Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru Tahun 2010

(1)

Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan

Tindakan Pencarian Pelayanan

Kesehatan/Pengobatan

(Health Seeking Behavior)

pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan,

Kecamatan Medan Baru

Tahun 2010

Oleh :

MOHD FAKRULDDIN BIN EMBONG

070100459

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan

(

Health Seeking Behavior

)

pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan,

Kecamatan Medan Baru

Tahun 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

MOHD FAKRULDDIN BIN EMBONG

070100459

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pencarian Pelayanan

Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan

Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 Nama : Mohd Fakrulddin Bin Embong

NIM : 070100459

Pembimbing Penguji I

(dr. Rina Amelia,MARS) (dr. Tetty Aman Nasution, M.Med.Sc) NIP : 19760420 200312 2 002 NIP : 19700109 199702 2 001

Penguji II

(dr. Hemma Yulfi, DAP&E.M.Med.Ed) NIP : 19741019 200112 2 001

Medan, 24 Nopember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP : 19540220 198110 1 001


(4)

ABSTRAK

Proses pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan merupakan suatu proses yang tidak pernah lepas dari kehidupam manusia karena setiap orang dalam hidupnya tidak pernah lepas dari masalah penyakit. Proses pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan yang terjadi dalam masyarakat memiliki karakteristik yang

berbeda, hal ini terjadi karena dalam proses pencarian pelayanan

kesehatan/pengobatan dipengaruhi oleh perilaku masyarakat itu sendiri.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan pada masyarakat Kelurahan Padang Bulan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan mayoritas berada dalam kategori baik yaitu seramai 66 orang (66,0%). Hasil uji sikap responden terhadap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan mayoritas berada dalam kategori sedang yaitu seramai 52 oorang (52,0%). Tindakan responden terhadap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan yang diperoleh adalah sama banyak antara kategori baik dan sedang yaitu masing-masing mencatatkan 50 orang (50,0%), dan tiada responden berada dalam kategori kurang.

Dari hasil penelitian ini diharapkan pemerintah dan puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang berbagai masalah kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat melalui penyuluhan yang lebih sering dilakukan dan pendekatan yang lebih efektif, serta sosialisasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya, sehingga masyarakat dapat menggunakannya dan memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan kesehatannya.

Kata kunci: pengetahuan, sikap, tindakan, pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan


(5)

ABSTRACT

The process of searching for medical care or treatment is a process that cannot be separated from the human life because everyone in his life is never free of disease problems. The process of seeking care medical or treatment occurring in society have different characteristics, this happens because in the process of searching for health care is influenced by the behavior of society itself.

The purpose of this study was to determine the level of knowledge, attitudes, and practices of health seeking behavior among community of Padang Bulan. This research was conducted with the descriptive research method, the approach used in the design of this study is the cross-sectional study. The number of samples in this study of 100 people by using purposive sampling.

The results showed that majority respondents' level of knowledge in health seeking behavior is in good category which is 66 people (66,0%). For attitude in health seeking behavior , majority respondents in moderate category which is 52 people (52,0%). Practice of respondents in health seeking behavior is obtained as much between the two categories which is good and category and each carrying 50 people (50,0%), and no respondents in the poor category.

From the results of this research is expected to governments and health centers to enhance public knowledge about various health issues and health facilities in the community through counseling in more frequent and more effective approach, and the socialization of health care facilities with the ability of various assets, so that people can use it and use them according to their health needs.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas segala rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu dr. Rina Amelia, MARS yang telah banyak memberi bimbingan dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. Tidak lupa juga ingin saya ucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang telah banyak membantu dan mendukung saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penelitian ini berjudul “ Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada

Masyarakat Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru Tahun 2010”. Penelitian ini dilakukan karena belum adanya penelitian serupa sebelumnya. Selain itu, perilaku pencarian pelayanan kesehatan atau pengobatan ini begitu erat dengan kehidupan masyarakat di semua tempat. Hal ini dikarenakan bahwa individu yang sakit cenderung untuk mengobati sakitnya dan ini akan menyebabkan individu tersebut berusaha untuk mencari pengobatan yang terbaik bagi sakitnya. Selain itu juga dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan pencarian pelayanan kesehatan ini.

Saya juga menyadari bahwa penelitian ini masih lagi jauh dari sempurna. Oleh itu, saya sangat berharap saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat

menyempurnakan lagi penelitian ini. Penang, 23 Nopember 2010


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK………. ii

ABSTRACT………... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL……….. viii

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR SINGKATAN……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN………. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Konsep Perilaku Kesehatan... 5

2.1.1. Batasan Perilaku ... 5

2.1.2. Ilmu-Ilmu Dasar Perilaku ... 6

2.1.3. Perilaku Kesehatan ... 6


(8)

2.1.5. Pengukuran dan Indikator Perilaku Kesehatan ... 11

2.2. Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan ... 12

2.2.1. Faktor-faktor yang mempegaruhi pencarian pelayanan kesehatan atau pengobatan ... 14

2.2.2. Model sistem kesehatan (health system model) ... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 16

3.2. Definisi Operasional ... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Jenis Penelitian ... 18

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 18

4.2.2. Waktu Penelitian... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

4.3.1. Populasi ... 18

4.3.2. Sampel ... 19

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 19

4.4.1. Data Primer ... 19

4.4.2. Data Sekunder ... 20

4.4.3. Uji Validitas ... 20

4.4.4. Uji Reabilitas ... 20


(9)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 24

5.1. Hasil Penelitian... .. 24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 24

5.1.2. Karakteristik Dasar Responden... 24

5.1.3.Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior)………. 27

5.1.4. Sikap Responden Terhadap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior)………. 31

5.1.5. Tindakan Responden Terhadap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior)……… 34

5.1.6. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) Mengikut Karakteristik Responden……….. 37

5.1.7. Sikap Responden Terhadap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) Mengikut Karakteristik Responden……….. 39


(10)

5.1.8. Tindakan Responden Terhadap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan

(Health Seeking Behavior) Mengikut

Karakteristik Responden……….. 42

5.2. Pembahasan... 41

5.2.1. Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior)... 44

5.2.2. Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/ Pengobatan (Health Seeking Behavior)... ... 48

5.2.3. Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/ Pengobatan (Health Seeking Behavior)... ... 51

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 56

6.1. Kesimpulan... .. 56

6.2. Saran... ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Table 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin……… 25 Table 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur………….. 25

Table 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Suku…………... 26 Table 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang

Pendidikan……… ……... 26 Table 5.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……… 27 Tabel 5.6 Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/

Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat

Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010... 28 Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Responden mengenai Pengetahuan

Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan

(Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan

Padang Bulan Tahun 2010……….. 29 Tabel 5.8 Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan

( Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan

Padang Bulan Tahun 2010……….. 32 Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Responden mengenai Sikap Pencarian

Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior)


(12)

Tabel 5.10 Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan

Padang Bulan Tahun 2010... 35 Tabel 5.11 Distribusi Jawaban Responden mengenai Tindakan

Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan

(Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan

Padang Bulan Tahun 2010……….. 36 Tabel 5.12 Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/

Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Jenis

Kelamin………. 38 Tabel 5.13 Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/

Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Suku………….. 39 Tabel 5.14 Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/

Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Tingkat

Pendidikan………... 40 Tabel 5.15 Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan

(Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan

Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Jenis Kelamin……….. 41 Tabel 5.16 Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health

Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan


(13)

Tabel 5.17 Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan

(Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang

Bulan Tahun 2010 Mengikut Jenis Kelamin……… 42 Tabel 5.18 Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health

Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan

Tahun 2010 Mengikut Suku………. 43 Tabel 5.19 Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health

Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan

Tahun 2010 Mengikut Tingkat Pendidikan………. 44 Tabel 5.20 Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health

Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan


(14)

DAFTAR GAMBAR


(15)

DAFTAR SINGKATAN

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

SD : Sekolah Dasar

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional

WHO : World Health Organization

% : presentase < : kurang dari


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan Lampiran 3 Lembar Persetujuan Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Lampiran 5 Surat Izin Penelitian


(17)

ABSTRAK

Proses pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan merupakan suatu proses yang tidak pernah lepas dari kehidupam manusia karena setiap orang dalam hidupnya tidak pernah lepas dari masalah penyakit. Proses pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan yang terjadi dalam masyarakat memiliki karakteristik yang

berbeda, hal ini terjadi karena dalam proses pencarian pelayanan

kesehatan/pengobatan dipengaruhi oleh perilaku masyarakat itu sendiri.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan pada masyarakat Kelurahan Padang Bulan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan mayoritas berada dalam kategori baik yaitu seramai 66 orang (66,0%). Hasil uji sikap responden terhadap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan mayoritas berada dalam kategori sedang yaitu seramai 52 oorang (52,0%). Tindakan responden terhadap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan yang diperoleh adalah sama banyak antara kategori baik dan sedang yaitu masing-masing mencatatkan 50 orang (50,0%), dan tiada responden berada dalam kategori kurang.

