IZIN CUTI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MENCALONKAN DIRI SEBAGAI KEPALA DAERAH DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA DI PROVINSI LAMPUNG

IZIN CUTI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MENCALONKAN DIRI

  

SEBAGAI KEPALA DAERAH DALAM KAITANNYA DENGAN

UNDANG-UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA DI PROVINSI LAMPUNG Zevina Zoravianda, Dr. HS.Tisnanta, Marlia Eka Putri.

  Program Studi Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung, Jl Soemanti Brojonegaro No. 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145 e-mail : zevinazora@icloud.com

  

ABSTRAK

  Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada era otonomi daerah seharusnya dapat bekerja secara profesional dalam mewujudkan fungsi sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, tetapi fakta politik menunjukkan bahwa seiring dengan otonomi daerah, terdapat PNS yang menjadi calon kepala daerah. Sebelum diberlakukannya UUASN, PNS yang menjadi pejabat politik masih tetap berstatus sebagai PNS dan hanya diwajibkan untuk mengajukan cuti, tetapi setelah diberlakukannya UUASN, setiap PNS yang mencalonkan diri sebagai pejabat politik harus mengundurkan diri sebagai PNS. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Pengaturan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah (2) Implikasi hukum (hak dan kewajiban) bagi Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan izin cuti di luar tanggungan Negara Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif dan empiris. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Pengaturan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 Tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil. Pasal 26 menyatakan bahwa kpada Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secaraterus-menerus, karena alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak dapat diberikan cuti di luar tanggungan Negara. Cuti di luar tanggungan Negara dapat diberikan - paling lama 3 (tiga) tahun. Jangka waktu cuti diluar tanggungan Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan yang penting untuk memperpanjangnya. (2) Implikasi hukum bagi Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan izin cuti di luar tanggungan Negara adalah seorang pegawai negeri yang diangkat menjadi pejabat negara hanya menerima penghasilan sebagai pejabat negara, penghasilannya sebagai Pegawai Negeri Sipil dihentikan. Sementara kewajibannya adalah PNS setelah habis menjalankan cuti diluar tanggungan negara wajib melaporkan diri kepada instansinya induknya untuk ditempatkan kembali apabila ada lowongan, PNS yang tidak melaporkan diri kepada instansi induknya setelah habis masa menjalankan cuti diluar tanggungan negara, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.

  Kata Kunci : Izin Cuti, PNS, Kepala Daerah

  ABSBTRACT Civil Servant in the era of regional autonomy should be able to work professionally in realizing the function as civil servants and public servant, but a political fact shows that along with regional autonomy, there are civil servants who become candidates for the head area. Prior to the enactment of Nation Civil Servant Act, civil servants into political officials are still civil servants, and are only required to file a leave of absence, but after the enactment Nation Civil Servant Act, every civil servant who ran for political officials should resign as civil servants.

  The problem of this study were: (1) How is the regulation about permission licensed toward civil servants who ran as Regional Head (2) How is legal implications (rights and obligations) for Civil Servants are asking permission unpaid leave state. The approach used is a problem that normative and empirical. The data used are primary data and secondary data. Data collected by literature study and field study and further analyzed qualitatively. The results of this study indicate: (1) Regulation about permission licensed toward civil servants who ran as Regional Head contained in Government Regulation No. 24 of 1976 on the Civil Service Leave. Article 26 states to Civil Servants who have worked at least 5 (five) years secaraterus constantly, for personal reasons that are important and urgent can be given unpaid leave State. State unpaid leave may be granted - most lama3 (three) years. Period of leave beyond the responsibility of the State referred to in paragraph (2) can extended longer than 1 (one) year if there are important reasons to extend it. (2) The legal implications for civil servants are asking permission unpaid leave State is a civil servant who was appointed state officials only receive income as a state official, his income as a civil servant is stopped. While obligations are civil servants after it is run off outside the responsibility of the state is obliged to report to the parent institution to be placed back if there are vacancies, civil servants who do not report to their parent agencies after expiration of leave beyond the responsibility of running the country, honorably discharged as a civil servant.

