Proposisi    jumlah  penduduk  berdasarkan  agama  yang  dianut  yaitu  mayoritas penduduk  Desa  Negara  Ratu  memeluk  agama  Islam  dengan  persentase  97,98
yang terdiri dari 3543 jiwa laki-laki dan 3459 jiwa perempuan, persentase kedua memeluk  agama  Kristen  sebanyak  1,1  dengan  rincian  26  jiwa  laki-laki  dan  53
jiwa  perempuan,  dan  beragama  Hindu  sebanyak  0,5  yang  terdiri  dari  14  jiwa laki-laki  dan  22  jiwa  perempuan,  kemudian  disusul  dengan  penduduk  beragama
Katholik sebanyak 0,4 yaitu 10 jiwa laki-laki dan 19 jiwa perempuan.
2. Suku dan Agama di Desa Negeri Ratu
Penduduk  Desa  Negeri  Ratu  bersuku  bangsa  cukup  heterogen  diantaranya  yaitu
suku  Jawa  dengan  presentase  mencapai  65,  suku  Lampung  dengan  persentase
25,  suku  Ogan  dengan  persentase  7,  suku  Batak  dengan  persentase  3.
Adanya pluralism di Desa Negeri Ratu mengindikasikan keterbukaan masyarakat terhadap  berbagai  hal.  Ego  antar  suku  bangsa  dapat  diminimalisir  dengan
melibatkan seluruh anggota masyarakat ke dalam berbagai organisasi sosial yang dibentuk  oleh  pemerintah  desa.  Kemungkinan  adanya  friksi  antarsuku  bangsa
sangat  besar.  Jika  kondisi  ini  terjadi,  maka  akan  muncul  blok-blok  antarsuku
bangsa yang berujung pada konflik SARA suku, agama, ras dan antar golongan.
Proposisi Desa Negeri Ratu dalam hal kepercayaan terdapat lebih dari satu agama
yang dianut diantaranya  Islam, Kristen, Hindu dan Katholik. Jumlah paling tinggi agama  yang dianut oleh penduduk adalah Islam, dari jumlah penduduk sebanyak
2170 Jiwa yang beragama Islam sebanyak 2111 jiwa dengan persentase 97,2, penduduk beragama Kristen sebanyak 54 jiwa dengan persentase2,48, dan yang
menganut agama Hindu sebanyak 5 jiwa dengan persentase 0,23.
VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  penelitian  dan  pembahasan  maka  dapat  disimpulkan,  mayoritas
perempuan  masih  mengikuti  perkataan  laki-laki,  baik  itu  didalam  rumah  maupun diluar  rumah,  istri  identik  dengan  urusan  rumah  tangga  sedangkan  suami  berperan
sebagai  pengambil  keputusan.  Meskipun  suami  dan  istri  selalu  berdiskusi  didalam rumah,  namun  pengambilan  keputusan  akhir   tetap  di tentukan  oleh  laki-laki.  Untuk
berperan  aktif  dalam  ranah  publik  perempuan  dianggap  tidak  mampu  baik  oleh masyarakat  dan  persepsi  diri  perempuan  sendiri  yang  masih  banyak  menganggap
dirinya  tidak  perlu  aktif  diranah  publik  terutama  di  bidang  politik.  Persepsi masyarakat  dan  dirinya  membuat  peran  perempuan  di  ruang  publik  terhambat.
Adapun kesimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Relasi politik laki-laki perempuan dalam keluarga baik, laki-laki dan perempuan berkomunikasi  dengan  lancar  bekerja  sama  dalam  hal-hal  menyangkut
keluarganya  namun  relasi  ini  tak  selalu  sama  dimana  untuk  pengambilan keputusan  strategis  nyaris  diputuskan  oleh  laki-laki  meskipun  ada  diskusi  antara
keduanya  ketika  terjadi  perbedaan  maka  keputusan  tertinggi  ada  pada  suami, suami  sebagai  pengambil  keputusan  tertinggi  jika  terjadi  perbedaanaspirasi
politik.