Dari hasil penelitian ini diharapkan pemerintah dan puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang berbagai masalah kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat melalui penyuluhan yang lebih sering dilakukan dan pendekatan yang lebih efektif, serta sosialisasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya, sehingga masyarakat dapat menggunakannya dan memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan kesehatannya.

Kata kunci: pengetahuan, sikap, tindakan, pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan


(18)

ABSTRACT

The process of searching for medical care or treatment is a process that cannot be separated from the human life because everyone in his life is never free of disease problems. The process of seeking care medical or treatment occurring in society have different characteristics, this happens because in the process of searching for health care is influenced by the behavior of society itself.

The purpose of this study was to determine the level of knowledge, attitudes, and practices of health seeking behavior among community of Padang Bulan. This research was conducted with the descriptive research method, the approach used in the design of this study is the cross-sectional study. The number of samples in this study of 100 people by using purposive sampling.

The results showed that majority respondents' level of knowledge in health seeking behavior is in good category which is 66 people (66,0%). For attitude in health seeking behavior , majority respondents in moderate category which is 52 people (52,0%). Practice of respondents in health seeking behavior is obtained as much between the two categories which is good and category and each carrying 50 people (50,0%), and no respondents in the poor category.

From the results of this research is expected to governments and health centers to enhance public knowledge about various health issues and health facilities in the community through counseling in more frequent and more effective approach, and the socialization of health care facilities with the ability of various assets, so that people can use it and use them according to their health needs.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut telah diciptakan Visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia dengan ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku sehat, dan dalam lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, di seluruh wilayah Negara Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan Teori H.L. Blum, derajat kesehatan masyarakat sangat erat dengan angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas). Angka kematian (mortalitas) orang dewasa di Indonesia masih lagi tinggi yaitu 239 orang per 1000 bagi laki-laki dan 200 orang per 1000 bagi wanita. Bagi balita pula, angka mortalitas ialah 41 orang bagi balita laki-laki dan 36 orang balita perempuan per 1000 kelahiran. Mortalitas maternal pula adalah 230 orang per 1000 orang (WHO, 2006). Menurut data Profil Kesehatan Indonesia 2005, persentase penduduk Indonesia yang mempunyai keluhan kesehatan adalah sebesar 26,51 persen atau sekitar 59 juta jiwa (Ikatan Dokter Indonesia, 2007).

Angka mortalitas dan morbiditas sangat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh sebesar 45% terhadap derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan yang dimaksudkan adalah lingkungan fisik, biologi, sosial budaya, ekonomi, hukum, dan politik. Sementara faktor perilaku berpengaruh


(20)

sebesar 30%, sedangkan faktor pelayanan kesehatan hanya berpengaruh sebesar 20% dan faktor keturunan berpengaruh sebesar 5% (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2005), keempat faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan tersebut tidak berdiri sendiri dalam mempengaruhi kesehatan, namun masing-masing saling mempengaruhi satu sama lain misalnya, faktor lingkungan selain langsung mempengaruhi kesehatan juga turut mempengaruhi tingkah laku, dan perilaku juga mempengaruhi pelayanan kesehatan, dan seterusnya. Kasnodihardjo dkk. (1997) juga menyatakan perkara sama yaitu kempat-empat faktor tersebut saling terkait dan faktor lingkungan dan perilaku adalah yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan.

Untuk faktor pelayanan kesehatan yang juga mempengaruhi derajat kesehatan, faktor yang termasuk di dalamnya cukup bervariasi. Antaranya adalah faktor seperti etnik, usia, tingkat pendidikan, jauhnya letak tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal pasien juga berperan dalam menentukan sarana pengobatan (Ahmed, 2005).

Dalam beberapa penelitian yang lain, faktor yang paling dominan menentukan pencarian pelayanan kesehatan atau pengobatan adalah etnik (Shi dan Stevens, 2005,

Toan et al., 2002, Freeman dan Payne, 2002). Selain itu, usia juga menjadi

determinan dalam pencarian pelayanan kesehatan (Taffa dan Chapngeno, 2005, Balabanova et al., 2004, Danso-Appiah et al., 2004). Contoh faktor dominan lain adalah tingkat pengetahuan (Shaikh dan Hatcher, 2005, Balabanova et al., 2004). Menurut Yanagisawa dkk. (2004), jarak tempat tinggal pasien amat mempengaruhi pasien untuk memilih tempat atau sarana pengobatan. Menurut Cockroft dkk. (2004), faktor yang paling menentukan adalah biaya.

Sementara di Indonesia, sumber pengobatan mencakup tiga sektor yang saling berhubungan yaitu pengobatan sendiri, pengobatan medis profesional, dan pengobatan tradisional. Daripada Depkes RI (2009), didapati 62,65% penduduk Indonesia yang sakit melakukan pengobatan sendiri dan sisanya ke pengobatan medis, pengobat tradisional, dan tidak berobat. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2005, mendapati persentase penduduk Indonesia yang berobat ke


(21)

Puskesmas adalah sebesar 37, 26 persen (21,9 juta jiwa); ke praktik dokter sebesar 24,39 persen (14,3 juta jiwa); ke poliklinik sebesar 3,86 persen (2,27 juta jiwa); rumah sakit pemerintah sebesar 6,01 persen (3,5 juta jiwa); dan ke rumah sakit swasta sebesar 3,32 persen (1,95 juta jiwa) (Ikatan Dokter Indonesia, 2007).

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa belum maksimalnya penggunaan sarana pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini bisa saja terkait masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang jenis-jenis pelayanan kesehatan serta fasilitas-fasilitas yang terdapat di sekitar mereka.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan pada masyarakat kelurahan Padang Bulan?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan pada masyarakat.

1.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Padang Bulan

terhadap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan.

2. Untuk mengetahui sikap masyarakat Padang Bulan terhadap pencarian

pelayanan kesehatan/pengobatan.

3. Untuk mengetahui tindakan masyarakat Padang Bulan terhadap pencarian


(22)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Data dari hasil penelitian ini dapat menjadi sebagai data tambahan atau pertimbangan bagi Dinas Kesehatan mengenai pengetahuan, sikap, dan tindakan perilaku pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan pada masyarakat.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi Puskesmas untuk

meningkatkan penyuluhan mengenai kesehatan agar pembangunan kesehatan tercapai.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam pemilihan tempat pengobatan.

4. Menambah informasi yang dapat dijadikan referensi bagi penelitian


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku Kesehatan

2.1.1. Batasan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2005) perilaku dapat ditafsirkan sebagai kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai aktivitas yang dapat dibagikan menjadi dua kelompok yaitu aktivitas yang dapat dilihat oleh orang lain dan aktivitas yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Menurut seorang ahli psikologi, Skiner (1938), beliau mendapati bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh itu, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus 

Organisme  Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori "S-O-R" (stimulus-organisme-respons). Teori skinner juga menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu:

a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditunjukkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons yang relatif tetap misalnya makanan lezat akan

menimbulkan nafsu untuk makan da sebagainya. Respondent respons juga

mencakup perilaku emosional misalnya sedih apabila ditimpa berita musibah. b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsangan yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons.