  Keywords: Permission Licensed, Civil Servants, Regional Head

I. PENDAHULUAN

  Pemilihan Gubernur Lampung Tahun 2014 didominasi oleh para calon gubernur yang berlatar belakang birokrat atau pejabat negara yang masih aktif. Dalam politik praktis terdapat PNS yang mencalonkan diri dan telah menjadi pejabat politik, di antaranya Berlian Tihang sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Lampung mencalonkan diri sebagai Gubernur Lampung, Herman HN sebagai Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung menjadi Walikota Bandar Lampung Periode 2010-2014. Contoh lain adalah Erwin Arifin, Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, pada 2011

  Pengaturan mengenai PNS yang menjadi kepala daerah dalam Pasal 11 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, yaitu seorang Pegawai Negeri yang diangkat menjadi Pejabat Negara, dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Pejabat Negara tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri. Setiap PNS yang terpilih sebagai kepala daerah harus mengajukan proses cuti di luar tanggungan negara, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PNS yang sedang menjalani Cuti di Luar Tanggungan Negara memiliki konsekuensi yaitu tidak menerima gaji atau tunjangan lainya dan masa cuti yang dijalaninya tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS tersebut.

  • – 2012 menjabat sebagai Plt. Bupati Lampung Timur dan 2012
  • – sekarang menjabat Bupati Lampung Timur. Selain itu Kherlani sebelumnya adalah mantan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung, yang kemudian terpilih menjadi Wakil Walikota Bandar Lampung periode Tahun 2005-2010, selanjutnya yang bersangkutan mencalonkan diri sebagai Walikota Bandar Lampung Tahun 2010-2014, tetapi tidak terpilih. Pada saat ini Kherlani menjabat sebagai Pejabat (Pj) Bupati Pesisir Barat sampai dilaksanakannya Pemilihan Bupati secara definitif.

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis melakukan penelitian dan menuangkan ke dalam skripsi yang berjudul: Izin Cuti Bagi Pegawai Negeri

  Sipil yang Mencalonkan Diri Sebagai Kepala Daerah.

  II. METODE PENELITIAN

  Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif dan empiris. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

III. HASIL DAN PENELITIAN A. Pengaturan Terhadap Pegawai Negeri Sipil Yang Mencalonkan Diri Sebagai Kepala Daerah 1. Syarat Pengajuan Izin Cuti Di Luar Tanggungan Negara

  Syarat pengajuan izin cuti di luar tanggungan Negara yang dilakukan oleh Berlian Tihang dalam rangka mencalonkan diri sebagai calon gubernur adalah:

  1. Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara terus menerus karena alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak dapat diberikan cuti diluar tanggungan Negara.

  2. Cuti diluar tanggungan Negara dapat diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun.

  Negara dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan- alasan yang penting untuk memperpanjangnya.

  4. Selama menjalankan cuti diluar tanggungan Negara, PNS yang bersangkutan tidak berhak menerima penghasilan dari Negara.

  5. Selama menjalankan cuti diluar tanggungan Negara tidak diperhitungkan sebagai masa kerja Pegawai Negeri Sipil.

  6. PNS yang tidak melaporkan diri kembali kepada instansi induknya setelah habis masa menjalankan cuti diluar tanggungan Negara diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.

  7. PNS yang melaporkan diri kembali kepada instansi induknya setelah habis masa menjalankan cuti diluar tanggungan Negara, maka: a.

  Apabila ada lowongan ditempatkan kembali.

  b.

  Apabila tidak ada lowongan, maka pimpinan instansi yang bersangkutan melaporkannya kepada Kepalan Badan Kepegawaian Negara untuk kemungkinan ditempatkan pada instansi lain c. Apabila penempatan yang dimaskud tidak mungkin maka PNS yang bersangkutan diberhentikan dari jabatannya karena kelebihan dengan mendapat hak-hak kepegawaian menurut peraturan perundang-undangan.

3. Jangka waktu cuti diluar tanggungan

  Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang penting untuk memperpanjangnya. yang diizinkan dalam jangka tertentu. Ketentuan-ketentuan mengenai pelaksanaan cuti diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1976. Tujuan

  Pengaturan selanjutnya terdapat pada Pasal cuti adalah dalam rangka usaha menjamin

  27 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun kesegaran jasmani dan rohani PNS setelah 1976 mengatur: bekerja selama jangka waktu tertentu.

