Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar siswa Pada materi litosfer

(1)

(

Quasi Ekperimen di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat

)

SKRIPSI

Digunakan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Geografi

Oleh :

HANNY HARDIANTI 11100150000088

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

NIM :1110015000088 Tempat, Tanggal lahir: Jakart a, 2 Juli 1992 Jurusan

Alamat

Nama Pembimbing I

NIP

Jurusan/Program Studi Demikian surat

siap menerima segala

karya sendiri.

: Pendidikan IPS, Konsentrasi Geografl

: Jl. Dewi Sartika Gg. Nangka No

ig

Rt 04110 Ciputat,

Tangerang Selatan

: Dr. Muhammad. Arif, M.pd

:19700606 199702

I

002

: Pendidikan IpS/Geografi

pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya

konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil

MENYATAKAN

DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul pengaruh

Model

pembelajaran Inkuiri

Terbimbing (Guided Inquiry) Terhadap Hasil Berajar Geografi Siswa pada

Materi Litosfer adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Jakarta,27 April2}l5

Yang menyatakan

Hannv Hardianti

NIM: 1l10015000088

ffioroo..u.i.u.fr)


(5)

i

(Guided Inquiry) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Litosfer” Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar siswa pada materi litosfer. Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat tahun pelajaran 2014-2015 . Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi

ekperimen. Pada penelitian ini sampel Kelas X-I sebagai kelompok eksperimen

dengan menggunakan model inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan siswa kelas X-2 sebagai kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional yang masing-masing berjumlah 25 siswa. Intrumen penelitian yang digunakan adalah intrumen tes, lembar observasi dan angket. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t yang dilakukan pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa hasil belajar geografi siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing diperoleh nilai thitung sebesar 3,058 dan ttabel sebesar 1,677 dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa.


(6)

ii

On Lithosphere” Thesis Learning Department of Social Science, State Islamic

University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

The aims of this reaserch is to know the effect of the guided inquiry model to geography students learning outcomes in lithosphere. The method of reaserch used quasi experiments. The research was conducted at SMA Muhammadiyah 8 Ciputat.The research took 25 students for each group as a sample for each group using purposive sampling technique. The sample in this study of class X-I as an experimental group using the model of guided inquiry and class X-2 as a control group using conventional learning model use which each totaled 25 students. Instrumentation of research used Instrument test instruments, observation sheets and questionnaires.Base on data analysis using the t-test with performed on a 95% confidence level indicates that the learning outcomes of students who were taught Geography to guided inquiry obtained t values of 3,058 And t count of 1,677 it

can be concluded that there was a significant influence between guided inquiry of

student learning outcomes.


(7)

iii

Alhamdulillah. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari kejahiliahan menuju zaman yang terang benderang penuh dengan cahaya keimanan.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

(Guided Inquiry) Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Pada materi Litosfer”

merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr.Muhammad Arif, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang dengan sabar, tulus dan ikhlas telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini

5. Bapak Drs. Nurochim, MM selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa setia dan sabar dalam memberikan nasehat, arahan dan bimbingannya kepada penulis.


(8)

iv

7. Teristimewa Ayahanda Hadi Sabaruddin, S.Sos dan Ibunda Endang Suharni yang terus melimpahkan cinta dan kasih sayang, motivasi serta doa yang tidak pernah berhenti untuk penulis.

8. Adik-adikku tersayang, Dieni Sabrina A’malia dan Muhammad Kemal Pasha. Untuk seseorang yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan setiap saat. Serta seluruh keluarga besar yang selalu memotivasi penulis untuk penyelesaian studi.

9. Seluruh Sahabat-sahabat Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2010, khususnya Konsentrasi Geografi yang telah banyak memberikan pengalaman kepada penulis tentang indahnya arti kebersamaan. Serta teman-teman Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT). Semoga ilmu yang kita dapat di bangku kuliah dapat bermanfaat untuk sesama. Sukses untuk kita semua.

10. Wit Laili Darmayanti, Nur Maw’izhatillah, teman-teman Secret Code, Rima Oktava,Selly Sulistiawati, dan Novi Puji lestari kumpulan pertemanan yang sangat menyenangkan. Terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya. Semoga persahabatan kita tidak akan pernah lekang oleh waktu.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala doa dan dukungan yang diberikan untuk penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan isi skripsi ini

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Khususnya untuk penulis sendiri serta para pembaca sekalian.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Jakarta, April 2015


(9)

v

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 4

C.Pembatasan masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.Kajian Teori ... 6

