PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERBIMBING DAN KREATIVITAS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF TINGGI FISIKA SISWA.

(1)

PENGARUH MODEL

DAN KREATIVITAS

KOGNITIF TINGGI FISIKA SISWA

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

SARI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

KREATIVITAS TERHADAP HASIL BELAJAR

KOGNITIF TINGGI FISIKA SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

SARI WAHYUNI ROZI NASUTION

NIM. 8146176017

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2015

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

HASIL BELAJAR


(2)

(3)

(4)

ii

ABSTRAK

Sari Wahyuni Rozi Nasution (NIM.8146176017). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing dan Kreativitas Terhadap Hasil Belajar Kognitif Tinggi Fisika Siswa. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa dengan penerapan model pembelajaran Inquiri Terbimbing dan pembelajaran direct instruction, dan mengetahui apakah ada perbedaan Hasil Belajar Kognitif Tinggi Fisika siswa yang memiliki kreativitas yang tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas yang rendah ,serta untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Terbimbing dan tingkat kreativitas dalam meningkatkan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain two group pretest-postes design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Madrasah Aliyah Swasta Baharuddin Padangsidimpuan tahun ajaran 2015/2016. Pemilihan sampel diambil secara cluster random class.Sampel dibagi dalam dua kelas, kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Terbimbing dan kelas kontrol diajarkan dengan direct instruction. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kognitif tinggi fisika dan angket kreativitas. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan anava dua jalur. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran Inquiry Terbimbing lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran direct instruction dalam meningkatkan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa, kognitif tinggi fisika siswa pada kelompok siswa yang memiliki kreativitas yang tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki kreativitas yang rendah, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran Inquiry Terbimbing dengan kreativitas dalam mempengaruhi hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa. Kata Kunci :Inquiry Terbimbing, Kreativitas, Kognitif Tinggi, Belajar Fisika


(5)

iii

ABSTRACT

Sari Wahyuni Rozi Nasution (NIM.8146176017). Influence Model Enquiry Guided Learning and Creativity Against High Cognitive Learning Outcomes Physics Students. Thesis. Terrain: Graduate School, State University of Medan, 2016.

The purposes of this reseach were to know was there any different of students’ physic high cognitive learning result by using Guided Inquiry and Direct Instruction learning models, to know was there any different of students’ physic high cognitive learning result that had high creativity with low creativity, and to know was there any interaction between Guided Inquiry learning model and creativity degree in increasing students’ physic high cognitive learning. This research was quasy experimental research by applying two group pretest-postes design. Population of this research was all of students at the X grade of Madrasah Aliyah Swasta Baharuddin Padangsidimpuan in 2015/2016 academic year. Sampel was taken as cluster random class and it was divided into two classes, experimental class that was taugh by using Guided Inquiry learning model and control class that was taugh by using Direct Instruction. Instruments include to the physic high cognitive test and creativity questionaires. Data in this research was analyzed by using two lines of anava. Result of this research showed that Guided Inquiry learning model was better than Direct Instruction learning model in increasing students’ physic high cognitive learning. Students’ physic high cognitive on the high creativity group was better than low creativity group, then there was any interaction between Guided Inquiry learning model and creativity degree in increasing students’ physic high cognitive learning.


(6)

v DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1.LatarBelakang ………... 1

1.2.IdentifikasiMasalah ………... 10

1.3.BatasanMasalah ……….... 11

1.4.RumusanMasalah ……….. 11

1.5.TujuanPenelitian ……….. 12

1.6.ManfaatPenelitian ………. 13

1.7.DefenisiOpresional ……… 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA... ………... 15

2.1. KerangkaTeoritis ……….. 15

2.1.1. Model Pembelajaran ... 15

2.1.2. Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing...……….. 17

A. Pengertian Inquiry………... 17

B. Model Inquiry Terbimbing...………... 20

C. Karakteristik Inquiry Terbimbing...………. 26

D. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry Terbimbing ... 28

E. Kelebihan dan Kelemahan Inquiry Terbimbing ... 29

F. Fase-Fase Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 34

G. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran InkuiriTerbimbing ... 34

2.1.3. Hakikat Kreativitas ………... 43

Indikator Kreativitas... 45

2.1.4. HakikatHasil Belajar Kognitif Tinggi………... 47

2.1.5. Teori Belajar Kognitif ... 51

A. Pengertian Teori Kognitif ... 51

B. Karakteristik Teori Kognitif ... 52

C. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitif ... 52

2.1.5. Penelitian Yang Relevan ...………. 54


(7)

vi

2.2.1.Kerangka Konseptual ………... 55

2.2.1.1. Perbedaan Kognitif tinggi fisika Siswa yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Pembelajaran Langsung Direct Instruction ... 55

2.2.1.2. Perbedaankognitiftinggifisikapadasiswa yang memilikitingkatkreativitastinggidanpadasiswa yang memilikitingkatkreativitasrendah... 56