(24)

Perilaku manusia berdasarkan teori “S-O-R” tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Perilaku tertutup (Covert behavior)

Perilaku ini adalah respons yang masih belum dapat dilihat oleh orang lain. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk "unobservable behavior" atau "covert behavior" yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

b. Perilaku terbuka (Overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau "observable behavior".

2.1.2. Ilmu-Ilmu Dasar Perilaku

Menurut Notoatmodjo lagi, perilaku pada seseorang individu itu terbentuk dari dua faktor utama yaitu stimulus yang merupakan faktor eksternal dan respons yang merupakan faktor internal. Faktor eksternal seperti faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dan faktor internal pula adalah faktor dari diri dalam diri orang yang bersangkutan. Faktor eksternal yang paling berperanan dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya, yaitu di mana seseorang tersebut berada. Sementara itu, faktor internal yang paling berperan adalah perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga cabang ilmu yang membentuk perilaku seseorang itu yaitu ilmu psikologi, sosiologi dan antropologi (Notoatmodjo, 2005).

2.1.3. Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2005), respons seseorang terhadap rangsangan atau objek-objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang

mempengaruhi sehat-sakit adalah merupakan suatu perilaku kesehatan( healthy


(25)

berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati( unobservable). Pemeliharaan kesehatan ini meliputi pencegahan dan perlindungan diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyenbuhan apabila sakit. Dengan demikian, perilaku kesehatan bisa dibagi dua, yaitu:

1. Perilaku orang sehat agar tetap sehat dan meningkat, sering disebut dengan

perilaku sehat (healthy behavior) yang mencakup perilaku-perilaku dalam

mencegah atau menghindar dari penyakit dan penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku promotif).

2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang untuk memperoleh penyembuhan atau terlepas dari masalah kesehatan yang dideritanya. Pelayanan kesehatan yang dicari adalah fasilitas kesehatan moden (rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan sebagainya) maupun tradisional (dukun, sinshe, paranormal).

Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2005), beliau membagikan perilaku kesehatan menjadi tiga, yaitu:

1.Perilaku sehat (healthy behavior)

Perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, antara lain:

a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet) b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup.

c. Tidak merokok serta meminum minuman keras serta menggunakan

narkoba.


(26)

e. Pengendalian atau manajemen stress. f. Perilaku atau gaya hidup pasitif. 2. Perilaku sakit ( Illness behavior)

Perilaku sakit adalah tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya. Tindakan yang muncul pada orang sakit atau anaknya sakit adalah:

a. Didiamkan saja, dan tetap menjalankan aktivitas sehari-hari.

b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self

treatment) melalui cara tradisional atau cara moden.

c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas

pelayanan kesehatan moden atau tradisional. 3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)

Becker mengatakan hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan perilaku peran orang sakit (the sick role behavior). Perilaku peran orang sakit antara lain:

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang

tepat untuk memperoleh kesembuhan.

c. Melakukan kewajibannya sebagai pasien

d. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses

pnyembuhannya.

e. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan

sebagainya. 2.1.4. Domain Perilaku

Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005), beliau mendapati terdapat tiga domain perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ahli


(27)

pendidikan di Indonesia kemudian menterjemahkan ketiga domain ini ke dalam cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau peri cipta, peri rasa, dan peri tindak. Untuk kepentingan pendidikan praktis, tiga tingkat ranah perilaku telah dikembangkan sebagai berikut:

1. Pengetahuan(knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia. Terdapat intensitas yang berbeda-beda pada setiap pengetahuan sesorang terhadap objek. Tingkat pengetahuan dapat dibagi dalam 6 tingkat, yaitu;

a. Tahu (know).

Tahu diartikanhanya hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension).

Memahami sesuatu objek bukan sekadar tahu objek tersebut, tetapi orang itu harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application).

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksudkan dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-kompenen yang terdapat dalam sebuah masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis adalah kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari


(28)

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Umumnya, analisis adalah kemampuan untuk menghasilkan formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu, yang berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau yang sedang berlaku dalam masyarakat.

2. Sikap (Attitude)

Menurut Campbell (1950), sikap dapat didefinisikan dengan sederhana, yakni :" An individual's attitude is syndrome of response consistency with regard to object." Dengan kata lain, sikap itu adalah kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Sementara itu, Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005), pula merumuskan bahwa sikap terbentuk dari 3 komponen utama,yaitu :

1 Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. 2 Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.

3 Kecenderungan untuk bertindak.

Sikap bisa dibagi menurut tingkat intensitasnya, yaitu:

a. Menerima

Menerima diartikan individu atau subjek mau menerima stimulus atau objek yang diberikan.

b. Menanggapi

Menanggapi diartikan subjek memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.


(29)

Menghargai diartikan apabila subjek dapat memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus.

d. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab diartikan subjek tersebut berani mengambil resiko terhadap apa yang diyakininya.

3. Tindakan atau Praktik( Practice)

Faktor-faktor misalnya adanya fasilitas atau sarana dan prasarana perlu supaya sikap meningkat menjadi tindakan. Praktik atau tindakan dapat dikelompokkan menjadi 3 tingkatan mengikut kualitasnya, yaitu:

a. Praktik terpimpin (guide response).

Subjek telah melakukan sesuatu tetapi masih bergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism).

Subjek telah melakukan sesuatu hal secara otomatis tanpa perlu kepada panduan.

c. Adapsi (adoption).

Tindakan yang sudah berkembang yaitu tindakan tersebut tidak sekadar rutinitas tetapi sudah merupakan perilaku yang berkualitas.

2.1.5. Pengukuran dan Indikator Perilaku Kesehatan 1. Pengetahuan kesehatan (health knowledge)

Pengetahuan kesehatan adalah pengetahuan seseorang mengenai cara- cara menjaga kesehatan, yakni:

a. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular

b. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan mempengaruhi

kesehatan.

c. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan moden maupun

tradisional.


(30)

2. Sikap terhadap kesehatan (health attitude)

Sikap terhadap kesehatan adalah penilaian individu terhadap hal-hal yang mencakupi pemeliharaan kesehatan, yaitu:

a. Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular.

b. Sikap tentang faktor-faktor yang terkait dan mempengaruhi kesehatan. c. Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan moden maupun tradisional. d. Sikap untuk menghindari kecelakan.

3. Praktik kesehatan

Praktik kesehatan adalah tindakan seseorang untuk menjaga kesehatan, yaitu:

a. Tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular.

b. Tindakan tentang faktor-faktor yang terkait dan mempengaruhi

kesehatan.

c. Tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan moden maupun

tradisional.

d. Tindakan untuk menghindari kecelakan. 2.2. Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan

Masyarakat yang berpenyakit dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) pasti tidak akan berbuat apa-apa mengenai penyakitnya. Ini berbeda apabila seseorang itu berpenyakit dan merasakan sakit, maka baru timbul berbagai macam perilaku dan usaha, misalnya:

1)Tidak melakukan apa-apa tindakan (no action). Ini disebabkan oleh kondisi yang sakit tersebut tidak menganggu kegiatan mereka sehari-hari. Selain itu, ada juga yang beralasan bahwa kesehatan bukan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya. Alasan yang lain adalah fasilitas kesehatan jauh, para petugas kesehatan tidak simpatik, takut pergi ke rumah sakit, tidak sanggup biaya dan sebagainya.


(31)

2)Tindakan berobat sendiri (self treatment). Alasannya juga sama seperti di atas (1). Perkara lain yang bisa dijadikan tambahan untuk tindakan mengobat sendiri ini adalah mereka percaya kepada diri sendiri karena pengalaman yang lalu di mana pengobatan sendiri mendatangkan kesembuhan.

3)Tindakan berobat ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy). Bagi masyarakat desa, pengobatan tradisional ini masih menjadi pilihan utama. Sementara itu, bagi masyarakat sederhana pula, pencarian pengobatan lebih cenderung ke arah sosial-budaya masyarakat berbanding hal-hal yang dianngap masih asing.

