Untuk Akademisi Untuk Masyarakat Untuk Stasiun Bandung

Dari hasil penelitian melalui wawancara yang diajukan kepada 7 informan tersebut. Dapat diketahui bahwa pada tahap awal masyarakat menyambut baik adanya agenda prioritas car free day, namun dengan semakin banyaknya masyarakat yang datang mengunjungi area car free day, persepsi masyarakat mengenai car free day pada akhirnya berubah, dimana kini masyarakat merasa kurang nyaman berada di dalam area car free day, karena kini area car free day semakin padat dipenuhi oleh masyarakat yang membuat masyarakat itu sendiri tidak bisa leluasa berolah raga di area car free day. Kesimpulannya bahwa Persepsi masyarakat tentang car free day merasa senang dengan adanya agenda prioritas car free day ini. Saran yang ingin disampaikan oleh peneliti yaitu Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung dalam mengatur jalannya car free day harus ditingkatkan agar masyarakat yang hadir dapat menikmati suasana yang sebenarnya. Tabel 2.1 Penelitian Sejenis Nama Judul Metode Hasil Penelitian Perbedaan Rd. Fitri Priyatni Putri Persepsi Masyarakat Kota Bandung Tentang Car Free Day Sebagai Bentuk Agenda Prioritas Bidang Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung Pendekatan penelitian adalah kualitatif, metode penelitian adalah deskriptif. Dari hasil penelitian melalui wawancara yang diajukan kepada 7 informan tersebut. Dapat diketahui bahwa pada tahap awal masyarakat menyambut baik adanya agenda prioritas car free day, namun dengan semakin banyaknya masyarakat yang datang mengunjungi area car free day, persepsi masyarakat mengenai car free day pada akhirnya berubah, dimana kini masyarakat merasa kurang nyaman berada di dalam area car free day, karena kini area car free day semakin padat dipenuhi oleh masyarakat yang membuat masyarakat itu sendiri tidak bisa leluasa berolah raga di area car free day.  Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah penelitlian sebelumnya meneliti mengenai persepsi masyarakat kota bandung, sedangkan penelitian ini mengenai pesepsi dari para penumpang kereta api.  Penelitian sebelumnya lebih fokus pada suatu komunitas tertentu yaitu komunitas Crezz Gear dimana peneliti mencari informan dari komunitas tersebut. Sedangkan penelitian ini fokus pada para penumpang kereta api yang berada di Stasiun Bandung.  Penelitian terdahulu meneliti mengenai persepsi dari masyarakat mengenai suatu kegiatan yaitu kegiatan car free day sebagai bentuk agenda prioritas bidag lingkungan hidup dari pemerintah kota bandung yang dilaksanakan satu kali dalam seminggu yaitu setiap hari minggu mulai dari jam 06.00- 10.00, sedangkan penelitian ini mengenai persepsi penumpang kereta api mengenai pelayanan yang diberikan oleh petugas loket pada para penumpang kereta api yang berada di Stasiun Bandung.  Penelitian terdahulu ingin mengetahui bagaimana persepsi dari masyarakat tentang kegiatan yang diadakan oleh pemerintah kota bandung yaitu kegiatan car free day untuk kehidupan dan kebaikan bagi masyarakat kota bandung sendiri, sedangkan penelitian ini ingin mengetahui bagaimana persepsi dari penumpang kereta api pada pelayanan yang diberikan oleh petugas loket kepada para penumpang kereta api di Stasiun Bandung. Sumber : Peneliti, 2013

2.1.2 Tinjauan tentang Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, yang berarti manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Menurut Dr. Everett Kleinjen dari East Center Hawaii yang dikutip oleh Hafied Cangara menyatakan: “Komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernapas. Sepanjang manusia ingin hidup, maka ia perlu berkomunikasi.” Cangara, 2008:1 Rogers dan Lawrence mengembangkan definisi yang sebelumnya telah dibuat oleh Rogers, mereka mengatakan bahwa: “Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian mendalam” Cangara, 2008:20. Dan sebagai makhluk individu, manusia selalu dihadapkan dengan berbagai kebutuhan dalam hidupnya. Dan untuk memenuhi kebutuhannya, maka manusia memerlukan bantuan orang lain. Dengan demikian, manusia akan berkomunikasi dengan manusia lainnya demi memenuhi kebutuhan tersebut. Sehingga sampai kapan pun, komunikasi merupakan hal yang tidak pernah akan lepas dari kehidupan manusia.

2.1.2.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi merupakan hal yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia. Dikatakan demikian karena komunikasi sangat dibutuhkan pada zaman yang semakin maju, dimana persaingan ditengah-tengah masyarakat semakin ketat dalam mencapai karir, berwirausaha, teknik-teknik komunikasi sangatlah dirasakan kebutuhannya. Manusia adalah makhluk sosial yang mana tidak dapat dipisahkan dan selalu membutuhkan manusia lainnya. Rasa keingintahuan manusia sangatlah besar dan beragam, baik keinginan dalam dirinya maupun keinginan akan sekitarnya. Maka dalam memenuhi keingintahuan itulah manusia perlu dan harus bisa berkomunikasi. Lasswell mengemukakan bahwa untuk menjelaskan komunikasi yaitu dengan menjawab pertanyaan: “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ?” Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa. Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik paradigmatic question Lasswell itu merupakan unsur-unsur proses komunikasi, yaitu :  Komunikator Communicator, Source, Sender  Pesan Message  Media Channel, Media  KomunikanPenerima Communicant, Communicate, Receiver, Recipient  Efek Effect, Impact, Influence Jadi, berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu Effendy, 2006:10. Laswell menghendaki agar komunikasi dijadikan objek studi ilmiah, bahkan setiap unsur diteliti secara khusus. Studi mengenai komunikator dinamakan control analysis; penelitian mengenai pers, radio, televisi, film, dan media analysis; audience analysis adalah studi khusus tentang komunikan; sedangkan effect anaylis merupakan penelitian mengenai efek atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi. Demikian kelengkapan unsur komunikasi menurut Harold D. Laswell yang mutlak harus ada dalam setiap prosesnya. Istilah komunikasi menurut Cherry yang dikutip oleh Hafied Cangara berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin, Communico, yang artinya membagi. Cangara, 2008:18. Banyak pengertian dari para ahli yang memberikan definisi mengenai komunikasi berdasarkan sudut pandang mereka masing- masing. Menurut Sarah Trenholm dan Arthur Jensen yang dikutip oleh Wiryanto mendefinisikan komunikasi adalah “Suatu proses di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran.” Wiryanto, 2004 : 6 Lain halnya dengan definisi komunikasi yang diberikan oleh Onong Uchjana Effendy. Menurutnya komunikasi yaitu: “Proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya.” Effendy, 1993:28 Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan atau informasi antara dua orang atau lebih yang berlangsung secara dinamis untuk memperoleh kesamaan arti atau makna diantara mereka.

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi

Setiap kegiatan tentu dimaksudkan pada suatu tujuan tertentu. Seperti layaknya manusia jika lapar, maka tentu ia akan makan. Tujuannya adalah menghilangkan rasa lapar dan memenuhi kebutuhan fisik. Demikian pula seperti komunikasi. Komunikasi dilakukan untuk memenuhi tujuan tertentu. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa manusia melakukan komunikasi karena ia ingin memenuhi kebutuhannya. Misalnya, seorang petani, selain bekerja dalam mengolah dan merawat padi, ia juga membutuhkan orang lain, misalnya dalam membeli pupuk, menjual hasil pertaniannya. Oleh karena itu, ia akan berkomunikasi dengan orang lain agar mencapai kebutuhan- kebutuhannya. Onong Uchjana Effendy, dalam bukunya “Dimensi-dimensi Komunikasi” mengatakan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut : a Perubahan Sosial Social Change Perubahan sosial artinya memberikan informasi pada masyarakat dengan tujuan akhir agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan tersebut. b Perubahan Sikap Attitude Change Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat dapat mengubah sikap-sikap tertentu. c Perubahan Pendapat Opinion Change Yaitu memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat dapat mengubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang telah disampaikan. d Perubahan Perilaku Behavior Change Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat memiliki tujuan agar masyarakat dapat mengubah perilakunya. Effendy, 1993:9 Sedangakan menurut A.W Widjaja Tujuan komunikasi adalah : 1. Apakah kita ingin menjelaskan sesuatu pada orang lain. Ini dimaksudkan apakah kita menginginkan orang lain mengerti dan memahami apa yang kita maksud. 2. Apakah kita ingin agar orang lain menerima dan mendukung gagasan kita. Dalam hal ini ternyata cara penyampaian akan berbeda dengan cara yang dilakukan untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan saja. 3. Apakah kita ingin agar orang lain mengerjakan sesuatu atau agar mereka mau bertindak Widjaja, 1991 : 11.