2.2.2. Hipotesis ….………... 57

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 59

3.1. Tempatdan aktuPenelitian ……….... 59

3.2 PopulasidanSampelPenelitian ………... 59

3.2.1.Populasi Penelitian... 59

3.2.2.Sampel Penelitian... 59

3.3 ariabelPenelitian ………... 59

3.4 JenisdanDesainPenelitian ………... 60

3.4.1. Jenis Penelitian... 60

3.4.2. Desain Penelitian... 60

3.5 ProsedurPenelitian ………. 64

3.6. Teknik Pengumpulan Data ……….. 67

3.7. Instrumen Pengumpulan Data... 67

3.7.1. InstrumenTes Kreativitas... ………... 67

3.7.2. InstrumenTes Hasil Belajar Kognitif Tinggi Fisika...…….. 68

3.8. TeknikAnalisisData ………... 68

3.8.1Analisis Deskriptif ………... 69

3.8.2. Melakukan Uji Normalitas……… 69

3.8.3. UjiHomogenitas ……….. 71

3.8.4. Ujit dua Pihak. ……….. 71

3.8.5. Analisis Inferensial ... 71

3.8.5. UjiHipotesis ……… 72

BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 75

4.1. Hasil penelitian... 75

4.1.1.Deskripsi HasilPenelitian... 75

4.1.1.1.Deskripsi Data Pretes Kognitif tinggi fisika ... 75

4.1.1.2.Deskripsi Kreativitas Siswa... 79

4.1.1.3.Uji Statistik Pretes... 80

a. uji normalitas data... 80

b. uji homogenitas data... 81

4.1.1.4 Perlakuan dalam pelaksanaanPenelitian... 82

4.1.1.5 Deskripsi Data Postes Kognitif Tinggi Fisika ... 85

4.1.1.6 Uji Statistik Postes ... 88


(8)

vii

b. uji homogenitas data ... 89

4.1.2. Pengujian Hipotesis Penelitian... 90

1. Hipotesis Pertama... 93

2. Hipotesis kedua... 93

3. Hipotesis ketiga... 94

4.2 . Pembahasan Hasil Penelitian... 100

4.2.1PerbedaanHasilKognitiftinggifisikaSiswa yangDibelajarkanDengan Model PembelajaranInquiry TerbimbingDengan Siswa yang Dibelajarkan Dengan Pembelajaran Direct Instruction... 100

4.2.2. PerbedaanKognitiftinggifisikasiswakarenaKreativitas TinggidanKreativitasRendahpadakelasPembelajaran Direct Instructiondengan model Inquiry Terbimbing... 102

4.2.3.InteraksiAntara Model Inquiry TerbimbingdanKreativitasdalam MeningkatkanKognitifTinggiFisikaSiswa... 104

BAB KESIMPULAN DAN SARAN... 105

5.1. Kesimpulan... 105

5.1. Saran... 106


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sintak Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing....……….. 25

Tabel 2.2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry terbimbing …………... 28

Tabel 2.3. Fase-fase Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 34

Tabel 2.4. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget ……….... 37

Tabel 2.5. Sembilan Peristiwa Gagne ………... 41

Tabel 2.6. Penelitian Relevan ... 54

Tabel 3.1. Two Group Pretest-Postest Design ... 60

Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA ... . 61

Tabel 3.3. Analisis Varians (ANAVA) Dua Jalur Rumus untuk Jumlah Sampel Yang Sama ... 62

Tabel 3.4. Ringkasan ANAVA Dua Jalur ... 74

Tabel 4.1. Nilai Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 76

Tabel 4.2. Nilai Pretes Kategori Butir Soal Kognitif Tinggi Fisika Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 77

Tabel 4.3. Persentase Siswa Yang Menjawab Benar Per Indikator Kognitif Tinggi Fisika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 77

Tabel 4.4. Nilai Kreativitas Siswa ... 79

Tabel 4.5. Kreativitas Siswa Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 80

Tabel 4.6. Uji Normalitas Distribusi Pretes Kognitif Tinggi Fisika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 80

Tabel 4.7. Uji Homogenitas Distribusi Pretes Kognitif Tinggi Fisika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 82

Tabel 4.8. Nilai Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 85

Tabel 4.9. Nilai Rerata Postes Kategori Butir Soal Indikator Kognitif Tinggi Fisika Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 86

Tabel 4.10. Persentase Siswa yang Menjawab Benar per Indikator Kognitif Tinggi Fisika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 87

Tabel 4.11. Uji Normalitas Distribusi Postes Kognitif Tinggi Fisika Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 89

Tabel 4.12. Uji Homogenitas Distribusi Postes Kognitif Tinggi Fisika Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 90


(10)

Tabel 4.14. Data Statistik Kelas dan Tingkat Kreativitas Siswa ... 92 Tabel 4.15. Statistik ANOVA ... 92


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Hieraki Ranah Kognitif Menurut Taksonomi Bloom Tahun 1965 ... 48 Gambar 2.2. Hieraki Ranah Kognitif Menurut Revisi Taksonomi Bloom ... 49 Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ... 66 Gambar 4.1 Hasil Pretes Kognitif Tinggi Fisika Siswa Pada Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol Tiap Indikator ... 78 Gambar 4.2 Hasil Observasi Kognitif Tinggi Fisika Siswa Setiap Pertemuan ... 84 Gambar 4.3 Hasil Lembar Kerja Siswa Setiap Pertemuan ... 85 Gambar 4.4 Hasil Postes Kognitif Tinggi Fisika Siswa Pada Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol Tiap Indikator ... 87 Gambar 4.5 Grafik Nilai Rerata Pretes dan Postes Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen ... 88 Gambar 4.6 Grafik Interaksi Postes Antara Model Pembelajaran Dan Sikap


