effective education method.
(6)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini hingga selesai. Penyusunan karya tulis ilmiah
ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Salawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga yang telah menuntun umatnya untuk selalu berpegang
dijalan-Nya.
Rasa kasih dan sayang disampaikan kepada ayahanda tercinta Haifani
Sitanggang, Ibunda Linda Humala atas curahan kasih sayang, doa dan dukungan
yang tidak akan pernah terbalas. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat
dan kasih sayang dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini,
memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus terutama
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
(7)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
3. Ibu dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing yang
dengan tulus meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, motivasi dan semangat sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.
4. Bapak dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ, selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan
penulisan karya tulis ilmiah ini.
5. Ibu dr. Donna Partogi, Sp.KK., selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan masukan-nasukan untuk penyempurnaan penulisan karya tulis
ilmiah ini.
6. Seluruh Dosen dan pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang untuk semua jasa - jasanya dalam memberikan bantuan selama
perkuliahan.
7. Drs. Marim Karo Karo selaku Kepala Kelurahan Padang Bulan atas izin yang
telah diberikan untuk mengumpulkan data didaerah kerja beliau sehingga
karya tulis ini bisa selesai tepat pada waktunya.
8. Seluruh staf pegawai di Kantor Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan
Baru yang sangat kooperatif sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan
lancar.
9. Tidak lupa disampaikan kepada saudari-saudariku tercinta Kak Yani, Kak
Wilda dan Kak Lili atas semangat, cinta dan kebersamaannya selama ini.
10. Sahabat terbaik yang ada selama ini dari Ayu, Kak Oza, Kak Mira, dan Kak
Tika atas bantuan yang telah diberikan yang tak terkira dalam, serta Pebri,
(8)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Derry yang selalu memberikan tenaga, waktu, senyum dan ilmunya agar
Penulis bisa bersemangat dalam menyelesaikan karya tulis ini.
11. Teman-teman seperjuangan yakni Kiki, Sari, Fariha, Janena, dan semua
teman-teman seangkatan 2006 serta yang lainnya yang tidak tersebutkan
terima kasih atas persahabatan dan dukungannya selama ini kepada penulis.
12. Adik-adikku Vina, Yuni, Yoan, Ukhti, Efit, Lasmi, Fitrah, Putri, Naila dan
Sharlini serta adik-adik yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih
atas kebersamaannya selama ini.
Penulis menyadari penelitian ini terdapat banyak kekurangan dan penulis
mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini akan bermanfaat bagi semua pihak
demi perkembangan dan kemajuan Civitas Akademika.
Medan, 26 November 2009
Penulis
(9)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR SINGKATAN ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DBD ... 4
2.1.1 Etiologi... 4
2.1.2 Cara Penularan ... 4
2.1.3 Patogenesis... 5
2.1.4 Gejala Klinis dan Diagnosa... 6
2.1.5 Penatalaksanaan... 9
2.1.6 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD... 9
2.2. Perilaku ... 10
2.2.1 Pengetahuan ………...……... 11
(10)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
2.2.3 Tindakan ………...….... 13
2.2.4 Indikator Pengetahuan ... 14
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL … 15 3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 15
3.2. Defenisi Operasional ... 15
3.3. Cara Ukur... 16
3.3.1 Pengetahuan... 16
3.3.2 Sikap... 16
3.3.3 Tindakan ... 16
BAB 4 METODE PENELITIAN ………... 18
4.1. Jenis Penelitian ………...…... 18
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ……….... 18
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 18
4.3.1. Populasi Penelitian... 18
4.3.2. Sampel Penelitian ... 18
4.3.3 Besar Sampel... 19
4.4. Teknik Pengumpulan Data... 19
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 20
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 21
5.1. Hasil Penelitian ... 21
5.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 21
5.1.2 Karakteristik Dasar Responden ... 21
5.1.3 Pengetahuan Responden ... 22
5.1.4 Sikap Responden ... 25
5.1.5 Tindakan Responden ... 26
5.2 Pembahasan... 28
5.2.1 Karakteristik Dasar Responden... 28
5.2.2 Pengetahuan ... 29
(11)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
5.2.4 Tindakan ... 31
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 33
6.1. Kesimpulan ... 33
6.2. Saran... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 35
(12)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
DAFTAR SINGKATAN
DBD : Demam Berdarah Dengue IR : Incidence Rate
CFR : Case Fatality Rate DD : Demam Dengue
(13)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ……….………...…………... 15 Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan dan
Pekerjaan ... 22 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden
Mengenai DBD... 22 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap
Pertanyaan Pengetahuan Mengenai DBD... 23 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Responden Tiap
Pertanyaan Pengetahuan Nomor 1, 2, 3 dan 4 Mengenai DBD.. 24 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kategori Sikap Responden
Mengenai DBD... 25 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Mengenai DBD
... 26 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Tindakan Responden
Mengenai DBD... 27 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Responden Mengenai
(14)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
DAFTAR GAMBAR
(15)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Daftar Riwayat Hidup
LAMPIRAN II Kuesioner Penelitian
LAMPIRAN III Surat Persetujuan Peserta Penelitian
LAMPIRAN IV Hasil Uji Validitas dan Master Data Penelitian
(16)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apa pun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dicapai. Selain itu, adapun salah satu tujuan Indonesia Sehat 2010 yakni mencegah terjadinya dan menyebarnya penyakit menular sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2003).
Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD meningkat dengan pesat diseluruh belahan dunia. Diperkirakan 50 juta orang terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk dunia) orang tinggal di daerah endemik DBD.
Pada tahun 2007, dalam angka Case Fatality Rate (CFR) untuk kasus DBD di Indonesia menempati urutan ke empat di ASEAN dengan CFR 1.01 setelah Bhutan, India, dan Myanmar berurutan dari tertinggi. Sampai bulan September 2008, didapatkan CFR untuk kasus DBD menurun menjadi 0.73, namun naik menjadi peringkat ke dua di ASEAN setelah Bhutan. Puncak terjadinya DBD di Indonesia adalah pada bulan Oktober-Februari, sehingga perhitungan CFR hanya sampai bulan September di tahun 2008 belum tepat untuk menggambarkan CFR pada tahun 2008 (WHO, 2009a).
Angka kejadian DBD di Kota Medan selama tiga tahun terakhir ini menunjukkan adanya fluktuasi yaitu dari 97.6 per 100.000 penduduk pada tahun 2005 kemudian menurun menjadi 62.8 per 100.000 penduduk, pada tahun 2006 kemudian meningkat lagi menjadi 95.8 per 100.000 penduduk pada tahun 2007. Untuk angka kematian di Kota Medan juga mengalami fluktuasi yakni dari 1.2 pada tahun 2005 meningkat menjadi 1.5 di tahun 2006 lalu menurun ditahun 2007 menjadi 0.9 (Dinkes Kota Medan, 2008).
(17)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Distribusi DBD pada periode 1 Januari-Desember 2007 di tiga kecamatan yang tertinggi antara lain: Medan Baru (IR 21.4 per 10.000 penduduk), Medan Helvetia ( IR 15.3 per 10.000 penduduk), Medan Petisah (IR 15.2 per 10.000 penduduk). Di tahun 2008 Medan Baru tetap menjadi kecamatan dengan angka kejadian DBD paling tinggi di Medan dengan IR 25.9, lalu diikuti dengan Kecamatan Medan Johor dan Medan Kota masing-masing dengan IR 15.7 dan 15.4 (Dinkes Kota Medan, 2009).
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang berbahaya, dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat dan sering menimbulkan wabah (Depkes RI, 1995) . Indonesia menurut kriteria WHO termasuk ke dalam negara endemik DBD bersama-sama Thailand, Sri Langka dan Timor-Leste dalam peta ASEAN. Epidemiologi dari dengue itu bergantung dari multifaktorial seperti perilaku manusia, iklim, penyebaran virus dan arus perpindahan manusia. Dikarenakan belum ditemukannya vaksin untuk DBD maka pencegahan yang dapat dilakukan adalah manajemen lingkungan tempat tinggal terkait pengkontrolan vektor virus Dengue dan perilaku proteksi pada manusia (WHO, 2008).
Perilaku yang sehat dan kemampuan mayarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan Pembangunan Kesehatan (Depkes RI, 2003). Perilaku mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan dari individu itu sendiri (Notoatmodjo, 2003). Dari hasil penelitian sebelumnya di Kendari didapati hubungan antara kejadian DBD dengan pengetahuan dimana presentase pengetahuan yang kurang dari responden yang positif DBD 74 orang (71,8%), sedangkan dari responden yang negatif DBD ada 29 orang (28,2%) yang berpengetahuan kurang (Duma, 2007). Penelitian di Mataram menyimpulkan bahwa semakin masyarakat bersikap tidak serius dan tidak berhati-hati terhadap penularan penyakit DBD akan bertambah resiko terjadinya penularan penyakit DBD (Fathi, 2005).
Kecamatan Medan Baru mempunyai angka kejadian tertinggi DBD untuk kota Medan baik untuk tahun 2006 maupun 2007 (Dinkes Kota Medan, 2009). Namun belum ada penelitian yang dilakukan terkait gambaran perilaku, sikap, dan
(18)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
tindakan masyarakat mengenai DBD pada Kecamatan Medan Baru. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian ini.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai DBD pada keluarga di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan tahun 2009?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai DBD pada keluarga di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan tahun 2009.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mengenai DBD pada keluarga di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan tahun 2009. b. Untuk mengetahui gambaran sikap mengenai DBD pada keluarga di
Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan tahun 2009. c. Untuk mengetahui gambaran tindakan mengenai DBD pada keluarga di
Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan tahun 2009.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
a. Puskesmas Padang Bulan untuk merumuskan suatu langkah strategis yang dapat dilakukan dalam menurunkan angka kejadian DBD dan angka kematian akibat penyakit ini.
b. Masyarakat, sebagai informasi untuk lebih menggalakkan kegiatan yang dapat menurunkan angka kejadian DBD.
(19)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Demam Berdarah Dengue
Demam dengue (DD) adalah infeksi yang disebarkan oleh nyamuk yang membuat penyakit mirip flu (flu-like illness) dan kadang dapat terjadi komplikasi kematian yang disebut demam berdarah dengue (DBD). Penyakit ini ditemukan daerah tropis dan sub tropis, terutama pada daerah perkotaan dan area semi-urban (WHO, 2009).
2.1.1. Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus ( Arboviruses ) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, family Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis streotipe, yaitu ; DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menujukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan gejala klinis (Soedarmo, 1999).
2.1.2. Cara Penularan
Virus dengue yang ditularkan dari orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dari sub genus Stegomyia. Aedes aegypti betina merupakan faktor epidemik yang paling utama. Nyamuk Aedes tersebut dapat menularkan Virus Dengue kepada manusia baik secara langsung yaitu setelah menggigit orang yang mengalami viremia atau tidak secara langsung yaitu setelah mengalami masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari. Pada manusia diperlukan waktu 4-6
(20)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
hari (intrinsic incubation period) sebelum menjadi sakit setelah virus masuk ke dalam tubuhnya. Pada nyamuk, sekali virus dapat masuk ke dalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul (Depkes RI, 2001).
Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus Dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Nyamuk Aedes aegypti mendapatkan Virus Dengue sewaktu menggigit atau menghisap darah orang yang sakit DBD atau tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus Dengue (karena orang ini memiliki kekebalan terhadap virus Dengue). Orang yang mengandung Virus Dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi ke mana-mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes aegypti. Bila orang yang ditulari itu tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak), ia akan segera menderita DBD.
Adapun sifat nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di tempat penampungan air (TPA) dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang misalnya bak mandi, tempayan, drum, pot tanaman, tempat minum burung, vas bunga, kaleng, ban bekas, atau botol. Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak di selokan/got atau yang airnya langsung berhubungan dengan tanah. Nyamuk ini biasa menggigit (menghisap darah) pada pagi sampai sore hari (Depkes RI, 1995). Nyamuk ini juga mempunyai kebiasaan menggigit berulang, yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat (Hendarwanto, 2001). Selain itu nyamuk ini dapat terbang hingga 100 meter. Badannya berwarna hitam dan belang-belang (loreng) putih Depkes RI, 1995).
2.1.3. Patogenesis
Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai penjamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh penjamu,
(21)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Patogenesis DBD masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori banyak dianut pada DBD adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau hipotesis immune enhancement. Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD/berat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen-antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent enhancement, suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok (Depkes RI, 2001).
2.1.4. Gejala Klinis dan Diagnosa
Gambaran klinis DBD sering kali tergantung pada umur penderita. Pada bayi dan anak biasanya didapatkan demam dengan ruam makulopapular saja. Pada anak besar dan dewasa mungkin hanya didapatkan demam ringan, atau gambaran klinis lengkap dengan panas tinggi mendadak, sakit kepala hebat, sakit bagian belakang kepala, nyeri otot dan sendi serta ruam. Tidak jarang ditemukan perdarahan kulit, biasanya didapatkan leukopeni atau kadang-kadang trombositopeni. Pada waktu wabah tidak jarang demam Dengue dapat disertai dengan perdarahan hebat. Yang membedakan antara DD dengan DBD adalah pada DBD didapati kebocoran plasma (Depkes RI, 2001).
(22)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium. Pengguanaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).
Kriteria Klinis
a. Demam atau riwayat demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
b. Terdapat manifestasi dari perdarahan berikut: 1) Uji bendung (uji tourniquet) positif 2) Petekie, ekimosis, atau purpura
3) Perdarahan mukosa (tersering epistaksis/mimisan atau perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat lain.
4) Hematemesis dan atau melena. c. Pembesaran hati
d. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
Kriteria Laboratoris
a. Trombisitopenia (jumlah trombosit ≤ 100.000/µl).
b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih.
Dua kriteria klinis ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi pleura dan atau hipoalbunemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hematokrit dan adanya trombositopenia mendukung diagnosis DBD.
