Konflik Agraria TINJAUAN PUSTAKA

39 profit atau pun pemerintah guna kepentingan umum. Kedua, Badan Usaha Milik Negara dan Swasta, kelompok jamak sebagai pihak yang telah mendapatkan izin, hak dan konsesi dari pemerintah atas sebidang tanah yang mengakibatkan timbulnya konflik dengan masyarakat adat, petani, pemerintah maupun sesama badan usaha itu sendiri. 90 Pada situasi konflik tersebut, posisi negara yang direpresentasikan lembaga pemerintah, badan-badan usaha milik negaradaerah, maupun institusi militer kerap muncul s ebagai “lawan” rakyat. Tampilnya pemerintah sebagai lawan sengketa rakyat, sering terjadi pada berbagai jenis sengketa, antara lain pembangunan sarana umum dan fasilitas perkotaan, perkebunan besar, perumahan dan kota baru, bendungan dan sarana pengairan, sarana wisata, areal kehutanan produksi, dan sarana milliter. 91 Dikarenakan berbagai kegiatan pembangunan tersebut merupakan tanggung jawab dari pemerintah sebagai penyelenggara negara yang diamanati oleh rakyat untuk mengelola pembangunan, tentunya kegiatan-kegiatan itu harus ditujukan untuk kepentingan masyarakat.Sebagai pihak yang diberi mandat, pemerintah memiliki keterbatasan dalam menguasai sumber-sumber agraria di Indonesia.Pelaksanaan penguasaan itu 92 tidak boleh bertentangan dengan kepentingan yang ada di masyarakat.Setiap warga negara Indonesia memiliki hak 90 Laporan Akhir Tahun 2012 Konsosrsium Performa Agraria KPA 91 Usep Setiawan, Op.Cit., hlm. 127 92 Pemerintah memiliki wenang dan kuasa yang sangat luas untuk mengelola urusan keagrariaan.Melalui kegiatan pertanian, perkebunan, pertambangan, pembangunan infrastruktur, penyediaan wilayah produksi pada kehutanan serta pemanfaatan wilayah kelautan, dan lain sebagainya.Pemerintah harus mengendalikan setiap kegiatan yang terdapat di dalamnya.Menurut ketentuan dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945, bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.Maka dari itu, pelaksanaan wewenang dan kuasa itu harus bermuara pada kemakmuran hidup rakyat. 40 atas segalah hal yang ada di bumi Indonesia ini, termasuk hak agraria hak atas tanah serta yang ada di atas dan terkandung di dalamnya. Tanah bukan sekedar aset, tetapi juga merupakan basis bagi teraihnya kuasa-kuasa ekonomi, sosial dan politik. Maka ketimpangan dalam hal akses terhadap tanah ini akan sangat menentukan corak masyarakat dan dinamika antar lapisan di dalam masyarakat tersebut. 93 Kepentingan antara ekonomi, sosial, dan politik berperan besar dalam setiap konflik agraria yang terjadi.Rencana pembangunan yang sedang ramai disusung oleh pemerintah seringnya hanya menatap ke atas untuk menuju perindustrian dengan laba besar, tetapi tidak menatap ke bawah lagi untuk melihat kondisi masyarakat yang ada.Industrialisasi menjadi sistem yang sekarang sedang ramai dibangun di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia sebagai dasar peningkatan pembangunan dan perekonomian negara.Tapi pembangunan yang hanya mengedepankan perindustrian belum tentu sesuai dengan kondisi sosial di masyarakat.Para pengusaha yang berdatangan dengan menawarkan investasi dan keuntungan besar justru bisa membawa masyarakat pada krisis besar. Selanjutnya, perusahaan swasta yang kerap menjadi lawan masyarakat pada kasus perkebunan besar, perumahan dan kota-kota baru, kawasan kehutanan untuk tujuan produksi maupun konservasi, pengembangan kawasan industri dan pabrik seperti pertambangan. 