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ……… 110

Lampiran 2. Bahan Ajar Pertemuan I ………. 122

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa I ……….. 135

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ………... 143

Lampiran 5. Bahan Ajar Pertemuan II ……… 155

Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa II ……… 163

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III ……….. 171

Lampiran 8. Bahan Ajar Pertemuan III ………... 183

Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa III ……… 188

Lampiran 10. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Kognitif Tinggi Fisik ..……….... 197

Lampiran 11. Kisi-Kisi Tes Kreativitas ………. 201

Lampiran 12. Rubrik Penilaian Laporan Praktikum ... 205

Lampiran 13. Lembar Validasi Kreativitas Siswa Pada Materi Suhu dan Kalor ... 206

Lampiran 14. Lembar Validasi Kognitif Tinggi Fisika Siswa Pada Materi Suhu dan Kalor ... 209

Lampiran 15. Tabulasi Hasil Pretes Kognitif Tinggi Fisika Siswa Kelas Eksperimen ... 212

Lampiran 16. Tabulasi Hasil Pretes Kognitif Tinggi Fisika Siswa Kelas Kontrol . 213 Lampiran 17. Rekap Nilai LembarKerja Siswa ... 214

Lampiran 18. Rekap Observasi Aktivitas Kognitif Tinggi Fisika Siswa ... 216

Lampiran 19. Tabulasi Hasil Data Kreativitas ... 222

Lampiran 20. Analisis Statistik Data Pretes ... 223

Lampiran 21. Tabulasi Hasil Postes Kognitif Tinggi Fisika Siswa Kelas Eksperimen ... 232


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (tercantum dalam Undang-undang No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 ). Berdasarkan dari tujuan pendidikan nasional, menurut UUSPN N0. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 3 menyatakan bahwa “ Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” Sagala (2003).

Pembangunan Nasional meliputi berbagai bidang, salah satunya bidang pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berbudi luhur, cerdas, kreatif dan bertanggung jawab. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan proses pembelajaran merupakan kegiatan yang paling utama dan dominan. Proses pembelajaran ini dapat terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungan, jadi belajar dapat terjadi kapan saja, dengan siapa saja dan dimana saja. Berhasil tidaknya pencapaian


(14)

2 tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses pembelajaran yang dialami seseorang.

Kemajuan zaman menuntut manusia untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap detik urat nadi kehidupan tidak terlepas dari penggunaan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin pesat, semua itu tidak terlepas dari lahirnya penemuan-penemuan baru yang mendukung kehidupan manusia.

Walaupun berbagai upaya sudah dilakukan, namun hingga kini mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti baik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, maupun pada jenjang pendidikan tinggi. Dalam penyelenggaraan pendidikan, perhatian terhadap makna belajar dan pencapaiannya menjadi sangat penting dan berarti dalam pengembangan pendidikan di masa datang. Untuk mengatasi masalah ini banyak hal yang harus dilakukan demi untuk peningkatan mutu pendidikan, hal yang terpenting adalah terletak pada kegiatan proses pembelajaran didalam kelas yang melibatkan pendidik dan siswa karena kegiatan proses pembelajaran yang terjadi di sekolah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dikelas yang tidak hanya berpatokan pada penguasaan prinsip-prinsip yang fundamental, melainkan juga mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, penelitian, dan penemuan serta pemecahan masalah. (Izaak H. Wenno, 2010). Menurut Depdiknas, Sains adalah pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Sains merupakan pengetahuan yang didapat dengan jalan studi dan praktik. Sain juga dapat diartikan sebagai suatu cabang studi yang bersangkut-paut dengan observasi


(15)

3 dan klasifikasi fakta-fakta terutama dengan disusunnya hukum umum dengan induksi dan hipotesis.

Pembelajaran juga menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa. Pembelajaran fisika merupakan kegiatan pendidikan yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam mencapai kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik, hal ini disebabkan pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik (BNSP,200 ).

Rendahnya kualitas pembelajaran sains dapat ditinjau dari berbagai kejadian atau gejala dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Banyak tingkah laku anggota masyarakat yang menunjukkan seakan-akan belum pernah menerima pendidikan sains, atau pendidikan sains di sekolah seakan-akan tidak ada dampaknya dalam cara hidup dan cara berpikir sebagian besar masyarakat Indonesia (Hinduan dalam Sarwanto, 2013).

Perkembangan Sains dan Teknologi telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan sains khususnya fisika sebagai bagian dari pendidikan pada umumnya memiliki peran dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas.

Target penting dari pendidikan khususnya pendidikan fisika adalah mendidik individu agar dapat mengatasi masalah-masalah yang ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan Selcuk (200 ) yang


(16)

menyatakan bahwa program pendidikan memiliki tujuan utama dalam proses pembelajaran bagi siswa yaitu untuk mengatasi masalah matematika, masalah fisika, masalah kesehatan, masalah sosial dan masalah pembentukan kepribadian. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan siswa untuk suatu profesi.