1. Pembelajaran Inkuiri ... 6

a. Pengertian Inkuiri ... 6

b. Karakteristik Inkuiri ... 8

c. Komponen-Komponen Inkuiri ... 9

d. Prinsip-Prinsip pembelajaran Inkuiri ... 10

e. Tingkatan Inkuiri ... 11

2. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) .... 12

a. Pengertian Inkuiri Terbimbing ... 12

b. Langkah-langkang Inkuiri Terbimbing ... 13

c. Keunggulan Model Pelajaran Inkuiri Terbimbing ... 15

3. Hasil Belajar ... 16

a. Pengertian Hasil Belajar ... 16

b. Jenis-Jenis Hasil Belajar ... 17


(10)

vi

1. Kerangka Berpikir ... 21

2. Pengajuan Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat ... 23

B.Metode dan Disain Penelitian ... 24

C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

D.Teknik Pengumpulan Data ... 25

1. Tes ... 26

2. Observasi ... 27

3. Angket ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 27

1. Instrumen Tes Hasil Belajar ... 27

2. Instrumen Lembar Observasi ... 28

3. Instrumen Angket Siswa ... 30

F.Uji Coba Instrumen ... 31

1. Validitas Instrumen ... 31

2. Reabilitas Instrumen... 32

3. Taraf Kesukaran ... 33

4. Daya Pembeda ... 34

G.Teknik Analisis Data ... 35

1. Teknik Analisis Data Tes ... 35

a.Uji Prasyarat Analisis Data Kuantitatif ... 36

1) Uji Normalitas ... 36

2) Uji Homogenitas ... 38

b.Pengujian Hipotesis ... 39

c.Hipotesis Statistik ... 40


(11)

vii

3. Sarana dan Prasarana... 43

4. Program Unggulan dan Prestasi ... 43

5. Gambaran Kegiatan Pembelajaran ... 43

a.Kelas Eksperimen... 43

b.Kelas Kontrol ... 44

B. Deskripsi Data ... 45

1. Tes ... 45

a.Deskripsi Pretest Kelompok Eksperimen ... 45

b.Deskripsi Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 46

2. Observasi ... 48

a.Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 48

b.Model Pelajaran Konvensional ... 51

3. Angket ... 53

C. Hasil Analisis Data Tes ... 58

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 58

a. Uji Normalitas Pretest ... 58

b. Uji Homogenitas Postest ... 58

4. Pengujian Hipotesis ... 59

a.Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Pretest ... 59

b.Uji Dua Rata-Rata Postest ... 61

D. Pembahasan Hasil PenelitianAnalisis ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(12)

viii

Tabel 3.2 Nonrandomized Control Group Prest and Postest Design ...24

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan data ...26

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ...28

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen lembar Observasi Model pembelajaran inkuiri terbimbing ...29

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi Model Pembelajaran Konvensional Hasil Belajar ...30

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Angket Siswa ...30

Tabel 3.8 Interprestasi Reabilitas ...33

Tabel 3.9 Klasifikasi Indeks Kesukaran ...34

Tabel 3.10 Klasifikasi Daya pembeda ...35

Tabel 3.11 Tabel Bantu Perhitungan Distribusi ...37

Tabel 3.12 Tabel Bantu Perhitungan Chi-Kuadrat ...38

Tabel 3.13 Kategori Hasil Observasi ...41

Tabel 4.1 Data Hasil Pretest Ekpremen dan Kontrol ...45

Tabel 4.2 Deskripsi Data Hasil Pretest Ekpremen dan Kontrol ...46

Tabel 4.3 Data Hasil Posttest Ekpremen dan Kontrol...47

Tabel 4.4 Deskripsi Data Hasil Postest Ekpremen dan Kontrol ...47

Tabel 4.5 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pertemuan ke-1 ...48

Tabel 4.6 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pertemuan ke-2 ...49

Tabel 4.7 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pertemuan ke-3 ...50

Tabel 4.8 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Konvensional Pertemuan ke-1 ...51

Tabel 4.9 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Konvensional Pertemuan ke-2 ...52


(13)

ix

Tabel 4.13 Angket Pertanyan ke 3 ...54

Tabel 4.14 Angket Pertanyan ke 4 ...54

Tabel 4.15 Angket Pertanyan ke 5 ...55

Tabel 4.16 Angket Pertanyan ke 6 ...55

Tabel 4.17 Angket Pertanyan ke 7 ...55

Tabel 4.18 Angket Pertanyan ke 8 ...56

Tabel 4.19 Angket Pertanyan ke 9 ...56

Tabel 4.20 Angket Pertanyan ke 10 ...57

Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Pretest-Postest ...58

Tabel 4.22 Hasil Uji Homogenitas Pretest-Postest ...59

Tabel 4.23 Hasil Uji Kesamaan Dua rata-rata Pretest...60


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini, Guru bukan hanya sekedar mengajar (transfer of knowledge) melainkan harus menjadi manejer belajar. Artinya setiap guru diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang menantang kreativitas dan aktivitas siswa, memotivasi siswa, menggunakan multimedia, multi metode, dan multisumber agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.1 Sebagaimana terulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 “tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif dan mandiri.2

Proses pembelajaran pada prinsipnya merupakan proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, kreativitas perserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Tetapi dalam implementasinya masih banyak kegiatan yang mengabaikan aktivitas dan kreativitas perserta didik tersebut.