  (1) Cuti di luartanggungan Negara

  Jenis-jenis cuti PNS terdiri atas cuti mengakibatkan Pegawai Negeri Sipil tahunan, cuti besar, cuti sakit, cuti bersalin, yang bersangkutan dibebaskan dari jabatannya, kecuali cuti di luar cuti karena alasan penting dan cuti di luar tanggungan Negara sebagaimana tanggungan negara. Cuti adalah hak PNS, dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2). (2) yang menjadi lowong

  Jabatan oleh sebab itu pelaksanaan cuti hanya karena,pemberian cuti di luar dapat ditunda dalam jangka waktu tertentu tanggungan Negara dengan segera dapat diisi. apabila kepentingan dinas mendesak.

  Semua cuti tersebut termasuk hak PNS, Pengaturan secara lebih operasional sedangkan jenis cuti di luar tanggungan mengenai cuti di luar tanggungan negara negara bukan hak PNS. adalah Surat Edaran Kepala BAKN

  Nomor 01/SE/1977 Tentang Permintaan

  Pengaturan mengenai cuti di luar dan Pemberian Cuti PNS, yang mengatur tanggungan negara adalah Peraturan sebagai berikut: Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 Tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil. Pasal 1.

  CLTN bukan hak, oleh sebab itu 26 mengatur: permintaan CLTN dapat dikabulkan

  (1) Kepada Pegawai Negeri Sipil yang atau ditolak oleh Pejabat yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secaraterus-menerus, berwenang memberikan cuti. karena alasan-alasan pribadi yang

  Pertimbangan Pejabat yang penting dan mendesak dapat diberikan cuti di luar tanggungan bersangkutan didasarkan untuk Negara. kepentingan dinas. (2)

  Cuti di luar tanggungan Negara dapat diberikan - paling lama3

  2. PNS yang bekerja sekurang-kurangnya (tiga) tahun.

  5 (lima) tahun secara terus menerus, (3) waktu cuti diluar

  Jangka tanggungan Negara sebagaimana karena alasan pribadi yang penting dan dimaksud dalam ayat (2) dipat mendesak dapat diberikan CLTN untuk diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan paling lama 3 (tiga) tahun. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang untuk paling lama 1(satu) tahun apabila ada alasan yang penting untuk memperpanjangnya.

  3. CLTN hanya dapat diberikan dengan SK Pejabat yang berwenang memberikan cuti setelah mendapat persetujuan dari Kepala BKN.

  Permintaan CLTN tidak dapat ditolak.

  Selama menjalankan CLTN tersebut tidak menerima penghasilan dari Negara dan tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS.

  e.

  Lamanya cuti sama dengan lamanya cuti bersalin yakni 1 (satu) bulan sebelum dan 2 (dua) bulan sesudah persalinan.

  d.

  Tidak memerlukan persetujuan Kepala BKN.

  c.

  PNS yang menjalankan CLTN tidak dibebaskan dari jabatannya, atau dengan kata lain, jabatannya tidak dapat diisi oleh orang lain.

  b.

  9. Khusus bagi CLTN untuk persalinan, berlaku ketentuan-ketentuan: a.

  4. Permintaan perpanjangan CLTN yang diajukan sekurang-kurangnya 3 bulan sebelum CLTN berakhir.

  Apabila Kepala BKN tidak dapat menyalurkan penempatan PNS tersebut, maka Kepala BKN memberitahukan kepada Pimpinan Instansi induk agar memberhentikan PNS dengan hak- hak akepegawaian menurut peraturan perundnag-undangan yang berlaku.

  c.

  Apabila tidak ada lowongan, maka melaporkan kepada kepala BKN untuk kemungkinan disalurkan penempatannya pada instansi lain.

  b.

  Menempatkan dan memperkerjakan kembali apabila ada lowongan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Kepala BKN.

  7. PNS yang telah selesai menjalakan CLTN wajib melaporkan diri secara tertulis kepada Pimpinan Instansi induknya 8. Pimpinan instansi induk yang telah menerima laporan dari PNS yang telah selesai menjadlankan CLTN berkewajiban: a.