Fisika dalam pengertian sains merupakan ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang benda mati. Menurut (Supeno,et al,200 ), Fisika adalah ilmu yang paling mendasar dari semua cabang sains. Fisika berurusan dengan perilaku dan struktur materi. Dengan kata lain, fisika adalah ilmu tentang perubahan di alam. Mata pelajaran fisika merupakan salah satu komponen pendidikan sebab fisika adalah salah satu ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu.

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh setiap jenjang pendidikan, karena fisika nantinya akan menjadi dasar dalam penguasaan teknologi. Hasil analisis konsep menunjukkan bahwa konsep pada materi fisika mengandung atribut-atribut konsep yang abstrak, sehingga untuk memahami karakteristik konsep ini diperlukan pemahaman tentang hukum dasar fisika, hubungan antara sebab akibat antara besaran besaran fisika sehingga melalui formulasi model matematik dan inferensi logika dapat dijelaskan berbagai gejala fisika yang berkaitan dengan karakteristik setiap konsep tersebut.

Dalam batasan pembelajaran fisika, siswa dituntut untuk dapat memecahkan masalah berupa soal-soal tes yang berhubungan dengan konsep fisika menggunakan analisis matematika sebagai bentuk hasil pembelajaran. Permasalahan yang sering terjadi dalam pembelajaran fisika yaitu kurang


(17)

seimbangnya antara konsep dan teori yang diberikan pendidik kepada siswa dengan penerapan fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Fisika sebagai salah bagian dari sains dimasukkan dalam kurikulum pelajaran di Indonesia mulai dari tingkat dasar sampai menengah. Pembelajaran fisika bertujuan untuk menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, serta memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah. Fisika sebagai penyusun sains merupakan wahana atau sarana untuk melatih para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah, memiliki keterampilan proses sains serta keterampilan berpikir kritis dan kreatif. siswa yang memperoleh pembelajaran fisika diharapkan nantinya akan memiliki sikap ilmiah sebagai komponen afektif, pengetahuan/wawasan sains sebagai komponen kognitif serta memiliki hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa sebagai komponen psikomotorik.

Pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah khususnya pada fisika pendidik sering menggunakan metode pembelajaran yang cenderung monoton dan kurangnya keterlibatan siswa menemukan suatu konsep dalam proses pembelajaran berlangsung, pembelajaran pun lebih bersifat teacher-centered pendidik hanya menyampaikan fisika sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual, serta kecenderungan penggunaan soal-soal yang hanya berorientasi pada penggunaan rumus dari pada pemahaman konsep-konsep fisika sebaiknya pendidik yang mengajarkan sains seperti halnya fisika harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif. Siswa perlu diberikan kesempatan dalam berperan memecahkan masalah seperti yang dilakukan para ilmuan, agar mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka


(18)

sendiri, pada kenyataannya yang ditemukan di lapangan, Proses pembelajaran lebih didominasi dengan pembelajaran yang konvensional dengan menggunakan metode ceramah. Pembelajaran yang seperti itu akan mengakibatkan siswa kurang yakin akan pengetahuannya sendiri, sehingga hasil belajarnya rendah.

Kualitas pendidikan saat ini belum menunjukkan relevansi yang tinggi dengan kebutuhan masyarakat. Ilmu fisika diterapkan di sekolah seakan-akan tidak berdampak dalam cara hidup dan cara berpikir siswa di lingkungannya. Hal ini dibuktikan oleh hasil observasi awal peneliti dengan guru bidang studi fisika di sekolah Madrasah Aliyah Baharuddin, yang menunjukkan bahwa selama ini pembelajaran fisika masih berfokus pada guru belum bergeser fokus pada siswa itu sendiri. Hal ini mengakibatkan pembelajaran hanya berfokus pada kegiatan mengahafal konsep, sehingga siswa merasa kesulitan dalam memahami konsep fisika.

Berdasarkan hasil observasi lanjutan yang telah penulis lakukan di Madrasah Aliyah Baharuddin pada tanggal 0 Agustus 201 , penulis mendapatkan informasi, bahwa pembelajaran fisika yang berlangsung masih didominasi oleh guru serta kurang bervariasi, proses pembelajaran lebih sering menggunakan model ceramah dan pembelajaran yang berlangsung masih konvensional dengan latihan soal, sehingga kurangnya kesempatan siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif dan kegiatan praktikum pun jarang dilaksanakan sehingga mengakibatkan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa siswa menjadi pasif dan kurang terbentuk, dimana siswa hanya mengikuti apa yang dicontohkan guru dan kreativitas dalam diri siswa pun terhambat serta mengalami penurunan hasil belajar siswa. Hal ini berdampak pada hasil ulangan


(19)

siswa di semester ganjil 2013/201 memperoleh angka kurang memuaskan, yaitu dengan nilai rata-rata 0 sedangkan KKM bernilai 0.

