MANAJEMEN kekayaan APARATUR SIPIL NEGARA

MANAJEMEN APARATUR SIPIL NEGARA

Hak Cipta © Pada: Lembaga Administrasi Negara EdisiTahun 2014

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110

Telp. (62 21) 3868201-06 Ext. 193, 197 Fax. (62 21) 3800188

Jakarta – LAN – 2014

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Kebijakan pemerintah tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) telah menghasilkan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kategori 1 dan Kategori 2 di lingkungan pemerintah. Karakteristik utama CPNS Kategori 1 dan Kategori 2 adalah pengalaman yang telah dimiliki dalam bidang pekerjaannya selama menjadi tenaga honorer. Untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (ASN) menuntut mereka untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan sebagai bagian dari masa percobaan.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas, Lembaga Administrasi Negara telah menetapkan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat Prajabatan CPNS Golongan I, Golongan II, dan Golongan III Yang Diangkat Dari Tenaga Honorer Kategori 1 dan/atau Kategori 2. Tujuan penyelenggaraan Diklat Prajabatan ini adalah membekali CPNS tersebut dengan pengetahuan agar dapat memahami perannya sebagai pelayan publik yang baik.

Dalam rangka untuk melengkapi modul-modul Diklat Prajabatan yang ada, maka LAN telah menyempurnakan beberapa substansi yang dianggap sudah tidak relevan diganti dengan konten yang lebih relevan dengan tetap memperhatikan Undang-Undang ASN sebagai acuan.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada editor yang telah menyesuaikan isi modul ini. Dan kepada Widyaiswara, pengelola, dan peserta Diklat, kami harap dapat memanfaatkan modul ini sebaik-baiknya.

Jakarta,

September 2014

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd AGUS DWIYANTO

BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat

Bagi warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih dan diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Berbagai persyaratan untuk menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil antara lain lulus mengikuti serangkaian tes yang diadakan oleh suatu panitia seleksi masuk Calon Pegawai Negeri Sipil dalam suatu instansi pemerintah, baik tes tertulis maupun lisan. Setelah mengikuti serangkaian tes tersebut, dan peserta dinyatakan lulus, selanjutnya peserta diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Lebih lanjut, seorang Calon Pegawai Negeri Sipil untuk dapat diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil disyaratkan telah lulus Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang dilakukan oleh masing-masing instansi atau kerjasama dengan lembaga Diklat di lingkungan instansi Pemerintah, baik tingkat Pusat maupun Daerah.

Diklat Prajabatan adalah salah satu Diklat yang diperuntukkan bagi Calon Pegawai Negeri Sipil yang akan diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Diklat ini dimaksudkan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan pembentukan perilaku bagi CPNS agar mempunyai kemampuan dan etika dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Tuntutan terhadap kemampuan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam arti memahami tugas, fungsi, dan berbagai peraturan perundang- undangan di bidang Pemerintahan, disamping pengetahuan teknis lainnya. Secara khusus, Calon Pegawai Negeri Sipil sangat penting untuk memahami permasalahan Manajemen Kepegawaian Negara, dengan harapan seluruh CPNS memahami berbagai ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil termasuk berbagai hak dan kewajibannya selama menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

Mata pelajaran ini membahas beberapa hal pokok dalam bidang Manajemen Kepegawaian Negara, yang mencakup hal-hal seperti Pengertian Pegawai Negeri Sipil, Kedudukan, Tugas, serta Fungsi Pegawai Negeri Sipil (PNS); Kewajiban dan Hak Pegawai Negeri; Sistem Rekruitmen Pegawai Negeri; Sistem Penggajian dan Penghargaan Pegawai Negeri; Sistem Karir Pegawai Negeri; Sistem Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri;

2 Manajemen ASN dan Sistem Pemberhentian Pegawai Negeri, serta berbagai persoalan lain di bidang

Kepegawaian.

B. Hasil Belajar

Peserta Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan, diharapkan setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan ini mampu menjelaskan peran dan fungsi ASN serta kedudukan, kewajiban dan hak PNS.

C. Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menjelaskan :

1. Pengertian Aparatur Sipil Negara;

2. Asas, Prinsip, Nilai Dasar serta Kode Etik dan Perilaku Aparatur Sipil Negara;

3. Peran dan Fungsi ASN;

4. Kedudukan, Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil;

5. Sistem Rekruitmen;

6. Sistem Penempatan Pegawai Negeri Sipil;

7. Sistem Penggajian dan Penghargaan;

8. Sistem Karir Pegawai Negeri Sipil;

9. Sistem Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil;

10. Sistem Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

BAB II POKOK-POKOK APARATUR SIPIL NEGARA

A. Umum

Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat, mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.

Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang berkemampuan pelaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Sebelum menjelaskan pengertian tentang Pegawai Negeri Sipil maka perlu dijelaskan tentang pengertian Manajemen Aparatur Sipil Negara . Manajemen Aparatur Sipil

Negara dalam buku ini adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Dalam rangka menjamin kelancaran penyelenggaraan kebijaksanaan manajemen Aparatur Sipil Negara, dibentuklah Badan Kepegawaian Negara (BKN). Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN Pasal 47 BKN memiliki fungsi:

a. pembinaan penyelenggaraan Manajemen ASN;

b. penyelenggaraan Manajemen ASN dalam bidang pertimbangan teknis formasi, pengadaan, perpindahan antarinstansi, persetujuan kenaikan pangkat, pensiun; dan

4 Manajemen ASN

c. penyimpanan informasi Pegawai ASN yang telah dimutakhirkan oleh Instansi Pemerintah serta bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengembangan Sistem Informasi ASN.

Adapun BKN bertugas:

a. mengendalikan seleksi calon Pegawai ASN;

b. membina dan menyelenggarakan penilaian kompetensi serta mengevaluasi pelaksanaan penilaian kinerja Pegawai ASN oleh Instansi Pemerintah;

c. membina Jabatan Fungsional di bidang kepegawaian;

d. mengelola dan mengembangkan sistem informasi kepegawaian ASN berbasis kompetensi didukung oleh sistem informasi kearsipan yang komprehensif;

e. menyusun norma, standar, dan prosedur teknis pelaksanaan kebijakan Manajemen ASN;

f. menyelenggarakan administrasi kepegawaian ASN; dan

g. mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan norma, standar, dan prosedur manajemen kepegawaian ASN. Selanjutnya untuk kelancaran pelaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil

di Daerah maka dibentuk Badan Kepegawaian Daerah (BKD), yang merupakan perangkat Daerah yang dibentuk oleh Kepala Daerah (Pasal 34 A UU Nomor 43 Tahun 1999), yang kemudian diatur dalam peraturan pelaksanaan yaitu Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah. Keputusan Presiden tersebut diamanatkan kepada seluruh Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk membentuk Badan Kepegawaian Daerah.

B. Pengertian Aparatur Sipil Negara

Menurut UU Nomor 5 Tahun 2015 tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan bahwa Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.

Modul Diklat Prajabatan

Pegawai Aparatur Sipil Negara (Pegawai ASN) adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang- undangan. Selanjutnya yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Sedangkan yang dimaksud dengan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.

C. Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik Dan Kode Perilaku Aparatur Sipil Negara

1. Manajemen ASN berdasarkan pada asas:

a. kepastian hukum;

b. profesionalitas;

c. proporsionalitas;

d. keterpaduan;

e. delegasi;

f. netralitas;

g. akuntabilitas;

h. efektif dan efisien;

i. keterbukaan; j. nondiskriminatif; k. persatuan dan kesatuan; l. keadilan dan kesetaraan; dan m. kesejahteraan.

6 Manajemen ASN

2. Prinsip ASN sebagai profesi berlandaskan

a. nilai dasar;

b. kode etik dan kode perilaku;

c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;

d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;

e. kualifikasi akademik;

f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan

g. profesionalitas jabatan.

3. Nilai dasar ASN

a. memegang teguh ideologi Pancasila;

b. setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;

c. mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;

d. menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;

e. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;

f. menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;

g. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;

h. mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;

i. memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah; j. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun; k. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi; l. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama; m. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai; n. mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan o. meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai

perangkat sistem karier.

Modul Diklat Prajabatan

4. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN

Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:

a. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan

berintegritas tinggi;

b. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;

c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;

d. melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

e. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;

f. menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;

g. menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung

jawab, efektif, dan efisien;

h. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan

tugasnya;

i. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan; j. tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan,

dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;

k. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan

integritas ASN; dan melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai disiplin Pegawai ASN.