  6. Selama menjalankan CLTN tidak berhak menerima penghasilan dari Negara dan tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS

  5. PNS yang menjalankan CLTN dibebaskan dari jabatannya dan jabatan yang lowong itu dengan segera dapat diisi.

  2. Prosedur Izin Cuti Di Luar Tanggungan Negara Berdasarkan hasil wawancara dengan Mohammad Ralib Prosedur diketahui bahwa pengajuan izin cuti di luar tanggungan Negara yang dilakukan oleh Berlian Tihang dalam rangka mencalonkan diri sebagai calon gubernur adalah:

  1. PNS yang bersangkutan (Berlian Tihang) mengajukan izin Cuti Di Luar Tanggungan Negara melalui instansinya yaitu Sekretariat Daerah Provinsi Lampung 2. Instansi (Sekretariat Daerah Provinsi

  Lampung) menyusun Surat Pengantar Pengajuan Cuti Di Luar Tanggungan Negara yang ditujuan kepada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Lampung.

  3. Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Lampung memeriksa kelengkapan berkas (Surat Permohonan, Kartu Pegawai, SK PNS, Formulir Pengajuan, Surat Pernyataan dan rekomendasi dari instansi). Setelah dinyatakan lengkap maka BKD menyampaikan berkas tersebut kepada pejabat yang berwenang (Gubernur Lampung).

  4. Gubernur Lampung sebagai pejabat yang berwenang selanjutnya mempertimbangkan pengajuan izin cuti tersebut, kemudian mengeluarkan keputusan pemberian izin cuti.

  5. Pemberian izin cuti oleh Gubernur Lampung diterbitkan dalam bentuk Surat Cuti dengan tembusan kepada yang bersangkutan, pimpinan instansi tempat bekerja, kepala BKD Provinsi Lampung, Kepala BKN Pusat, dan arsip.

  3. Lamanya Prosedur Izin Cuti Di Luar Tanggungan Negara

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Mohammad Ralib diketahui bahwa lamanya Izin Cuti Di Luar Tanggungan Negara bagi Berlian Tihang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 Tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil adalah diberikan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun dengan alasan-alasan yang penting untuk memperpanjangnya.

  Sesuai dengan uraian di atas diketahui bahwa sehubungan dengan penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka PNS baik yang menjadi calon Kepala berdasarkan beberapa hal yang dijelaskan Daerah atau Wakil Kepala Daerah maupun dalam konsiderans “Menimbang” PP yang tidak menjadi calon, perlu tersebut, yaitu: memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a.

  Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 1.

  Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Bagi PNS yang menjadi calon Kepala atau Wakil Kepala Daerah: Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, a.

  Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Wajib membuat surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri Perwakilan Rakyat Daerah; kepala dari jabatan negeri jika terpilih daerah, wakil kepala daerah, dan menjadi Kepala Daerah/Wakil pegawai negeri, yang akan menjadi Kepala Daerah bakal calon anggota Dewan Perwakilan b.

  Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Wajib menjalani cuti/tidak aktif sementara dalam jabatan negeri dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selama proses pemilihan sesuai harus mengundurkan diri ketentuan peraturan perundang- b.

  Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 undangan yang berlaku. Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum c.

  Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dilarang menggunakan anggaran pemerintah dan/atau pemerintah Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan daerah. Perwakilan Rakyat Daerah dan d.

  Undang-Undang Nomor 42 Tahun Dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya. 2008 tentang Pemilihan Umum e.

  Presiden dan Wakil Presiden; Pejabat Dilarang melibatkan PNS lainnya untuk memberikan dukungan Negara dalam menggunakan haknya dalam kampanye untuk ikut serta dalam kampanye

  Pemilihan Umum Anggota Dewan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun

  Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan 2013 tentang Tata Cara Pengunduran Diri Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat

  Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, dan Daerah, serta Pemilihan Umum

  Pegawai Negeri, yang Akan Menjadi Presiden dan Wakil Presiden, wajib

  Bakal Calon Anggota DPR, DPD, DPRD cuti; Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, c.