Kemampuan kognitif yang dicapai antar siswa tidak sama, ada yang mencapai kemampuan kognitif tinggi, ada pula yang mempunyai kemampuan kognitif rendah. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan kognitif siswa adalah penggunaan model pembelajaran dan tingkat kreativitas belajar fisika siswa. Model pembelajaran inkuiri terbimbing sangat cocok untuk menigkatkan dan mengembangkan kemampuan kognitif siswa karena model ini menekankan guru untuk mendorong keterlibatan dan motivasi siswa seraya membantu mereka mendapatkan pemahaman mendalam tentang topik-topik yang jelas. Model pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik serta kualitas pembelajaran fisika.

Direct Instruction merupakan suatu bentuk proses belajar mengajar yang sudah biasa dilaksanakan oleh guru atau dengan kata lain yang paling sering dilakukan oleh guru-guru di suatu sekolah. Secara umum pelaksanaan pembelajaran ini adalah dengan cara guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara lisan. Pada umumnya siswa bersifat pasif, yaitu menerima apa saja yang dijelaskan oleh guru. Pada pelaksanaannya pembelajaran ini lebih sering menggunakan model ceramah, dimana guru lebih mendominasi proses pembelajaran sementara siswa bersikap pasif. Sehingga dalam Direct Instruction hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa siswa terhambat, hal ini juga disebabkan dalam proses belajar mengajar siswa kurang berbasis eksperimen,sehingga praktikum jarang dilaksanakan. Pada Direct Instruction untuk menerapkan proses


(20)

belajar mengajar berbasis eksperimen sangat sulit diterapkan karena dalam Direct Instruction hanya menggunakan model caramah dan tidak berbasis pendidikan, hal inlah yang membuat siswa kurang terampil di sekolah.

Sesuai dengan pernyataan di atas maka model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri dengan jenis bimbingan. Terdapat beberapa jenis inkuiri yang dapat digunakan sesuai dengan keadaan siswa yang bersangkutan, diantaranya adalah Disc very Learning, nteractive Dem nstrasi, uided n uiry, n uiry Lab rat rium, y thetical n uiry. Berdasarkan keadaan siswa yang diamati di sekolah Madrasah Aliyah Baharuddin, maka jenis inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini adalah inkuiri terbimbing, karena pada proses pelaksanaannya guru merencanakan pembelajaran dan perumusan kegiatan.

Adapun tujuan model inkuiri terbimbing ini menurut Paul Eggen dan Don Kauchak (2012) adalah untuk mendorong keterlibatan dan motivasi siswa seraya membantu mereka mendapatkan pemahaman mendalam tentang topik-topik yang jelas. Model pembelajaran inkuiri terbimbing perlu mengacu ke penelitian yang relevan, menurut (Sabahiyah, 2013) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing yang diterapkan dalam penelitian ini terbukti berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA dan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa. Selanjutnya menurut (Gladys, 2013) menyatakan bahwa pendekatan inkuiri terbimbing efektif digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Struktur dasar pelajaran inkuiri terbimbing sama bagi pembelajar dari semua tingkat perkembangan. Akan tetapi sejumlah adaptasi akan diperlukan saat menggunakan model ini dengan sisiwa pada tingkat perkembangan yang berbeda. Secara umum,


(21)

semakin belia siswa, semakin sedikit pengalaman mereka tentang suatu topik, semakin besar kebutuhan akan contoh-contoh konkret berkualitas tinggi. Menurut Munandar (200 ) kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data informasi, atau unsur-unsur yang ada.

Sedangkan menurut Robert (200 ) kreativitas merupakan suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang menurut kegunaannya). Jahja (2011) kreativitas dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Sedangkan menurut Susanto (2013) kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Brickman et al (200 ) dengan melakukan penelitian menggunakan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing pada mahasiswa non sains di University Georgia terhadap pendekatan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa. Penerapan tersebut sejalan dengan defenisi dari model pembelajaran inkuiri terbimbing, sebagaimana yang dikemukakan oleh (Sun dan Trowbridge, 1 3) yang menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan suatu proses menemukan dan menyelidiki masalah-masalah, menyusun hipotesis, merencakan eksperimen, mengumpulkan data, menarik kesimpulan data dan menarik kesimpulan tentang hasil masalah. Model pembelajaran inkuir terbimbing juga menuntut guru untuk sengaja memilih peristiwa yang menimbulkan keheranan dan membuat siswa untuk memikirkannya serta menimbulkan rasa keingintahuan dan berusaha untuk


(22)

10 menemukan dan menjelaskan sehingga akan menghasilkan suatu pemahaman konsep dan teori baru.

Berdasarkan defenisi inkuri terbimbing di atas, maka untuk memudahkan dalam mewujudkan suatu proses penyelidikan yang berorientasi inkuiri, diperlukan kegiatan praktikum dengan menggunakan alat praktikum sederhana untuk menunjang proses pembelajaran, maka dalam penelitian ini alat praktikum sederhana yang digunakan adalah alat optik sederhana yang dirancang oleh siswa sendiri melalui petunjuk guru yang disajikan dalam bentuk lembar kerja siswa, hal ini dilakukan supaya siswa lebih terampil sehingga kreativitas pada siswa dapat muncul dan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa pun dapat terbentuk. Kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, model ataupun produk yang baru efektif yang bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi, yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah (Rachmawati, 2010).