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni, dan lapangan kerja sudah tentu memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh menusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya Cangara, 2008:61. Untuk memahami fungsi komunikasi kita perlu memahami lebih dahulu tipe komunikasi, sebab hal itu akan membedakan fungsinya, yaitu sebagai berikut: 1. Komunikasi dengan Diri Sendiri Personal Communication Adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengandiri sendiri. Cangara, 2008:29 2. Komunikasi Antarpribadi Interpersonal Communication Komunikasi antarppribadi ialah Proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Cangara, 2008:32 3. Komunikasi Publik Public Communication Komunikasi publik biasanya disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi khalayak. Apapun namanya, komuniksi publik menunjukan suatu proses komunikasi dimana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar. Cangara, 2008:34 Komunikasi memiliki beberapa fungsi, berbicara mengenai komunikasi, tentulah terdapat fungsinya. Fungsi komunikasi yang di jelaskan oleh MacBride dalam Effendy adalah : a. Menyampaikan informasi to inform Adalah pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain juga agar dapat mengambil keputusan. b. Mendidik to educate Adalah pengalihan ilmu pengetahuan, dengan komunikasi menusia dapat menyampaikan ide atau pikirannya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapat informasi dan ilmu pengetahuan serta mendorong dalam pembentukan watak, perkembangan intelektual. c. Menghibur to entertain Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain. d. Mempengaruhi to influence Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapkan. Effendy, 2006:8,27-28. Dilihat dari fungsi dan keberadaanya di masyarakat ataupun dalam sebuah lembaga, komunikasi tidak bisa lepas dari kehidupan karena komunikasi akan selalu ada dalam kegiatan sehari-hari.

2.1.2.4 Bentuk-bentuk Komunikasi

Seperti halnya definisi komunikasi, klasifikasi tipe atau bentuk komunikasi di kalangan para pakar juga berbeda satu sama lainnya. Klasifikasi itu didasarkan atas sudut pandang masing-masing pakar menurut pengalaman dan bidang studinya. Menurut Hafied Cangara, ia membagi bentuk komunikasi menjadi 4 bentuk, yaitu : a Komunikasi Dengan Diri Sendiri Intrapersonal Communication Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses komunikasi dengan diri sendiri. b Komunikasi Antarpribadi Interpersonal Communication Ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. c Komunikasi Publik Public Communication Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking dan komunikasi khalayak audience communication. Apapun sebutannya, yang dimaksud dengan komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar. d Komunikasi Massa Mass Communication Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya missal melalui alat-alat yang bersifat mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan film. Cangara, 2008:37

2.1.2.5 Unsur-unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi, maka sesungguhnya komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika terdapat seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Di dalam pengertian tersebut, maka di dalam suatu proses komunikasi terdapat unsur-unsur komunikasi yang menggerakkan komunikasi tersebut agar proses komunikasi dapat berjalan. Menurut Claude E. Shannon dan Warren Weaver yang dikutip oleh Hafied Cangara, menyatakan bahwa: “Terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima, dan tujuan. Kesimpulan ini didasarkan atas hasil studi yang mereka lakukan mengenai pengiriman pesan melalui ra dio dan telepon.” Cangara, 2008:23 Sedangkan menurut Prof. Dr. Hafied Cangara dalam bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi” menyebutkan unsur-unsur komunikasi terdiri dari : a Sumber Sumber yang dimaksud disini adalah semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber dapat terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi, atau lembaga.Sumber sering disebut juga dengan pngirim, komunikator, atau dalam bahasa Inggrisnya source, sender, atau encoder. b Pesan Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya dapat berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda. Dalam bahasa Inggris, pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content, atau information. c Media Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antar pribadi, panca indra dianggap sebagai media komunikasi. Selaini itu, ada pula media komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang semuanya digolongkan dalam media komunikasi antar pribadi. d Penerima Pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris audience atau receiver. e Pengaruh Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. f Tanggapan balik Tanggapan Balik, ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. g Lingkungan Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat memengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat memengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu Cangara, 2008:24-28.

2.1.2.6 Proses Komunikasi

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. a. Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer primary process adalah proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang symbol sebagai media atau saluran. b. Proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama Effendy, 2006:10.

2.1.2.7 Sifat Komunikasi

Sifat komunikasi ada beberapa macam, yaitu : 1 Tatap muka face-to-face 2 Bermedia Mediated 3 Verbal verbal  Lisan Oral  Tulisan 4 Non verbal non verbal  Gerakan isyarat badaniah gestural  Bergambar pictorial Effendy, 2003:7 Dalam penyampaian pesan, seorang komunikator pengirim dituntut untuk memiliki kemampuan dan saran agar mendapat umpan balik feedback dari komunikan penerima, sehingga maksud dari pesan tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan berjalan efektif. Komunikasi dengan tatap muka face-to-face dilakukan antara komunikator dengan komunikan secara langsung, tanpa menggunakan media apapun kecuali bahasa sebagai lambang atau sumber komunikasi bermedia dilakukan oleh komunikator kepada komunikan, dengan menggunakan media sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya. Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal, verbal dibagi kedalam dua macam yaitu lisan Oral dan tulisan Writtenprinted. Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah Gestural seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya.

2.1.3 Tinjauan tentang Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan dasar dari konteks atau level komunikasi lain, demikian dasar-dasar peran dan kredibilitas komunikator dalam komunikasi antarpribadi yang ditunjukan dalam suatu peracakapan dapat dijadikan dasar bagi perlakuan terhadap peranan dan kredibilitas komunikator dalam konteks komunikasi lainnya. Komunikasi antarpribadi interpersonal communication adalah komunikasi orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain sacara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Dan bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi diadik dyadic communication yang hanya melibatkan dua orang, seperti suami istri, dua sahabat dekat, guru dengan murid, dan lain sebagainya. Deddy Mulyana, 2007 : 73 Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book Devito, 1989:4. Sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan bebrapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Devito dalam Effendy, 2003 : 59 Effendy mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis. Sifat dialogis ini ditunjukkan melalui komunikasi lisan dalam percakapan yang menampilkan umpan balik secara langsung. Seorang komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga, komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan yang ia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif. Dean C Barnlund 1968 mengemukakan, komunikasi interpersonal selalu dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang, tiga atau mngkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur. Alo Liliweri, 1997:12.

2.1.3.1 Ciri-Ciri Komunikasi Antarpribadi

Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi antarpribadi ada beberapa ciri khas komunikasi antarpribadi yang membedakannya dengan komunikasi massa dan komunikasi kelompok. Menurut Barnlund 1968 ada beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi interpersonal selalu : 1 Terjadi spontan, 2 Tidak mempunyai struktur yang teratur dan diatur, 3 Terjadi secara kebetulan, 4 Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu, 5 Dilakukan oleh orang-orang yang identitas keanggotaan yang terkadang kurang jelas, dan 6 Dapat terjadi sambil lalu. Devito mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mengandung lima ciri sebagai berikut : 1 Keterbukaan openness 2 Empati empathy 3 Dukungan supportiveness 4 Perasaan positif positiveness 5 Kesamaan equality. Selain itu Evert M. Rogers dalam Depar 1988 menyebutkan beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yaitu : 1 Arus pesan cenderung dua arah, 2 Konteks komunikasi adalah tatap muka, 3 Tingkat umpan balik yang tinggi, 4 Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas sangat tinggi, 5 Kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban, dan 6 Efek yang terjadi antara lain perubahan sikap. Alo Liliweri, 1997:12.