Fenomena pembelajaran yang monoton karena menekankan penguasaan intelektual yang terpusat pada guru atau pembelajaran konvensional di kelas membuat siswa jenuh dan kurang aktif dikelas, siswa hanya mendengarkan, mencatat dan menghafalkan pelajaran. Paradigma ini menurut Paulo Friere, guru mengabaikan aktifitas dan kreativitas siswa didik.3 Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar pun kurang, sehingga siswa merasa jenuh pada kegiatan belajar mengajar.

1

Rusman, Model-Model Pembelajaran , (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012).h19

2

UU RI No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan pemuda, 2005)

3


(15)

Pembelajaran geografi bukan sekedar memberikan materi saja, tetapi juga menghubungkan pelajaran dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita. siswa dituntut untuk mencari tahu apa penyebab terjadinya permasalahannya, menjelaskan kesimpulan apa yang telah diperoleh dan bagaimana cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sehingga dalam pelajaran geografi aktifitas dan kreativitas siswa diperlukan.

Kurangnya aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar membuat pembelajaran yang dilakukan tidak bermakna. Hal ini disebabkan karena guru kurang berusaha untuk mengajak siswa untuk berfikir sehingga menyebabkan kurangnya perhatian siswa dengan pelajaran yang dipelajari.

Ini terjadi karena model pembelajaran yang digunakan tidak sesuai. Sekarang ini siswa harus aktif didalam kelas. Suasana didalam kelas dirancang agar menjadi menyenangkan. Dengan adanya model-model pembelajaran saat ini membuat guru bisa lebih kreatif menciptakan suasana pembelajaran yang tidak lagi membosankan.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik, guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Jika hal ini dilakukan dengan baik maka sasaran akhir dari pembelajaran adalah kemudahan belajar bagi siswa.

Pembelajaran bermakna akan mendorong peserta didik ikut aktif dalam proses pembelajaran dan dianggapnya sebagai pembelajaran bermakna. Indrawati menyatakan bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemerosesan informasi.4

Merencanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran sebaiknya sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Indikator Model pembelajaran juga sebaiknya disesuaikan dengan gaya mengajar guru, karena ketidak tepatan dalam gaya mengajar mempengaruhi hasil belajar siswa.

4

Triyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontrukvistik, ( Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007).h.134


(16)

Senada dengan permasalahan diatas berdasarkan observasi peneliti di sekolah banyak siswa terasa jenuh karena model pembelajaran yang digunakan berpusat pada guru. Wawancara yang dilakukan dengan guru Bu Eli yang merupakan guru mata pelajaran geografi di sekolah SMA Muhammadiyah 8 Ciputat, dalam kegiatan belajar mengajar beliau lebih sering menggunakan metode ceramah. Pada saat berlangsungnya pelajaran hanya ada satu atau dua siswa yang aktif di dalam kelas sisanya hanya mendengarkan bahkan beberapa asik mengobrol didalam kelas. Hal ini terjadi karena siswa tidak dirangsang untuk aktif di dalam kelas, mengakibatkan hanya beberapa siswa yang benar-benar ikut terlibat didalam proses belajar mengajar.

Hal ini juga berdampak pada hasil belajar geografi siswa pada pelajaran. Nilai KKM pada mata pelajaran geografi di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat adalah 70 dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 62.5 Hasil belajar siswa yang rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Karena keberhasilan pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal tetapi juga faktor eksternal siswa. Sedangkan salah satu faktor eksternalnya ialah peran guru. Sebagai pengelola pembelajaran, guru harus mampu mengorganisasi dan menggali potensi-potensi yang ada pada diri siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Permasalahan diatas tentunya memiliki solusi kongkret, salah satunya kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry). Pada model pembelajaran inkuri terbimbing (Guided Inquiry) kegiatan belajar mengajar diawali dengan merangsang siswa dengan menghadirkan masalah yang dirancang oleh guru. Sehingga pembelajaran berpusat pada siswa, guru hanya bertugas sebagai pembimbing. Sedangkan siswa mencari dan membuat hipotesis sementara dengan mengumpulkan beberapa data-data yang mereka dapatkan setelah menganalisis masalah yang diberikan oleh guru.

Keterlibatan siswa dalam pelajaran geografi akan membuat pelajaran lebih bermakna, karena siswa dapat mengemukakan pendapat ataupun memberikan

5


(17)

hipotesis yang didapatinya. Selain itu siswa juga lebih aktif dan meningkatkan kreativitas. Pembelajaran yang seperti ini lebih diingat siswa karena siswa menemukan jawaban atas permasalan.

Dalam pelaksanannya, guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tenang suatu yang dihadapinya. Dengan demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional. Hasil pembelajaran merupakan hasil dari kreativitas siswa sendiri, akan bersifat bertahan lama diingat oleh siswa bila dibandingkan dengan pembelajaran yang sepenuhnya dari penjelasan guru.