4)Tindakan berobat melalui pembelian obat-obat di warung obat (chemist shop) dan sejenisnya. Obat-obat yang dibeli umumnya obat-obat yang tidak memakai resep dan belum mengakibatkan masalah kesehatan yang serius.

5)Tindakan berobat ke fasilitas-fasilitas pengobatan moden seperti balai

pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.

6)Tindakan berobat ke dokter praktik (private medicine).

Menurut Lewin dalam Notoatmodjo (2007), apabila individu bertindak untuk mengobati sesuatu penyakit, ada empat variable yang penting dalam tindakan tersebut. Variable-variabel tersebut adalah:

1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)

Merupakan suatu tindakan pencegahan terhadap penyakit apabila seseorang telah merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan pada penyakit tersebut. 2. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness)

Merupakan suatu tindakan mencari pengobatan dan pencegahan penyakit karena didorong oleh keseriusan penyakit tersebut pada dirinya atau masyarakat.

3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (perceived benefits and

barriers)

Apabila seseorang merasakan dirinya rentan untuk suatu penyakit, ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan ini akan tergantung pada


(32)

manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut.

4. Isyarat atau tanda-tanda (cues)

Faktor-faktor seperti pesan-pesan pada media massa, nasihat kawan-kawan atau individu lain perlu supaya pasien mendapatkan tingkat penerimaan yang benar mengenai kerentanan, kegawatan dan keuntungan sesuatu tindakan.

2.2.1. Faktor-faktor yang mempegaruhi pencarian pelayanan kesehatan atau pengobatan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pencarian pelayanan kesehatan ini misalnya jauhnya letak tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal pasien, mahalnya biaya pengobatan, ketidakpuasan terhadap hasil pengobatan, sikap meremehkan suatu penyakit dan maraknya kasus-kasus malpraktek medis akhir-akhir ini. Menurut Cockroft dkk. (2004), faktor yang paling berperan dalam pemilihan sarana pengobatan adalah mahalnya biaya pengobatan. Selain itu, faktor seperti etnik, usia, tingkat pendidikan, jauhnya letak tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal pasien juga berperan dalam menentukan sarana pengobatan (Ahmed, 2005). Sementara itu, Shaikh dan Hatcher (2004) pula membagikan faktor determinan pencarian pelayanan kesehatan pada negara membangun kepada beberapa komponen yaitu faktor demografi, gender, ekonomi, ketersediaan sarana pengobatan dan tingkat keparahan penyakit.

Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2005, mendapati persentase penduduk Indonesia yang berobat ke Puskesmas adalah sebesar 37, 26 persen (21,9 juta jiwa); ke praktik dokter sebesar 24,39 persen (14,3 juta jiwa); ke poliklinik sebesar 3,86 persen (2,27 juta jiwa); rumah sakit pemerintah sebesar 6,01 persen (3,5 juta jiwa); dan ke rumah sakit swasta sebesar 3,32 persen (1,95 juta jiwa) (Ikatan Dokter Indonesia, 2007). Daripada Depkes RI (2009), didapati 62,65% penduduk Indonesia yang sakit melakukan pengobatan sendiri dan sisanya ke pengobatan medis, pengobat tradisional dan tidak berobat. Menurut data yang diperoleh dari Susenas (2001),


(33)

persentase penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri cenderung menurun, dalam hal ini penggunaan obat menurun, tetapi penggunaan obat tradisional dan cara tradisional meningkat. Persentase penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri menggunakan obat lebih tinggi pada kelompok usia kerja, pendidikan tamat SD, bekerja, pengeluaran sebulan per orang sampai dengan Rp 300.000, jenis keluhan sakit gigi, sakit kepala, batuk, pilek, dan demam, lama sakit tak lebih dari 3 hari, persepsi sakit ringan, dan biaya pengobatan tidak lebih dari Rp 2.000 (Supardi, 2002).

2.2.2. Model sistem kesehatan (health system model)

Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2007), membagikan tiga kelompok utama dalam pelayanan kesehatan yaitu:

1. Karakteristik predisposisi (predisposing characteristics)

Karakteristik ini bertujuan untuk menggambarkan bahwa setiap invidu mempunyai kecenderungan yang berbeda dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena adanya cirri-ciri individu yaitu:

a. Ciri-ciri demografi seperti jenis kelamin dan usia

b. Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan sebagainya.

c. Manfaat-manfaat kesehatan seperti keyakinan bahwa pelayanan

kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit. 2. Karakterisrik pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini menggambarkan seseorang tidak akan bertindak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali bila ia mampu untuk menggunakannya misalnya kesanggupan untuk membayar biaya.

3. Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bilamana tingkat predisposisi dan pendukung itu sudah ada.


(34)

Kebutuhan dibagi menjadi dua yaitu dirasa atau perceived (subject assessment) dan evaluated (clinical diagnosis).


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Pengetahuan

Definisi operasional: pengetahuan adalah mengenai kemampuan responden mengenal, memahami dan mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pencarian pelayanan kesehatan atau pencarian pengobatan.

Cara ukur: angket

Alat ukur: kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 11 pertanyaan yang diberi nilai 0-4. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, ukuran tingkat pengetahuan diukur menurut Pratomo (1990).

Tindakan Pengetahuan

Masyarakat

Masyarakat Pencarian Pelayanan


(36)

Kategori: i) Tingkat pengetahuan baik, apabila memperoleh nilai >75% ii) Tingkat pengetahuan sedang, apabila memperoleh nilai 40-75%

iii) Tingkat pengetahuan kurang, apabila memperoleh nilai < 40%

Skala pengukuran: ordinal 2. Sikap

Defenisi operasional: sikap adalah merupakan reaksi yang masih tertutup dan tidak bisa dilihat oleh orang lain terhadap suatu stimulus. Sikap yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sikap responden terhadap pencarian pelayanan kesehatan atau pencarian pengobatan.

Cara ukur: angket

Alat ukur: kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 11 pertanyaan yang diberi nilai 1-4.

Kategori: i) Sikap baik, apabila memperoleh nilai >75% ii) Sikap sedang, apabila memperoleh nilai 40-75% iii) Sikap kurang, apabila memperoleh nilai < 40% Skala pengukuran: ordinal

3. Tindakan

Defenisi operasional: reaksi atau perilaku yang dapat diamati oleh orang lain. Tindakan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan oleh responden untuk menghilangkan rasa sakit pada dirinya atau orang lain dan juga cara responden memanfaatkan pelayanan kesehatan. Cara ukur: angket

Alat ukur: kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 pertanyaan yang diberi nilai 0-4.

Kategori: i) Tindakan baik, apabila memperoleh nilai >75% ii) Tindakan sedang, apabila memperoleh nilai 40-75% iii) Tindakan kurang, apabila memperoleh nilai < 40% Skala pengukuran: ordinal


(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Survei merupakan suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam waktu tertentu. Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di kelurahan Padang Bulan di Kecamatan Medan Baru, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Lokasi ini dipilih karena masyarakat yang sangat heterogen bila ditinjau dari segi tingkat pendidikan, sosial budaya, dan tingkat ekonomi. Selain itu, banyak fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di kelurahan Padang Bulan misalnya puskesmas, praktek dokter, apotek dan sebagainya sehingga memberi banyak pilihan kepada masyarakat Padang Bulan untuk memilih pelayanan kesehatan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2010. 4.3. Populasi dan Sampel


(38)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat di kelurahan Padang Bulan yang berusia antara 21-70 tahun.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari seluruh populasi dan dianggap mewakili seluruh populasi. Untuk menentukan jumlah minimal sampel penelitian, maka pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus:

Zα2PQ N =

d2 N : Besar Sampel

Zα : Tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti (peneliti menetapkan α = 0,05 dan Zα penelitian ini sebesar 1,96)

P : Proporsi kategori (0.5) Q : 1-P = 1 - 0.5 = 0,5

d : Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki 10% atau 0,1

Dari perkiraan rumus di atas didapatkan bahwa jumlah sampel yang dapat mewakili populasi ialah 97 orang. Jumlah sampel digenapkan kepada 100 orang bertujuan untuk memudahkan pengiraan.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan peneliti yang menganggap kriteria-kriteria yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil dan telah diprediksikan bahwa subjek bersedia.