Berdasarkan pernyataan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kreativitas Terhadap Hasil Belajar Kognitif Tinggi Fisika Siswa Madrasah Aliyah Swasta Baharuddin”.

1. . Ident f kas Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi antara lain


(23)

11 2. Kurangnya kesempatan siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata

dan aktif.

3. Alat-alat praktikum di sekolah tidak memadai.

. Adanya perbedaan kreativitas yang dimiliki oleh siswa.

. Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada mata pelajaran fisika masih rendah.

. Proses pembelajaran lebih sering menggunakan metode ceramah dan pembelajarab berlangsung masih konvensional dengan latihan soal.

1. . Batasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada

1. Model pembelajaran yang di gunakan dalam penelitian ini adalah nkuiri Terbimbing.

2. Kegiatan praktikum yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengaruh kalor, hubungan kalor terhadap suhu benda dan wujudnya.

3. Kreativitas siswa awal siswa pada tingkat tinggi dan tingkat rendah. . Hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa.

. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah suhu dan kalor pada siswa kelas X semester II Madrasah Aliyah Baharuddin.

1. . Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian di Madrasah Aliyah Baharuddin adalah sebagai berikut


(24)

12 1. Bagaimanakah nilai hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model

pembelajaran direct instructi n?

2. Bagaimanakah nilai hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing?

3. Apakah ada perbedaan antara nilai hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran direct instructi n dan model pembelajaran inkuiri terbimbing?

. Apakah terdapat interaksi antara kreativitas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa?

1. . Tu uan Penel t an

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian di Madrasah Aliyah Baharuddin adalah

1. Untuk mengetahui nilai hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran direct instructi n.

2. Untuk mengetahui nilai hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

3. Untuk mengetahui perbedaan antara hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran direct instructi n dan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

. Untuk mengetahui interaksi antara kreativitas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar kognitif tiggi fisika siswa.


(25)

13

1. Manfaat Penelitian.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi sebagai sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi, guru, pengelolah, pengambang lembaga pendidikan dan penelitian selanjutnya akan menguji secara lebih mendalam tentang penerapan model pembelajaran nkuiri Terbimbing dalam meningkatkan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa.

Secara praktis penelitian ini diharapkan

1. Bahan pertimbangan bagi pengajar dalam memahami masalah siswa pada pembelajaran fisika, sehingga dapat memilih model pembelajaran yang cocok. 2. Bahan masukan bagi pengajar dalam memilih dan menggunakan model serta

media pembelajaran secara optimal pada kegiatan belajar mengajar fisika. 3. Rujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan

penelitian ini bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian sejenis.

. Peningkatan kompetensi penelitian dalam melakukan kegiatan penelitian serta aplikasi dalam proses pembelajaran di kelas.

1. Defenisi O erati nal.

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing guru berperan sebagai instruktur, yang berperan sebagai pengarah saat pembelajaran berlangsung disebut nkuiri Terbimbing. (Buck et al dalam Brickman et al, 200 ).

2. Direct Instruction cenderung pada belajar hapalan yang mentolerir respon-respon yang bersifat konvergen, menekankan informasi konsep, latihan soal


(26)

1

dalam teks, serta penilaian masih bersifat tradisional dengan paper dan pencil test yang hanya menuntut pada satu jawaban benar. Belajar hapalan mengacu pada penghapalan fakta-fakta, hubungan-hubungan, prinsip, dan konsep. (Depdiknas (Yasa, 2008).

3. Kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, model ataupun produk yang baru efektif yang bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi, yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah. Adapun idikator kreativitas tersebut adalah fluency, flexibility, originality, elaboration dan sensitivity. (Rachmawati, 2010).

. Hasil belajar adalah perubahan pada kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi pada siswa setelah melalui proses belajar. Dalam penelitian ini aspek yang di ukur adalah perubahan pada tigkat kognitifnya saja. Hasil belajar kognitif tinggi yang dimaksud adalah perubahan yang hanya mencakup bidang kognitif ranah kognitif atau kegiatan mental (otak) C3, C , C dan C . (Sudjiono, 2001).


(27)

106 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat Perbedaan hasil postes kognitif tinggi fisika siswa yang diberi pembelajaran dengan model Inquiry Terbimbing dengan siswa yang diberi pembelajaran direct instruction. Kelas ekperimen memperoleh rata-rata 94,38 dan kelas kontrol memperoleh rata-rata 80,00. Model pembelajaran Inquiry Terbimbing lebih baik dalam meningkatkan kognitif tinggi fisika siswa siswa daripada pembelajaran direct instruction.

2. Terdapat Perbedaan hasil postes kognitif tinggi fisika siswa pada kelompok siswa yang memiliki kreativitas yang tinggi dengan kreativitas yang rendah. Rata-rata kognitif tinggi fisika siswa kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi sebesar 84,24 sedangkan rata-rata kognitif tinggi fisika siswa kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah sebesar 65,00. Keterampilan proses sains siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas yang rendah. 3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas dalam

mempengaruhi kognitif tinggi fisika siswa siswa. Model pembelajaran Inquiry Terbimbing lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki kreativitas yang tinggi.