8 Manajemen ASN

D. Jenis, Status, Dan Kedudukan

Pegawai ASN terdiri atas PNS dan PPPK. Sedangkan Status PNS merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan Status PPPK merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang. Sedangkan Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah, dan Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.

E. Fungsi, Tugas Dan Peran

Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik; pelayan publik; dan perekat dan pemersatu bangsa. Sedangkan Pegawai ASN bertugas:

1. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan

3. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

F. Hak dan Kewajiban PNS

1. Hak Pegawai ASN

Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan akuntabel, maka setiap Pegawai Negeri Sipil diberikan hak sebagai berikut:

a. gaji, tunjangan, dan fasilitas;

b. cuti;

Modul Diklat Prajabatan

c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua;

d. perlindungan; dan

e. pengembangan kompetensi. Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU ASN disebutkan bahwa Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan berupa:

a. jaminan kesehatan;

b. jaminan kecelakaan kerja;

c. jaminan kematian; dan

d. bantuan hukum. Sedangkan Pegawai PPPK berhak memperoleh:

a. gaji dan tunjangan;

b. cuti;

c. perlindungan; dan

d. pengembangan kompetensi. Adapun Yang dimaksud dengan “gaji” adalah kompensasi dasar berupa honorarium sesuai dengan beban kerja, tanggung jawab jabatan dan resiko pekerjaan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Selain gaji, PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas. Tunjangan meliputi tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan. Tunjangan kinerja dibayarkan sesuai pencapaian kinerja. Tunjangan kemahalandibayarkan sesuai dengan tingkat kemahalan berdasarkan indeks harga yang berlaku di daerah masing-masing.

Yang dimaksud dengan cuti Pegawai Negeri Sipil adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangkawaktu tertentu dan dikeluarkan/diberikan oleh pejabat yang berwenang seperti Pimpinan Kementerian Negara / Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Sekretariat Lembaga Negara dan pejabat lain yang ditentukan oleh Presiden

10 Manajemen ASN

Cuti PNS sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1976, terdiri dari :

a. cuti tahunan;

b. cuti besar;

c. cuti sakit;

d. cuti bersalin;

e. cuti karena alasan penting;

f. cuti di luar tanggungan negara.

a. Cuti Tahunan

Persyaratan Pegawai Negeri Sipil untuk mendapat cuti tahunan adalah apabila yang bersangkutan telah bekerja secara terus-menerus selama satu (1) tahun, maka PNS berhak mendapatkan cuti tahunan. Cuti tahunan bagi PNS adalah selama duabelas (12) hari kerja. Pemberian cuti tahunan dapat diberikan tambahan paling lama empat belas (14) hari kerja apabila pegawai yang bersangkutan tinggal atau cuti tersebut dijalankan di tempat yang sulit transportasinya.

b. Cuti Besar

Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang kurangnya selama enam (6) tahun berturut-turut maka yang bersangkutan berhak mendapatkan cuti besar yang lamanya adalah 3 (tiga) bulan. PNS yang menjalani cuti besar masih berhak mendapatkan cuti tahunannya dalam tahun yang bersangkutan.

c. Cuti Sakit

1) Pegawai Negeri Sipil yang sakit selama satu (1) atau dua (2) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan yang bersangkutan harus memberitahukan kepada atasan yang bersangkutan;

2) Pegawai Negeri Sipil yang sakit lebih dari dua (2) sampai dengan empatbelas (14) hari berhak atas cuti dengan ketentuan yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada

Modul Diklat Prajabatan

pejabat yang berwenang dengan melampirkan surat keterangan dokter.

3) Pegawai Negeri Sipil yang menderita sakit lebih dari empat belas (14) hari kerja berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang dengan melampirkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Cuti sakit ini dapat diberikan paling lama satu (1) tahun dan apabila belum sembuh, maka cuti sakit dapat ditambah selama enam (6) bulan; apabila penambahan cuti untuk enam (6) bulan, maka PNS yang bersangkutan harus diuji kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Apabila dari hasil pengujian ini ternyata penyakitnya belum sembuh, maka PNS bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari jabatannya dengan mendapat uang tunggu berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

d. Cuti bersalin

Kepada Pegawai Negeri Sipil wanita diberikan hak mendapatkan cuti bersalin untuk anak pertama dan kedua. Sedangkan untuk persalinan anak ketiga dan seterusnya diberikan cuti di luar tanggungan negara. Cuti bersalin diberikan selama satu (1) bulan sebelum dan dua (2) bulan setelah persalinan.

e. Cuti karena Alasan Penting

Cuti karena alasan penting dapat diberikan apabila. Salah seorang anggota keluarga (ibu, bapak, isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu) mengalami sakit keras atau meninggal dunia dan menurut ketentuan hukum yang berlaku PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya tersebut.

a. Melangsungkan perkawinan yang pertama;

b. Alasan penting lainnya yang ditetapkan kemudian oleh Presiden.