2.1.3.2 Faktor Pembentuk Komunikasi Antarpribadi

Berdasarkan pandangan Klinger dan Gillin yang dikutip Soekanto, kita dapat mengetahui bahwa setiap proses komunikasi didorong oleh faktor-faktor tertentu. Halloran 1980 mengemukakan manusia berkomunikasi dengan orang lain karena didorong oleh beberapa faktor, yakni : 1 Perbedaan antarpribadi, 2 Pemenuhan kekurangan, 3 Perbedaan motivasi antar manusia, 4 Pemenuhan akan harga diri, dan 5 Kebutuhan atas pengakuan orang lain. Liliweri, 1997:45 Cassagrade 1986 berpendapat, manusia berkomunikasi karena: a. memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan, b. dia ingin terlibat dalam proses perubahan yang relatif tetap, c. dia ingin berinteraksi hal ini dan memahami pengalaman masa lalu dan mengantisipasi masa depan, dan d. dia ingin menciptakan hubungan baru. Dapat disimpulkan bahwa minat berkomunikasi antarpribadi didorong oleh pemenuhan kebutuhan yang belum atau bahkan tidak memiliki karena setiap manusia memiliki motif yang mendorong dia usaha memenuhi kebutuhannya.

2.1.3.3 Hakekat Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi digunakan untuk menyampaikan informasi. Apabila seseorang berkomunikasi dengan orang lian, sebenarnya dia menyampaikan informasi. Pemahaman mengenai nilai-nilai komunikasi disampaikan oleh pakar dengan definisi berbeda-beda. Hovland dalam buku Social Communication menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses bilamana seseorang individu komunikator menyampaikan stimulans lambang kata untuk merubah tingkah laku individu lainnya komunikan. Robbins, 1994 dalam bukunya Essential of Organizational behavior bahwa komunikasi menjalankan 4 fungsi utama di dalam suatu kelompok control, pengawasan, motivasi pengungkapan emosi, dan informasi. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa proses komunikasi antarpribadi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang komunikator kepada orang lain komunikan.

2.1.4 Tinjauan tentang Komunikasi Organisasi

Organisasi ialah proses kerja sama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Definisi ini mengandung arti bahwa setiap organisasi harus memiliki tiga komponen, yaitu 1 ada kerja sama, 2 ada orang, dan 3 ada tujuan bersama. R. Wayne Pace dan Don F. Fauler mendefinisikan komunikasi organisasi yang diterjemahkan oleh Deddy Mulyana dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, bahwa komunikasi organisasi adalah “Pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hirarki antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan” Mulyana, 2000:31. Redding dan Sanborn, mendefinisikan komunikasi organisasi yang diterjemahkan oleh Dr. Arni Muhammad dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi, bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama leveltingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program Muhammad, 2007:65.

2.1.4.1 Jaringan Komunikasi Organisasi

Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu. Diantara orang-orang ini saling terjadi pertukaran pesan. Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi Muhammad, 2007:102. Peranan individu dalam sistem komunikasi ditentukan oleh hubungan struktur antara satu individu dengan individu lainnya dalam organisasi. Hubungan ini ditentukan oleh pola hubungan interaksi individu dengan arus informasi dalam jaringan komunikasi formal dan komunikasi informal. A. Jaringan Komunikasi Formal Seperti yang dikemukakan oleh Muhammad dalam bukunya “komunikasi organisasi” menyatakan bahwa : “Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau se cara horizontal” Muhammad, 2007:107. B. Jaringan Komunikasi Informal Apabila karyawan tidak mengajukan pertanyaan dalam pelaksanaan tugasnya dan tidak ada pula masalah yang akan dipecahkannya, maka pembicaraan mereka sambil bekerja tidaklah menyangkut hal-hal formal lagi, tetapi sudah dapat dikatakan informal karena sudah beralih kepada pembicaraan yang tidak relevan dengan tugas-tugasnya. “Bila karyawan berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Informasi mengalir tanpa memperhatikan hubungan posisi. Jaringan komunikasi lebih dikenal dengan desas- desus grapevine atau kabar angin. Informasi yang diperoleh dari desas-desus adalah yang berkenaan dengan apa yang didengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan oleh orang yang berkuasa” Muhammad, 2007: 125. Walaupun desas-desus grapevine itu membawa informasi yang informal tetapi ada manfaatnya bagi organisasi. Adanya jaringan komunikasi informal pemimpin dapat mengetahui sentimen karyawan, karyawan dapat menyalurkan ekspresi emosional dari pesan-pesan yang dapat mempercepat permusuhan, dapat membantu menerjemahkan pengarhan pemimpin ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami oleh karyawan. Hubungan yang efektif antara atasan dan bawahan kelihatannya sangat kursial untuk mengontrol informasi informal.

2.1.4.2 Hambatan-hambatan Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi tidak selamanya bisa berjalan dengan lancar atau sesuai rencana, namun adakalanya komunikasi berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan karena komunikasi pun tak lepas dari beberapa hambatan seperti yang disampaikan oleh Onong Uchjana Effendy : 1. Gangguan Maksud dari pernyataan diatas adalah terdapatnya beberapa hambatan seperti Gangguan yang mempunyai jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan sematik. a. Gangguan Mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Misalnya bunyi kendaraan yang lewat ketika pemimpin sedang berbicara dalam suatu pertemuan. b. Gangguan Sematik adalah bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan sematik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang disampaikan komunikator yang diartikan lain oleh komunikan sehingga menimbulkan salah pengertian. 2. Kepentingan Sedangkan faktor kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang hanya akan memperhatikan prasangka yang ada hubungannya dengan kepentingannya, karena kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian, tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita akan merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan. 3. Motivasi Terpendam Adapula yang menghambat jalannya komunikasi yang terbentuk karena adanya Motivasi terpendam yang akan mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang, maka semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan, begitu juga sebaliknya. 4. Prasangka Prasangka atau prejudice merupakan salah satu hambatan bagi suatu kegiatan komunikasi. Orang yang mempunyai prasangka bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi sehingga sulit bagi komunikator untuk mempengaruhi komunikan. Prasangka mengakibatkan komunikan menjadi berfikir tidak rasional dan berpandangan negatif terhadap komunikasi yang sedang terjadi. Effendy, 1993:45 – 49. 2.1.5 Tinjauan tentang Persepsi 2.1.5.1 Pengertian Persepsi Persepsi adalah Proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Setiap individu tidak akan terlepas dari lingkungannya karena lingkungan itu adalah tempat dimana berinteraksi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Setiap rangsangan atau stimuli yang masuk dari lingkungan terhadap individu akan diterima melalui panca indera yang akan menimbulkan tanggapan serta penilaiannya terhadap rangsangan yang diterimanya, dan dapat berpengaruh terhadap tindakan yang diambil oleh individu yang bersangkutan. Proses pemahaman atau pemberian makna terhadap rangsangan yang diperoleh melalui stimuli eksternal baik objek maupun manusia disebut persepsi. Persepsi diawali dengan melalui suatu proses inderawi yang meliputi penerimaan, pemilihan, pengorganisasian serta pemberian arti terhadap suatu rangsang yang berasal dari lingkungannya. John R. Wenburg dan William W. Wilmot mengemukakan definisi persepsi sebagaimana yang dikutip oleh Deddy Mulyana, Rudolf, dan F. Verderber, yakni sebagai proses menafsikan informasi indrawi , begitu juga dengan J.Cohen yang mendefinisikan persepsi sebagai interpretasi bermakna atas sensasi atas representasi objek eksternal; persepsi adalah pengalaman objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan tampak mengenai apa yang diluar sana. Mulyana, 2007:167 Berdasarkan beberapa definisi diatas Desiderato mendefinisikan secara lengkap persepsi sebagai berikut : persepsi adalah pengalaman tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna stimuli indrawi sensory stimuly. Rakhmat, 2009:51 Dari beberapa definisi di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi muncul atau akan terjadi apabila ada stimuli atau rangsangan tersebut akan diberi pengertian yang bermakna oleh individu.

