4. Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Gaji  adalah  balas  jasa  dan  penghargaan  atas  prestasi  kerja  Pegawai  Negeri  yang bersangkutan.  Sebagai  imbal  jasa  dari  pemerintah  kepada  pegawai  yang  telah
mengabdikan  dirinya  untuk  melaksanakan  sebagian  tugas  pemerintahan  dan pembangunan,  perlu  diberikan  gaji  yang  layak  baginya.  Dengan  ada  gaji  yang
layak secara relatif akan menjamin kelangsungan pelaksanaan tugas pemerintahan dan  pembangunan,  sebab  pegawai  negeri  tidak  lagi  dibebani  dengan  pemikiran
akan masa depan yang layak dan pemenuhan kebutuhan hidupnya, sehingga bisa bekerja dengan profesional sesuai dengan tuntunan kerjanya.
Kemudian  dalam  Undang-undang  Nomor  5  Tahun  2014  memberikan  pengertian
tentang  Pegawai  Negri  Sipil  yaitu    Aparatur  Sipil  Negara  yang  selanjutnya disingkat  ASN  adalah  profesi  bagi  pegawai  negeri  sipil  dan  pegawai  pemerintah
dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil  Negara  yang selanjutnya disebut Pegawai  ASN adalah pegawai  negeri sipil
dan  pegawai  pemerintah  dengan  perjanjian  kerja  yang  diangkat  oleh  pejabat pembina  kepegawaian  dan  diserahi  tugas  dalam  suatu  jabatan  pemerintahan  atau
diserahi  tugas  negara  lainnya  dan  digaji  berdasarkan  peraturan  perundang- undangan.    Pegawai  Negeri  Sipil  yang  selanjutnya  disingkat  PNS  adalah  warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara  tetap  oleh  pejabat  pembina  kepegawaian  untuk  menduduki  jabatan
pemerintahan.
2.2.3 Tugas dan Fungsi Pegawai Negeri Sipil
Pegawai  negeri  adalah  unsur  aparatur  negara,  abdi  negara  dan  abdi  masyarakat yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila, UUD 1945,  negara
dan  pemerintah  menyelenggarakan  tugas  pemerintah  dan  pembangunan. Sehubung  dengan  kedudukan  Pegawai  Negeri  maka  baginya  di  bebankan
kewajiban-kewajiban  yang  harus  dilaksanakan  dan  sudah  tentu  di  samping kewajiban  baginya  juga  di  berikan  apa-apa  saja  yang  menjadi  hak  yang  didapat
oleh seorang pegawai negeri. Pada  pasal  4  Undang-Undang  No.43  Tahun  1999  Tentang  Perubahan  Atas
Undang-Undang  No.8  Tahun  1974  Tentang  Pokok-Pokok  Kepegawaian  setiap pegawai  negeri  wajib  setia  dan  taat  kepada  Pancasila,  UUD  1945,  Negara  dan
Pemerintahan.  Pada  umumnya  yang  dimaksud  dengan  kesetiaan  dan  ketaatan adalah suatu tekad dan kesanggupan dari seorang pegawai negeri. Pegawai Negeri
Sipil  sebagai  aparatur  negara,  abdi  masyarakat  wajib  setia  dan  taat  kepada Pancasila,  sebagai  falsafah  dan  ideologi  negara,  kepada  UUD  1945,  kepada
Negara  dan  Pemerintahan.  Biasanya  kesetiaan  dan  ketaatan  akan  timbul  dari pengetahuan dan pemahaman yang mendalam, oleh sebab itulah seorang Pegawai
Negeri  Sipil  wajib  mempelajari  dan  memahami  secara  mendalam  tentang pancasila, UUD 1945, Hukum Negara dan Politik Pemerintahan.
Dalam pasal 5 Undang-Undang No.8 Tahun 1974 pasal ini tidak diubah oleh UU
No.  43  Tahun  1999  Tentang  Pokok-pokok  Kepegawaian  disebutkan  setiap pegawai  negeri  wajib  mentaati  segala  peraturan  perundangan  yang  berlaku  dan
melaksanakan kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian
kesadaran dan tanggung jawab. Pegawai Negeri Sipil adalah pelaksana peraturan perundang-undangan,  sebab  itu  maka  seorang  Pegawai  Negeri  Sipil  wajib
berusaha  agar  setiap  peraturan  perundang-undangan  ditaati  oleh  anggota masyarakat.  Menurut  Undang-Undang  Nomor  5  Tahun  2014  tentang  Aparatur
Sipil  Negara,  fungsi  pasal  10:  huruf  a.  Pelaksana  kebijakan  publik  ,  b.  Pelayan publik,  dan  c.  Perekat  dan  pemersatu  bangsa.  Pasal  11  pengawas  ASN  bertugas:
huruf  a.  Melakasanakan  kebijakan  publik  yang  dibuat  oleh  Pejabat  Pembina Kepegawaian  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan  perundang-undangan,  b.