12 Manajemen ASN

Setiap Pegawai Negeri Sipil berhak atas cuti karena alasan penting. Lama cuti karena alasan penting ditentukan oleh Pejabat yang berwenang yaitu paling lama dua (2) bulan.

f. Cuti di luar Tanggungan Negara

Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya lima (5) tahun secara terus-menerus, karena alasan pribadi yang penting dan mendesak dapat diberikan cuti di luar tanggungan negara selama tiga (3) tahun dan dapat diperpanjang paling lama satu (1) tahun apabila ada alasan- alasan yang penting untuk memperpanjangnya. Untuk mendapatkan cuti di luar tanggungan negara, PNS mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang disertai alasan-alasannya. Pegawai Negeri Sipil yang menjalankan cuti di luar tanggungan negara tidak berhak menerima penghasilan dari negara dan harus melepaskan jabatannya. Masa menjalankan cuti di luar tanggungan negara tidak diperhitungkan sebagai masa kerja.

g. Memperoleh perawatan bagi yang tertimpa sesuatu kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;

h. Memperolah tunjangan bagi yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dan karena menjalankan tugas dan kewajibannya yang mengakibatkannya tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga;

i. Memperoleh uang duka bagi keluarga Pegawai Negeri Sipil yang tewas; j. Memperoleh pensiun bagi PNS yang telah memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan; k. Menjadi peserta TASPEN; l. Menjadi peserta BPJS.

Modul Diklat Prajabatan

2. Kewajiban Pegawai ASN

Pegawai ASN wajib:

a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;

b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;

c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;

d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;

f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;

g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

G. Peraturan Disiplin PNS

Pasal 86 UU ASN disebutkan Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin. PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.

Pegawai Negeri Sipil menempati kedudukan yang mulia, yaitu sebagai unsur aparatur Negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan

tugas Negara, pemerintahan, dan pembangunan. Untuk menjamin

14 Manajemen ASN

terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin. PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas-tugas tersebut, dipandang perlu menetapkan peraturan tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil disebutkan peraturan disiplin adalah peraturan yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar oleh seorang Pegawai Negeri Sipil.

Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Sedangkan yang dimaksud dengan Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS karena melanggar peraturan disiplin PNS.

Perlu disadari dan dimengerti bahwa dikeluarkannya peraturan ini tidak untuk membatasi ruang gerak Pegawai Negeri Sipil tetapi semata-mata untuk memberikan rambu-rambu yang jelas bagi Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Kreativitas, inovasi dan ide-ide yang membangun serta dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat tetap harus dipupuk dan dikembangkan. Adapun kewajiban PNS sebagaimana diatur dalam PP No. 53 Tahun 2010 adalah:

1. mengucapkan sumpah/janji PNS;

2. mengucapkan sumpah/janji jabatan;

Modul Diklat Prajabatan

3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;

4. menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan;

5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;

6. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS;

7. mengutamakan kepentingan negara daripada

8. kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan;

9. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan;

10. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara;

11. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;

12. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;

13. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;

14. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik- baiknya;

15. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;

16. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;

17. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier; dan

18. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. Sedangkan Setiap PNS dilarang:

1. menyalahgunakan wewenang;

2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;

16 Manajemen ASN

3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional;

4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing;

5. memiliki, menjual, membeli,

menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;

menggadaikan,

6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, temansejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;

7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;

8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;

9. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;

10. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;

11. menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

12. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:

a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;

b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut

PNS;

c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau

d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;

Modul Diklat Prajabatan

13. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara:

a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau

merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;

14. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundangundangan; dan

15. memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara:

a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah;

b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan

kampanye;

c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau

merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap

pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan

e. sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat. PNS yang tidak menaati ketentuan kewajiban dan larangan sebagaimana

dimaksud di atas dijatuhi hukuman disiplin.