94 Menurut data Konsorsium Pembaharuan Agraria KPA hingga saat ini terdapat lebih dari 1.700 kasus konflik agraria yang belum terselesaikan baik pada tingkat pengadilan tinggi hingga Mahkamah Agung.BPN mencatat terdapat 8000 konflik agraria di Indonesia.Dilain pihak, Komisi 93 Gunawan Wiradi, Seluk Beluk …. Op.Cit., hlm. 56 94 Usep Setiawan, Op.Cit., hlm. 126-127 41 Nasional Hak Asasi Manusia Komnas HAM menyatakan lebih dari 90 Sembilan puluh persen kasus pelanggaran HAM berkait erat dengan konflik Agraria. 95 Dari konflik itu, sedikitnya ada 731.342 KK petani penggarap yang kehilangan tanahnya sepanjang 2004-2012 yang mencapai lebih dari 2.399.314,49 hektar. Data konflik yang lain didapat dari hasil pantauan DPD RI terhadap konflik pertanahan atau agraria yang paling parah terjadi pada periode Januari- Desember 2012 yang mencapai 198 kasus. Jika dihitung rata-rata setidaknya terjadi 1 kali konflik agraria dalam 2 hari dan 1 orang petani ditahan dalam 2 hari. 96 Sementara Sawit Watch mencatat konflik tanah di perkebunan kelapa sawit mencapai 663 diseluruh Indonesia.Konflik agraria ini melibatkan perusahaan- perusahaan perkebunan swasta dan BUMN, perusahaan pertambangan, Taman Nasional, dan Perhutani.HuMa 97 juga mengamati bahwa hampir disetiap konflik, terdapat keterlibatan aparat keamanan seperti kepolisian dan militer. 98 Sepanjang 2013, Konsorsium Pembaruan Agraria KPA mencatat terdapat 369 konflik agraria dengan luasan mencapai 1.281.660.09 hektar, dan 95 Tak perlu diragukan lagi, bahwa kasus-kasus hilangnya hak rakyat atas tanah dan sumber daya alam lain yang menyertainya merupakan salah satu masalah Hak Asasi Manusia yang utama di Indonesia. Tak heran, manakala dalam Laporan Tahunan Komnas HAM semenjak berdirinya hingga saat ini, pengaduan kasus –kasus ini senantiasa menempati urutan teratas. Atas dasar itu pula, dalam lokakarya Komnas, mulai dipelajari bagaimana cara menyediakan keadilan bagi mereka yang kehilangan hak atas tanah dan sumber daya alam lain yang menyertainya akibat praktek-praktek pelanggaran HAM Fauzi, 2001; Soliman, 2001; Sumardjono, 2001; Moniaga, 2001, lihat dalam Noer Fauzi, Quo Vadis Pembaruan Huku Agararia Perspektif Transitional Justice Untuk Menyelesaikan Konflik, Jakarta : Huma, 2002, hlm. 7 96 FX Sumarja, Op.Cit., hlm. 1 97 HuMa adalah organisasi non pemerintah non governmental organization yang bersifat nirlaba yang memusatkan perhatian kerjanya pada isu pembaharuan hukum law reform pada bidang sumberdaya alam SDA.Konsep pembaharuan hukum SDA yang digagas oleh HuMa menekankan pentingnya pengakuan hak-hak masyarakat adat dan lokal atas SDA, keragaman sistem sosialbudaya dan hukum dalam pengusaan dan pengelolaan SDA, dan memelihara kelestarian ekologis. 98 http:huma.or.idpembaruan-hukum-dan-resolusi-konflikmesuji-cermin-konflik- agraria-yang-kronis-1.html diakses pada Kamis, 28 Agustus 2014, 15.18 WIB 42 melibatkan 139.874 kepala keluarga. Dari konflik tersebut tercatat 21 orang tewas, 30 tertembak, 130 dianiaya serta 239 orang ditahan oleh aparat keamanan. Dibandingkan tahun 2012, terdapat peningkatan luas areal konflik sejumlah 318.248,89 hektar, atau naik 33,03 persen. Dari jumlah konflik dibandingkan 2012 juga mengalami kenaikan, dari 198 konflik agraria di tahun 2012 naik menjadi 369 konflik pada tahun 2013, atau meningkat 86,36 persen. Bedasarkan sektor, konflik tersebut