2.1.5.2 Proses Pembentukan Persepsi

Persepsi adalah suatu proses dimana rangsang atau stimulus diterima oleh sistem sensorik. Setelah terjadi pengolahan kemudian akan menghasilkan bentuk tindakan-tindakan, pikiran-pikiran, atau konsep- konsep. Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu akan senantiasa menjumpai dan menerima berbagai macam rangsang atau stimulus, namun tidak semua stimulus akan mendapatkan reaksi dari individu. Persepsi baru bisa terbentuk bila ada perhatian dari individu sesuai dengan kebutuhan individu dalam pengamatannya. Kemampuan seseorang untuk mempersepsikan stimulus yang sama akan ditaksirkan berbeda oleh beberapa individu penafsiran tersebut tergantung pada pengalaman yang lalu dan sistem nilai khusus. Menurut Webster 1993 sensasi sebagai aktivitas merasakan atau keadaan emosi yang menggambarkan, menghebohkan atau penyebab keadaan emosi yang menggambarkan atau menghebohkan. Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda, oleh karena itu persepsi mempunyai sifat subyektif. Menurut Undai Pareek proses Persepsi melalui beberapa tahap, diantaranya: 1 Proses Penerimaan Rangsang Proses individu adalah suatu penerimaan rangsang dari berbagai sumber. Orang lebih senang memperlihatkan salah satu sumber dibandingkan dengan sunber lainnya apabila sumber tersebut mempunyai kedudukan yang lebih dekat dan lebih menarik. 2 Proses Penyeleksian Rangsang Setelah rangsang diterima, rangsang tersebut diseleksi untuk menghemat perhatian yang digunakan, rangsang-rangsang tersebut disaring dan diseleksi untuk diproses lebih lanjut ada dua faktor yang menentukan seleksi rangsang, yaitu: a. Faktor internal Yang berkaitan dengan diri sendiri, antara lain kebutuhan psikologis, latar belakang pengalaman, kepribadian dan penerimaan diri. b. Faktor ekternal Adalah persepsi visual terhadap benda-benda, persepsi atas orang dan keadaan. 3 Proses Pengorganisasian Rangsang yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. 4 Proses Penafsiran Setelah rangsang atau data diterima dan diatur, si penerima kemudian menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Setelah data tesebut dipersepsikan maka telah dapat dikatakan sudah terjadi persepsi. Karena persepsi pada pokoknya memberikan arti kepada berbagai informasi yang diterima. Beberapa dimensi konteks mempengaruhi penafsiran rangsangan. Pareek, 1996: 13 Faktor-faktor yang dipertimbangkan menurut Undai Pareek: a. Konteks antarpribadi Jika hubungan antar pribadi cukup menyenangkan, orang melihat orang lain serupa dengan mereka sendiri. Jika hubungan antarpribadi tidak menyenangkan, orang cenderung melihat orang lain agak berbeda. b. Latar belakang orang lain Jika para pemberi informasi tidak dikenal atau jika pada mulanya tidak diketahui bahwa seseorang mempunyai informasi, lalu informasi itu dikirim darinya maka kredibilitas orang tersebut bertambah. c. Konteks keorganisasian Suasana organisasi atau bagian tempat seseorang bekerja mempunyai arti besar bagi persepsi orang-orang di dalam organisasi. Jika suasananya lebih menyenangkan dan bersahabat, persepsi akan lebih baik. 5 Proses Pengecekan Setelah data ditafsirkan, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsiran yang dilakukan benar atau salah. Penafsiran ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau sesuai dengan hasil selanjutnya. 6 Proses Reaksi Lingkungan persepsi itu belum sempurna menimbulkan tindakan- tindakan itu biasanya tersembunyi atau terbuka. Tindakan tersembuyi seperti: pembentukan sikap, atau pendapat. Untuk tindakan terbuka berupa tindakan nyata sehubungan dengan persepsi. Pareek, 1996: 13

2.1.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi

Menurut Jalaludin Rakhmat 2009:52 banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berkut: 1. Perhatian Attention Perhatian menurut Kenneth, E Andersen yang dikutip oleh Jalaludin Rajhmat 2009:52 adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera lain. a. Faktor Eksternal penarik perhatian  Gerakan : seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak.  Intensitas Stimuli : kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain.  Kebaruan Novelty : hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda akan menarik perhatian.  Perulangan : hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi akan menarik perhatian. b. Faktor Internal penaruh perhatian  Faktor-faktor Biologis : dalam keadaan lapat, seluruh pikiran didominasi oleh makanan.  Faktor-faktor Sosiopsikologis : motif sosiogenis, sikap, kebiasan, dan kemauan mempengaruhi terhadap apa yang kita perhatikan. 2. Faktor-faktor Fungsional Faktor-faktor fungsional personal yang menentukan persepsi berasal dari kebutuhan, pengalaman masalah hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut faktor-faktor personal, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu. 3. Faktor-faktor Struktural Faktor-faktor struktural stimuli yang menentukan persepsi berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek sadar karakteristik fisik, warna, ukuran dan intensitas yang ditimbulkan pada sistem saraf individu.

2.1.6 Tinjauan tentang Penumpang

Definisi kata penumpang dan menumpang dalam KBBI Pusat Bahasa Edisi Keempat itu diadopsi dari Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS Poerwadarminta. KUBI sendiri menyerap kata tumpang dari Baoesastra Djawa, juga susunan WJS Poerwadarminta. Di situ tersua toempang dengan makna soengsoen, tetoempoekan, dan soemèlèh ing sadhuwuré. Arti kata tumpang sebagai ’naik tidak bayar’ baru muncul belakangan dan berasal dari frasa penumpang gelap. Manusia memiliki akal budi kemampuan untuk kreatif dan inovatif dalam menciptakan sesuatu, sehingga manusia secara alamiah harus memenuhi semua kebutuhan itu dengan cara membeli maupun menukar barang atau jasa yang diinginkan. Terciptalah manusia sebagai pembeli yang dalam dunia industri disebut pelanggan untuk melakukan transaksi dalam rangka memenuhi semua kebutuhan. Individu atau kumpulan individu yang dipengaruhi oleh aspek-aspek eksternal dan internal yang mengarah untuk memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan disebut sebagai pelanggan. Umar, 2003:11

2.1.7 Tinjauan tentang Pelayanan

Suatu pelayanan akan terbentuk karena adanya proses pemberian layanan tertentu dari pihak penyedia layanan kepada pihak yang dilayani. Layanan dapat terjadi antara : 1. Seorang dengan seorang, 2. Seorang dengan kelompok, 3. Kelompok dengan seorang, atau 4. Orang-orang dengan organisasi. Baik yang dilakukan atas dasar kesukarelaan masing-masing pihak non-komersial. Tujuan komersil antarpersona, ataupun karena orang- orang mempunyai keterikatan kerja dalam organisasi yang bertujuan komersil maupun non-komersil. Dalam hal layanan diberikan karena tujuan komersil, satu pihak akan menyediakan layanan bagi pihak lain bila pihak lain tersebut bersedia untuk membayar. Misalnya, layanan yang diberikan karena adanya transaksi jual beli. Ada tiga hal yang penting dalam proses layanan, yaitu mengenai pihak penyedia layanan, pihak yang menerima layanan, dan jenis atau bentuk layanan. 1. Penyedia Layanan Penyedia layanan service provider adalah pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan penyerahan barang goods atau jasa-jasa service. 2. Penerima Layanan Penerima layanan service receiver adalah mereka yang disebut sebagai konsumen consumer atau pelanggan customer yang menerima layanan dari para penyedia layanan. 3. Jenis Layanan Jenis layanan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan kepada pihak yang membutuhkan layanan terdiri dari berbagai macam. Antara lain berupa layanan yang berkaitan dengan: a. Pemberian jasa-jasa saja, b. Layanan yang berkaitan dengan penyediaan dan distribusi barang- barang saja, atau c. Layanan ganda yang berkaitan dengan kedua-duanya. Jenis-jenis layanan yang harus diberikan kepada pelanggan intern dan pelanggan ekstern sangat tergantung kepada kebutuhan, keinginan, dan kemampuan pihak penyedia layanan yang bersangkutan.