Adapun berat ringannya hukuman dan jenis hukuman yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang melanggar peraturan disesuaikan

18 Manajemen ASN

dengan tingkat kesalahan atau jenis pelanggaran yang dilakukannya. Tingkat dan jenis hukuman disiplin adalah sebagai berikut:

a. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:

a. hukuman disiplin ringan;

b. hukuman disiplin sedang; dan

c. hukuman disiplin berat.

b. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; dan

c. pernyataan tidak puas secara tertulis.

c. Jenis hukuman disiplin sedanghuruf b terdiri dari:

a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1(satu) tahun;

b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan

c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.

d. Jenis hukuman disiplin berat erdiri dari:

a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;

b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;

c. pembebasan dari jabatan;

d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan

e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

H. Keanggotaan PNS Sebagai Anggota KORPRI

Pegawai Republik Indonesia sudah ada sejak kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, secara resmi dinyatakan bahwa semua bekas pegawai pemerintah tentara pendudukan Jepang dijadikan pegawai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk menghimpun dan membina seluruh Pegawai Republik Indonesia tersebut khususnya di luar kedinasan, pemerintah membentuk satu-satunya wadah yaitu KORPRI. Korps Pegawai Republik

Modul Diklat Prajabatan

Indonesia (KORPRI) dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1971, tanggal 29 Nopember 1971. Tujuannya adalah untuk lebih meningkatkan pengabdian Pegawai Negeri Sipil dalam mengisi kemerdekaan dan pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.

Langkah berikutnya dalam rangka menyatukan gerak langkah Pegawai Negeri Sipil agar tidak terpecah belah adalah dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1976 dan

tentang Keanggotaan PNS dalam Partai Politik dan Golongan Karya. Dalam penjelasan umum PP tersebut dinyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil bukan saja unsur aparatur negara, tetapi juga sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, yang hidup di tengah-tengah masyarakat dan bekerja untuk kepentingan masyarakat. Oleh sebab itu dalam melaksanakan pembinaan, PNS bukan saja dilihat dan diperlakukan sebagai aparatur Negara tetapi juga harus dilihat dan diperlakukan sebagai warga Negara. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan pembinaan hendaknya sejauh mungkin diusahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dengan kepentingan PNS sebagai perorangan, dengan ketentuan bahwa apabila terdapat perbedaan antara kepentingan dinas dengan kepentingan PNS sebagai perorangan, maka kepentingan dinaslah yang harus didahulukan. Dengan demikian maka kesetiaan dan ketaatan PNS sepenuhnya berada di bawah pimpinan pemerintah, agar terjamin kesatuan pimpinan dan garis pimpinan yang jelas dan tegas. Oleh karena itu keanggotaan PNS dalam partai politik tidak boleh mengurangi kesetiaan dan ketaatan penuh PNS yang bersangkutan kepada Pancasila, UUD 1945, Negara, dan Pemerintahan, serta tidak boleh mengganggu kelancaran pelaksanaan tugasnya.

Untuk memperkokoh kesatuan KORPRI, maka pada Musyawarah Nasional Pertama KORPRI yang diselenggarakan pada tahun 1978 telah melahirkan doktrin KORPRI yang disebut “BHINNEKA KARYA ABDI NEGARA” yang artinya walaupun anggota-anggota KORPRI melaksanakan berbagai bidang dengan jenis karya yang beraneka ragam tetapi tetap dalam

20 Manajemen ASN

rangka pelaksanaan pengabdian kepada bangsa, Negara dan masyarakat Indonesia.

Faktor penentu pembinaan PNS yang akan menjadi anggota Parpol dan Golkar adalah sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1976 pasal 1 dan 2 beserta penjelasannya, di mana PNS yang menjabat sebagai pejabat struktural eselon V ke atas di berbagai bidang, guru, kepegawaian, dan sebagainya harus minta ijin terlebih dahulu dari

pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikannya. Dengan adanya PP ini, maka control pemerintah untuk mengarahkan PNS agar dapat bekerja dengan mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan pribadi atau kepentingan Partai Politik dapat dicapai.