(39)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang telah diambil langsung dari penelitian. Pengumpulan data telah dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrumen kuisioner.

4.4.2. Data Sekunder

Data diperoleh dari kantor kelurahan, puskesmas dan dinas kesehatan serta studi kepustakaan (literatur).

4.4.3. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji

validitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dengan

menggunakan rumus :

N (∑XY) – (∑X∑Y) √ {(N∑X2 – (∑X)2 } {(N∑Y2 – (∑Y)2 }

Butir pertanyaan dikatakan significant apabila nilai korelasi yang didapatkan > nilai tabel r dengan taraf signifikasi 0,05.

4.4.4. Uji Reabilitas

Reabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji reabilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach ( Cronbach Alpha) dengan menggunakan rumus :


(40)

k ∑ Si2 1 - i=1

k-1 ST2

α = koefisien alpha

k = banyaknya butir pertanyaan

Si2 = ragam skor butir pertanyaan ke-i ST2 = ragam skor total

Untuk menentukan reliabilitas bisa dilihat dari nilai Alpha. Jika nilai alpha lebih besar dari 0,60 maka bisa dikatakan reliabel.

[

]


(41)

Kepada Yth: Tim Penilai KTI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Nama : Mohd Fakrulddin Bin Embong

Validasi Kuesioner KTI oleh Pakar Secara Validity of Content

NIM : 070100459

JUDUL : Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan

Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 Dosen Pembimbing : Dr. Rina Amelia, MARS

Dengan hormat,

Kuesioner yang telah digunakan dalam penelitian ini telah disahkan valid secara validity of content. Pengesahan ini telah dilakukan oleh Dr. Rina Amelia dari divisi Ilmu Kesehatan Masyarakat pada tanggal 9 November 2010. Kuesioner ini telah diperbaiki menurut saranan yang diberikan dan disetujui untuk digunakan dalam penelitian.

Penang, 9 November 2010 Dimaklumi dan Disahkan oleh,

D. Rina Amelia, MARS

____________________________


(42)

4.5. Metode Analisis Data

Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan program komputer yaitu Statistical Product and Service Solutions 17 (SPSS) dan disajikan dalam bentuk tabel.


(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu mulai Juni hingga Juli 2010. 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Ditinjau dari letak geografisnya, Kelurahan Padang Bulan termasuk di dalam Kecamatan Medan Baru dengan luas wilayah kurang lebih 168 Ha. Luas wilayah kelurahan ini banyak digunakan untuk pemukiman dan sarana umum (kantor, kampus, sekolah, tempat ibadah, kuburan dan sebagainya). Kelurahan ini dibatasi oleh wilayah-wilayah seperti berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Merdeka. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi Rante. c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Selayang. d. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia. 5.1.2. Karakteristik Dasar Responden Penelitian

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah penduduk di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru yang berusia antara 21 sampai 70 tahun. Total responden adalah sebanyak 100 orang.

Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristiknya meliputi: jenis kelamin, umur, suku, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah.

Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa responden jenis kelamin perempuan merupakan responden terbanyak yaitu sebanyak 53 orang (53,0%) dan responden laki-laki hanya sebanyak 47 orang (47,0%).


(44)

Tabel 5.1

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin f (frekuensi) % Laki-laki 47 47,0 Perempuan 53 53,0 Total 100 100

Dari Tabel 5.2 didapati mayoritas responden yaitu sebanyak 36 orang (36,0%) berusia di antara 31-40 tahun dan yang paling sedikit adalah responden yang berusia 61-70 tahun yang hanya sebanyak 7 orang (7,0%).

Tabel 5.2

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur (tahun) f (frekuensi) % 21-30 33 33,0 31-40 36 36,0 41-50 11 11,0 51-60 13 13,0 61-70 7 7,0 Total 100 100

Dari Tabel 5.3 didapati bahwa mayoritas responden berasal dari suku Batak Karo yaitu sebanyak 45 orang (45,0%) dan yang paling sedikit adalah responden yang berasal dari suku Minang yang hanya 3 orang (3,0%).


(45)

Tabel 5.3

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Suku

Suku f (frekuensi) % Batak Karo 45 45,0 Jawa 24 24,0 Minang 3 3,0 Mandailing 15 15,0 Lain-lain 13 13,0 Total 100 100

Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa kebanyakan responden mendapat pendidikan terakhirnya dijenjang SMA yaitu sebanyak 26 orang (26,0%) dan yang paling sedikit adalah responden yang mendapat pendidikan terakhirnya dijenjang SD yaitu sebanyak 14 orang (14,0%).

Tabel 5.4

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Jenjang Pendidikan f (frekuensi) % SD 14 14,0 SMP 19 19,0 SMA 26 26,0 Akademi/Diploma 19 19,0 Sarjana 22 22,0 Total 100 100


(46)

Dari tabel 5.5 didapatkan bahwa mayoritas responden bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 25 orang (25,0%) dan seorang (1,0%) responden bekerja sebagai PNS/TNI.

Tabel 5.5

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan f (frekuensi) % PNS/TNI 2 2,0 Pegawai swasta 24 24,0 Wiraswasta 23 23,0 Buruh 18 18,0 Tidak bekerja 19 19,0 Mahasiswa 14 14,0 Total 100 100

5.1.3. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010

Tingkat pengetahuan responden diperoleh guna untuk mendapat gambaran mengenai pengetahuan para responden tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Pada penelitian ini, dalam angket penelitian terdapat 11 pertanyaan mengenai pengetahuan pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Seorang responden dikatakan baik bila skor total untuk pengetahuan lebih daripada 75% sedangkan seorang responden dikatakan berpengetahuan sedang bila skor total antara 40% hingga 75% dan dikatakan berpengetahuan kurang bila skor total kurang daripada 40%. Data tingkat pengetahuan responden diperoleh melalui pengisian kuesioner.


(47)

Berdasarkan Tabel 5.6 tentang tingkat pengetahuan pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan (Health Seeking Behavior) pada masyarakat kelurahan Padang Bulan tahun 2010 dapat dilihat tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Padang Bulan adalah sebagai berikut: tingkat pengetahuan baik sebanyak 66 orang (66,0%), sedang sebanyak 34 orang (34,0%), dan tidak ada yang tingkat pengetahuannya tidak baik.

Tabel 5.6

Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Tingkat Pengetahuan f (frekuensi) % Baik 66 66,0 Sedang 34 34,0 Kurang 0 0 Total 100 100

Dari Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa sebagian responden yaitu seramai 26 orang (26,0%) bisa menjawab definisi sehat dengan benar. Sebagian besar daripada responden yaitu seramai 79 orang (79%) mengetahui fungsi fasilitas pelayanan kesehatan dengan benar. Mayoritas responden yaitu seramai 36 orang (36%) mengetahui perkhidmatan pelayanan kesehatan yang wujud di Kelurahan Padang Bulan dengan benar.