2.1.7.1 Pengertian Kualitas Pelayanan

Definisi kualitas pelayanan terpusat pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan kata lain Parasuraman 1985 yang dikutif Arif 2007:118 mengatakan ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasapelayanan yaitu expected service dan perceived service apabila jasa yang diterima sesuai dengan yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan baik atau memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan maka kualitas dipersepsikan ideal. Pengertian dari kualitas pelayanan menurut Rambat Lupiyoadi 2008 :148 adalah “Kualitas pelayanan adalah seberapa jauh perbedaan pelanggan atas layanan yang mereka terima atau peroleh”. Sedangkan menurut Wyckof dalam Fandy Tjiptono 2008:59 mendefinisikan “Kualitas layanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan”. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan merupakan pencapaian yang dilakukan oleh perusahaan supaya dapat memenuhi harapan dari pelanggan, sebuah perusahaan yang sudah mampu memenuhi atau melebihi harapan pelanggannya maka perusahaan tersebut sudah berkualitas. Memberikan pelayanan yang luar biasa adalah salah satu cara perusahaan untuk membuatnya disayangi oleh pelanggan, dengan menyediakan pegalaman pelayanan positif setiap waktu. Namun, pelayanan itu sendiri tidak dapat menciptakan kedekatan emosional yang diinginkan antara pelanggan dan perusahaan. Akan tetapi, jika pelanggan terus menerima pelayanan yang istimewa setiap kali mereka melakukan kontak dengan perusahaan mereka akan menerima hal ini sebagai sutu norma.

2.1.7.2 Prinsip - Prinsip Kualitas Pelayanan

Dalam kualitas spelayanan terdapat prinsip-prinsip kualitas pelayanan, seperti yang diungkapkan oleh Fandy Tjiptono 2008:75 sebagai berikut: 1. Kepemimpinan Strategi kualitas pelayanan harus merupakan inisiatif dan komitmen dari manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin perusahaan untuk meningkatkan strategi kinerja kualitasnya. Tanpa adanya kepemimpinan dari manajemen puncak maka usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan dari manajemen puncak berdampak kecil bagi perusahaan. 2. Pendidikan Semua personil perusahaan mulai dari manajemen puncak sampai karyawan operasional harus memperoleh pendidikan mengenai kualitas. Aspek-aspek perlu mendapatkan penekanan pada pendidikan tersebut. Meliputi konsep kualitas sebagai bisnis, alat teknik implementasi stratrgi bisnis kualitas dan perencanaan eksekutif dalam implementasi strategi kualitas. 3. Perencanaan Proses perencanaan strategi harus mencakup pengukuran dan tujuan kualitas yang dipergunakan dalam mengarahkan keperusahaan untuk mencapai visinya. 4. Review Proses review merupakan satu-satunya alat yang paling efektif bagi manajemen untuk mengubah perilaku organisasional.proses ini merupakan suatu mekanisme yang menjalin adanya perhatian yang konstan dan terus menerus untuk mencapai tujuan kualitas. 5. Komunikasi Implementasi strategi kualitas dalam orang, dipengaruhi oleh proses komunikasi dalam perusahaan. Komunikasi harus dilakukan dengan karyawan, pelanggan dan pemilik persahaan. 6. Penghargaan dan Pengukuran Merupakan aspek penting dalam implementasi strategi kualitas setiap karyawan yang berprestasi tersebut diakui agar dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perusahaan dan pelanggan yang dilayaninya.

2.1.7.3 Dimensi Kualitas JasaPelayanan

Dalam memberikan penilaian atas pelayanan yang telah diterima, pelanggan mengemukakan 5 indikator penentuan kualitas jasa pelayanan sebagaimana yang dikemukakan Parasuraman yang dikutip Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani 2008:182 yaitu: 1. Tangibles Bukti Langsung yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kamauan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik contoh: gedung, gudang dan lain-lain, perlengkapan dan peralatan yang digunakan teknologi, serta penampilan pegawainya. 2. Reability Kehandalan yaitu kemampuan perusahaan memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan akurasi yang tinggi. 3. Responsiveness Daya Tangkap yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. 4. Asurance Jaminan yaitu pengetahuan, kesopan santunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi, dan sopan santun. 5. Emphaty Empati yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan. Dimensi kualitas layanan yang dikemukakan oleh para ahli di atas, kemudian dijadikan suatu model pengukuran kualitas yang lebih dikenal dengan nama SERVQUAL. Lima dimensi kulitas layanan tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam tabel 2.2 berikut ini. Tabel 2.2 Dimensi Kualitas Layanan No Dimensi Atribut 1 Reliabilitas a. Menyediakan jasa sesuai yang dijanjikan b. Dapat diandalkan dalam menangani masalah jasa pelanggan c. Menyampaikan jasa secara benar sejak pertama kali d. Menyampaikan jasa sesuai dengan waktu yang dijanjikan e. Menyimpan catatandokumen tanpa kesalahan 2 Daya Tangkap a. Menginformasikan pelanggan tentang kepastian waktu penyampaian jasa b. Layanan yang segeracepat bagi pelanggan c. Kesediaan untuk membantu pelanggan d. Kesiapan untuk merespons permintaan pelanggan 3 Jaminan a. Karyawan yang menumbuhkan rasa percaya para pelanggan b. Membuat pelanggan merasa aman sewaktu melakukan transaksi c. Karyawan yang secara konsisten bersikap sopan d. Karyawan yang mampu menjawab pertanyaan pelanggan 4 Empati a. Memberikan perhatian individual kepada para pelanggan b. Karyawan yang memperlakukan pelanggan secara penuh perhatian c. Sungguh-sungguh mengutamakan kepentingan pelanggan d. Karyawan yang memahami kebutuhan pelanggan e. Waktu beroperasi yang nyaman 5 Bukti Fisik a. Peralatan modern b. Fasilitas yang berdaya tarik visual c. Karyawan yang berpenampilan rapi dan profesional d. Materi berkaitan dengan jasa yang berdaya tarik visual Sumber: Fandy Tjiptono, 2008 diadaptasi dari Parasuraman, et al. 1994