Litosfer salah satu materi geografi yang dipelajari pada kelas X, dimana materi tersebut membahas tentang lapisan bumi, tenaga tektonisme, dan gunung api. Siswa dapat mengaitkan pelajaran tentang materi litosfer dengan peristiwa yang terjadi disekitar mereka. Mengungkapkan pendapat mereka tentang temuan-temuan yang mereka dapatkan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry) Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Pada Materi Litosfer.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu:

1. Pembelajaran konvensional membuat siswa merasa jenuh

2. Keterbatasan siswa untuk meningkatkan kreatifitas yang dimilikinya 3. Kurangnya aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar

4. Model pembelajaran yang tidak sesuai


(18)

6. Hasil belajar geografi siswa rendah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini pembatasan masalahnya adalah:

1. Hasil belajar akan diukur berdasarkan pada KI-3.

2. Faktor pendekatan pembelajaran dibatasi model pembelajaran inkuiri terbimbing (Guide inquiry)

3. Faktor materi akan dibatasi pada “ Litosfer”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini untuk mengetahui: “Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar geografi siswa pada materi litosfer?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum untuk menjelaskan pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar geografi siswa pada materi litosfer.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Dapat memberikan tambahan pengetahuan pada tingkat teoristis kepada pembaca dan guru.

2. Dapat dijadikan masukan bagi guru maupun pengajar dalam penggunaan model pembelajaran dalam pokok bahasan geografi.

3. Dapat menjadi langkah awal yang dapat ditindaklanjuti oleh peneliti atau pembaca untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran yang lain.


(19)

(20)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritik

1. Pembelajaran Inkuiri a. Pengertian Inkuiri

Inkuiri dalam bahasa Inggris berarti pertanyaan atau pemeriksaan. Metode inkuiri berkaitan dengan aktivitas pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu sehingga siswa akan menjadi pemikir kreatif yang mampu memecahkan masalah.

Meurut Sanjaya “model pembelajran inkuiri adalah rangkaian kegiatan yang menekankan pada proses berpikir secara kristis adan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”.

Sagala mendefinisikan model inkuiri sebagai berikut “model inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam memecahkan masalah”.

Gulo menyatakan “inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehinggga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”.1

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk berfikir secara alamiah dengan mengajukan pertanyaaan, menghubungkan penemuan satu dan lainnya, serta dapat merumuskan sendiri penemuannya. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan berbasis konstektual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

1

Trianto, Model-Model Pembelajran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007) h. 135


(21)

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat kata-kata tetapi hasil menemukan sendiri.2

Model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri, menggunakan konsep-konsep yang sudah dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan kata lain siswa mempunyai kesempatan untuk mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang ada sehingga terjadi belajar bermakna.3

Model pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang

berorientasi kepada siswa (student centered approach). Belajar bukan kegiatan

mengkonsumsi melainkan kegiatan memproduksi dengan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan keingintahuan dan mencari tahu jawabannya. Siswa tidak hanya mendapatkan pelajaran hanya dari penjelasan dari guru. Dalam proses pembelajaran sebaiknya siswa ikut terlibat dengan mencari tau dengan menganalisis masalah yang ada.

Guru merancang kegiatan yang merajuk kepada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya dengan menggunakan pendekatan inkuiri. Sehingga siswa secara individu maupun kelompok belajar dapat menemukan sendiri sesuai dengan pengalaman masing-masing.

Peranan guru dalam pembelajaran inkuiri yaitu:

1) Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir 2) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan. 3) Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat. 4) Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas

5) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 6) Menejer, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas.

7) Redwader,memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.4

2

Kusnandar, Guru Profesional (Jakarta: Rajawali Pers, 2007) h. 309

3

I Made Wirtha , Ni Ketut Rapi, Pengaruh Model Pembelajaran Dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaan konsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraj, Jurnal Pendidikan. Diambil dari (komunitasfisikaunimed.files.wordpress.com201002jurnal-fisika1.pdf) 4/10/14 pukul:12:10

4


(22)

Sasaran utama kegiatan mengajar pada inkuiri adalah:

1) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.

2) Kegiatan belajar disini adalah kegiatan mental dan intelektual dan sosial emosional

3) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran. Mengembangkan sikap percaya diri pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.5

b. Karakteristik Inkuiri

Menurut pandangan konstruktivistik belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan , peroses pembentukan ini dilakukan oleh siswa. Siswa harus aktif dalam kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari.

Guru berperan agar proses proses pengkonsruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.6

Menurut Sanjaya, ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama dalam model pembelajaran inkuiri, yaitu:

1) Model pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

5

W. Gulo, Strategi Belajar ( Jakarta: Gasindo, 2002) h. 85

6


(23)

3) Tujuan dari penggunaan model inkuiri dalam pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam model inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya secara optimal.7

Tujuan pembelajaran melalui model pembelajaran inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berfikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu siswa ketika proses pembelajaran.

c. Komponen-Komponen Inkuiri

Metode pembelajaran inkuiri memiliki beberapa komponen. Sebagaimana yang dikemukakan Garton bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri memiliki 5 komponen yang umum yaitu:

1) Question, pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka

yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena.

2) Student Engangement, dalam model inkuiri keterlibatan aktif siswa

merupakan suatu keharusan dalam menciptakan sebuah produk dalam mempelajari suatu konsep.

3) Cooperative Interaction, siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja

berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan.

4) Performance Evaluation, dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa

diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.

7

Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pemdidikan, ( Jakarta: Kencana, 2011) h. 196.


(24)

5) Variety of Resources, siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.8

d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri

Ada beberapa prinsip-prinsip dalam pelaksanaan model pembelajaran inkuiri di kelas yang perlu menjadi fokus perhatian bagi seorang guru. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut, pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inkuiri diharapkan dapat berjalan secara maksimal sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Menurut Sanjaya ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru dalam penggunaan model pembelajaran inkuiri, yaitu:

1) Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari model pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, model pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat

menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.

2) Prinsip interaksi

Pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru sebagai pengatur lingkungan yang mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.

3) Prinsip bertanya

Kemampuan guru dalam bertanya pada pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri sangat diperlukan. Sebab dengan memberikan pertanyaan

8

Yeohannest.Pembelajaran Inkuri (http://yoehannest.blogspot.com/2010/09/pembelajaran-inkuiri.html diakses pada 2710/14 pukul. 4:40)


(25)

kepada siswa akan melatih kemampuan berpikirnya. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan, baik bertanya untuk melacak maupun bertanya untuk menguji kemampuan.

4) Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think).

5) Prinsip keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Dalam model pembelajaran inkuiri, tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesisnya dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan9.

e. Tingkatan Inkuiri

Dalam penerapannya dibidang pendidikan, ada beberapa jenis model pembelajaran inkuiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge, jenis-jenis model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

1) Inkuiri terbimbing (Guide inquiry)

Inkuiri terbimbing digunakan terutama bagi siswa yang belum mempunyai pengalaman belajar dengan model pembelajaran inkuiri. Dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya, sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru dan para siswa tidak merumuskan permasalahan.

2) Inkuiri bebas (Free inkuiry)

Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Pada pengajaran ini, siswa harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Metodenya adalah inquiry role approach yang melibatkan siswa dalam kelompok tertentu, setiap anggota kelmpok tugas memiliki tugas sebagai, misalnya

9


(26)

koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatatan data, dan pengevaluasi proses.

3) Inkuiri bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry)

Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian10.

2.

Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry

)

a. Pengertian Inkuiri Terbimbing (Guiged Inquiry)

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Sesuai dengan pendapat Joyce bahwa “Each model guides us as we design instruction to help students achieve various objective” yang berarti bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu perserta didik mencapai tujuan. Model inkuiri terbimbing adalah suatu pendekatan mengajar dimana guru memberi siswa contoh-contoh spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut. 11

Menurut Markaban mengungkapkan, Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dapat diselenggarakan secara individu maupun kelompok.12 Dalam melakukan inkuiri terbimbing guru menenentukan tujuan belajar berupa pertanyaan apa yang menentukan apa yang semestinya diketahui, dipahami, atau mampu dilakukan siswa terkait dengan pembahasan mata pelajaran yang sedang dipelajari.

Dalam model inkuiri terbimbing peranan guru adalah membimbing siswa untuk mendapatkan jawaban yang benar dengan atas jawaban dari yang diberikan oleh guru. Inkuiri terbimbing tidak hanya mengembangkan kemampuan

10

Metode Inkuiri", dari http://fkippgsd.wordpress.comtagmetode-inkuiri.htm diakses pada 26/10/14

11

Paul Eggen, Don Kauchak. Strategi dan Model Pembelajaran, (Jakarta: Indeks, 2006)h. 177

12

Ni L. Mita Listriani, L. Pt. Putrini Mahadewi, Dsk. Pt. Parmiti, “Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing Berbasis Lingkungan Hidup Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD 1 Bontihing, Jurnal Edukasi ,h. 3


(27)

intelektual tetapi seluruh potensi yang ada termasuk mengembangkan emosional dan keterampilan inkuri merupakan salah satu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulklan data, menganalisis kesimpulan.

Selain mendorong pemahaman materi secara mendalam dan mengembangkan pemikiran siswa, model inkuiri terbimbing juga efektif untuk meningkatkan motivasi siswa. Keterlibatan siswa merupakan faktor utama yang meningkatkan minat intrinstik orang terhadap satu kegiatan. “Semakin besar keterlibatan mereka, semakin besar minat mereka”.13

b. Langkah-Langkah Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Gulo menyatakan bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan.14

Agar kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran dapat berjalan dengan baik maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Orientasi, merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran, selain itu guru juga meransang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.