(48)

Tabel 5.7

Distribusi Jawaban Responden mengenai Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan

Padang Bulan Tahun 2010

No Item Pertanyaan n % 1.Maksud ‘sehat’

tidak sakit atau tidak cacat 32 32,0 tidak sakit berat 2 2,0 masih bisa melakukan aktivitas atau pekerjaan sehari-hari 18 18,0 keadaan sejahtera fisik, mental dan spiritual tidak hanya bebas dari sakit, cacat dan kelemahan 22 22,0 keadaan sejahtera fisik, mental dan spiritual tidak hanya bebas

dari sakit, cacat dan kelemahan tetapi juga harus berproduktivitas 26 26,0 2.Maksud ‘sakit’

letih, lemah 30 30,0 kurang enak badan 35 35,0 kurang enak fikiran 0 0 tidak bisa bekerja atau beraktivitas lagi 35 35,0 tidak tahu 0 0 3.Maksud fasilitas pelayanan kesehatan

tempat untuk mengobati penyakit 17 17,0 tempat mendapatkan obat 2 2,0 tempat pelayanan KB atau imunisasi 0 0 tempat konsultasi kesehatan 2 2,0 semua pernyataan di atas adalah be 79 79,0 4.Pelayanan kesehatan yang terdapat di kelurahan Padang Bulan


(49)

Puskesmas, praktik dokter 35 35,0 Puskesmas, praktik dokter, apotek 27 27,0 Puskesmas, praktik dokter, apotek, praktek tradisional 36 36,0 5.Apakah perkhidmatan yang diberikan di semua fasilitas

pelayanan kesehatan itu sama

sama 4 4,0 tidak sama 91 91,0 tidak tahu 5 5,0 6.Penilaian terhadap kelainan yang dirasakan misalnya nafsu makan

Menurun

gejala tersebut adalah tanda awal dari suatu penyakit sehingga

harus segera diobati 68 68,0 gejala tersebut biasa saja sehingga tidak perlu diobati 24 24,0 tidak melakukan apa-apa penilaian 8 8,0 7.Penyakit yang memiliki tingkat keparahan yang tinggi

yang menyebabkan si penderita tidak bisa lagi bekerja 48 48,0 yang cepat menular kepada orang lain dan memiliki masa

inkubasi pendek 39 39,0 penyakit yang tidak sembuh jika diobati dengan obat yang

dibeli di warung 10 10,0 tidak tahu 3 3,0 8.Penyakit yang mempunyai tingkat keparahan yang tinggi

influenza 15 15,0 penyakit kulit 4 4,0 diare 2 2,0 demam berdarah 67 67,0 TB 12 12,0 9.Keperluan untuk mendapatkan pendapat orang lain dalam menilai


(50)

suatu penyakit yang memerlukan pengobatan segera

Ya 75 75,0 Tidak 25 25,0 10.Kapan suatu penyakit harus diobati ke pelayanan kesehatan

ketika timbul gejala penyakit seperti demam, selera makan menurun 55 55,0 ketika sakit belum mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari 41 41,0

ketika sakit telah parah 4 4,0 setelah mendapat nasehat dari orang lain 0 0 11.Manfaat yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan

untuk mengobati penyakit 20 20,0 untuk mencegah penyakit/menjaga kesehatan 6 6,0 untuk pelayanan KB atau imunisasi 0 0 untuk konsultasi kesehatan 1 1,0 semua pernyataan di atas adalah benar 73 73,0

5.1.4. Sikap Responden Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010

Sikap responden diperoleh guna untuk mendapat gambaran mengenai sikap responden tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Pada penelitian ini, dalam angket penelitian terdapat 11 pertanyaan mengenai sikap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan.

Sikap dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Seorang responden dikatakan mempunyai sikap baik bila skor total untuk sikap lebih daripada 75% sedangkan seorang responden dikatakan mempunyai sikap sedang bila skor total antara 40% hingga 75% dan dikatakan mempunyai sikap kurang bila skor total kurang daripada 40%. Data sikap responden diperoleh melalui pengisian kuesioner.


(51)

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dilihat sikap masyarakat Kelurahan Padang Bulan adalah sebagai berikut: sikap baik sebanyak 48 orang (48,0%), sedang sebanyak 52 orang (52,0%), dan tidak ada yang sikapnya kurang.

Tabel 5.8

Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010

Sikap f (frekuensi) % Baik 48 48,0 Sedang 52 52,0 Kurang 0 0 Total 100 100

Berdasarkan Tabel 5.9 tentang distribusi jawaban responden mengenai sikap

pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan (Health Seeking Behavior) pada

masyarakat Kelurahan Padang Bulan tahun 2010 dapat dilihat bahwa sebanyak 70

orang responden (70,0%) setuju bahwa pemeriksaan kesehatan secara berkala perlu dilakukan walaupun tidak sakit. Sementara itu, seorang responden (1,0%) menyatakan sangat tidak setuju masing-masing pada pertanyaan apakah mencegah terjadinya suatu penyakit adalah baik berbanding dengan mengobati dan pertanyaan apakah tindakan yang pertama adalah pergi ke fasilitas pelayanankesehatan misalnya

puskesmas melakukan pemeriksaan sekiranya ada gejala-gejala penyakit seperti


(52)

Tabel 5.9

Distribusi Jawaban Responden mengenai Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan

Padang Bulan Tahun 2010

No Pernyataan/Pertanyaan Sangat Setuju Tidak Sangat setuju Setuju Tidak Setuju

n % n % n % n % 1.Kesehatan merupakan hal yang 60 60,0 37 37,0 3 3,0 0 0 terpenting dalam kehidupan

2.Mencegah terjadinya suatu 41 41,0 54 54,0 4 4,0 1 1,0 penyakit adalah lebih baik

berbanding dengan mengobati

3.Sekiranya anda atau keluarga anda 35 35,0 59 59,0 5 5,0 1 1,0 ada gejala-gejala penyakit seperti

demam, tindakan yang pertama adalah pergi ke fasilitas pelayanan

kesehatan misalnya puskesmas melakukan pemeriksaan

4.Fasilitas pelayanan kesehatan 25 25,0 18 18,0 54 54,0 3 3,0 hanya digunakan setelah

pengobatan awal di tempat lain tidakberhasil

5.Jika tempat anda diserang penyakit 10 10,0 71 71,0 12 12,0 7 7,0 menular seperti flu burung dan ada

tidak ada tanda-tanda terinfeksi, tindakan pertama adalah pergi ke


(53)

fasilitas kesehatan

6. Pendapat anda jika seseorang itu 15 15,0 68 68,0 13 13,0 4 4,0 meneruskan pengobatannya

walaupun memerlukan biaya yang tinggi untuk mengobati penyakitnya

7.Berobat akan menyembuhkan atau 41 41,0 54 54,0 2 2,0 3 3,0 mengurangkan penyakit

8.Berobat setelah tidak bisa lagi 14 14,0 12 12,0 61 61,0 13 13,0 bekerja atau melakukan aktivitas

sehari-hari

9.Pengobatan moderen seperti 11 11,0 69 69,0 15 15,0 5 5,0 puskesmas lebih baik dibandingkan

pengobatan tradisional

10.Fasilitas pelayanan kesehatan di 15 15,0 10 10,0 72 72,0 3 3,0 rumah sakit sama sahaja dengan

puskesmas

11.Pemeriksaan kesehatan secara 17 17,0 70 70,0 9 9,0 4 4,0 berkala perlu dilakukan walaupun

tidak sakit

5.1.5. Tindakan Responden Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010

Tindakan responden diperoleh guna untuk mendapat gambaran mengenai tindakan para responden tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Pada penelitian ini, dalam angket penelitian terdapat 10 pertanyaan mengenai tindakan pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan. Tindakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Seorang responden dikatakan mempunyai tindakan baik bila skor total untuk sikap lebih daripada 75% sedangkan seorang


(54)

responden dikatakan mempunyai tindakan sedang bila skor total antara 40% hingga 75% dan dikatakan mempunyai tindakan kurang bila skor total kurang daripada 40%. Data tindakan responden diperoleh melalui pengisian kuesioner.

Berdasarkan Tabel 5.10 dapat dilihat tindakan masyarakat Kelurahan Padang Bulan adalah sebagai berikut: tindakan baik sebanyak 50 orang (50,0%), sedang sebanyak 50 orang (50,0%), dan tidak ada yang tindakannya kurang.

Tabel 5.10

Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Tindakan f (frekuensi) % Baik 50 50,0 Sedang 50 50,0 Kurang 0 0 Total 100 100

Dari Tabel 5.11 tentang distribusi jawaban responden mengenai tindakan

pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan (Health Seeking Behavior) pada

masyarakat Kelurahan Padang Bulan tahun 2010 dapat dilihat bahwa sebanyak 84 orang responden (84,0%) memilih rumah sakit sebagai pilihan pertama sebagai tempat berobat jika ada sakit. Dalam pada itu, 6 orang responden (6,0%) menyatakan alasan pergi ke suatu fasilitas pelayanan kesehatan karena jarak yang dekat.