2.1.7.4 Faktor-faktor Penyebab Buruknya Kualitas Pelayanan

Untuk menarik konsumen maka sebuah perusahaan baik perusahaan jasa atau produk wajib memberikan suatu kualitas jasa yang baik untuk konsumennya. Namun terkadang perusahaan belumbisa melakukan hal tersebut dikarenakan masih ada beberapa faktor yang menyebabkan kualitas suatu jasa menjadi buruk. Faktor-faktor tersebut meliputi: 1. Produksi dan Konsumsi yang terjadi secara simultan Salah satu karakteristik jasa yang penting adalah Inseparability, artinya jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan. Beberapa kekurangan yang mungkin ada pada karyawan pemberi jasa dan dapat berpengaruh terhadap persepsi pelanggan pada kualitas jasa misalnya: a. Tidak terampil dalam melayani pelanggan b. Cara berpakaian tidak sesuai c. Tutur katanya tidak sopan dan kurang menyenangkan 2. Intensitas tenaga kerja yang tinggi 3. Dukungan terhadap pelanggan internal pelanggan perantara kurang memadai 4. Kesenjangan-kesenjangan komunikasi Kesenjangan komunikasi yang sering terjadi: a. Perusahaan memberikan janji yang berlebihan, sehingga tidak dapat memenuhinya b. Perusahaan tidak bisa selalu menyajikan informasi terbaru kepada pelanggan, misalnya yang berkaitan dengan perubahan proseduraturan 5. Memperlakukan semua pelangga dengan cara yang sama karena pelanggan adalah manusia yang bersifat unik, karena memiliki perasaan dan emosi. 6. Perluasan atau pengembangan jasa secara berlebihan 7. Visi bisnis jangka pendek 2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Kerangka Pemikiran Teori Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti akan berusaha membahas permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Pembahasan tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan konsep dan teori yang ada hubungannya untuk membantu menjawab masalah penelitian. Kerangka pemikiran adalah suatu hasil model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah riset. Umar, 2003:208. Mengacu pada sumber yang diperoleh, menurut Menurut Deddy Mulyana dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”, bahwa persepsi meliputi pengindraan sensasi melalui alat-alat indra manusia indra peraba, pencium, penglihatan dan pendengar, atensi dan interpretasi. Untuk timbulnya suatu persepsi yang mengkombinasikan fungsi-fungsi alat indra yang dimiliki oleh manusia. Menurut pengertian diatas ada beberapa poin yang harus dilakukan untuk mencapai persepsi diantaranya: 1. Sensasi Sensasi adalah tahap pertama stimuli mengenai alat indra. Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. 2. Atensi Atensi atau perhatian adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari pengindraan, ingatan maupun proses kognitif lainnya. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsangan tertentu. 3. Interpretasi Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol- simbol yang sama, baik secara simultan dikenal sebagai interpretasi simultan atau berurutan dikenal sebagai interpretasi berurutan. Menurut definisi, interpretasi hanya digunakan sebagai suatu metode jika dibutuhkan. Jika suatu objek karya seni, ujaran, dan lain-lain cukup jelas maknanya, objek tersebut tidak akan mengundang suatu interpretasi. Istilah interpretasi sendiri dapat merujuk pada proses penafsiran yang sedang berlangsung atau hasilnya. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki persepsi yang berbeda-beda. Hal itu dapat diperoleh dari proses sosialnya dengan individu lain, kemudian hal ini akan mempengaruhi perilakunya. Persepsi pada manusia ini diawali dengan adanya proses merasakan kemudian mengolahnya melalui otak sehingga pada akhirnya terbentuklah suatu perilaku yang akan tampil dan dilihat oleh orang lain. Berdasarkan penjelasan diatas dalam mencapai tujuannya telah membuat sebuah solusi sebagai obat penawar permasalahan yang timbul di masyarakat. Solusi yang dibuatnya ini akan membuat penumpang merasa lebih nyaman dalam menggunakan jasa kereta api. Hal ini dapat memunculkan persepsi yang baik di dalam diri penumpangnya.

2.2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Berdasarkan pada penjelasan teori diatas persepsi sebagai Fokus memiliki arti alat indera, yang meliputi penginderaan sensasi, atensi, dan interpretasi. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Analisa Peneliti, 2013 1. Sensasi Sensasi adalah tahap pertama stimuli mengenai alat indra. Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Tahap pertama ini petugas loket melayani penumpang kereta api untuk menghasilkan persepsi dari penumpang kereta api tersebut. Sensasi Atensi Interpretasi Persepsi 2. Atensi Atensi atau perhatian adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari pengindraan, ingatan maupun proses kognitif lainnya. Pada tahap ini penumpang memproses atau memperhatikan pesan maupun informasi yang didapat dari petugas loket terhadap pelayanan yang diberikan oleh petugas loket kepada penumpang kereta api. 3. Interpretasi Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol- simbol yang sama, baik secara simultan dikenal sebagai interpretasi simultan atau berurutan dikenal sebagai interpretasi berurutan. Pada tahap ini penumpang dapat mengartikan semua yang telah didapatkan dari pelayanan petugas loket terhadap penumpang kereta api tersebut. Menurut pengertian diatas, yang menjadi tujuan dari pelayanan terhadap penumpang adalah persepsi dari penumpang Kereta Api, serta sensasi dalam melaksanakan tujuan tersebut, atensi atau perhatian yang diproses dan diterima oleh penumpang dari pelayanan petugas loket, dan interpretasi yang didapatkan oleh penumpang kereta api tersebut. 59

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Stasiun Bandung Stasiun Bandung pertama kali beroperasi pada tanggal 17 Mei 1884, bersamaan dengan diresmikannya jaringan kereta api Bandung - Batavia Jakarta lewat CianjurBogor, sedangkan lintas Bandung - Batavia lewat Purwakarta baru dibuka pada tanggal 29 Desember 1990. Untuk jarak pendek dengan Bandung – Rancaekek – Jatinangor – Tanjungsari - Citali dan lintas Bandung - Kopo baru dibuka pada tahun 1918. Stasiun Bandung dirancang oleh EH de Roo pada tahun 1928, merupakan desain stasiun keempat yang disesuaikan dengan meningkatnya jumlah penumpang dari tahun ke tahun. Stasiun Bandung merupakan stasiun satu sisi, dimana sirkulasi penumpang melewati gerbang masuk yang berhubungan langsung dengan loket karcis yang berada di bagian kanan dan kiri. Untuk sirkulasi keluar terbagi dua melalui pintu keluar yang terletak di sayap kiri dan sayap kanan. Pada saat peresmian Stasiun bandung, surat kabar Belanda saat itu, Javabode menuliskana bahwa masyarakat sekitar merayakannya selama 2 hari berturut-turut dan membangun tugu untuk memperingati peresmiannya yang kini berdiri monument replika lokomotif uap seri TC 1008 ditempat yang sama. Pada tahun 1990, dibangun peron utara yang akhirnya dijadikan bagian stasiun Jalan Kebon Kawung. Kenyamanan calon penumpang lebih diperhatikan dengan membuat ruang tunggu yang lebih terbuka, sehingga kedatangan dan keberangkatan keretaa dapat diketahui dengan jelas. Hall depan berhubungan langsung dengan sirkulasi penumpang yang masuk maupun keluar melalui gerbang masuk utama dengan bukaan pintu yang berproporsi horizontal. Bukaan pada dinding yang paling menonjol sekaligus paling menarik pada stasiun ini adalah lunette. Lunette utama berbentuk persegi panjang, terdiri dari lima lunette kecil dengan bahan kaca timah yang didominasi warna biru dan putih jernih. Bagian berwarna putih disusun dengan pola persegi panjang atau bujur sangkar sebagai dasar, sedangkan warna biru dengan bentuk segitiga, belah ketupat, dan persegi panjang berperan sebagai ornamen utama. Calon penumpang kelas eksekutif disediakan ruang tunggu khusus sebagai inovasi dalam meningkatkan pelayanan kepada penumpang. Massa stasiun Bandung terbentuk secara linier, dengan massa utama pada deretan depan yang diapit oleh massa sekunder yang berada di sampingnya. Dominasi bentuk persegi atau kubus dan atap datar tercermin dalam rancangan bangunannya. Sayap kanan yang lebih pendek dari pada sayap kiri menghadirkan siluet yang dinamis. Peron utama menggunakan struktur beton dengan ornamen pada kepala kolom berbentuk segitiga, belah ketupat dan persegi panjang. Detail ornamen kepala kolom menggunakan bentuk-bentuk geometris berupa segitiga, persegi panjang dapat ditemui hampir diseluruh kolom. Perluasan atap peron menggunakan konstruksi rangka atap truss baja yang ditumpu oleh kolom baja profil dengan finishing cat. 3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, karena metode kualitatif tidak bermaksud mengadakan pengujian, menjelaskan hubungan sebab akibat, tetapi lebih memfokuskan pada pemaparan situasi yang terjadi pada saat penelitian berlangsung. “Penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entit as kuantitatif”. Mulyana, 2003:150 Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan didasari oleh orang atau perilaku yang diamati. Pendekatannya diarahkan pada latar dan individu secara holistic utuh. Jadi, tidak dilakukan proses isolasi pada objek penelitian kedalam variable atau hipotesis. Tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. “Penelitian kualitatif juga, bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tndakan, dan sebagainya, secara utuh dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Lexy J.Moleong, 2006:6 Sebagaimana diungkapkan beberapa ahli Bogdan dan Taylor, 1975:5; Bogdan dan Biglen, 1990:2; Miles dan Huberman, 1993:15; Brannen, 1997:1 bahwa metode penelitian kualitatif ini sangat bergantung pada pengamatan mendalam terhadap perilaku manusia dan lingkungannya. Orientasi kualitatif penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan persepsi penumpang kereta api. Pendekatan kualitatif dipandang lebih relevan dan cocok karena bertujuan menggali dan memahami apa yang tersembunyi dibalik persepsi penumpang kereta api. Metode pendekatan deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status suatu kelompok manusia, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada saat sekarang. Penelitian kualitatif tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi Rakhmat, 2001: 24. Metode Deskriptif menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya “Metode Penelitian Komunikasi” mengungkapkan: “Metode deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.” Isaac dan Michael dalam Rakhmat, 2001:22. Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa penelitian kualitatif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi dan menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.2.2.1 Studi Pustaka