Dalam perjalanan pembinaan Pegawai Negeri Sipil melalui wadah Korps Pegawai Negeri Sipil pada masa-masa lalu tidak menguntungkan, karena tujuan yang semula sebagai wadah mempersatukan Pegawai Negeri Sipil dimanfaatkan oleh Golongan tertentu dan digunakan sebagai alat atau kendaraan politik untuk meraih kemenangan dalam Pemilihan Umum. Dengan demikian tujuan dibentuknya wadah KORPRI dalam rangka menyatukan para anggota PNS agar tidak terjadi konflik di antara PNS tidak tercapai

Memperhatikan kenyataan selama Orde Baru tersebut, di mana KORPRI digunakan sebagai kendaraan politik, maka dalam Munas KORPRI terakhir yang dilaksanakan bulan Februari 1999 telah terjadi perubahan orientasi Korps Pegawai Republik Indonesia. Hal ini tampak dalam perubahan Anggaran Dasar yang telah ditetapkan melalui Keputusan Musyawarah Nasional ke-5 KORPRI Nomor Kep-03/Munas/1999 tentang Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KORPRI yang ditegaskan kembali dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar Korps Pegawai Republik Indonesia sebagai pengganti Keppres sebelumnya sebagaimana terdapat dalam Keputusan Presiden Nomor

63 Tahun

1994 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Korps Pegawai

Modul Diklat Prajabatan

Republik Indonesia. Perubahan mendasar dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KORPRI adalah dalam hal fungsi dan tujuan KORPRI.

1. Fungsi KORPRI

Dalam pasal 6 Keppres Nomor 63 Tahun 1994 dinyatakan, bahwa fungsi KORPRI adalah sebagai berikut:

a. Melindungi dan mengayomi para anggota;

b. Penyalur kepentingan para anggotanya;

c. Pendorong dalam meningkatkan taraf hidup sosial ekonomi masyarakat

dan lingkungannya;

d. Pelopor dalam menyukseskan program pembangunan nasional;

e. Mitra kerja yang aktif sebagai organisasi pekerja dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan instansi yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f. Pelopor dalam meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme anggota;

2. Tujuan KORPRI

Berdasarkan fungsi di atas, yang menjadi tujuan dibentuknya KORPRI adalah:

a. Mewujudkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan Pegawai Republik Indonesia serta menjamin perlindungan hak-hak Pegawai Republik Indonesia guna mencapai ketenangan dan kelangsungan kerja usaha untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan Pegawai Republik Indonesia beserta keluarganya;

b. Menghimpun dan menyatukan Pegawai Republik Indonesia untuk mewujudkan rasa setia kawan dan tali persaudaraan antara sesama pegawai Republik Indonesia.

22 Manajemen ASN

3. Usaha-Usaha KORPRI

Dalam rangka mencapai tujuan di atas KORPRI melakukan usaha-usaha sebagai berikut:

a. Meningkatkan peran serta anggota KORPRI dalam pembangunan

nasional untuk mewujudkan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945;

b. Memperjuangkan terciptanya dan terlaksananya peraturan perundangan untuk mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan hak-hak Pegawai Republik Indonesia pada umumnya dan anggota KORPRI pada khususnya;

c. Mengadakan upaya-upaya untuk mempertinggi mutu pengetahuan, keterampilan bidang pekerjaan dan atau profesi serta kemampuan organisasi;

d. Bekerjasama dengan badan pemerintah dan swasta serta organisasi- organisasi lain didalam dan di luar negeri untuk melaksanakan usaha- usaha yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;

e. Memperjuangkan anggota untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam mengembangkan karir sesuai dengan kemampuan masing- masing;

f. Membina korps dalam mewujudkan kesatuan pola pikir, ucapan, dan tindakan, serta pengembangan mental dan rohani yang baik. Keanggotaan KORPRI adalah mencakup seluruh Pegawai Republik

Indonesia sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

4. Susunan Anggota Korpri

Susunan organisasi KORPRI secara vertikal adalah sebagai berikut:

a. Tingkat nasional meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia yang dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat untuk kemudian disingkat DPP KORPRI;

Modul Diklat Prajabatan

b. Tingkat provinsi dipimpin oleh Dewan Pengurus Daerah untuk kemudian

disingkat DPD KORPRI;

c. Tingkat Kabupaten dipimpin oleh Dewan Pengurus Cabang atau DPC

KORPRI;

d. Tingkat Kecamatan dipimpin oleh Dewan Pengurus Anak Cabang atau

DPAC KORPRI;

e. Tingkat desa/kelurahan dipimpin oleh pengurus ranting.