Terdapat 4 gejala utama DBD, yaitu demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Keempat gejala utama DBD adalah sebagai berikut:
(23)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
a. Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus-menerus, berlangsung 2-7 hari, naik turun tidak mempan dengan obat antipiretik. Kadang-kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40oC dan dapat terjadi kejang demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat fase demam mulai cenderung menurun dan pasien tampak seakan sembuh, hati-hati karena pada fase tersebut dapat sebagai awal kejadian syok. Biasanya pada hari ketiga dari demam. Hari ke 3,4,5 adalah fase kritis yang harus dicermati pada hari ke 6 dapat terjadi syok.
b. Tanda-tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien DBD adalah vaskulopati, trombositopenia, dan gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Jenis perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji tourniquet (uji Rumple Leede /uji bendung) positif, petekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Petekie merupakan tanda perdarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama demam tetapi dapat pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Petekie sering sulit dibedakan dari bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya lakukan penekanan pada bintik merah yang dicurigai dengan kaca obyek atau penggaris plastik transparan. Jika bintik merah menghilang berarti bukan petekie.
Tanda perdarahan seperti tersebut diatas tidak semua terjadi pada seorang pasien DBD. Perdarahan yang paling ringan adalah uji tourniquet positif berarti fragilitas kapiler meningkat. Perlu diingat bahwa hal ini juga dapat dijumpai pada penyakit virus lain (misalnya campak, demam chikungunya), infeksi bakteri (tifus abdominalis) dan lain-lain (Depkes RI, 2001).
Selain itu bentuk perdarahan lainnya dapat berupa keluarnya darah dari hidung (epistaksis), perdarahan saluran cerna seperti muntah darah (Sadikin, 2002).
(24)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable) sampai 2-4cm dibawah lengkungan iga kanan. Proses pembesaran hati, dari tidak teraba menjadi teraba dapat meramalkan perjalanan penyakit DBD.
d. Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun. Demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, ujung ekstremitas terasa dingin, disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi sebagai akibat dari perembesan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara (Depkes RI, 2001).
2.1.5. Penatalaksaan
Setiap pasien yang diduga menderita demam dengue (DD) atau demam berdarah dengue (DBD) sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien penyakit lain, yakni pada kamar yang bebas nyamuk (diberi kelambu) (Hendarwanto, 2001). Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas adanya perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan (Depkes RI, 2001).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan keluarga jika ada salah satu atau lebih anggota keluarganya diduga terkena DD atau DBD yakni memberi minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti air susu, teh, atau oralit. Untuk menurunkan demam, beri kompres air dingin atau air es dan berikan obat penurun panas (misalnya parasetamol) dengan dosis untuk anak-anak sebanyak 10-20 mg/Kg berat badan dalam 1 hari dan untuk dewasa 3x1 tablet tiap hari. Setelah itu jangan lupa dibawa segera ke dokter atau petugas puskesmas pembantu atau bidan desa atau perawat atau ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat (Depkes RI, 1995).
(25)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti) harus diberantas sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara tepat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah memberantas jentik-jentiknya di tempat berkembang biaknya. Cara ini dikenal dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD). Oleh karena tempat-tempat berkembang biaknya terdapat di rumah-rumah dan tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali (Depkes RI, 1995).
PSN-DBD bisa melalui penggunaan insektisida untuk langsung membunuh nyamuk Aedes aegypti dewasa. Malation adalah insektisida yang lazim dipakai sekarang ini. Cara penggunaan malation ialah dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging). Ada juga insektisida yang bertujuan membunuh jentik-jentik nyamuk, yakni temephos (abate). Cara penggunaan abate ialah dengan pasir abate (sand granules) ke dalam sarang-sarang nyamuk Aedes aegypti.
Sedangkan cara PSN-DBD tanpa menggunakan insektisida adalah 3M, yakni menguras bak mandi, tempayan atau TPA minimal seminggu sekali karena perkembangan telur untuk menjadi nyamuk memerlukan waktu 7-10 hari. Selanjutnya menutup TPA rapat-rapat, dan langkah terakhir dari 3M yakni membersihkan halaman rumah dari barang-barang yang memungkinkan nyamuk tersebut bersarang atau bertelur (Hendarwanto, 2001).
2.2. Perilaku
Perilaku adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Ada 2 hal yang dapat mempengaruhi perilaku yaitu faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Faktor keturunan adalah merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Lingkungan adalah kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.
(26)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Ia membedakan ada dua respon yakni:
a. Respondent respons ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Respon-respon yang timbul umumnya relatif tetap. b. Operant respon ialah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh
perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut reinforcing stimuli karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan organisme.
Perilaku kesehatan adalah suatu proses seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan dan makanan serta lingkungan. Menurut Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:
a. Perilaku kesehatan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. b. Perilaku sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang
merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
c. Perilaku peran sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Bloom (1908) membagi perilaku ke dalam 3 domain namun tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan.
2.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seeorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni:
(27)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
a. Tahu (know)
Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut. e. Sintesis (synthesis)
Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2005).
2.2.2. Sikap
Merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup.
Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni:
(28)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
b. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu konsep c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain : a. Menerima (receiving)
Mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan. b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah. d. Bertanggung jawab (responsible)
Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan respon terhadap suatu objek. Orang lain berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya. Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku.
2.2.3. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.
Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan : a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatau sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
(29)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
2.2.4. Indikator Pengetahuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang, ada beberapa indikator yang dapat digunakan dan dikelompokkan menjadi:
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, cara pengobatan dan kemana mencari pengobatan, cara penularan dan cara pencegahan suatu penyakit. b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
meliputi jenis-jenis makanan bergizi, manfaat makanan bergizi bagi kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahaya merokok, minuman keras, narkoba dsb,pentingnya istirahat cukup , relaksasi dsb. c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi manfaat air bersih,
cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan
penerangan rumah yang sehat, dan akibat yang ditimbulkan polusi bagi kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
(30)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, tindakan dan sumber informasi mengenai DBD di Kelurahan Padang Bulan.
Tabel 3.1 Definisi Operasional No
.
Variabel Definisi operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Pengetahuan Segala sesuatu yang
diketahui responden mengenai DBD
Kuesioner 1: Baik 2: Sedang 3: Kurang
Ordinal
2. Sikap Tanggapan atau reaksi responden mengenai DBD
Kuesioner 1: Baik 2: Sedang 3: Kurang
Ordinal
3. Tindakan Segala sesuatu yang telah dilakukan responden
sehubungan dengan pengetahuan dan sikap tentang DBD
Kuesioner 1: Baik 2: Sedang 3: Kurang
Ordinal
3.3. Cara Ukur 3.3.1. Pengetahuan
Pengetahuan responden diukur melalui 7 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 10.
Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:
Pengetahuan
Sikap DBD
(31)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang DBD (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >7). b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang DBD (skor
jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 4-7).
c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang DBD (skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <4).
3.3.2. Sikap
Sikap diukur melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman responden yang menjawab benar akan diberi skor 1 sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 10.
Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:
a. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >4. b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi
yaitu 2-4.
c. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <2.
3.3.3. Tindakan
Tindakan diukur melalui 5 pertanyaan, responden yang menjawab benar akan diberi skor 1 sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5.
Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:
d. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >4. e. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi
yaitu 2-4.
f. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <2.
(32)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yakni menggambarkan pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai DBD pada keluarga di Kelurahan Padang Bulan. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan. Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret-November 2009, sedangkan pengambilan dan pengumpulan data dilakukan selama bulan Juni-November 2009.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Kelurahan Padang Bulan yang terdata di Kantor Lurah Padang Bulan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
4.3.2.Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara systematic random sampling. Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
a. Kepala keluarga atau pasangannya di Kelurahan Padang Bulan, Medan. b. Telah tinggal di Kelurahan Padang Bulan minimal selama satu tahun.
Sedangkan kriteria eksklusi yang digunakan adalah tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian.
(33)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
4.3.3 Besar Sampel
Besarnya sampel ditentukan dari rumus Vincent Gasperz, yaitu:
n =
n = Besar sampel minimum
Z1- /2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu,
P = Harga proporsi di populasi, jika tidak diketahui maka p=0.5, dalam penelitian ini dipakai p=0.59 (Duma, 2007)
d = Kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir, pada penelitian ini dipakai d=0.1
N = Jumlah populasi
Setelah dilakukan perhitungan dengan diketahui jumlah populasi pada Kelurahan Padang Bulan adalah berjumlah 2575 kepala keluarga maka didapati besar sampel sebanyak 90 orang.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Pada awal penelitian diperlukan data sekunder berupa data umum populasi dan responden yang dapat diperoleh dari Kantor Kelurahan Padang Bulan. Terlebih dahulu kuesioner telah dilakukan uji validitas untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid). Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Adapun teknik korelasi yang biasa dipakai adalah teknik korelasi product moment dan untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu significant, maka dapat menggunakan SPSS untuk mengujinya. Untuk item-item pertanyaan yang tidak valid harus dibuang atau tidak dipakai sebagai instrumen pertanyaan. Setelah dilakukan uji validitas, didapati 7 pertanyaan yang valid untuk pengetahuan dan 5 pertanyaan yang valid untuk sikap.
(34)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS versi 12.0, tahap ke empat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Untuk mendeskripsikan data demografi, perilaku keluarga mengenai penyakit DBD dilakukan perhitungan frekuensi dan persentase. Hasil penelitian akan di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
(35)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan kepala keluarga tentang penyakit DBD di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, dimana penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juni-November 2009. Penelitian ini diikuti 90 orang kepala keluarga yang telah bersedia mengikuti penelitian dan menjawab dengan lengkap seluruh pertanyaan dan pernyataan yang tertuang di kuesioner.
Selain menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan kepala keluarga tentang penyakit, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi karakteristik responden yang berada di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru.
5.1 Hasil
5.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Ditinjau dari letak geografisnya, Kelurahan Padang Bulan termasuk di dalam Kecamatan Medan Baru dengan luas wilayah ±168 Ha. Luas wilayah kelurahan ini banyak digunakan untuk pemukiman dan sarana umum (kantor, kampus, sekolah, tempat ibadah, kuburan dan sebagainya). Kelurahan ini dibatasi oleh wilayah-wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Merdeka. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi rante. c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Selayang. d. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia.
5.1.2 Karakteristik Dasar Responden Penelitian
Mayoritas responden mempunyai pendidikan terakhir dijenjang SMA yaitu 35 orang (38,9%) dan hanya 5 orang (5,6%) yang tidak bersekolah. Pekerjaan terbanyak dari subjek penelitian ini adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 32 orang (35,6%) dan yang paling sedikit adalah yang bekerja sebagai PNS sebanyak 3 orang (3,3%).
(36)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan dan Pekerjaan Variabel Frekuensi (n) Persen (%)
Pendidikan terakhir
Tidak sekolah 5 5,6
SD 12 13,3
SMP/ Sederajat 20 22,2
SMA/ Sederajat 35 38,9
PT/ Sederajat 18 20
Pekerjaan
Tidak bekerja 21 23,3
Ibu Rumah Tangga 32 35,6
Wiraswasta 29 32,2
PNS 3 3,3
Dan lain-lain 5 5,6
Total 90 100
5.1.3 Pengetahuan Responden
Dari tabel 5.2 tentang distribusi tingkat pengetahuan responden mengenai DBD dapat dilihat hanya 5 orang (5,6%) yang pengetahuannya dikategorikan baik dan sebagian besar responden yakni sebanyak 75 orang (83,3%) termasuk ke dalam kategori sedang.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai DBD di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru
Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 5 5,6
Sedang 75 83,3
Kurang 10 11,1
(37)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Dari tabel 5.3, dapat dilihat bahwa sebanyak 80 responden (88.9%) telah mengetahui bahwa gejala DBD salah satunya adalah nyeri otot dan bintik-bintik merah dan sebanyak 73 responden (81,1%) mengetahui bahwa orang yang terkena DBD sebaiknya dipasangi kelambu agar nyamuk tidak menggigit orang tersebut dan menyebarkannya ke orang lain. Hasil penelitian ini menunjukkan masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai penyebab DBD yakni hanya 13 orang (14,4%) yang menjawab virus dan mengetahui pembesaran hati sebagai gejala DBD yaitu 16 orang (17,2%).
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai DBD
No Item Pertanyaan Pengetahuan
Benar Salah n (%) n (%) 1. Mengetahui penyebab DBD 13 14,4 77 85,6 2. Mengetahui ciri demam DBD 31 34,4 59 65,6 3. Mengetahui cara pencegahan DBD 31 34,4 59 65,6 4. Mengetahui penanganan awal pasien tersangka
DBD selama di rumah
33 36,7 57 63,3
5. Mengetahui bahwa penyakit DBD dan DD adalah penyakit yang berbeda dari hal gejala dan prognosa
71 78,9 19 21,1
6. Mengetahui bahwa orang yang terkena DBD perlu dipasang kelambu
73 81,1 17 18,9
7. Mengenal gejala DBD
• Demam dan sakit kepala
• Nyeri otot dan bintik-bintik merah • Perdarahan (mimisan/ perdarahan gusi/
BAB berdarah) • Pembesaran hati
58 80 39 16 64,4 88,9 43,3 17,2 32 10 51 74 35,6 11,1 56,7 82,2
(38)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Pada tabel 5.4 dijabarkan jawaban responden pada pertanyaan pengetahuan nomor 1, 2, 3 dan 4. Didapati hanya 13 orang (14,4%) yang bisa menjawab virus sebagai penyebab DBD dan 74 orang (82,2%) menjawab DBD disebabkan oleh nyamuk. Sebanyak 37 (41,1%) orang menjawab suhu tinggi yang terus menerus merupakan ciri demam pada DBD dan 31 (34,4%) orang menjawab ciri demam pada DBD adalah mendadak tinggi. Sebagai tatalaksana awal pasien tersangka DBD selama di rumah, ada 33 orang (36,7%) yang menjawab mengkompres dan memberi obat penurun demam dan 53 orang (58,9%) memilih memberikan jus jambu biiji merah.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan 1, 2, 3 dan 4 Pengetahuan Mengenai DBD
Item Pertanyaan Frekuensi (n) Persentase (%)
Penyebab DBD
Virus 13 14,4
Bakteri 3 3,3
Nyamuk 74 82,2
Ciri demam pada DBD
Mendadak tinggi (awalnya sehat-sehat saja) 31 34,4
Suhu tinggi terus menerus 37 41,1
Suhu naik pada sore hari disertai keringat malam 22 24,4 Cara mencegah terkena DBD
Pemberian vaksin 23 25,6
Mandi dengan air bersih 7 7,8
Membunuh nyamuk penular DBD 60 66,7
Penanganan awal pasien tersangka DBD selama di rumah
Memberi antiibiotik dan jamu 4 4,4
Mengkompres dan memberi obat penurun panas 33 36,7
(39)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
5.1.4 Sikap Responden
Hasil penelitian menunjukkan responden yang mempunyai sikap sedang dalam penelitian ini sebanyak 57 orang (63,3%) dan hanya 14 orang (15,6%) yang mempunyai sikap kurang.
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kategori Sikap Responden Mengenai DBD di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru
Sikap Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 19 21,1
Sedang 57 63,3
Kurang 14 15,6
Total 90 100
Sebanyak 72 orang (80%) bersikap tidak setuju akan menguras bak mandi jika sudah kotor saja dan begitu juga responden tidak setuju dengan pernyataan selama bak mandi bersih, tidak menguras bak mandi sebanyak 67 orang (74,4%). Sedangkan sebanyak 70 orang (77,8%) bersikap akan mengumpulkan kaleng bekas dan pecahan botol jika keberadaannya sudah sangat mengganggu keindahan dan 55 orang (61,1%) bersikap hanya akan menutup tempat penampungan air yang berada di luar rumah.
(40)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Mengenai DBD Berdasarkan Jawaban Tiap Pernyataan
No Item Pernyataan Sikap yang Diharapkan
Sesuai Tidak Sesuai n (%) n (%) 1. Saya akan mengumpulkan kaleng bekas dan
pecahan botol jika keberadaannya sudah sangat mengganggu keindahan lingkungan saya.
20 22,2 70 77,8
2. Saya akan menguras bak mandi jika sudah kotor saja.
72 80 18 20
3. Saya hanya akan menutup tempat
penampungan air yang berada di luar rumah.
35 38,9 55 61,1
4. Selama bak mandi saya bersih, saya tidak menguras bak mandi.
67 74,4 23 24,6
5. Saya masih menyimpan botol-botol bekas karena mungkin bisa digunakan atau dijual suatu saat.
44 48,9 46 51,1
5.1.5 Tindakan Responden
Dari 5 pertanyaan untuk mengukur tindakaan responden tentang DBD, didapat 75 orang (83,3%) dikategorikan tindakannya sedang dan 5 orang (5,6%) yang tindakannya termasuk kategori baik.
(41)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Tindakan Responden Mengenai DBD
Tindakan Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 5 5,6
Sedang 75 83,3
Kurang 10 11,1
Total 90 100
Tindakan responden yang mayoritas dikategorikan sedang, diketahui melakukan pemberian air minum yang sebanyak-banyaknya jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD sebanyak 81 responden (90%) dan telah memberi obat penurun panas jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD sebanyak 78 responden (86,7%). Namun hanya ada 65 orang (72,2%) yang melakukan pengkompresan jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD dan masih ada 18 orang (20%) yang tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk sekurang-kurangnya seminggu sekali.
(42)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Responden Mengenai DBD
No Item Pernyataan Tindakan
Benar Salah n (%) N (%) 1. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk
sekurang-kurangnya seminggu sekali
72 80 18 20
2. Melakukan pengompresan jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD
65 72,2 25 27,8
3. Melakukan pemberian air minum sebanyak-banyaknya jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD
81 90 9 10
4. Memberi obat penurun panas jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD
78 86,7 12 13,3
5. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
75 83,3 15 16,7
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Responden Penelitian
Dari hasil penelitian didapati mayoritas responden adalah 35 orang (38,9%) SMA, 20 orang (22,2%) SMP. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2008) dari 6 kelurahan di Palembang dengan proporsi responden SMA (36,5%) dan SMP (21,5%). Secara umum dapat disimpulkan dari karakteristik pekerjaan hanya 3 orang (3,3%) yang bekerja sebagai PNS, dan 32 orang (35,6%) bekerja sebagai ibu rumah tangga. Santoso dalam penelitiannya juga mendapati hanya 2,8% yang bekerja sebagai PNS. Sedikit berbeda dengan yang diungkapkan Marlina (2005) menunjukkan responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 32,3%.
(43)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
5.2.2 Pengetahuan
Dari 10 pertanyaan yang telah dirancang, maka dilakukan uji validitas untuk mengukur apakah pertanyaan yang digunakan bisa mengukur variabel yang diinginkan oleh peneliti. Dari hasil uji validitas, hanya didapati 3 pertanyaan yang valid yakni pertanyaan pertama, ke-2 dan ke-3. Lalu dilakukan uji validitas kembali dengan 25 pertanyaan yang berbeda dan diapat 4 pertanyaan yang valid yakni pertanyaan ke-4, ke-5, ke-6 dan ke-7. Dari tujuh pertanyaan yang telah valid ini, nilai maksimum yang bisa dicapai responden adalah 10.
Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan tentang DBD yang masih belum cukup baik karena rata-rata nilai total pengetahuan responden hanya 5.27 dari nilai maksimum 10. Pada tabel 5.2 dapat dilihat mayoritas responden memiliki pengetahuan sedang yakni 75 orang (83,3%). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Florensi (2004) yakni sebanyak 79% responden mempunyai pengetahuan sedang. Namun berbeda dengan apa yang diperlihatkan oleh Hutapea (2007) dalam penelitiannya di Kelurahan Gung Negeri, Kabupaten Karo didapatkan 98,2% responden berpengetahuan baik dan hanya 1.8% yang berpengetahuan sedang. Hal ini mungkin dikarenakan jumlah sampel dan distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan dari penelitian Hutapea (2007).
Dengan mengetahui sebaran jawaban responden pada pertanyaan yang menilai pengetahuan, selain memberikan gambaran pengetahuan responden dapat dilihat pula banyak salah paham mengenai DBD yang terjadi di masyarakat. Dari tabel 5.4 dapat dilihat sebanyak 74 orang (82.2%) menjawab penyebab DBD adalah nyamuk, bukan virus. Hal ini mungkin dikarenakan kesalahan dalam penyerapan informasi yang disampaikan oleh media. Namun Florensi (2004) memberikan hasil yang berbeda yakni sebanyak 52% responden dapat menjawab penyebab DBD adalah virus, sedangkan 42% lainnya menjawab nyamuk.