Studi Pustaka adalah suatu cara pengumpulan data yang merujuk pada buku-buku atau dokumen-dokumen ilmiah yang tersedia sebagai rujukan atau referensi untuk mendapatkan data, mengenai masalah yang diteliti.

a. Tinjauan Pustaka

Peneliti mencoba mencari beberapa literatur yang dapat membantu dalam penelitian ini dengan mencari berbagai informasi sebagai pendukung ari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu dengan menggunakan : 1. Referensi Buku Referensi buku adalah buku yang dapat memberikan keterangan topik perkataan, tempat peristiwa, data statistika, pedoman, alamat, nama orang, riwayat orang- orang terkenal. Pelayanan referensi adalah pelayanan dalam menggunakan buku-buku referensi dan disebut “koleksi referensi” sedangkan ruang tempat penyimpanan disebut ruang referensi. Karena sifatnya yang dapat memberikan petunjuk, harus selalu tersedia di perpustakaan sehingga dapat dipakai oleh setiap orang pada setiap saat. 2. Skripsi Peneliti Terdahulu Disini peneliti menggunakan studi pustaka dengan melihat hasil karya ilmiah para peneliti terdahulu, yang mana pada dasarnya peneliti mengutip beberapa pendapat yang dibutuhkan oleh peneliti sebagai pendukung penelitian. Tentunya dengan melihat hasil karya ilmiah yang memiliki pembahasan serta tinjauan yang sama.

b. Internet Searching

Sebagai tambahan informasi, peneliti juga menggunakan sarana internet searching untuk mencari literatur yang ada dalam jaringan internet lewat situs-situs pencarian seperti google dan yahoo juga beberapa situs-situs yang relevan dengan masalah yang terkait dalam masalah penelitian.

3.2.2.2 Studi Lapangan

a. Wawancara

Untuk memperoleh informasi secara akurat dari narasumber langsung sebagai data primer, peneliti melakukan metode wawancara. Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya mengadakan tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan, baik secara tertulis maupun lisan guna memperoleh keterangan atas masalah yang diteliti. “Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai Interviewee sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.” Koentjaradiningrat, 1986 : 136 Sedangkan wawancara menurut Moh. Nazir dalam bukunya Metode Penelitian yaitu : ”Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara”. Nazir, 1999:234 Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan komunikasi secara langsung antara peneliti dengan subjek yang diteliti. Dengan maksud untuk mencari data yang lebih cepat didapat, jelas dan tidak salah pengertian. Bentuk wawancara bersifat sistematis, yaitu pertanyaan telah disusun sebelumnya agar pertanyaan yang diajukan dapat terarah dan saling berkaitan. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data dilapangan dengan melihat fakta-fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul dilapangan, kemudian terus-menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung. Wawancara dilakukan terhadap informan yang bersangkutan yaitu penumpang kereta api di Stasiun Bandung dan Officer Informasi Pelanggan di Stasiun Bandung untuk memperoleh keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh peneliti.

b. Observasi

Menurut Nawawi Martini 1991 observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala- gejala dalam objek penelitian. Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatannya terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Bungin 2007:115 mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur dan observasi kelompok tidak terstruktur. a. Observasi partisipasi participant observation adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden. b. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. c. Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus. Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat persepsi penumpang kereta api dan kejadian yang terjadi dilapangan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan Observasi tidak berstruktur, dimana dalam mengumpulkan data peneliti tidak mengikuti kegiatan secara langsung. Observasi ini penting dilakukan agar data-data yang diperoleh dari wawancara dan sumber tertulis lainnya dapat dianalisis dengan melihat kecenderungan yang terjadi melalui proses observasi di lapangan. Dalam penelitian menggunakan observasi non partisipan dimana peneliti mewawancarai secara langsung penumpang kereta api di Stasiun Bandung dan Officer Informasi pelanggan di Stasiun Bandung. Sebelum pengamatan dilakukan peneliti menyiapkan panduan pengamatan, kemudian pada saat mengamati peneliti dapat menggunakan lembar pengamatan untuk mencatat hal-hal yang diamatinya. Lembar pengamatan dapat berupa ceklis ataupun catatan kejadian.

d. Dokumentasi

Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis diurai, dibandingkan dan dipadukan sintesis membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan- kutipan tentang sejumlah dokumen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.

3.2.3 Teknik Penentuan Informan

3.2.3.1 Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga organisasi, yang sifat-keadaannya attribut-nya akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian, Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary, seorang informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber informasi. Spradley, 2006:39 Penelitian ini menggunakan subjek yaitu penumpang kereta api di Stasiun Bandung dimana keseluruhan objek terdapat beberapa narasumber atau informan yang dapat memberikan informasi tentang masalah yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Wawancara dilakukan kepada beberapa penumpang kereta api untuk mendapatkan pendapat dan informasi tentang persepsi penumpang kereta api pada pelayanan yang diberikan oleh petugas loket.

3.2.3.2 Informan Penelitian

Informan narasumber penelitian adalah seseorang yang karena memiliki informasi data mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Informan dalam penelitian ini yaitu berasal dari wawancara langsung yang disebut sebagai narasumber. Adapun definisi narasumber menurut Bagong Suyatna adalah: “Peranan informan dalam mengambil data yang akan digali dari orang-orang tertentu yang dinilai menguasai persoalan yang hendak diteliti, mempunyai keahlian dan berwawasan cukup”. Suyatna, 2005 :72 Informan dipilih secara purposive purposive sampling berdasarkan aktivitas mereka dan kesediaan mereka untuk mengeksplorasi pengalaman mereka secara sadar. Peneliti dapat memilih informan, atau bisa juga informan yang mengajukan secara sukarela. Wawancara dilakukan dengan 7 lima orang yang terdiri dari 6 enam orang penumpang kereta api sebagai informan kunci, dan 1 satu orang Officer Informasi Pelanggan di Stasiun bandung sebagai informan pendukung. Data informan tersebut ditampilkan sebagai berikut : Tabel 3.1 Informan No Nama Umur Pekerjaan Keterangan 1 Nurhayani 46 Tahun Pegawai Swasta Kereta Patas 2 Canang 59 Tahun Pegawai Swasta Argo Parahyangan 3 Evie 20 Tahun Mahasiswa Kereta KRD 4 Edy 47 Tahun Dosen Kereta Bisnis 5 Feri 52 Tahun Pegawai Argo Parahyangan 6 Rini 35 Tahun Wiraswasta Kereta Bisnis Sumber : Peneliti, 2013 Tabel 3.2 Informan Pendukung No Nama Umur Pekerjaan 1 Sukarna 43 Tahun Officer Informasi Pelanggan Stasiun Bandung Sumber : Peneliti, 2013

3.2.4 Teknik Analisa Data

Suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian- bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan bagian dengan keseluruhan. Menurut Bodgan Biklen bahwa: “Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain ” Bodgan dan Biklen dalam Moleong, 2006:248 Logika yang dilakukan dalam penarikan kesimpulan penelitian kualitatif bersifat induktif dari yang khusus kepada yang umum, seperti yang dikemukakan Faisal dalam Bungin, 2003:68-69: Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstaktif. Suatu logika yang bertitik tolak dari “khusus ke umum” bukan dari “umum ke khusus” sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif. Karena, antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung serempak. Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier. Teknik analisa data dapat dilakukan sepanjang proses penelitian, dimana sejak penelitian memasuki lapangan untuk mengumpulkan data. Dan terkait dengan hal itu, teknik analisis data yang akan ditempuh peneliti melalui tiga tahap yakni reduksi data, penyajian display data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Seperti yang digambarakan di bawah ini. Model komponen-komponen analisis data interaktif. Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis data : Model Interaktif Sumber : Milles dan Huberman 1992 : 20 Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap- tahap sebagai berikut: 1. Reduksi Data Data reduction: Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya data dikumpulkan sesuai topik masalah. 2. Pengumpulan Data Data collection : Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian. 3. Penyajian Data Data Display : melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan apa yang telah diinterpretasikan informan terhadap masalah yang telah diteliti. 4. Penarikan Kesimpulan Conclusion Drawingverification : Pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah Pengumpulan Data Penyajian Data Reduksi Data Penarikan Kesimpulan disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat memberi jawaban atas masalah yang di teliti. 5. Evaluasi Evaluation: Melakukan verifikasi hasil analisa data dengan informan, yang didasarkan pada kesimpulan tahap ke empat. Tahap ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan intepretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan yang dapat mengaburkan makna persoalan yang sebenarnya dari fokus penelitian. Dari kelima tahap analisis data diatas setiap bagian-bagian yang ada didalamnya berkaitan satu sama lainnya, sehingga saling berhubungan antara tahap yang satu dengan tahap yang lainnya. Analisis dilakukan secara kontinu dari pertama sampai akhir penelitian, untuk mengetahui persepsi penumpang kereta api di Stasiun Bandung dalam pelayanan dari petugas loket.

3.2.5 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility validitas internal atau uji kepercayaan terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan penelitian dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan. Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian menurut Sugiyono dalam bukunya Memahami Penelitian Kualitatif 2010 dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan kekuatan dalam penelitian, triangulasi, analisis kasus negatif dengan member chek. 1. Perpanjang Pengamatan : Peneliti kembali kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara, lagi dengan sumber data yang pernah di temui maupun yang baru. 2. Peningkatan Ketekunan : Berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. 3. Triangulasi : Diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner. Triangulasi waktu di lakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara observasi atau teknik lainnya dalam waktu atau situasi yang berbeda. 4. Analisis Kasus Negatif Penelitian : Mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. 5. Member check : Proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Sehingga informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan Sugiyono, 2010: 122-129.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Stasiun Bandung, yang bertempat di Jl. Kebon Kawung No. 43 Bandung.

3.3.5 Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam Penelitian ini kurang lebih selama 6 bulan, terhitung dari bulan Februari sampai Juli 2013, peneliti melakukan penelitian ini di Stasiun Bandung. Tabel 3.3 Jadwal Waktu Penelitian Sumber: Peneliti, 2013 No. Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1  Persiapan Pengajuan judul Acc judul persetujuan pembimbin g 2  Pelaksanaa n BAB I dan bimbingan ACC BAB I Seminar UP BAB II dan Bimbingan ACC BAB II BAB III dan bimbingan ACC BAB III 3  Penelitian Lapangan Wawancara Penelitian Wawancara untuk kelengkapa n data 4  Penyelesaia n Laporan BAB IV dan Bimbingan ACC BAB IV BAB V dan Bimbingan ACC BAB V 5 Kelengkap an keseluruha n draft 6 Pendaftara n dan Pelaksanaa n sidang 180 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi

1. Nama Lengkap : Santi Sardi 2. Nama Panggilan : Santi 3. Tempat,Tanggal Lahir: Bandung, 27 Desember 1990 4. Jenis Kelamin : Perempuan 5. Status Pernikahan : Belum Menikah 6. Status Saudara : Anak ke ketiga dari tiga bersaudara 7. Agama : Islam 8. No.Telp : 085720514820 9. E-mail : santisardi27gmail.com 10. Alamat : Jl. Cileunyi RT: 01RW: 16 Cileunyi Wetan 40622 Bandung 11. Orang Tua Kandung a. Nama Ayah : Acim b. Nama Ibu : Engkas c. Alamat : Jl. Cileunyi RT: 01RW: 16 Cileunyi Wetan 40622 Bandung

B. Data Pribadi

1. Berat Tinggi Badan : 40 kg 150 cm 2. Warna Kulit : Sawo matang 3. Golongan Darah : A

C. Pendidikan Formal

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2009 -

Sekarang Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia UNIKOM, Bandung -

2. 2006-2009 SMA Negeri 1 Cileunyi

Berijazah 3. 2003-2006 SMP Negeri 2 Cileunyi Berijazah

4. 1997-2003 SD Negeri Cileunyi 6

Berijazah

D. Pendidikan Non Formal

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2009

Peserta Kuliah Umum “Kebudayaan Film dan Sensor Film” Ilustrasi Tentang Perfilman di UNIKOM Bersertifikat

2. 2010

Peserta Table Manner Course di Banana-Inn Hotel And Spa Bersertifikat

3. 2010

Peserta Mentoring Agama Islam di UNIKOM Bersertifikat

4. 2010

Peserta Pelatihan Public Speaking di UNIKOM Bersertifikat 5. 2010 Peserta Seminar Budaya Preneurship “Mengangkat Budaya Bangsa Melalui Jiwa Entrepreneurship” di UNIKOM Bersertifikat 6. 2011 Peserta Public Lecture “Manifestasi Kearifan Lokal Indonesia – Jepang Terhadap Arus Globalisasi : Tinjauan dari Aspek Sosial Budaya”, di Auditorium UNIKOM Bersertifikat 7. 2011 Peserta Orientasi Pelatihan Jurnalistik OPJ “Menumbuhkan Profesionalisme Insan Pers” Bersertifikat di UIN SGD Bandung

8. 2011

Peserta Seminar “Road to Success of a Movie Maker” di UNIKOM Bersertifikat

9. 2011

Peserta Study Tour Media Massa Di Trans7 Bersertifikat

10. 2012

Peserta Bedah Buku “Handbook of Public Relations” dan Seminar “How To Be A Good Writer”, di Auditorium UNIKOM Bersertifikat

11. 2012

Peserta Pelatihan Kepemimpinan “Leadership is Foundation of Organization” di UNIKOM Bersertifikat 12. 2012 Peserta Kegiatan One day Workshop Great Managing Event “Master of Ceremony”, Auditorium UNIKOM Bersertifikat 13. 2012 Peserta Kegiatan One day Workshop Great Managing Event “Event Management”, Auditorium UNIKOM Bersertifikat

14. 2011

– 2012 Koordinator Divisi Kerohanian HIMA Ilmu Komunikasi dan Public Relations Periode HIMA IK PR Bersertifikat

15. 2012

– 2013 Peserta Extra Large Workshop “Pemecahan Rekor Muri dengan Peserta Terbanyak dan Waktu Terlama Merakit dan Instalasi PC”, Auditorium UNIKOM Bersertifikat

E. Pengalaman Organisasi

No Tahun Uraian 1. 2011 – 2012 Anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi PR 2. 2007-2009 Kharisma 3. 2004-2005 OSIS

4. 2003-2006

Paskibra