(55)

Distribusi Jawaban Responden mengenai Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan

Padang Bulan Tahun 2010

No Item Pertanyaan n % 1.Kekerapan menggunakan sebarang fasiltas pelayanan kesehatan

sering 14 14,0 kadang-kadang 65 65,0 tidak pernah 21 21,0 2.Dorongan untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

Jarak dekat 7 7,0 biaya murah 42 42,0 sarana yang lengkap 44 44,0 layanan yang cepat 7 7,0 3.Sebab untuk berobat

. supaya bisa bekerja lagi 34 34,0 supaya tidak sakit 66 66,0 disuruh orang 0 0 tidak tahu 0 0 4.Tindakan yang dilakukan sekiranya timbul gejala seperti demam

membeli obat di apotek atau warung 48 48,0 mengobat sendiri dengan obat tradisional 11 11,0 tidak melakukan apa-apa tindakan dan mengharapkan gejala

tersebut sembuh sendiri 0 0 periksa di fasilitas pelayanan kesehatan 41 41,0 5.Tempat berobat jika sakit

rumah sakit 84 84,0 puskesmas 16 16,0


(56)

bidan 0 0 praktek tradisional 0 0 6.Alasan memilih suatu pelayanan kesehatan

jarak yang dekat 6 6,0 murah 30 30,0 sarana yang lengkap 53 53,0 layanan yang cepat 11 11,0 7.Tindakan yang dilakukan jika kawasan tempat tinggal diserang

penyakit menular seperti flu burung

tidak melakukan apa-apa 3 3,0 periksa setelah mendapat nasehat dari orang lain 36 36,0 periksa tanpa disuruh orang lain 38 38,0 cukup sekadar berhati-hati 23 23,0 8.Tindakan yang dilakukan sekiranya biaya yang tinggi diperlukan

untuk mengobati suatu penyakit

teruskan pengobatan 28 28,0 mencari pengobatan lain 64 64,0 membeli obatan di apotek atau warung obat 8 8,0 menghentikan pengobatan 0 0 9.Tindakan yang dilakukan jika pengobatan awal tidak berhasil

teruskan mencari pengobatan lain 82 82,0 berhenti mencari pengobatan lain 0 0 mencari pengobatan lain apabila penyakit makin parah 18 18,0 10.Jika anda telah sembuh dari suatu penyakit, apakah yang anda akan

lakukan

terus komsumsi obat sebagai langkah pencegahan 31 31,0 terus menghentikan komsumsi obat 40 40,0 mendapatkan pandangan dokter 29 29,0


(57)

5.1.6. Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Karakteristik Responden

a) Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Jenis Kelamin

Dari Tabel 5.12 dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki mempunyai presentase tingkat pengetahuan baik sebanyak 76,6% dan perempuan sebanyak 56,6%.

Tabel 5.12

Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010

Mengikut Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan Total Baik Sedang Kurang

n % n % n % n % Jenis

kelamin

Laki-laki 36 76,6 11 23,4 0 0 47 100 Perempuan 30 56,6 23 43,4 0 0 53 100


(58)

b) Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Suku

Dari Tabel 5.13 dapat dilihat bahwa suku Mandailing mempunyai presentase paling tinggi tingkat pengetahuan baik dengan mencatatkan 93,3% dan yang paling sedikit adalah suku Batak Karo yaitu 51,1%.

Tabel 5.13

Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010

Mengikut Suku

Tingkat Pengetahuan Total

Baik Sedang Kurang

n % n % n % n % Suku Batak Karo 23 51,1 22 48,9 0 0 45 100

Jawa 19 79,2 5 20,8 0 0 24 100 Minang 2 66,7 1 33,3 0 0 3 100 Mandailing 14 93,3 1 6,7 0 0 15 100 Lain-lain 8 61,5 5 38,5 0 0 13 100

c) Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Tingkat Pendidikan

Dari Tabel 5.14 didapatkan bahwa responden yang memiliki sarjana mencatatkan presentase paling tinggi untuk tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 95,5% dan presentase yang paling rendah adalah responden yang hanya mendapatkan pendidikan SD yaitu sebanyak 7,1%.


(59)

Tabel 5.14

Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010

Mengikut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pengetahuan Total Baik Sedang Kurang

n % n % n % n %

Tingkat Pendidikan

SD 1 7,1 13 92,9 0 0 14 100 SMP 7 36,8 12 63,2 0 0 19 100 SMA 21 80,8 5 19,2 0 0 26 100 Akademi/ 16 93,3 3 6,7 0 0 19 100 Diploma

Sarjana 21 95,5 1 4,5 0 0 22 100 5.1.7. Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Karakteristik Responden

a) Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Jenis Kelamin

Dari Tabel 5.15 dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki mempunyai presentase sikap baik sebanyak 48,9% manakala responden perempuan sebanyak 47,2%.


(60)

Tabel 5.15

Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Jenis

Kelamin

Sikap Total

Baik Sedang Kurang

n % n % n % n % Jenis

kelamin

Laki-laki 23 48,9 24 51,1 0 0 47 100 Perempuan 25 47,2 28 43,4 0 0 53 100

b) Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Suku

Dari Tabel 5.16 dapat dilihat bahwa suku Mandailing mempunyai presentase paling tinggi sikap baik dengan mencatatkan 100,0% dan yang paling sedikit adalah suku lain-lain yaitu 30,8%.

Tabel 5.16

Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Suku

Sikap Total

Baik Sedang Kurang

n % n % n % n % Suku Batak Karo 17 37,8 28 62,2 0 0 45 100 Jawa 16 66,7 8 33,3 0 0 24 100 Minang 3 100 0 0 0 0 3 100 Mandailing 8 53,3 7 4,7 0 0 15 100 Lain-lain 4 30,8 9 69,2 0 0 13 100


(61)

5.1.8. Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Karakteristik Responden

a) Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Jenis Kelamin

Dari Tabel 5.17 dapat dilihat bahwa jenis kelamin perempuan mempunyai presentase sikap baik sebanyak 54,7% manakala responden laki-laki sebanyak 44,7%.

Tabel 5.17

Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut

Jenis Kelamin

Tindakan Total

Baik Sedang Kurang

n % n % n % n % Jenis

kelamin

Laki-laki 21 44,7 26 55,3 0 0 47 100 Perempuan 29 54,7 24 45,3 0 0 53 100

b) Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Suku

Dari Tabel 5.18 dapat dilihat bahwa suku Mandailing mempunyai presentase paling tinggi tindakan baik dengan mencatatkan 100,0% dan yang paling sedikit adalah suku Batak Karo yaitu 42,2%.


(62)

Tabel 5.18

Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut

Suku

Tindakan Total

Baik Sedang Kurang

n % n % n % n % Suku Batak Karo 19 42,2 26 57,8 0 0 45 100

Jawa 13 54,2 11 45,8 0 0 24 100 Minang 3 100 0 0 0 0 3 100 Mandailing 8 53,3 7 4,7 0 0 15 100 Lain-lain 7 53,8 5 46,2 0 0 13 100

c) Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Tingkat Pendidikan

Dari Tabel 5.19 didapatkan bahwa responden yang memiliki sarjana mencatatkan presentase paling tinggi untuk tindakan baik yaitu sebanyak 90,9% dan presentase yang paling rendah adalah responden yang hanya mendapatkan pendidikan SD yaitu sebanyak 21,4%.


(63)

Tabel 5.19

Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut

Tingkat Pendidikan

Tindakan Total

Baik Sedang Kurang

n % n % n % n %

Tingkat Pendidikan

SD 3 21,4 11 78,6 0 0 14 100 SMP 5 26,3 14 73,7 0 0 19 100 SMA 14 53,8 12 46,2 0 0 26 100 Akademi/ 8 42,1 11 57,9 0 0 19 100 Diploma

Sarjana 20 90,9 2 9,1 0 0 22 100 d) Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Pekerjaan

Dari Tabel 5.20 didapatkan bahwa responden yang bekerja sebagai wiraswasta memiliki mencatatkan presentase paling tinggi untuk tindakan baik yaitu sebanyak 69,6% dan presentase yang paling rendah untuk tindakan baik adalah responden yang bekerja sebagai buruh yaitu sebanyak 27,8%.