Selain itu, dari tabel 5.4 dapat dilihat sebanyak 37 responden (41.1%) menjawab ciri demam pada DBD adalah suhunya yang tinggi terus-menerus. Peneliti berasumsi bahwa responden yang menjawab demikian karena gambaran demam DBD adalah pelana kuda, yakni suhu yang meningkat tiba-tiba, lalu tetap
(44)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
tinggi selama kurang lebih 3 hari lalu pada hari ke-4 demam baru akan turun dan kembali demam pada hari ke-6. Jadi karena adanya fase demam yang tingi terus menerus sehingga banyak yang menjawab ciri demam pada DBD adalah suhunya tinggi terus-menerus. Hal yang sama ditunjukkan oleh penelitian Olga (2008) bahwa 70,5% menjawab ciri demam DBD adalah suhu yang tinggi terus menerus.
Kesalahpahaman yang lain mengenai DBD adalah penanganan awal pasien tersangka DBD selama di rumah yang cenderung memilih pemberian jus jambu biji merah sebanyak 53 orang (58,9%). Padahal penanganan awal pasien tersangka DBD selama di rumah menurut Ditjen PPM&PL adalah pengkompresan dan memberi obat penurun demam. Penelitian yang dilakukan Olga (2008) juga menyatakan hal serupa, dimana responden lebih memilih memberikan jus jambu sebagai obat yang bisa diberikan di rumah. Namun karena pada penelitian Olga (2008), responden bisa memilih lebih dari satu jawaban, maka responden yang memilih pemberian antipiretik sebanyak 72,3% sebagai obat yang bisa diberikan di rumah. Berbeda dengan apa yang didapat dari penelitian ini yaitu hanya 33 orang (36,7%) yang akan memberikan obat penurun panas.
Dari tabel 5.3, gejala dan tanda DBD yang diketahui paling banyak oleh responden adalah nyeri otot dan bintik-bintik merah yaitu sebanyak 80 orang (88,9%). Olga (2008) dalam penelitiannya, ada sekitar 87,5% dari responden yang mengetahui bintik-bintik merah merupakan tanda dari DBD, namun hanya 27,7% yang mengetahui nyeri tulang merupakan gejala DBD. Gejala pembesaran hati adalah gejala DBD yang paling sedikit diketahui responden yaitu 16 orang (17,2%), mungkin dikarenakan tidak setiap orang yang terkena DBD mempunyai gejala pembesaran hati dan pembesaran hati dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik yang memerlukan kemampuan khusus.
Pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan informasi sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak pula informasi yang didapatkan. Dilihat dari distribusi jenjang pendidikan terakhir, responden terbanyak adalah lulusan SMA sebanyak 35 orang (38,9%).
Pengetahuan baik dan sedang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber informasi dan faktor pendidikan serta faktor lingkungan. Semakin banyak
(45)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
orang mendapatkan informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga, dari petugas kesehatan maupun media cetak akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
5.2.3 Sikap
Awalnya ada 5 soal yang dibuat untuk mengukur sikap responden mengenai DBD, namun setelah dilakukan uji validitas tidak ada satu pun pernyataan yang valid. Lalu dilakukan uji validitas ulang terhadap 7 pertanyaan yang berbeda, dan didapatkan 5 pernyataan yang valid.
Sikap responden mengenai DBD tampak belum cukup baik karena 63,3% masih dikategorikan mempunyai sikap sedang, dan hanya 21,1% yang bersikap baik. Hasil ini berkebalikan dengan Marlina (2005), dimana didapatkan 100% responden berpengetahuan baik dan Hutapea (2007) mendapatkan 99,7% responden mempunyai sikap yang baik.
Sebanyak 70 orang (77,8%) bersikap akan mengumpulkan kaleng bekas dan pecahan botol jika keberadaannya sudah sangat mengganggu keindahan. Hal ini merupakan indikator harus adanya stimulus yang tidak baik dulu, baru akan ada respon dari masyarakat yaitu berupa sikap. Sejumlah 55 orang (61,1%) bersikap hanya akan menutup tempat penampungan air yang berada di luar rumah, hal ini menunjukkan ketidaktahuan masyarakat mengenai tempat perindukan yang paling nyamuk Aedes aegypti sukai adalah tempat penampungan air yang di dalam rumah.
Responden yang tidak setuju dengan pernyataan bahwa masih menyimpan botol-botol bekas karena mungkin bisa digunakan atau dijual suatu saat sebanyak 48,9%. Lain halnya yang diungkapkan oleh Olga (2008) yakni ada 85,7% tidak setuju dengan pernyataan masih menyimpan botol-botol bekas karena mungkin bisa digunakan atau dijual suatu saat.
5.2.4 Tindakan
Tindakan di ukur dengan 5 pertanyaan mengenai pencegahan dan penatalaksanaan awal pada pasien yang diduga terkena DBD. Proporsi paling
(46)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
tinggi adalah responden dengan tindakan sedang sebesar 83,3%. Hasil ini didukung pula oleh Marlina (2005) yang memperlihatkan proporsi tertinggi untuk tindakan adalah kategori sedang. Begitu juga yang ditunjukkan oleh Hutapea (2007) dimana ada 99,11% responden yang mempunyai tindakan sedang.
Namun, ada ketidaksesuaian antara pengetahuan dan tindakan. Jika dilihat kembali banyaknya responden yang menjawab memberi obat penurun demam hanya 36,7%, tetapi pada pertanyaan tindakan, responden yang memberi obat penurun panas jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD sebanyak 78 responden (86,7%). Menurut Notoatmodjo (2003) seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya, dengan kata lain tindakan seseorangtidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Tindakan menguras bak mandi minimal satu kali seminggu ada 80% dan menutup tempat penampungan air ada 83,3% responden yang melakukannya. Marlina (2005) juga menunjukkan hasil yang sama yakni sebanyak 79,7% respondennya melakukan pengurasan bak mandi minimal satu kali dalam seminggu dan 77,6% yang melakukan penutupan tempat penampungan air.
Tindakan penatalaksanaan awal pada pasien tersangka DBD sudah sangat baik. Dari pengkompresan (72,2%), pemberian air minum yang sebanyak-banyaknya (90%), dan memberi obat pernurun panas (86,7%). Hal ini sesuai apa yang disarankan oleh Ditjen PPM&PL untuk mengurangi kejadian keterlambatan pengobatan pada pasien DBD.
Tindakan merupakan realisasi dari pengalaman dan sikap menjadi perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata dan terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, tetapi tidak selalu orang yang berpengetahuannya baik langsung melakukan tindakan yang benar.
(47)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner dapat disimpulkan yaitu:
1. Tingkat pengetahuan responden masing-masing untuk pengetahuan baik sebanyak 5,6%, pengetahuan sedang sebanyak 83,3%, pengetahuan kurang sebanyak 11,1%. Hal ini menunjukkan pengetahuan responden DBD belum tinggi.
2. Kategori sikap responden DBD masing-masing untuk sikap baik sebesar 21,1%, sikap sedang sebanyak 63.3% dan sikap rendah tentang DBD sebanyak 15,6%. Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden mengenai DBD belum baik.
3. Tindakan responden tentang DBD yaitu yang baik sebanyak 5,6%, sedang 83,3% dan kurang 11,1%. Hal ini menunjukkan sedangnya tindakan responden mengenai DBD baik dari segi pencegahan maupun penatalaksanaan awal DBD dirumah.