(28)

107 5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran:

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih melatih siswa dalam mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena yang didemonstrasikan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mampu mendapatkan petunjuk untuk menjawab penyebab terjadinya fenomena tersebut.

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan jumlah siswa dalam pembagian kelompok saat menerapkan model pembelajaran Inquiry Terbimbing. Jumlah siswa yang disarankan peneliti adalah 4 sampai 5 orang setiap kelompok dengan tujuan agar siswa lebih efektif dalam berkeja di kelompoknya dan peneliti dapat lebih baik dalam memantau aktifitas siswa.

3. Peneliti selanjutnya hendaknya terlebih dahulu mekreativitas siswa atau memberikan contoh-contoh pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan jawaban “ya “ atau “tidak” karena temuan di lapangan siswa masih sulit untuk membuat pertanyaan dengan jawaban “ya “ atau “tidak”.


(29)

107 DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani, Ridwan (2012). Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: Unimed Press

Anderson, L. W. & Krathwhol, D.R. (2001). A Taxonomy for learning, teaching and Assessing: A revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives. New York: Addison Wesley Longman.

Anitah, Sri, dan Yetti Supriyati (2008). Strategi Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas Terbuka

Arends . R.J II (2013). Learning to Teach. New York: MC Graw-Hill

Arikunto, Suharsimi (2013). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Bangun Harahap, Mara (2012). Belajar dan Membelajarkan. Diktat Perkuliahan. BNSP. (2006).Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Brickman, P., Cara, G., Norris, A and Brittan. H. (2009). Effect of Inquiry – Based Learning on Student’s Literacy Skill and Confidence. International Jorunal For the Scholarship of Teaching and Learning. Vol. 3. 2. 152-153.

Candra Sayekti, Ika, Sarwanto dan Suparmi (2012). Pembelajaran IPA Menggunakan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Kemampuan Analisis dan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Inkuiri Vol 1. 2. 142-153.

Damari. Ari (2007). Kupas Fisika SMA untuk Kelas 1,2 dan 3. Jakarta: Wahyu Media

Dev. (1997). Journal of theacher Education.

Dimyati dan Mudjiono (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Eggen, Paul dan Don Kauchak (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta Barat: Indeks. Jack, Gladys. U. (2013). Concept Mapping and Guided Inquiry as Effective

Techniques for Teaching Difficult Concept in Chemistry: Affect on Students 107


(30)

108 Academic Archievement. Journal of Education and Practice. Vol. 6 (2). 11-22.

Joyce. B dan Weill. (2013). Model f Teach. 6th edition. Boston : Allyn and Bacon.

Julia Hapsari, Mahrita. (2011). paya Menigkatkan Self Confidence Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Inkuiri Terbimbing. Prosiding Seminar Nasional. Universitas Negeri Yogyakarta.

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.

NRC. (2000). Inquiry and The ational Science Education Standar A Guide for Teaching and Learning. Washington DC: National Academic Press

Rachmawati, Yeni (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak. Jakarta : Kencana.

Riyanto, Yatim (2012). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Jakarta : Kencana.

Rustaman, Nuryani Y (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan Sains. Makalah Seminar Nasional II.

Sabahiyah, A.A.I.N, Mathaeni, I.W dan Suastra. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas Gugus 03 anasaba Lombok Timur. Jurnal Pendidikan Dasar. Volume 3(3). 4-15.

Sagala, Syaiful. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Perdana Media Group

Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Kencana Perdana Media Group

Solso, Robert L. (2007). Psikologi Kognitif. Jakarta : Erlangga

Sudijono, Anas. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sudjana, Nana. (2005). Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sujiono, Yuliani Nurani. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta : Indeks


(31)

109

Supeno, (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas Terbuka

Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana

Suwartaya, Nugroho dan Khumaedi (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing Berefleksi Pada Materi Konduktor dan Isolator Panas. Journal of Primary Education. Vol 2(1). 3-11.

Usman, Husaini (2009). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara

Yunus, (2013). Implementasi Pembelajaran Fisika Berbasis Guided Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Auditorik. Journal Pendidikan IPA. Vol 2(1). 4-11.


(1)

dalam teks, serta penilaian masih bersifat tradisional dengan paper dan pencil test yang hanya menuntut pada satu jawaban benar. Belajar hapalan mengacu pada penghapalan fakta-fakta, hubungan-hubungan, prinsip, dan konsep. (Depdiknas (Yasa, 2008).

3. Kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, model ataupun produk yang baru efektif yang bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi, yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah. Adapun idikator kreativitas tersebut adalah fluency, flexibility, originality, elaboration dan sensitivity. (Rachmawati, 2010).

. Hasil belajar adalah perubahan pada kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi pada siswa setelah melalui proses belajar. Dalam penelitian ini aspek yang di ukur adalah perubahan pada tigkat kognitifnya saja. Hasil belajar kognitif tinggi yang dimaksud adalah perubahan yang hanya mencakup bidang kognitif ranah kognitif atau kegiatan mental (otak) C3, C , C dan C . (Sudjiono, 2001).