5. Panca Prasetya Korpri

Landasan etika KORPRI pada Munas pertama tahun 1978 ditetapkan dengan sebutan Sapta Prasetya yang merupa kan janji luhur anggota KORPRI dalam menjalankan kewajibannya sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat. Dalam Munas KORPRI yang dilaksanakan pada tahun 1989, Sapta Prasetya KORPRI telah mengalami perubahan kembali tentang bunyi landasan dan etika. Terakhir landasan etika KORPRI telah disempurnakan sesuai dengan tuntutan keadaan dalam Munas KORPRI pada tahun 1999. Perubahan itu terjadi pada landasan etika yang berbunyi sebagai berikut

"Kami anggota KORPS Pegawai Republik Indonesia, adalah insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjanji:

a. Setia dan taat kepada Negara Kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia, yang berdasarkan Panca sila dan Undang-Undang Dasar 1945;

b. Menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan negara serta memegang

teguh rahasia jabatan dan rahasia negara;

c. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas kepentingan

pribadi dan golongan;

d. Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa serta kesetiakawanan

KORPS Pegawai Republik Indonesia;

e. Menegakkan kejujuran, keadilan dan disiplin serta meningkatkan

kesejahteraan dan profesionalisme.

24 Manajemen ASN

I. Keanggotaan PNS Dalam Partai Politik

Dalam era reformasi keanggotaan PNS dalam Partai Politik telah diatur secara tegas dalam PP Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil yang menjadi Anggota Partai Politik jo PP Nomor 12 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1999. Beberapa inti pokok materi dalam PP tersebut adalah:

1. Sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, maka PNS harus bersikap netral dan menghindari penggunaan fasilitas Negara untuk Golongan tertentu. Selain itu juga dituntut tidak diskriminatif khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat;

2. Pegawai Negeri Sipil yang telah menjadi anggota atau pengurus Parpol pada saat PP ini ditetapkan dianggap telah melepaskan keanggotaan dan atau kepengurusannya (hapus secara otomatis);

3. Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan keangotaan dan atau kepengurusannya dalam partai politik, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS;

4. Pegawai Negeri Sipil yang ingin menjadi anggota atau pengurus Partai Politik harus mengajukan permohonan kepada atasan langsungnya (peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan BKN);

5. Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan permohonan sebagai anggota/pengurus Parpol diberikan uang tunggu selama satu tahun. Dalam satu tahun apabila tetap ingin menjadi anggota atau pengurus Parpol, maka yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dan mendapat hak pensiun bagi yang telah mencapai Batas Usia Pensiun (BUP).

J. Penghargaan

Pasal 82 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara menyebutkan PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan,

Modul Diklat Prajabatan

kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan. Penghargaan dapat berupa pemberian:

a. tanda kehormatan;

b. kenaikan pangkat istimewa;

c. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau

d. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan. PNS yang dijatuhi sanksi administratif tingkat berat berupa pemberhentian tidak dengan hormat dicabut haknya untuk memakai tanda kehormatan negara tetapi juga harus dilihat dan diperlakukan sebagai warga negara. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan pembinaan, hendaknya sejauh mungkin diusahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dengan kepentingan PNS sebagai perorangan, dengan ketentuan bahwa apabila terdapat perbedaan antara kepentingan dinas dengan kepentingan PNS sebagai perorangan, maka kepentingan dinaslah yang harus didahulukan. Dengan demikian maka kesetiaan dan ketaatan PNS sepenuhnya berada di bawah pimpinan pemerintah, agar terjamin kesatuan pimpinan dan garis pimpinan yang jelas dan tegas. Oleh karena itu keanggotaan PNS dalam Partai Politik tidak boleh mengurangi kesetiaan dan ketaatan penuh PNS yang bersangkutan kepada Pancasila, UUD tahun 1945, Negara, dan Pemerintahan, serta tidak boleh mengganggu kelancaran pelaksanaan tugasnya.

BAB III MANAJEMEN APARATUR SIPIL NEGARA

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit. Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen ASN meliputi:

1. penyusunan dan penetapan kebutuhan;

2. pengadaan;

3. pangkat dan jabatan;

4. pengembangan karier;

5. pola karier;

6. promosi;

7. mutasi;

8. penilaian kinerja;

9. penggajian dan tunjangan;

13. jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan

14. perlindungan.