terjadi di perkebunan sebanyak 108 konflik 48,78 persen, infrastruktur 105 konflik 28,46 persen, pertambangan 38 konflik 10,3 persen, kejutanan 31 konflik 8,4 persen, pesisir 9 konflik 2,44 persen dan sisanya 6 konflik 1,63 persen. Sepuluh provinsi yang mengalami konflik agraria adalah: Sumatera Utara 10,48 persen, Jawa Timur 10,57 persen, Jawa Barat 8,94 persen, Riau 8,67 persen, Sulawesi Tengah 3,52 persen, dan lampung 2,98 persen. Jatuhnya korban jiwa akibat konflik agraria tahun ini juga meningkat drastis, sebanyak 525 persen.Tahun lalu korban jiwa dalam konflikagraria sebanyak tiga orang, sementara tahun ini konflik agraria telah menimbulkan korban jiwa sebanyak 21 orang. 99 Konflik ini bukan saja terjadi antara rakyat dengan instansi pemerintah, atau antara rakyat dengan perusahaan swasta atau BUMNBUMD, akan tetapi juga antar instansi-instansi pemerintah sendiri, antar departemen sektoral. 100 Bagaimanapun juga, pengakuan dari pemegang kekuasaan, terutama pemerintahan itu sangat diperlukan agar hak itu terlindungi, maka dari itu pada 99 Berdasarkan laporan akhir tahun KPA, tercatat pelaku kekerasan dalam konflik agraria sepanjang tahun 2013 didominasi oleh Kepolisian, dengan 47 kasus, sementara itu pihak kemanan perusahaan 29 kasus dan TNI 9 kasus. http:www.tribunnews.comnasional20131226tiap-hari-terjadi-konflik-agraria-di-indonesia- 21-orang-tewas-selama-2013 diakses pada tanggal 19 September 2014, pukul 10.23 WIB 100 Gunawan Wiradi, Seluk Beluk …. Op.Cit., hlm. 68 43 hakekatnya konflik agraria ini adalah masalah kekuasaan, masalah politik. 101 Oleh karena itu, konflik agraria ini adalah masalah bagi sebuah negara dan seluruh masyarakatnya. 102 Bukan hal mudah untuk mencari pemecahan dari konflik ini karena terlalu banyak kepentingan yang dibela.Untuk mencapai sebuah keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia, penyelesaian konflik agraria ini merupakan bagian penting yang harus selalu diperjuangkan. Sering dikemukakan, pembicaraan tentang hukum barulah dimulai jika terjadi suatu konflik antara dua pihak yang kemudian diselesaikan dengan bantuan pihak ketiga. 103 Pihak ketiga yang dapat membantu penyelesaian konflik dalam sebuah negara hukum adalah hakim dalam sebuah pengadilan. Melalui sebuah proses peradilan, hakim akan menjadi pihak yang netral dan memberikan sebuah putusan terhadap konflik yang terjadi. Konflik yang sudah masuk ke ranah pengadilan kelak akan memiliki kekuatan hukum berdasarkan putusan yang mengikat dan memaksa kedua pihak yang berkonflik untuk mematuhinya. Putusan hakim itu tergantung pada proses peradilan yang dijalani. Indonesia sendiri memiliki pengaturan tentang tata cara untuk menyelesaikan konflik melalui pengadilan. Tugas hakim didukung oleh tenaga-tenaga terdidik di bidang hukum serta pranata-pranata khusus yang bertalian dengan hukum yang memiliki personal yang mengurusi semua jenis bahan yang dibutuhkan di bidang hukum, sehingga para hakim dapat memenuhi tugasnya untuk menghasilkan 101 Gunawan Wiradi, Reforma ....Op.Cit., hlm. 44 102 Kunci utama untuk memahami konflik agraria adalah kesadaran kita sendiri, yaitu sejauhmana kita menyadari bahwa tanah merupakan sumber daya alam yang sangat vital, yang melandasihampir semua aspek kehidupan. Bukan saja sekedar sebagai aset, tetapi juga merupakan basis bagi teraihnya kuasa-kuasa ekonomi, sosial, dan politik, lihat dalam Gunawan Wiradi, Reforma ....Op.Cit., hlm. 43 103 Achmad Ali dan Wiwie Heryani, Sosiologi Hukum Kajian Empiris Terhadap Pengadilan, Jakarta: Kencana, 2012, hlm. 66 44 putusan hukum. 104 Tenaga terdidik yang dapat membantu para hakim untuk melakukan penegakan hukum melalui peradilan adalah jaksa, polisi, dan advokat. Profesi-profesi tersebut merupakan pemeran utama dalam proses penegakan hukum di pengadilan. Tugas utama dari mereka adalah untuk mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia.Di dalam penyelesaian konflik lewat pengadilan, terdapat kesenjangan antara persepsi para hakim dan persepsi para pihak yang berkonflik sendiri tentang kasusnya. 105 Para aparat penegak hukum terutama para hakim yang menjadi sasaran dari para pencari keadilan harus memiliki kemampuan interpretation, yakni untuk menggali, menemukan, dan memahami nilai-nilai dan norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, untuk dijadikan dasar dalam mempertimbangkan dan menetapkan suatu putusan dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi. 106 Maka keneteralan, independensi, dan kebijaksanaan hakim harus selalu dijunjung tinggi dalam menentukan putusan terhadap konflik yang terjadi.

C. Kelembagaan Peradilan di Indonesia

Negara merupakan suatu organisasi kekuasaan dengan pemerintah sebagai pejabat yang berwenang menyelenggarakan negara atas nama rakyat. Negara hadir dan terbentuk untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakatnya.Hubungan negara dan masyarakat tersebut diatur dan dikelola dengan hukum sebagai pedomannya. Sebuah teori yang memperkuat keberadaan hukum dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat saat ini berasal dari pendapat Cicero, ubi societas ibi 104 Ibid, hlm. 67 105 Ibid, hlm. 82 106 Umar Sholehudin, Hukum dan Keadilan Masyarakat Perspektif Kajian Sosiologi Hukum, Malang: Setara Press, 2011, hlm. 45 45 ius, di mana ada masayarakat di sana ada hukum, yakni dalam suatu masyarakat yang menempati suatu wilayah negara selanjutnya pasti akan terbentuk hukum yang mengatur kehidupan masyarakat di negara itu. Negara, masyarakat, dan hukum menjadi kesatuan yang tidak bisa dipisahkan karena hukumlah yang akan menjadi dasar mengenai tata cara menjalani kehidupan bagi setiap unsur dalam negara, baik masyarakat, pemerintah, maupun organ-organ negara itu sendiri. Dalam implementasinya, negara dengan dasar hukum memiliki konsep yang berbeda-beda di setiap negara, karena adanya pengaruh budaya dan karakteristik masyarakatnya.Indonesia sebagai negara yang berdasarkan hukum rechtstaat bukan berdasarkan pada kekuasaan machtstaat menjadikan hukum sebagai landasan dalam setiap aktivitas di dalam negara. Oleh karena itu, hukum harus dipahami dan dikembangkan sebagai satu kesatuan sistem yang terdiri dari elemen kelembagaan institutional, kaedah aturan instrumental, dan perilaku para subyek hukum yang menyandang hak dan kewajiban yang ditentukan oleh norma aturan itu elemen subyektif dan kultural. 107 Kelembagaan menjadi salah satu elemen utama dalam sistem hukum di Indonesia yang dibentuk berdasarkan hukum tata negara yang berlaku.Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, kelembagaan negara berperan sebagai alat perlengkapan dari negara yang memiliki hubungan tata kerja antar lembaga 108 negara sebagai satu kesatuan dalam menyelenggarakan kehidupan organisasi 107 Jimly Asshidiqie, Implikasi Perubahan UUD 1945 Terhadap Pembangunan Hukum Nasional, Jakarta: MK RI, 21 Nopember 2005, hlm. 21 108 Lembaga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti, antara lain bentuk rupa, wujud yang asli; badan organisasi yg tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. 