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat Perbedaan hasil postes kognitif tinggi fisika siswa yang diberi pembelajaran dengan model Inquiry Terbimbing dengan siswa yang diberi pembelajaran direct instruction. Kelas ekperimen memperoleh rata-rata 94,38 dan kelas kontrol memperoleh rata-rata 80,00. Model pembelajaran Inquiry Terbimbing lebih baik dalam meningkatkan kognitif tinggi fisika siswa siswa daripada pembelajaran direct instruction.

2. Terdapat Perbedaan hasil postes kognitif tinggi fisika siswa pada kelompok siswa yang memiliki kreativitas yang tinggi dengan kreativitas yang rendah. Rata-rata kognitif tinggi fisika siswa kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi sebesar 84,24 sedangkan rata-rata kognitif tinggi fisika siswa kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah sebesar 65,00. Keterampilan proses sains siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas yang rendah. 3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas dalam

mempengaruhi kognitif tinggi fisika siswa siswa. Model pembelajaran Inquiry Terbimbing lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki kreativitas yang tinggi.


(3)

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran:

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih melatih siswa dalam mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena yang didemonstrasikan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mampu mendapatkan petunjuk untuk menjawab penyebab terjadinya fenomena tersebut.

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan jumlah siswa dalam pembagian kelompok saat menerapkan model pembelajaran Inquiry Terbimbing. Jumlah siswa yang disarankan peneliti adalah 4 sampai 5 orang setiap kelompok dengan tujuan agar siswa lebih efektif dalam berkeja di kelompoknya dan peneliti dapat lebih baik dalam memantau aktifitas siswa.

3. Peneliti selanjutnya hendaknya terlebih dahulu mekreativitas siswa atau memberikan contoh-contoh pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan jawaban “ya “ atau “tidak” karena temuan di lapangan siswa masih sulit


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani, Ridwan (2012). Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: Unimed Press

Anderson, L. W. & Krathwhol, D.R. (2001). A Taxonomy for learning, teaching and Assessing: A revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives. New York: Addison Wesley Longman.

Anitah, Sri, dan Yetti Supriyati (2008). Strategi Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas Terbuka

Arends . R.J II (2013). Learning to Teach. New York: MC Graw-Hill

Arikunto, Suharsimi (2013). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Bangun Harahap, Mara (2012). Belajar dan Membelajarkan. Diktat Perkuliahan. BNSP. (2006).Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Brickman, P., Cara, G., Norris, A and Brittan. H. (2009). Effect of Inquiry – Based Learning on Student’s Literacy Skill and Confidence. International Jorunal For the Scholarship of Teaching and Learning. Vol. 3. 2. 152-153.

Candra Sayekti, Ika, Sarwanto dan Suparmi (2012). Pembelajaran IPA Menggunakan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Kemampuan Analisis dan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Inkuiri Vol 1. 2. 142-153.

Damari. Ari (2007). Kupas Fisika SMA untuk Kelas 1,2 dan 3. Jakarta: Wahyu Media

Dev. (1997). Journal of theacher Education.

Dimyati dan Mudjiono (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Eggen, Paul dan Don Kauchak (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta Barat: Indeks. Jack, Gladys. U. (2013). Concept Mapping and Guided Inquiry as Effective

Techniques for Teaching Difficult Concept in Chemistry: Affect on Students 107


(5)

Academic Archievement. Journal of Education and Practice. Vol. 6 (2). 11-22.

Joyce. B dan Weill. (2013). Model f Teach. 6th edition. Boston : Allyn and Bacon.

Julia Hapsari, Mahrita. (2011). paya Menigkatkan Self Confidence Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Inkuiri Terbimbing. Prosiding Seminar Nasional. Universitas Negeri Yogyakarta.

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.

NRC. (2000). Inquiry and The ational Science Education Standar A Guide for Teaching and Learning. Washington DC: National Academic Press

Rachmawati, Yeni (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak. Jakarta : Kencana.

Riyanto, Yatim (2012). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Jakarta : Kencana.

Rustaman, Nuryani Y (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan Sains. Makalah Seminar Nasional II.

Sabahiyah, A.A.I.N, Mathaeni, I.W dan Suastra. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas Gugus 03 anasaba Lombok Timur. Jurnal Pendidikan Dasar. Volume 3(3). 4-15.

Sagala, Syaiful. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Perdana Media Group

Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Kencana Perdana Media Group

Solso, Robert L. (2007). Psikologi Kognitif. Jakarta : Erlangga

Sudijono, Anas. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sudjana, Nana. (2005). Metode Statistika. Bandung : Tarsito


(6)

Supeno, (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas Terbuka

Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana

Suwartaya, Nugroho dan Khumaedi (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing Berefleksi Pada Materi Konduktor dan Isolator Panas. Journal of Primary Education. Vol 2(1). 3-11.

Usman, Husaini (2009). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara

Yunus, (2013). Implementasi Pembelajaran Fisika Berbasis Guided Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Auditorik. Journal Pendidikan IPA. Vol 2(1). 4-11.