  Untuk menjamin keberlangsungan Serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara tugas penyelenggaraan negara dan dalam Kampanye Pemilu (“PP 18/2013”). penyelenggaraan pemerintahan daerah,

  PP 18/2003 tersebut dibentuk dengan

  Pemerintah tentang Tata Cara yang selanjutnya disebut pasangan calon Pengunduran Diri Kepala Daerah, adalah bakal pasangan calon yang telah Wakil Kepala Daerah, dan Pegawai memenuhi persyaratan untuk dipilih Negeri yang Akan Menjadi Bakal sebagai kepala daerah dan wakil kepala Calon Anggota DPR, DPD, DPRD daerah.

  Berdasarkan hal-hal di atas dapat diketahui Bupati dan wakil bupati seperti yang Anda bahwa memang fungsi dibentuknya PP tanyakan merupakan kepala daerah 18/2013 bukanlah untuk mengatur tata sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 24 cara PNS yang ingin menjadi calon kepala

  Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

  daerah atau kepala daerah. PP 18/2013 yang berbunyi: adalah untuk mengatur tata cara (1) Setiap daerah dipimpin oleh kepala pengunduran diri kepala daerah, wakil pemerintah daerah yang disebut kepala kepala daerah dan PNS yang akan menjadi daerah bakal calon anggota legislatif (DPR, (2)

  Kepala daerah sebagaimana dimaksud DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota pada ayat (1) untuk provinsi disebut atau DPD). Berpedoman pada Undang- Gubernur, untuk kabupaten disebut Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang bupati, dan untuk kota disebut walikota Pemerintahaan Daerah sebagaimana telah (3)

  Kepala daerah sebagaimana dimaksud diubah oleh Undang-Undang Nomor 8 pada ayat (1) dibantu oleh satu orang Tahun 2005 tentang Penetapan Perpu wakil kepala daerah Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan (4)

  Wakil kepala daerah sebagaimana Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun dimaksud pada ayat (3) untuk provinsi 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebut wakil Gubernur untuk menjadi Undang-Undang dan terakhir kabupaten disebut wakil bupati dan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun untuk kota disebut wakil walikota.

  2008 tentang Perubahan Kedua Atas (5) Kepala daerah dan wakil kepala daerah

  Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tentang Pemerintahan Daerah. dan ayat (3) dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat

  Ketentuan Pasal 1 Angka 20 Undang- di daerah yang bersangkutan.

  Undang Nomor

32 Tahun 2004

  mengatur bahwa pasangan calon kepala

  Mengenai persyaratan menjadi kepala

  daerah dan calon wakil kepala daerah

  daerah dan wakil kepala daerah terdapat dalam Pasal 58 Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa

  calon kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah warga negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat. Hal ini sesuai dengan ketentuan bahwa PNS yang mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi kandidat kepala daerah, kalau kita cermati perangkat peraturan perundang-undangan antara Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dengan petunjuk pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah serta petunjuk teknisnya, yaitu Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) tentang PNS yang Menjadi Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, tidak sejalan. Bahkan saling bertentangan.

B. Implikasi Hukum (Hak dan Kewajiban) bagi Pegawai Negeri Sipil yang Mengajukan Izin Cuti di Luar Tanggungan Negara

  Implikasi hukum bagi Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan izin cuti di luar tanggungan Negara yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari hak dan kewajiban yaitu sebagai berikut:

  Mengajukan Izin Cuti di Luar Cuti di Luar Tanggungan Negara dapat diberikan kepada PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara terus menerus dan adanya alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak. Cuti diluar tanggungan negara hanya dapat diberikan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang memberikan cuti setellah mendapat persetujuan dari kepala BKN. Selama menjalankan cuti diluar tanggunan negara PNS yang bersangkutan tidak menerima penghasilan apapun dari negara. Cuti diluar tanggungan negara bukanlah hak, karena itu permintaan cuti diluar tanggungan negara dapat dikabulkan atau ditolak oleh pejabat yang berwenang, demi kepentingan dinas.

  Seorang pegawai negeri yang diangkat menjadi pejabat negara hanya menerima penghasilan sebagai pejabat negara, penghasilannya sebagai Pegawai Negeri Sipil dihentikan.