46 negara. 109 Kelembagaan negara di Indonesia dikaitkan dengan pengertian lembaga yang berada di ranah kekuasaan legislatif disebut lembaga legislatif, yang berada di ranah kekuasaan eksekutif disebut lembaga pemerintah, dan yang berada di ranah kekuasaan judikatif disebut sebagai lembaga peradilan. 110 Lembaga peradilan menjadi organ yang mutlak harus ada dalam negara berlandaskan hukum seperti Indonesia. Idealnya lembaga pengadilan melaksanakan pengawasan terhadap proses penyidikan dan penuntutan dalam hal penegakan hukum terhadap pelanggaran hukum perundang-undangan 111 dalam arti sempit yang terjadi. Sejak perubahan tahap ketiga UUD 1945, konstitusi kita sudah mengarahkan agar penegakan hukum di Indonesia secara prinsip menganut secara seimbang segi-segi baik dari konsepsi rechtstaat dan rule of law sekaligus, yakni menjamin kepastian hukum dan menegakan keadilan hukum substansial. 112 Sudah menjadi tanggung jawab dari negara untuk memberikan kepastian hukum dengan menyelenggarakan penegakan hukum secara merata dengan memperhatikan persamaan kedudukan di depan hukum equality before the law dari setiap warga negara. Agar hukum bisa mencapai tujuannya diperlukan kekuasaan untuk menerapkan hukum dalam masyarakat, untuk memaksakan penerapan hukum 109 Rozikin Daman, Hukum Tata Negara, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm. Namun dalam negara hukum modern saat ini sudah tidak relevan lagi bila hanya membatasi kelembagaan negara berdasarkan doktrin trias politica, sebagaimana dinyatakan jimly dalam buku ya Perkembangan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, . 110 Jimly Asshidiqie, Perkembangan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, hlm. 37 111 Norma-norma hukum yang diatur dalam sebuah perundang-undangan merupakan representasi dari hubungan yang banyak terjadi pada masyarakat.Hukum dengan fungsi kontrol sosial memiliki peranan penting untuk menjaga stabilitas kondisi masyarakat. 112 Moh. Mahfud MD, Ko stitusi da Huku dala Ko tro ersi Isu sebagai a a dikutip dala Ni’ atul Huda, Op.Cit., hlm. 207 47 melalui pemberian sanksi kepada para pelanggar hukum. 113 Maka dari itu, lahirlah fungsi lembaga peradilan pengadilan yang bertugas dan bertanggung jawab untuk memberikan sanksi terhadap pelanggaran hukum, termasuk memberikan dan memulihkan hak-hak dari pihak yang dirugikan guna mewujudkan sebuah rasa keadilan yang dimiliki setiap manusia. 114 Secara sederhana lembaga peradilan merupakan badan atau instansi yang berwenang melaksanakan kekuasaan mengadili meliputi kegiatan memeriksa dan memutus. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa lembaga peradilan laksana mesin dalam menggerakkan penegakan hukum untuk menghasilkan kepastian hukum, yakni karena lembaga peradilan yang menjalankan proses penegakan hukum. Baik di negara-negara yang menganut tradisi civil law maupun common law, baik yang menganut sistem pemerintahan parlementer maupun presidensial, lembaga kekuasaan kehakiman selalu bersifat tersendiri. Pemisahan kekuasaan ini terkait erat dengan independensi peradilan. 