Antibiotika TINJAUAN PUSTAKA A.

 Dengan mengganggu kompleks awal pembentukan peptida  Dengan menginduksi kesalahan pada pembacaan kode pada mRNA template yang menyebabkan kesalahan pada penggabungan asam amino ke dalam peptida.  Menyebabkan pemecahan polisom menjadi monosom yang tidak berfungsi. Pada golongan aminoglikosida dikenal beberapa cara yang dapat menyebabkan mikroorganisme resisten terhadap obat golongan ini antara lain Katzung, 2004.  Mikroorganisme memperoleh kemampuan untuk memperoduksi enzim yang menginaktifkan aminoglikosida dengan cara adenililasi, asetililasi, atau fosforilasi. Cara ini merupakan yang paling utama diantara bakteri gram negatif dan biasanya dikendalikan oleh plasmid, yang mebahayakana dalah sifat resisten ini bisa ditularkan.  Perubahan pada permukaan sel, yang mempengaruhi penyerapan atau transport dari aminoglikosida itu sendiri. Biasanya dikendalikan oleh kromosom atau plasmidnya.  Protein reseptor pada subunit 30S ribosom hilang atau bermutasi  Kemudian cara yang tidak langsung yaitu, organisme fakultatif yang tumbuh dalam kondisi anaerob biasanya resisten terhadap aminoglikosida sebagian proses transport adalah transport aktif yang memerlukan oksigen. 3. Gentamisin Topikal Gentamisin gentamisin topikal merupakan salah satu jenis antibiotik golongan Aminoglikosida. Antibiotik ini sangat sensitif terhadap basil Gram-negatif yang aerobik, dan kurang efektif dalam keadaan anaerobik atau fakultatif. Aktivitasnya terhadap bakteri Gram-negatif sangat terbatas Syarif dan Ascobat, 2007 Gentamisin Aminoglikosida bekerja dengan cara menembus bakteri Gram-negatif melalui porin, berikatan dengan ribosom 30S sehingga menghambat sintesis protein disusul dengan kematian sel. Aktivitas yang optimal tanpa efek toksik tercapai dengan kadar Gentamisin 4- 8µgml. namun setelah kontak dengan antibiotik, biasanya terjadi penurunan kepekaan sehingga pemberian antibiotik ini harus secara tepat dan hati-hati Syarif dan Ascobat, 2007 Gentamycin Topikal 0,1-0,3 sering digunakan untuk luka bakar, luka, danlesi kulit yang terinfeksi. Efek samping kedua obat analog dengan aminoglycoside lain, seperti nefrotoksisitas dapat terjadi Syarif dan Ascobat, 2007

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang akan menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only controlled group design. Tikus penelitian didapat dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Pemilihan secara random yang dibagi menjadi 3 kelompok sebanyak 18 ekor tikus putih Rattus norvegicus betina dewasa galur Sprague Dawley berumur 3- 4 bulan, dengan pengulangan sebanyak 6 kali, akan digunakan sebagai subjek penelitian. Adapun kelompok perlakuanya yaitu kelompok 1. Kelompok kontrol yaitu tikus yang diberi Luka bakar yang akan dibiarkan sembuh secara normal tanpa pemberian zat aktif, 2. Kelompok tikus yang diberi luka bakar, selama proses kesembuhan akan diberikan madu, 3. Kelompok tikus yang diberi zat aktif gentamisin topikal selama proses kesembuhan berlangsung. Tabel 2 . Jenis perlakuan penelitian dan dosis yang diberikan pada setiap perlakuan. No. Hewan Percobaan Jenis Perlakuan Dosis 1 Tikus dengan Luka bakar - - 2 Tikus dengan Luka Bakar Madu SNI 100 3 Tikus dengan Luka Bakar Gentamisin Gel 0,1×5gr

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, sedangkan pembuatan preparat dan pengamatannya akan dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Dengan waktu juni- September 2012. C. Alat dan Bahan  Pisau cukur dan gagangnya  Tikus Putih  Sarung tangan steril  Bengkok  Kom Steril  Perlak  Besi aluminium dengan diameter 2 cm  Pemanas api  Jas Lab  Gunting Plester  Pinset anatomis  Obat anastesi  Obat analgesic  Aquadest  Spuit + jarum  Kassa steril  Alkohol  Arloji  Madu SNI  Gentamisin Topikal D. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih Rattus norvegicus betina dewasa galur Sprague Dawley berumur 3- 4 bulan.

2. Sampel

Menurut Frederer 1967, rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental adalah : t Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah pengulangan atau jumlah sampel tiap kelompok. Penelitian ini menggunakan 3 kelompok perlakuan sehingga perhitungan sampel menjadi : Jadi sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 6 sampel 6 dan jumlah kelompok yang digunakan adalah 3 kelompok sehingga penelitian ini akan menggunakan 9 ekor tikus putih dari populasi yang ada.

E. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Inklusi : 1. Sehat tidak tampak penampakan rambut kusam, rontok, atau botak dan aktif. 2. Memiliki berat badan sekitar 200- 250 gram. 3. Berjenis kelamin betina. 4. Berusia sekitar 3- 4 bulan. Ekslusi : 1. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10 setelah masa adaptasi di laboratorium. 2. Mati selama masa pemberian perlakuan.

Dokumen yang terkait

PEMBERIAN SALIVA TOPIKAL MENINGKATKAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II A PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus Strain Wistar)

0 23 19

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR DENGAN PEMBERIAN MADU DIBANDINGKAN DENGAN PEMBERIAN MUPIROSIN PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

4 38 62

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR ANTARA PEMBERIAN MADU DAN KLINDAMISIN SECARA TOPIKAL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

2 16 60

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II ANTARA PEMBERIAN MADU BUNGA AKASIA TOPIKAL, OXOFERIN, DAN OKSITETRASIKLIN PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN DEWASA GALUR Sprague Dawley

1 13 78

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II ANTARA YANG DIBERI MADU TOPIKAL NEKTAR KOPI DENGAN MOIST EXPOSED BURN OINTMENT (MEBO) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) DEWASA JANTAN GALUR Sprague dawley

8 45 78

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA SAYAT TERBUKA ANTARA PEMBERIAN ETAKRIDIN LAKTAT DAN PEMBERIAN PROPOLIS SECARA TOPIKAL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

4 42 59

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II ANTARA PEMBERIAN MADU TOPIKAL NEKTAR KOPI DENGAN SILVER SULFADIAZINE PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 7 82

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II ANTARA PEMBERIAN MADU TOPIKAL NEKTAR KOPI DENGAN HIDROGEL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague Dawley

1 14 71

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II ANTARA PEMBERIAN TOPIKAL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TUMBUK DAN HIDROGEL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague Dawley

3 24 41

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA SAYAT TERBUKA ANTARA PEMBERIAN ETAKRIDIN LAKTAT DAN PEMBERIAN PROPOLIS SECARA TOPIKAL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

0 0 7