2) Merumuskan masalah, guru memberikan suatu masalah yang nantinya akan dikaji oleh siswa, siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat dari masalah yang tengah dibahas.

3) Mengajukan hipotesis, merupakan jawaban sementara atas suatu permasalahan yang sedang dikaji. Dalam langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalahan yang telah diberikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan

13

Paul.Op.cit,.h. 201

14


(28)

guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memberikan hipotesis adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat mengajukan jawaban sementara.

4) Mengumpulkan data, menjaring aktivitas untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5) Menguji hipotesis, proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan siswa. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.

6) Merumuskan kesimpulan, mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Biasanya yang terjadi dalam pembelajaran, karena banyaknya data yang diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.15 Tujuan umum strategi inkuiri bukan pada terselesaikannya masalah itu sendiri, tetapi seperti yang dikemukakan Joice-Weil ialah to help the students develope the intellectual discipline and skill necessary to raise question and search out answer stemming from their couriusity16.

Keberhasilan model pembelajaran ini tergantung pada bahan yang dikemukakan sebagai stimulus pada tahap pendahuluan atau disebut juga tahap apersepsi. Materi yang disajikan harus terkait dengan apa yang telah diketaui siswa sebelumnya.

15

Sanjaya. Op. cit., h. 202-205

16


(29)

Jika materi tidak terkait dengan apa yang telah diketahui siswa menyebabkan pelajaran terasa asing dan tidak menarik bagi siswa. Bahan pelajaran dapat merangsang keingin tahuan siswa, maka bahan pelajaran merupakan gambaran menyeluruh tetapi singkat terhadap apa yang akan ditemukan dalam pelajaran yang akan disajikan.

c. Keunggulan Model Pembelajran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki beberapa keunggulan yaitu: 1) Merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan

aspek kognitif, afektif dan psikomotor

2) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka

3) Merupakan model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman

4) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.17 Pendapatnya Sumantri dan Permana kebaikan model inkuiri lebih terfokus pada siswa aktif dalam kegiatan pembelajarannya, siswa lebih memahami suatu konsep sebab mengalami sendiri dalam proses penemuannya, guru tetap bisa kontak pribadi kepada siswa saat proses pembelajaran. Hal senada juga diungkapkan oleh Suastra, yang menyatakan kebaikan model inkuiri adalah: 1) Siswa dapat memahami konsep dasar-dasar dan ide-ide lebih baik,

2) Membantu dalam menggunakan daya ingat dan terampil pada situasi-situasi proses belajar yang baru,

3) Mendorong siswa untuk berpikir dan berpikir atas inisiatifnya sendiri,

4) Mendorong siswa untuk bepikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, 5) Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik,

6) Situasi proses belajar- mengajar menjadi lebih merangsang, 7) Pengajaran menjadi berpusat pada siswa,

8) Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dan melakukan

17


(30)

eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca, dan menggunakan sumber-sumber lain,

9) Para siswa melakukan penelitian secara individu atau kelompok untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis18

3. Hasil Belajar Geografi a. Pengertian Hasil Belajar

Dalam persfektif dalam psikologi pendidikan, belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.

Hasil belajar terdiri dari dua kata “hasil” dan “belajar”, Purwanto berpendapat “hasil (product) menunjukkan suatu perolehan yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan menurut Irwanto pengertian belajar yaitu merupakan proses dari perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu (yang terjadi dalam waktu tertentu). Maka hasil belajar adalah suatu perolehan yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional, yang didapat melalui proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam waktu tertentu.

Dimyati dan Mudjiono berpendapat, “hasil belajar menekankan kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan”.19

Menurut mereka, hasil belajar ialah upaya untuk mendapatkan informasi untuk baik buruknya hasil pencapaian dari kedgiatan pembelajaran yang dilakukan.

Beberapa pendapat diatas bisa disimpulkan bahwa hasil belajar pencapaian kemampuan belajar siswa setelah melakukan proses kegiatan pembelajaran, bertujuan untuk mengukur apakah tujuan pembelajaran yang ditentukan tercapai atau tidak.

18

Ni L. Mita Listriani, L. Pt. Putrini Mahadewi, Dsk. Pt. Parmiti, “Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing Berbasis Lingkungan Hidup Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD 1 Bontihing, Jurnal Edukasi ,h. 4

19


(31)

Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan aktifitas berfikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain pengaturan stimulus dengan struktur kongnitif yang sudah dimiliki dan terbentuk didalam pikiran manusia seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya20. Pemahaman merupakan suatu cara yang sistematis dalam memahami dan mengemukakan tentang sesuatu yang diperolehnya.

Penilaian kelas adalah suatu bentuk kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar perserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Seperti yang dikatakan Cullen penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu intitusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas kemampuan perserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

b. Jenis-Jenis Hasil Belajar

Gagne membagi lima kategori hasil belajar yaitu:

1) Informasi verbal, penguasaan informasi secara baik secara lisan atau tertulis 2) Keterampilan intelektual, yaitu keterampilan individu dalam berintaksi dengan

lingkungannya dengan menggunakkan simbol-simbol

3) Strategi kognitif, yaitu cara-cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Jika kecakapan intelektual menitik beratkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada proses pemikiran.