115 Seperti yang diketahui, bahwa lembaga peradilan sebagai cabang kekuasaan tersendiri merupakan bagian dari bentuk pelayanan yang harus diberikan oleh negara dalam upaya melindungi hak- hak dan kepentingan masyarakatnya.Lembaga peradilan menjadi pemeran utama guna mewujudkan kepastian hukum dan keadilan dalam masyarakat, sekaligus 113 “i o Tuka Masyarakat, Huku , da Kekuasaa dala buku U ar “holehudi , Op.Cit., hlm. 39 114 Peradilan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu atau sebuah proses yang berhubungan dengan tugas memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dengan menerapkan hukum danatau menemukan hukum untuk mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum materil, dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkan dalam hukum formal. Pengadilan sendiri adalah badan atau instansi resmi yang melaksanakan sistem peradilan berupa memeriksa, mengadili, dan memutus perkara. Dari kedua pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa peradilan adalahsebuah proses dalam rangka menegakkan hukum dan keadilan atau suatu proses mencari keadilan itu sendiri, sedangkan pengadilan adalah lembaga tempat mencari keadilan. http:pn-yogyakarta.go.idpnykinfo-peradilanpengertian-peradilan.html diakses pada tanggal 20 September 2014 pukul 14.22 WIB 115 Jimly Asshidiqie, Pengantar ...., Op.Cit., hlm. 310 48 menjadi bagian mutlak dalam sistem hukum sebuah negara. 116 Dalam sistem hukum di Indonesia dikenal dua jenis hukum, yakni hukum publik dan hukum privat, uraiannya sebagai berikut. 117 a Aspek Hukum Materiil 1 Hukum Perdata a. Hukum Agama: Hak wairs, perkawinan, wakaf, dll. b. Hukum Adat: Hak waris, perkawinan, gadai, tanah adat, dll. c. Hukum Nasional: Hukum keluarga, benda, perikatan, dll. 2 Hukum Pidana a. Hukum Pidana Umum b. Hukum Pidana Khusus 3 Hukum Tata Usaha Negara b Aspek Hukum Formal 1 Hukum Acara Perdata 2 Hukum Acara Pidana 3 Hukum Acara Khusus: TUN, Militer, Tipikor, dll. 116 Sistem hukum pada umumnya mencakup a kegiatan pembuatan hukum law making, menjadi pangkal dari sebuah sistem hukum karena hukum lahir melalui sebuah proses sebelum dapat terlihat wujud konkretnya; b kegiatan pelaksanaan atau penerapan hukum law administrating, merupakan bukti dari keberlakuan dan kedayagunaan hukum; dan c kegiatan peradilan atas pelanggaran hukum law adjudicating atau biasa disebut penegakan hukum law enforcement, adalah hal mutlak dalam sebuah negara hukum untuk melakukan penegakan hukum yang difasilitasi melalui peradilan, yakni sebagai tonggak akhir dari sistem hukum, Jimly Asshidiqie, Implikasi Perubahan UUD 1945 Terhadap Pembangunan Hukum Nasional, Jakarta: MK RI, 21 Nopember 2005, hlm. 21 117 H.P. Panggabean, Buku Ajar Klinis Hukum dalam Sistem Hukum dan Peradilan, Bandung: PT Alumni, 2011, hlm. 34, Hukum-hukum tersebut dibuat dengan mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, agar apa yang dilakukan masyarakat dapat teratur dan tertib. Ketaatan dalam pelaksanaan berbagai hukum tersebut akan membawa masyarakat menuju kehidupan yang sejahtera, karena tujuan dibuatnya hukum-hukum itu adalah guna memenuhi setiap kebutuhan masyarakat yang tidak lepas dari hubungannya dengan masyarakat lain. Hubungan dalam masyarakat itu akan berjalan tertib sesuai dengan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku. Bila terjadi masalah dalam pelaksanaan hukum-hukum itu, maka lembaga peradilan yang akan menjadi penengah dan pemberi keputusan bagi pihak-pihak yang bermasalah.