(64)

Tabel 5.20

Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut

Pekerjaan

Tindakan Total

Baik Sedang Kurang

n % n % n % n % Pekerjaan PNS/TNI 1 50,0 1 50,0 0 0 2 100

Pegawai Swasta 14 58,3 10 41,7 0 0 24 100 Wiraswasta 16 69,6 7 30,4 0 0 23 100 Buruh 5 27,8 13 72,2 0 0 18 100 Tidak bekerja 6 46,2 13 53,8 0 0 19 100 Mahasiswa 7 50,0 7 50,0 0 0 14 100

5.2. Pembahasan

5.2.1. Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Padang Bulan adalah sebagai berikut: tingkat pengetahuan baik sebanyak 66 orang (66,0%), sedang sebanyak 34 orang (34,0%), dan tidak ada yang tingkat pengetahuannya kurang.

Berdarkan Tabel 5.7 yaitu pertanyaan nomor 1, dapat dilihat bahwa sebanyak 32 orang (32,0%) mendefinisikan sehat sebagai tidak sakit atau tidak cacat. Menurut WHO, sehat membawa maksud keadaan sejahtera fisik, mental dan spiritual tidak hanya bebas dari sakit, cacat dan kelemahan tetapi juga harus berproduktivitas. Hanya


(65)

sebanyak 26 orang (26%) bisa menjawab definisi sehat dengan benar. Mayoritas responden tidak dapat menjawab definisi sehat dengan benar karena kurang mendapat pajanan dari media massa ataupun fasilitas pelayanan kesehatan yang berdekatan mengenai definisi sehat yang sebenar. Selain itu, masyarakat mendapatkan informasi yang salah mengenai konsep sehat ini karena masyarakat hanya diajar bahwa sehat itu tidak sakit. Justeru, ramai yang tidak dapat mendefinisikan sehat dengan benar. Berdasarkan Tabel 5.7 pada pertanyaan nomor 6, dapat dilihat bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 68 orang (68,0%) bisa mengenal tanda-tanda awal dari suatu penyakit. Hal ini sangat baik untuk masyarakat itu sendiri. Masyarakat bisa mengenal tanda-tanda penyakit ini melalui pembacaan, penyuluhan, ataupun melalui pengalaman sendiri. Dengan pengenalan yang lebih dini tanda-tanda awal penyakit, penyakit tersebut dapat dicegah. Secara tidak langsung, ini akan mengurangkan biaya yang dikeluarkan berbanding apabila sudah jatuh sakit. Menurut Notoatmodjo (2007), sesorang itu berpengetahuan baik apabila sekurang-kurangnya mempunyai pengetahuan tentang penyakit, baik yang menular maupun tidak menular yang mencakup nama penyakit, tanda-tanda klinis, penyebab, cara penularan, cara pencegahan serta tempat yang tepat untuk mendapatkan pengobatan.

Selain itu, berdasarkan pertanyaan nomor 7, hanya sebanyak 39 orang (39,0%) dapat menjawab dengan benar soalan mengenai ciri-ciri penyakit yang memiliki tingkat keparahan tinggi. Jawaban yang benar mengenai pertanyaan tersebut adalah penyakit yang cepar menular dan memiliki masa inkubasi pendek. Namun, mayoritas responden yaitu sebanyak 48 orang (48,0%) menjawab penyakit yang memiliki tingkat keparahan tinggi adalah penyakit yang menyebabkan penderita tidak bisa lagi bekerja. Keadaan ini amat membimbangkan. Dalam hal ini, masyarakat harus faham bahwa semua penyakit yang memiliki tingkat keparahan yang tinggi bisa berujung kepada penderita tidak bisa lagi bekerja. Namun, sekiranya masyarakat mengetahui ciri-ciri penyakit yang memiliki tingkat keparahan tinggi dengan benar, ini akan dapat mengurangkan penularan dari penyakit tersebut. Jadi sekiranya sudah terinfeksi, penderita lebih cepat mendapatkan pertolongan kesehatan. Situasi ini terjadi karena


(1)

90 R90 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 19 sedang

91 R91 2 2 2 2 4 2 3 2 2 2 23 baik

92 R92 2 2 2 2 4 2 2 2 2 1 21 sedang

93 R93 2 2 3 2 4 2 1 2 2 2 22 sedang

94 R94 2 4 3 2 4 2 2 2 2 1 24 baik

95 R95 2 2 3 2 4 2 2 2 2 1 22 sedang

96 R96 2 2 2 2 4 2 2 2 2 1 21 sedang

97 R97 2 2 2 2 4 2 1 2 2 1 20 sedang

98 R98 2 2 2 2 4 2 2 2 2 1 21 sedang

99 R99 2 2 2 2 4 2 1 1 2 2 20 sedang

100 R100 2 2 2 2 4 2 1 2 2 2 21 sedang

Total N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

DATA DISTRIBUSI TINDAKAN RESPONDEN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 50 50.0 50.0 50.0


(2)

DATA UJI SILANG SPSS

DATA TINGKAT PENGETAHUAN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

pengetahuan kelompok

Total

baik Sedang

Jeniskelamin laki-laki 36 11 47

perempuan 30 23 53

Total 66 34 100

DATA TINGKAT PENGETAHUAN BERDASARKAN SUKU

pengetahuan kelompok

Total

Baik sedang

suku batak karo 23 22 45

Jawa 19 5 24

minang 2 1 3

mandaling 14 1 15

lain-lain 8 5 13


(3)

DATA TINGKAT PENGETAHUAN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN

pengetahuan kelompok

Total

baik sedang

Pendidikan SD 1 13 14

SMP 7 12 19

SMA 21 5 26

Diploma 16 3 19

Sarjana 21 1 22

Total 66 34 100

DATA SIKAP BERDASARKAN JENIS KELAMIN

skelompok

Total baik sedang

jeniskelamin laki-laki 23 24 47

perempuan 25 28 53


(4)

DATA SIKAP BERDASARKAN SUKU

skelompok

Total Baik sedang

suku batak karo 17 28 45

jawa 16 8 24

minang 3 0 3

mandaling 8 7 15

lain-lain 4 9 13

Total 48 52 100

DATA TINDAKAN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

tkelompok

Total baik sedang

jeniskelamin laki-laki 21 26 47

perempuan 29 24 53


(5)

DATA TINDAKAN BERDASARKAN SUKU

tkelompok

Total baik sedang

suku batak karo 19 26 45

jawa 13 11 24

minang 3 0 3

mandaling 8 7 15

lain-lain 7 6 13

Total 50 50 100

DATA TINDAKAN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN

tkelompok

Total baik sedang

pendidikan SD 3 11 14

SMP 5 14 19

SMA 14 12 26

Diploma 8 11 19


(6)

DATA TINDAKAN BERDASARKAN PEKERJAAN

tkelompok

Total baik sedang

pekerjaan TNI 2 0 2

pegawai swasta 14 10 24

wiraswasta 16 7 23

buruh 5 13 18

tidak bekerja 6 13 19


Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Penyemprot pada Penggunaan Pestisida di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Tahun 2013

4 119 110

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Parasetamol kepada Anak sebagai Penatalaksanaan Awal Demam di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Medan

4 63 100

Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Generik di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Babura Medan Tahun 2010

30 145 80

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pemilik Tempat Makanan Jajanan Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Kemasan Makanan Di Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

18 99 119

Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat (Wanita) Tentang Kanker Payudara di Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2010

0 46 65

Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pencegahan Osteoporosis Pada Wanita Usia Subur di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010

3 79 76

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mengenai Kejang Demam pada Anak di Kelurahan Tembung Tahun 2010.

13 61 72

Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru Tahun 2010

0 63 116

Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009

0 23 58

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Penyemprot pada Penggunaan Pestisida di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Tahun 2013

0 0 12