4) Kemampuan mengandalikan ingatan sikap, yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan.

5) Keterampilan motorik, yaitu hasil belajar yang berupa kecakapan pergeraka yang dikontrol oleh otot dan fisik.

Klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom digunakan dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kulikuler maupun tujuan intruksional. Klasifikasi tersebut secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

20


(32)

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil intelektual yang terdiri dari enam aspek. Aspek-aspek tersebut adalah (1) pengetahuan atau ingatan, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) analisis, (5) sintesis dan (6) penilaian. Sedangkan ranah afektif yang berkenaan dengan sikap dan nilai terdiri dari lima aspek. Diantaranya, penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi dan interaksi.

Hasil pembelajaran dalam ranah psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotorik ada enam tingkatan, yaitu:

1) Gerakan refleks 2) Gerakan dasar 3) Gerakan persepsi 4) Kemapuan fisik 5) Gerakan terampil

6) Gerakan indah dan kreatif

c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi

1) Faktor Internal, adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu.

a) Faktor fisiologis, adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.

b) Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar.

2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri, yaitu faktor yang berhubungan dengan lingkungan disekeliling siswa.

a) Lingkungan sosial, yaitu lingkungan sosial keluarga, lingkungan sosial sekolah, sosial masyarakat.


(33)

b) Lingkungan non sosial, yaitu lingkungan alamiah, faktor instrumental dan faktor materi pembelajaran21.

d. Pembelajaran Geografi 1) Pengertian Geografi

Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani geo berarti bumi dan

graphein berarti tulisan. Jadi, secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi. Oleh karena itu, geografi sering juga disebut ilmu bumi.

Menurut R. Bintarto geografi adalah studi yang mempelajari hubungan kausal-gejala-gejala di permukaan bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di permukaan bumi.kajian secara fisik maupun yang mencakup makhluk hidup berserta permasalahannya. Sedangkan menurut Ikatan Geografi Indonesia, geografi adalah studi yang mempelajari persamaan dan perbedaan geosfer melalui pendekatan kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.22

Pembelajaran geografi merupakan suatu pembelajaran yang mempelajari tentang fakta. Konsep, prinsip, teori dan keterampilan dalam mengungkap gejala alam dan kehidupan di muka bumi dengan berbagai pendekaan geografi. Geografi dan pengajaran geografi yang menyajikan fakta, gejala dan masalah kehidupan sebagai hasil hubungan keruangan di permukaan bumi, dapat mengembangkan penalaran, kesadaran dan keterampilan, sehingga pengetahuan serta kemampuannya bertambah.

2) Tujuan Pembelajaran Geografi

Dalam Standar Isi mata pelajaran geografi yang telah ditetapkan tujuan mata pelajaran geografi. Ada tiga tujuan mata pelajaran geografi, yakni:

(1) Memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan. (2) Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi. (3) Menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam secara arif serta memiliki toleransi terhadap

21

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada).h.233

22

Hartono, Geografi 1 Jelajah Bumi dan Alam Semesta (Jakarta: Pusat Perbukuan Kemendiknas, 2009).h.4


(34)

keragaman budaya masyarakat.23

B.

Penelitian Relevan

1. Hasil penelitian yang dilakukan Ira Daniati dalam penerapan metode inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX IPS di Man Probolinggo pada tahun 2011, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan mulai dari pra tindakan ke siklus 1 dan siklus 1 ke siklus 2. Rata-rata hasil belajar siswa pada pra tindakan sebesar 69,4 pada siklus 1 meningkat menjadi 74,5 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 84,8. Ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan, pada proses pembelajaran pra tindakan sebesar 34%, siklus 1 sebesar 63%, dan pada siklus 2 menjadi 88%.

2. Penelitian tentang Inkuiri Pada Materi Lingkungan Hidup Kelas Xi SMA Negeri 1 Lintongnihuta Tahun Pelajaran 2011/2012 yang dilakukan oleh Nababan, Rimma D. Hasil penelitian menunjukkan Keaktifan belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Lintongnihuta dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif inkuiri pada penelitian ini terus meningkat pada setiap siklusnya. Dimana nilai rata-rata keaktifan siswa pada siklus I adalah 46,11 dan pada siklus II adalah 82,43. Ketuntasan hasil belajar siswa pada sub materi kerusakan lingkungan hidup pada penelitian ini menunjukkan peningkatan setiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan pada prasiklus, siklus I, siklus II yaitu pada prasiklus siswa yang tuntas hanya 25,64% , siklus I mencapai 35,92%, kemudian pada siklus 2 meningkat menjadi 92,30% secara klasikal. Artinya hipotesis yang diajukan dapat diterima, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif inkuiri dapat meningkatkan keaktifan dan ketuntasan hasil belajar siswa.24