  Pasal 11 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 menyatakan bahwa seorang Pegawai Negeri yang

1. Hak bagi Pegawai Negeri Sipil yang

  Negara,dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Pejabat Negara tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri. Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1976 Tanggal 18 Pebruari 1976 Tentang Pegawai Negeri Yang Menjadi Pejabat Negara maka diketahui bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat menjadi Pejabat Negara menerima penghasilan menurut ketentuan yang berlaku bagi Pejabat Negara itu. Pasal 2 ayat (2) menjelaskan apabila penghasilan yang dimaksud dalam ayat (1) lebih kecil dibandingkan dengan penghasilan sebagai Pegawai Negeri Sipil, maka Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan menerima selisih penghasilan itu dari instansi induknya. Maknanya adalah selama Pegawai Negeri Sipil menjadi Pejabat Negara, penghasilannya sebagai Pegawai Pegawai Negeri Sipil dihentikan dan ia menerima penghasilan menurut ketentuan yang berlaku bagi Pejabat Negara itu. Apabila penghasilan sebagai Pejabat Negara lebih kecil dibandingkan dengan penghasilannya sebagai Pegawai Negeri Sipil, maka selisih penghasilan itu diterima oleh

  Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dari instansi induknya. Adapun yang dimaksud dengan penghasilan Pegawai Negeri Sipil adalah gaji pokok ditambah dengan tunjangan-tunjangan bagi Pegawai Negeri Sipil berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PNS yang menjalani CTLN juga berhak mengajukan perpanjangan izin setelah masa izin Cuti Di Luar Tanggungan Negara yang diberikan selama 3 (tiga) tahun telah habis, perpanjangan tersebut paling lama 1 (satu) tahun dengan alasan-alasan yang penting untuk memperpanjangnya.

  2. Kewajiban bagi Pegawai Negeri Sipil yang Mengajukan Izin Cuti di Luar Tanggungan Negara Cuti diluar tanggunagn negara diambil untuk waktu paling lama 3 (tiga) tahun dan apabila ada alasan penting dapat diperpanjang untuk paling lama satu tahun. Selama menjalankan cuti diluar tanggungan negara, PNS yang bersangkutan dibebaskan dari jabatannya, kecuali dalam hal PNS wanita menjalankan cuti diluar tanggungan negara untuk persalinan yang keempat dan seterusnya. Jabatn yang lowong karena pemberian cuti diluar tanggungan negara dapat diisi. PNS setelah habis menjalankan cuti 2.

  Implikasi hukum bagi Pegawai Negeri diluar tanggungan negara wajib Sipil yang mengajukan izin cuti di luar melaporkan diri kepada instansinya tanggungan Negara adalah seorang induknya untuk ditempatkan kembali pegawai negeri yang diangkat apabila ada lowongan, PNS yang tidak

  menjadi pejabat negara hanya

  melaporkan diri kepada instansi menerima penghasilan sebagai induknya setelah habis masa pejabat negara, penghasilannya menjalankan cuti diluar tanggungan sebagai Pegawai Negeri Sipil negara, diberhentikan dengan hormat dihentikan. Sementara sebagai PNS. kewajibannya adalah PNS setelah habis menjalankan cuti diluar

IV. P E N U T U P

  tanggungan negara wajib melaporkan Berdasarkan hasil penelitian dan diri kepada instansinya induk untuk pembahasan maka dapat disimpulkan: ditempatkan kembali apabila ada lowongan, PNS yang tidak melaporkan 1. Pengaturan terhadap Pegawai Negeri diri setelah habis cuti diluar

  Sipil yang mencalonkan diri sebagai tanggungan negara, diberhentikan Kepala Daerah terdapat dalam dengan hormat sebagai PNS. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 Tentang Cuti Pegawai Negeri

DAFTAR PUSTAKA

  Sipil. Pasal 26 menyatakan bahwa Abdurrahman, Beberapa Pemikiran kpada Pegawai Negeri Sipil yang telah

  Tentang Otonomi Daerah . Media Sarana Press. Jakarta, 2002.

  bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secaraterus-menerus, karena Affan Gaffar, Paradigma Baru

  Otonomi Daerah dan Implikasinya,

  alasan-alasan pribadi yang penting dan Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2006 mendesak dapat diberikan cuti di luar

  Affandi, M. Joko. Beberapa Pokok Pikiran tentang Peningkatan

  tanggungan Negara. Cuti di luar Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil. tanggungan Negara dapat diberikan -

  Pusat Penelitian dan Pengembangan

  paling lama3 (tiga) tahun. Jangka Badan Kepegawaian Negara, Jakarta.