6.2 Saran
Untuk pemerintah dan puskesmas terkait hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai DBD sehingga sikap dan tindakannya bisa terstimulus baik dalam mencegah DBD maupun bisa dengan tepat melakukan pertolongan pertama pada pasien yang diduga terkena DBD. Metode yang digunakan mungkin bisa dari pemberian penyuluhan melalui bentuk film pendek, pemasangan poster, pembagian leaflet, atau perlombaan anak dengan tema DBD.
Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan bisa dilakukan pencarian faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat yang masih belum baik meskipun angka kejadian DBD di kelurahan ini adalah yang paling tinggi.
(48)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai efek jambu biji merah terhadap penyakit DBD karena masih banyaknya masyarakat yang percaya bahwa jambu biji merah dapat menyembuhkan DBD.
(49)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995.Menggerakkan Masyarakat Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
(PSN-DBD). Ditjen PPM & PLP.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001.Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Ditjen PPM & PLP.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat.
Duma, Nicolas S., Arsin, A.A., dan Darmawansyah, 2007. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengued di Kecamatan Baruga Kota Kendari .Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS. Available from:
Fathi., Soedjajadi K., dan Chatarina U.W., 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR. Available from:
Florensi, 2004. Perilaku Masyarakat Tentang Upaya Pencegahan Penyakit DBD Di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Hendarwanto.Dengue.Noer, Sjaifoellah dkk.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ketiga Jilid I.Jakarta: Gaya Baru, 418-424.
(50)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Hutapea, Bilson, 2007. Perilaku Masyarakat Mengenai DBD Di Kelurahan Gung Negeri Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2007. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Marlina, Siti, 2005. Perilaku Keluarga terhadap Usaha Pencegahan Penyakit DBD di Lingkungan Rumah di Desa Suka Makmur Kecamatan Delitua. Fakultas Kedokteran USU. Available from:
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta:Rineka Cipta.118-127.
, 2003. Pendidikan & Perilaku Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.114-131.
, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta. 116-133.
Olga L., Pangestu N., Pramono L.A., Purnamawati C., 2008. Hubungan
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mengenai DBD Dengan Kejadian DBD Pada Masyarakat Kelurahan Kayu Putih. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pratomo, H., dan Sudarti, 1986. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana. Jakarta: Depdikbud.23-26.
Riduwan, 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: AlfaBeta.16-18.
(51)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Soedarmo, P.S, 1999. Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Hadinegoro, Sri Rezeki H., dan Hindra Irawan Satari. Demam Berdarah Dengue, Naskah Lengkap.Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Soegianto, Soegeng, 2006. Demam Berdarah Dengue Edisi Kedua. Surabaya.Airlangga University Press.
WHO, 2008.Dengue/DHF Situation of Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever in the South-East Asia Region Variable endemicity for DF/DHF in countries of SEA Region . Available from:
Maret 2009]
, 2009. Dengue Status in South East Asia Region: An Epidemiological Perspective. Available from:
[Accessed 10 Maret 2009]
, 2009. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Available from:
(52)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Lampiran I
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dina Marini Sitanggang Tempat / Tanggal Lahir : Laras, 27 Agustus 1989
Agama : Islam
Alamat : Jl. Merpati Putih No.16 Medan Riwayat Pendidikan : 1. SD Muhammadiyah 2 Pontianak
2. SLTP N 13 Pekanbaru 3. SMA N 8 Pekanbaru
Riwayat Pelatihan : 1. Diklat SCORE BEM PEMA FK USU 2.Pelatihan Enumerator oleh Yayasan Kanker
Indonesia
3.Pelatihan Sehari Pertolongan Pertama Kesiagaan Menghadapi Bencana
Riwayat Organisasi : 1. Anggota SCORE BEM PEMA FK USU 2. Bendahara PHBI FK USU 2008-2009 3. Bendahara BEM PEMA FK USU 2009
(53)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Lampiran II
KUESIONER PENELITIAN
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGENAI DBD PADA KELUARGA DI KELURAHAN PADANG BULAN
TAHUN 2009
Karakteristik Responden:
a. Nama :
b. Alamat : c. Pendidikan : d. Pekerjaan :
Pengetahuan Responden
Jawablah pertanyaan berikut dengan menyilang jawaban yang paling anda anggap benar.
1. Menurut anda, apakah penyebab dari DBD? a. Virus
b. Bakteri c. Nyamuk
2. Menurut anda, bagaimana ciri demam pada DBD? a. Mendadak tinggi (awalnya sehat-sehat saja) b. Suhunya tinggi terus-menerus
c. Suhu naik pada sore hari dan disertai keringat malam
3. Menurut anda, bagaimana cara untuk mencegah terkena DBD? a. Pemberian vaksin DBD
b. Mandi dengan air bersih
c. Melakukan pencegahan dengan membunuh nyamuk penular DBD 4. Menurut anda, apa yang sebaiknya dapat dilakukan dirumah jika ada salah
seorang anggota keluarga diduga terkena DBD? a. Memberi antibiotik dan jamu
(54)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
c. Memberikan jus jambu biji merah
No Pernyataan Benar Salah
5. DBD dan DD adalah penyakit yang berbeda karena DBD mempunyai gejala yang lebih berat dan DD mempunyai kemungkinan sembuh lebih besar daripada DBD
6. Jika seseorang didiagnosa DBD, perlu disekitarnya dipasang kelambu untuk mencegah nyamuk menggigit penderita DBD sehingga tidak menularkan ke orang lain
7. Dibawah ini yang merupakan gejala DBD adalah (jawaban boleh lebih dari satu)...
o Demam dan sakit kepala
o Nyeri otot dan bintik-bintik merah
o Perdarahan (mimisan/ perdarahan gusi/ BAB berdarah) o Pembesaran hati
Sikap Responden
Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda contreng pada jawaban yang anda anggap benar.
No. Pertanyaan Setuju Tidak Setuju
1. Saya akan mengumpulkan kaleng bekas dan pecahan botol jika keberadaannya sudah sangat mengganggu keindahan lingkungan saya.
2. Saya akan menguras bak mandi jika sudah kotor saja.
3. Saya hanya akan menutup tempat penampungan air yang berada di luar rumah.
4. Selama bak mandi saya bersih, saya tidak menguras bak mandi.
5. Saya masih menyimpan botol-botol bekas karena mungkin bisa digunakan atau dijual suatu saat.
(55)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Tindakan Responden
Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda contreng pada jawaban yang anda anggap benar
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda ada melakukan pemberantasan sarang nyamuk sekurang-kurangnya
seminggu sekali?
2. Apakah anda melakukan pengompresan jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD?
3. Apakah anda melakukan pemberian air minum sebanyak-banyaknya jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD?
4. Apakah anda memberi obat penurun panas jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD?
5. Apakah anda menutup rapat-rapat tempat penampungan air?
Sistem Skoring Pada Kuesioner
Sistem skoring pada kuesioner pengetahuan:
Pertanyaan Nilai
A B C
1 1 0 0
2 1 0 0
3 0 0 1
4 0 1 0
5 1 0
6 1 0
(56)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Sistem skoring pada kuesioner sikap:
Pertanyaan Nilai
Setuju Tidak Setuju
1 0 1
2 0 1
3 0 1
4 0 1
5 0 1
Sistem skoring pada kuesioner tindakan:
Pertanyaan Nilai
Ya Tidak
1 1 0
2 1 0
3 1 0
4 1 0
(57)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Lampiran III
SURAT PERSETUJUAN Assalamu’alaikum wr. wb.