A. Formasi Pegawai Negeri Sipil

1. Analisa Kebutuhan Pegawai

Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja. Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan. Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS dimaksud ditujukan untuk menentukan jumlah formasi pegawai.

Modul Diklat Prajabatan

27 Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000, disebutkan pengertian Formasi

Pegawai Negeri Sipil adalah jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan dalam suatu satuan organisasi dalam jangka waktu tertentu. Menteri yang bertanggungjawab dalam bidang pendayagunaan aparatur Negara menetapkan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS secara nasional. Selanjutnya formasi tersebut akan dibagi kepada setiap kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah propinsi, kabupaten dan kota. Selanjutnya dalam Keputusan Kepala BKN Nomor 09 Tahun 2001 tentang ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil ditegaskan bahwa dalam rangka perencanaan kepegawaian secara nasional dan pengendalian jumlah pegawai, maka Gubernur, Bupati/Walikota, sebelum menetapkan formasi harus terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Kepala Badan Kepegawaian Negara.

Formasi masing-masing satuan organisasi negara disusun berdasarkan analisa kebutuhan dan penyediaan pegawai sesuai dengan jabatan yang tersedia, dengan memperhatikan norma, standar, dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Analisa kebutuhan tersebut dilakukan berdasarkan :

a. Jenis pekerjaan;

b. Sifat pekerjaan;

c. Analisa beban kerja dan perkiraan kapasitas seorang Pegawai Negeri Sipil dalam jangka waktu tertentu;

d. Prinsip pelaksanaan pekerjaan, dan

e. Peralatan yang tersedia.

2. Uraian Jabatan

Uraian jabatan adalah uraian tentang hasil analisa jabatan yang berisi tentang nama jabatan, kode jabatan, unit organisasi, ikhtisar jabatan, uraian tugas, bahan kerja, perangkat kerja, hasil kerja, tanggung jawab, wewenang, nama jabatan yang berada di bawahnya, koreksi jabatan, kondisi lingkungan kerja, resiko bahaya, syarat jabatan, dan informasi jabatan lainnya.

28 Manajemen ASN

3. Peta Jabatan

Peta jabatan adalah susunan nama dan tingkat jabatan struktural dan fungsional yang tergambar dalam suatu struktur organisasi dari tingkat yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi.

B. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil

Pengadaan PNS merupakan kegiatan untuk mengisi kebutuhan Jabatan Administrasi dan/atau Jabatan Fungsional dalam suatu Instansi Pemerintah. Pengadaan PNS di Instansi Pemerintah dilakukan berdasarkan penetapan kebutuhan yang ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab dalam pendayagunaan aparatur Negara. Pengadaan PNS dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, masa percobaan, dan pengangkatan menjadi PNS. Setiap Instansi Pemerintah merencanakan pelaksanaan pengadaan PNS. Tata cara pengadaan PNS diatur dalam PP Nomor 98 tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 11 tahun 2002 tentang Pengadaan PNS.

Setiap Warga Negara Republik Indonesia mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk melamar menjadi PNS tentunya setelah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku.

Lowongan formasi PNS diumumkan secara luas oleh Pejabat Pembina Kepegawaian melalui media massa dan/atau dalam bentuk lain agar dapat memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada Warga Negara Indonesia untuk mengajukan lamaran, dan memberikan lebih banyak kemungkinan bagi instansi untuk memilih calon yang paling cakap dalam melaksanakan tugas yang akan dibebankan kepadanya. Kegiatan ini dilakukan paling lambat 15 (lima belas) hari sebelum tanggal penerimaan lamaran. Dalam pengumuman tersebut dicantumkan :

1. Jumlah dan jenis jabatan lowongan;

2. Syarat jabatan yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar;

3. Alamat dan tempat lamaran ditujukan; Batas waktu pengajuan lamaran, dan

4. Lain-lain yang dipandang perlu.

Modul Diklat Prajabatan

1. Syarat melamar sebagai Pegawai Negeri Sipil

Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar adalah :

a. Berstatus sebagai Warga Negara Indonesia;

b. Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun;

c. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan

hukum yang tetap karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan;