menggunakan form daftar isian yang sederhana dan dalam terminologi yang dikenal oleh seorang pelaksana, bukan istilah istilah yang terdapat
dalam standar metadata.
2.3.4. Klasifikasi Metadata
Untuk mempercepat proses pengumpulan metadata nasional dalam mendukung beroperasinya Clearinghouse Indonesian Spatial Data
Infrastructure ISDI dan menghindari terjadinya redudansi informasi yang terdapat dalam masing-masing metadata, perlu dilakukan
pengklasifikasian metadata. Pengklasifikasian ini melihat kenyataan bahwa data set peta yang beredar dibuat secara serial, artinya memiliki
kedalaman informasi yang seragam tetapi dengan cakupan yang berbeda- beda.
Sebagai contoh adalah peta Rupa Bumi Indonesia RBI atau peta Lingkungan
Pantai Indonesia
LPI yang
dikeluarkan oleh
BAKOSURTANAL, masing - masing terdiri dari ratusan lembar peta yang memiliki karakteristik yang sama. Maka bila masing-masing peta tersebut
dibuat metadata dalam lembar per lembar akan terjadi duplikasi informasi. Disamping itu pengklasifikasian metadata juga dimaksudkan untuk
melakukan segmentasi informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Ada pengguna yang hanya membutuhkan informasi mengenai dimana
mendapatkan data set yang memiliki spesifikasi tertentu atau data set apa yang cocoksesuai dengan kebutuhan untuk melakukan tugas-tugas
tertentu. Metadata diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan informasi yang terkandung yaitu:
a. Metadata Organisasi: Menjelaskan mengenai organisasi pengahasil
data dan data yang dihasilkan. b.
Metadata Koleksi: Menjelaskan mengenai informasi satu kesatuan data yang memiliki keseragaman isi berseri. Misalnya peta Rupabumi
Indonesia RBI, Lingkungan Pantai Indonesia LPI. c.
Metadata Inventori: Menjelaskan secara detail informasi dari masing- masing data set lembar peta.
Perlu diingat bahwa pengklasifikasian ini bukan merupakan suatu hal baku, tetapi lebih merupakan strategi pengumpulan metadata secara
nasional agar dapat dilakukan secara cepat, menyeluruh dan memanfaatkan sumber daya partisipasi lintas pelaku yang dimiliki secara
optimum.
19
BAB III PENYIAPAN METADATA
Dalam suatu sistem clearinghouse, metadata informasi harus mengacu pada suatu keseragaman agar dapat diinterpretasikan sama oleh
setiap user, baik itu dari sisi format dan isinya. Disamping itu keseragaman juga penting artinya untuk mendapatkan pemahaman yang
sama dalam terminologi yang dipakai dalam menjelaskan data. Oleh sebab itu keseragaman harus mengacu pada suatu standar tertentu yang
disepakati.
3.1. Standar Metadata
Standar isi metadata data geospasial digital yang digunakan dan
disepakati oleh komunitas IDSN mengacu pada dokumen Content Standards for Digital Geospasial Metadata
yang telah disetujui oleh Federal Geographic Data Committee FGDC pada tanggal 8 Juni 1994
menjelaskan tentang standardisasi metadata untuk data spasial digital. Standar ini berisikan sekumpulan istilah dan definisi yang umum untuk
mendokumentasikan data spasial digital. Standar FGDC menetapkan nama, definisi unsur data dan group data yang digunakan dan informasi
yang harus disediakan untuk mengisi unsur data dalam penyusunan metadata. Informasi yang disediakan dalam penyusunan metadata tersebut
adalah suatu keharusan atau opsional.