Salam Sejahtera bagi kita semua
Kepada bapak/ibu, sebelumnya saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kesediaannya meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan dan kuesioner ini.
Pertama-tama, ijinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Dina Marini. Saya berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU), stambuk tahun 2006. Saat ini saya sedang mengerjakan penelitian guna melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran. Adapun judul penelitian saya adalah Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mengenai DBD pada Keluarga di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mengenai DBD pada keluarga di Kelurahan Padang Bulan, karena dari data terakhir 2008 diperoleh bahwa Kelurahan Padang Bulan merupakan daerah dengan angka kejadian Demam Berdarah tertinggi di Kota Medan.
Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini, yaitu sebagai responden. Saya akan menanyakan beberapa hal seputar identitas Bapak/Ibu, pengetahuan, tindakan dan sikap Bapak/Ibu mengenai DBD.
Demikian saya beritahukan. Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini membawa manfaat besar bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :
Alamat :
Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Saya akan menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan jujur dan apa adanya.
Medan, 2009
(58)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Lampiran IV
HASIL UJI VALIDITAS DAN MASTER DATA PENELITIAN Hasil Uji Validitas Pengetahuan dan Sikap Variabel Nomor
Pertanyaan
Total Pearson Correlation
Status
Pengetahuan 1 0.629 Valid
2 0.516 Valid
3 0.526 Valid
4 0.554 Valid
5 0.559 Valid
6 0.636 Valid
7 0.569 Valid
Sikap 8 0.577 Valid
9 0.673 Valid
10 0.577 Valid
11 0.561 Valid
(1)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Lampiran II
KUESIONER PENELITIAN
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGENAI DBD PADA KELUARGA DI KELURAHAN PADANG BULAN
TAHUN 2009
Karakteristik Responden:
a. Nama :
b. Alamat :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan :
Pengetahuan Responden
Jawablah pertanyaan berikut dengan menyilang jawaban yang paling anda anggap benar.
1. Menurut anda, apakah penyebab dari DBD?
a. Virus
b. Bakteri
c. Nyamuk
2. Menurut anda, bagaimana ciri demam pada DBD? a. Mendadak tinggi (awalnya sehat-sehat saja) b. Suhunya tinggi terus-menerus
c. Suhu naik pada sore hari dan disertai keringat malam
3. Menurut anda, bagaimana cara untuk mencegah terkena DBD?
a. Pemberian vaksin DBD
b. Mandi dengan air bersih
c. Melakukan pencegahan dengan membunuh nyamuk penular DBD
4. Menurut anda, apa yang sebaiknya dapat dilakukan dirumah jika ada salah seorang anggota keluarga diduga terkena DBD?
a. Memberi antibiotik dan jamu
(2)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
c. Memberikan jus jambu biji merah
No Pernyataan Benar Salah
5. DBD dan DD adalah penyakit yang berbeda karena DBD
mempunyai gejala yang lebih berat dan DD mempunyai kemungkinan sembuh lebih besar daripada DBD
6. Jika seseorang didiagnosa DBD, perlu disekitarnya dipasang kelambu untuk mencegah nyamuk menggigit penderita DBD sehingga tidak menularkan ke orang lain
7. Dibawah ini yang merupakan gejala DBD adalah (jawaban boleh lebih dari satu)...
o Demam dan sakit kepala
o Nyeri otot dan bintik-bintik merah
o Perdarahan (mimisan/ perdarahan gusi/ BAB berdarah)
o Pembesaran hati
Sikap Responden
Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda contreng pada jawaban yang anda anggap benar.
No. Pertanyaan Setuju Tidak Setuju
1. Saya akan mengumpulkan kaleng bekas
dan pecahan botol jika keberadaannya sudah sangat mengganggu keindahan lingkungan saya.
2. Saya akan menguras bak mandi jika sudah
kotor saja.
3. Saya hanya akan menutup tempat
penampungan air yang berada di luar rumah.
4. Selama bak mandi saya bersih, saya tidak
menguras bak mandi.
5. Saya masih menyimpan botol-botol bekas
karena mungkin bisa digunakan atau dijual suatu saat.
(3)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Tindakan Responden
Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda contreng pada jawaban yang anda anggap benar
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda ada melakukan pemberantasan
sarang nyamuk sekurang-kurangnya seminggu sekali?
2. Apakah anda melakukan pengompresan jika
ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD?
3. Apakah anda melakukan pemberian air
minum sebanyak-banyaknya jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD?
4. Apakah anda memberi obat penurun panas
jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD?
5. Apakah anda menutup rapat-rapat tempat
penampungan air?
Sistem Skoring Pada Kuesioner
Sistem skoring pada kuesioner pengetahuan:
Pertanyaan Nilai
A B C
1 1 0 0
2 1 0 0
3 0 0 1
4 0 1 0
5 1 0
6 1 0
(4)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Sistem skoring pada kuesioner sikap:
Pertanyaan Nilai
Setuju Tidak Setuju
1 0 1
2 0 1
3 0 1
4 0 1
5 0 1
Sistem skoring pada kuesioner tindakan:
Pertanyaan Nilai
Ya Tidak
1 1 0
2 1 0
3 1 0
4 1 0
(5)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Lampiran III
SURAT PERSETUJUAN Assalamu’alaikum wr. wb.
Salam Sejahtera bagi kita semua
Kepada bapak/ibu, sebelumnya saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kesediaannya meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan dan kuesioner ini.
Pertama-tama, ijinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Dina Marini. Saya berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU), stambuk tahun 2006. Saat ini saya sedang mengerjakan penelitian guna melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran. Adapun judul penelitian saya adalah Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mengenai DBD pada Keluarga di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mengenai DBD pada keluarga di Kelurahan Padang Bulan, karena dari data terakhir 2008 diperoleh bahwa Kelurahan Padang Bulan merupakan daerah dengan angka kejadian Demam Berdarah tertinggi di Kota Medan.
Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini, yaitu sebagai responden. Saya akan menanyakan beberapa hal seputar identitas Bapak/Ibu, pengetahuan, tindakan dan sikap Bapak/Ibu mengenai DBD.
Demikian saya beritahukan. Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini membawa manfaat besar bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :
Alamat :
Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Saya akan menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan jujur dan apa adanya.
Medan, 2009
(6)
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Lampiran IV
HASIL UJI VALIDITAS DAN MASTER DATA PENELITIAN Hasil Uji Validitas Pengetahuan dan Sikap
Variabel Nomor
Pertanyaan
Total Pearson Correlation
Status
Pengetahuan 1 0.629 Valid
2 0.516 Valid
3 0.526 Valid
4 0.554 Valid
5 0.559 Valid
6 0.636 Valid
7 0.569 Valid
Sikap 8 0.577 Valid
9 0.673 Valid
10 0.577 Valid
11 0.561 Valid