Memberikan  pelayanan  publik  yang  profesional  dan  berkualitas,  dan  c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.2.4
Jenis Pegawai Negeri Sipil
Mengenai jenis pegawai negeri didasarkan pada pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Pegawai Negeri dibagi menjadi :
1. Pegawai Negeri Sipil
2. Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan
3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian tidak menyebutkan  apa  yang  dimaksud  dengan  pengertian  masing-masing  bagiannya,
namun  disini  dapat  diambil  suatu  kesimpulan  bahwa  yang  dimaksud  dengan Pegawai  Negeri  Sipil  adalah  Pegawai  Negeri  bukan  anggota  Tentara  Nasional
Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Rwpublik Indonesia.
Berdasarkan  penjabaran  di  atas,  Pegawai  Negeri  Sipil  merupakan  bagian  dari pegawai  negeri  yang  merupakan  Aparatur  Negara.  Undang-Undang  Nomor  43
Tahun  1999  Tentang  Perubahan  atas  Undang-Undang  Nomor  8  Tahun  1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Pasal 2 ayat 2 Pegawai Negeri Sipil dibagi
menjadi : 1.
Pegawai Negeri Sipil Pusat Yang dimaksud dengan  Pegawai  Negeri Sipil Pusat  adalah Pegawai  Negeri Sipil
yang  gajinya  dibebankan  pada  Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja  Negara  dan nekerja  pada  Depatemen,  Lembaga  Pemerintah  Nondepartemen,  kesektretariatan
Lembaga  Negara,  Instansi  Vertikal  di  Daerah  Provinsi  KabupatenKota, Kepanitraan Pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara
lainnya. 2.
Pegawai Negeri Sipil Daerah Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil
daerah  ProvinsiKabupatenKota  yang  gajinya  dibebankan  pada  Anggaran Pendapatan  dan  Belanja  Daerah  dan  bekerja  pada  pemerintah  daerah,  atau
dipekerjakan di luar instansi induknya. Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah yang dioerbantukan
di  luar  instansi  induk,  gajinya  dibebankan  pada  instansi  yang  menerima perbantuan.
17
Di  samping  pegawai  negeri  sebagaimana  yang  disebutkan  pada Pasal  2  ayat  1  pejabat  yang  berwenang  daat  mengangkat  pegawai  tidak  tetap
adalah  pegawai  yang  diangkat  untuk  jangka  waktu  tertentu  guna  melaksanakan
17
Penjelasan Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan Undang- undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
tugas  pemerintahan  dan  pembangunan  yang  bersifat  teknis  profesional  dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pegawai tidak
tetap  tidak  berkedudukan  sebagai  Pegawai  Negeri.
18
Penamaan  pegawai  tidak tetap  mempunyai  arti  sebagai  pegawai  diluar  PNS  dan  pegawai  lainnya  tenaga
kerja.  Penamaan  pegawai  tidak  tetap  merupakan  salah  satu  bentuk  antisipasi pemerintah  terhadap  banyaknya  kebutuhan  pegawai  namun  dibatasi  oleh  dana
APBDAPBN dalam penggajiannya.
19
Pada  dasarnya,  kebijakan  pengangkatan  pegawai  tidak  tetap  diseahkan  pada
kebutuhan  dari  masing-masing  instansi,  namun  sejak  dikeluarkannya  Peraturan Pemerintah  No  48  Tahun  2005  tentang  Pengangkatan  Tenaga  Honorer  Menjadi
Calon Pegawai Negeri Sipil, tanggal 11 November 2005, semua pejabat pembina kepegawaian  dan  pejabat  lain  di  lingkungan  instansi,  dilarang  engangkat  tenaga
honorer  atau  yang  sejenis,  kecualu  ditetapkan  dengan  Peraturan  Pemerintah. Peraturan  Pemerintah  No.  48  Tahun  2005  dilaksanakan  sampai  dengan  tahun
anggaran  2009,  namun  sampai  dengan  tahun  2007,  dalam  hal  proses pengangkatan  terdapat  berbagai  permasalahan  yang  ternyata  tidak  sesuai  dengan
keinginan dari Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005  Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, Pasal 3 ayat 1 berbunyi :
pengangkatan  tenaga  honorer  menjadi  pegawai  Negeri  Sipil  diprioritaskan  bagi yang melaksanakan tugas sebagai :
1. Tenaga guru
2. Tenaga kesehatan pada unit pelayanan kesehatan.
18
Penjelasan pasal 2 ayat 3 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
19
Sri Hartini dan Setiajeng Kadarsih, 2004, Diktat Hukum Kepegawaian, Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman, purwokerto, hlm. 26.