  2007.

  waktu cuti diluar tanggungan Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) HAW Widjaja, Administrasi dan dipat diperpanjang paling lama 1 (satu)

  Pemerintahan di Era Otonomi Daerah, Rineka Cipta. Jakarta,

  tahun apabila ada alasan-alasan yang 2008. penting untuk memperpanjangnya. Hikam, A.S. Pemilihan Kepala Peraturan Pemerintah Nomor 4

  Daerah dan Demokratisasi Lokal Tahun 1976 Tentang Pegawai di Indonesia. Yayasan Obor. Negeri Yang Menjadi Pejabat

  Jakarta. 2002 Negara Mohamad, Ismail, Aktualisasi Peraturan Pemerintah Nomor 24

  Pelayanan Prima Dalam Kapasitas Tahun 1976 Tentang Cuti Pegawai PNS sebagai Abdi Negara dan Negeri Sipil Abdi Masyarakat, Mandar Maju,

  Bandung. 2003. Peraturan Komisi Pemilihan Umum No.

  9 Tahun 2012 tentang

  Prihatmoko, Arifin. Menakar Pedoman Teknis Pencalonan Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Pemilu Kepala Daerah dan Wakil

  Kepala Daerah Penerbit SIC. Surabaya.2005.

  Surat Edaran Kepala BAKN Nomor

  Rumajar Jefferson, Otonomi Daerah:

  01/SE/1977 Tentang Permintaan Sketsa. Gagasan dan Pengalaman,

  dan Pemberian Cuti PNS Media Pustaka, Manado, 2006. Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia Pemerintahan .

  Grasindo. Jakarta. 2005 Soerjono Soekanto, Pengantar

  Penelitian Hukum , Rineka Cipta,

  Jakarta, 1983 Undang-Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

  Kepegawaian Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

  Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

  Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah

  Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN STUDI BANDING DPRD KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH Yohanes Hendrico Tomson, Nurmayani, S.H., M.H., Satria Prayoga, S.H.,M.H. BAGIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG ABSTRA

0 0 9

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA NOMOR 13/G/2013/PTUN-BL TENTANG GUGATAN ATAS PENOLAKAN PENDAFTARAN TANAH MASYARAKAT BRANTI

0 5 13

PERAN PEMERINTAH DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PELAKSANAAN PENATAAN RUANG

0 0 13

PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN BUMN PTPN VII (PERSERO) DI BANDAR LAMPUNG Muhammad Fadhil Alaydrus, Eman Eddy Patra, Ati Yuniati,

0 0 13

PENGATURAN PERIZINAN PRAKTIK MANDIRI PERAWAT DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

0 0 14

PENYELESAIAN SENGKETA LAHAN HUTAN DI REGISTER 22 WAY WAYA KABUPATEN PRINGSEWU Bayu manggala, Sudirman Mechsan, S.H., M.H., Ati Yuniati, S.H., M.H. Jurusan Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Lampung, Jl Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung

0 0 11

PELAKSANAAN PEMBUATAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN OLEH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA BANDAR LAMPUNG

0 0 13

PEMBERLAKUAN PENGHAPUSAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG MEWAH (PPnBM) TERHADAP MOBIL MURAH RAMAH LINGKUNGAN DI BANDAR LAMPUNG Sanggam R Simanullang, Nurmayani., S.H., M.H., Marlia Eka Putri., S.H., M.H. Jurusan Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Un

0 0 12

PELAKSANAAN PENGATURAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KOTA METRO

0 1 12

TINJAUAN SURAT MENDAGRI NO. 188.34/8880/SJ TENTANG KLARIFIKASI PERWALI BANDAR LAMPUNG NO. 96 A TAHUN 2012

0 0 12