Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
hari intrinsic incubation period sebelum menjadi sakit setelah virus masuk ke dalam tubuhnya. Pada nyamuk, sekali virus dapat masuk ke dalam tubuhnya,
maka nyamuk tersebut dapat menularkan virus selama hidupnya infektif. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul Depkes RI, 2001.
Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus Dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah dengue DBD. Nyamuk Aedes
aegypti mendapatkan Virus Dengue sewaktu menggigit atau menghisap darah orang yang sakit DBD atau tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus
Dengue karena orang ini memiliki kekebalan terhadap virus Dengue. Orang yang mengandung Virus Dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi ke mana-mana dan
menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes aegypti. Bila orang yang ditulari itu tidak memiliki kekebalan umumnya anak-anak, ia
akan segera menderita DBD. Adapun sifat nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di tempat
penampungan air TPA dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang misalnya bak mandi, tempayan, drum, pot tanaman, tempat minum burung, vas
bunga, kaleng, ban bekas, atau botol. Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak di selokangot atau yang airnya langsung berhubungan dengan
tanah. Nyamuk ini biasa menggigit menghisap darah pada pagi sampai sore hari Depkes RI, 1995. Nyamuk ini juga mempunyai kebiasaan menggigit berulang,
yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat Hendarwanto, 2001. Selain itu nyamuk ini dapat terbang hingga 100 meter.
Badannya berwarna hitam dan belang-belang loreng putih Depkes RI, 1995.
2.1.3. Patogenesis
Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel
manusia sebagai penjamu host terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh penjamu,
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan
dapat menimbulkan kematian. Patogenesis DBD masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori
banyak dianut pada DBD adalah hipotesis infeksi sekunder teori secondary heterologous infection atau hipotesis immune enhancement. Hipotesis ini
menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko
berat yang lebih besar untuk menderita DBDberat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian
membentuk kompleks antigen-antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi
heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibody
dependent enhancement, suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap
infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan
hipovolemia dan syok Depkes RI, 2001.
2.1.4. Gejala Klinis dan Diagnosa
Gambaran klinis DBD sering kali tergantung pada umur penderita. Pada bayi dan anak biasanya didapatkan demam dengan ruam makulopapular saja.
Pada anak besar dan dewasa mungkin hanya didapatkan demam ringan, atau gambaran klinis lengkap dengan panas tinggi mendadak, sakit kepala hebat, sakit
bagian belakang kepala, nyeri otot dan sendi serta ruam. Tidak jarang ditemukan perdarahan kulit, biasanya didapatkan leukopeni atau kadang-kadang
trombositopeni. Pada waktu wabah tidak jarang demam Dengue dapat disertai dengan perdarahan hebat. Yang membedakan antara DD dengan DBD adalah
pada DBD didapati kebocoran plasma Depkes RI, 2001.
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium. Pengguanaan kriteria ini dimaksudkan
untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan overdiagnosis.
Kriteria Klinis
a. Demam atau riwayat demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas,
antara 2-7 hari, biasanya bifasik. b.
Terdapat manifestasi dari perdarahan berikut: 1
Uji bendung uji tourniquet positif 2
Petekie, ekimosis, atau purpura 3
Perdarahan mukosa tersering epistaksismimisan atau perdarahan gusi, atau perdarahan dari tempat lain.
4 Hematemesis dan atau melena.
c. Pembesaran hati
d. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
Kriteria Laboratoris a.
Trombisitopenia jumlah trombosit ≤ 100.000µl.
b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20 atau
lebih. Dua kriteria klinis ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau
peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi pleura dan atau hipoalbunemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien
anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hematokrit dan adanya trombositopenia mendukung diagnosis DBD.
Terdapat 4 gejala utama DBD, yaitu demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Keempat gejala utama DBD adalah
sebagai berikut:
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
a. Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus-menerus, berlangsung 2-7 hari, naik turun tidak mempan dengan obat antipiretik. Kadang-
kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40
o
C dan dapat terjadi kejang demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat fase demam mulai
cenderung menurun dan pasien tampak seakan sembuh, hati-hati karena pada fase tersebut dapat sebagai awal kejadian syok. Biasanya pada hari ketiga dari demam.
Hari ke 3,4,5 adalah fase kritis yang harus dicermati pada hari ke 6 dapat terjadi syok.
b. Tanda-tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien DBD adalah vaskulopati, trombositopenia, dan gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi intravaskular
yang menyeluruh. Jenis perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji tourniquet uji Rumple Leede uji bendung positif, petekie, purpura,
ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Petekie merupakan tanda perdarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama demam tetapi
dapat pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Petekie sering sulit dibedakan dari bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya lakukan penekanan pada bintik
merah yang dicurigai dengan kaca obyek atau penggaris plastik transparan. Jika bintik merah menghilang berarti bukan petekie.
Tanda perdarahan seperti tersebut diatas tidak semua terjadi pada seorang pasien DBD. Perdarahan yang paling ringan adalah uji tourniquet positif berarti
fragilitas kapiler meningkat. Perlu diingat bahwa hal ini juga dapat dijumpai pada penyakit virus lain misalnya campak, demam chikungunya, infeksi bakteri tifus
abdominalis dan lain-lain Depkes RI, 2001. Selain itu bentuk perdarahan lainnya dapat berupa keluarnya darah dari
hidung epistaksis, perdarahan saluran cerna seperti muntah darah Sadikin, 2002.
c. Hepatomegali pembesaran hati
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba just palpable sampai 2-4cm
dibawah lengkungan iga kanan. Proses pembesaran hati, dari tidak teraba menjadi teraba dapat meramalkan perjalanan penyakit DBD.
d. Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun. Demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada
denyut nadi dan tekanan darah, ujung ekstremitas terasa dingin, disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi sebagai
akibat dari perembesan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara Depkes RI, 2001.
2.1.5. Penatalaksaan