3. Penelitian tentang penerapan model pembelajaran inkuiri juga pernah dilakukan Erlina Widyaningtyas pada tahun 2012. Variabel bebas meliputi

23

Ira Daniati ,Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS di MAN 2 Probolinggo, Jurnal Pendidikan (Malang.2010)

24

http://digilib.unimed.ac.idpenerapan-model-pembelajaran-kooperatif-inkuiri-pada-materi-lingkungan-hidup-kelas-xi-sma-negeri-1-lintongnihuta-tahun-pelajaran-20112012-24977.html Diakses pada tanggal 27 Oktober 2014 pukul 17.00


(35)

penerapan model pembelajaran inkuiri, variabel terikat yaitu hasil belajar siswa kelas X Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012 di SMA Negeri 1 Lasem. Hasil penelitian pada kelas XD dan XG menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu 85%, dan itu menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar. Aktifitas siswa mulai dari pertemuan pertama sampai akhir termasuk dalam kriteria sangat baik, jadi model pembelajaran inkuiri dapat diterapkan kepada siswa. Sedangkan tanggapan siswa kelas XD dan XG selama proses pembelajaran termasuk kriteria sangat baik yaitu 95% dan 92%. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka disimpulkan model pembelajaran inkuiri dapat diterapkan dan meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran geografi di SMA Negeri 1 Lasem.

C.

Hipotesis Penelitian

1. Kerangka Berpikir

Perubahan atau pembaharuan tingkah laku dan kecakapan dapat diperoleh dari proses belajar. Semua pasti mengalami proses belajar dalam hal apapun, baik disadari maupun tidak. Proses belajar dipengaruhi faktor-faktor yang dapat mepengarui hasil belajar siswa.

Faktor internal berasal dari diri siswa, seperti kondisi jasmani dan rohani siswa dapat mempengaruhi pemahaman siswa itu sendiri. Bisa juga faktor eksternal yang berupa faktor datangnya dari luar individu, salah satu diantaranya yaitu guru dan bagaimana cara guru mengajar.

Kemampuan kognitif siswa disekolah berpengaruh dengan bagaimana cara guru menyampaikan teori yang diajarkannya kepada siswa. Berhubungan dengan cara guru dalam menyampaikan teori, maka diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk itu. Saat ini sebaiknya guru tidak memberikan metode ceramah seperti dulu, karena saat ini murid harus aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang ada sekarang ini mampu meningkatkan pemahaman siswa baik dibidang kognitif, afektif dan psikomotorik.


(36)

Salah satu model yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry). Model pembelajaran ini menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa memiliki pengalaman dalam pembelajaran.

Keberhasilan guru dalam menerapkan model pembelajaran nkuiri terbimbing bergantung pada kemampuan guru dalam menginformasikan pesan kepada siswa. Untuk mengetahui apakah penelitian ini model inkuiri terbimbing (guided inquiry). berpengaruh terhadap hasil siswa, dapat dilihat dari interpertasi hasil nilai pretest dan posttest siswa. Diduga bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi menggunakan model inkuiri terbimbing lebih tinggi dari pada hasil siswa pada mata pelajaran geografi yang diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

2. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis diatas dan kerangka berpikir, yang telah dikemukakan diatas, maka hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah:

Ho : model pembelajaran inkuiri terbimbing (giude inquiry) tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi litosfer di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat

Ha : model pembelajaran inkuiri terbimbing (giude inquiry)

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi litosfer di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat, Jln. Dewi Sartika Gg. Nangka No. 4 Ciputat, Tangerang Selatatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada kelas X pada semester genap tahun pelajaran 2014-2015. Berikut uraian jadwalnya.

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No Kegiatan Waktu

Sept Okt Nov Des Jan Feb

1. Penyusunan

1 Membuat instrumen penelitian

2 Uji coba tes hasil belajar

3 Uji reabilitas dan validitas

4 Posttest

5 Pemberian proses mengajar dengan model inkuiri terbimbing (guided inkuiry) dikelas eksperimen

6 Pemberian proses mengajar dengan model

konvensional dikelas Kontrol

8 Pretest

9 Menyebar angket

Penyusunan hasil penelitian


(38)

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode equasi eksperimen. Penelitian equasi eksperimen terdiri dari kelompok kontrol, tapi tidak berfungsi sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang memperngaruhi pelaksanaan eksperimen.

Desain penelitian yang digunakan yaitu Non-Randomize Control group pretest dan posttest design. Rancangan ini melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum eksperimen dilakukan maka akan diberikan pretest. Selanjutnya satu kelompok eksperimen diberikan perlakukan dengan menggunakan model inkuiri terbimbing (guided inquiry)

sedangkan kelompok lainnya akan diberikan pembelajaran secara konvensional. Setelah diberlakukan keduanya diberikan posttest untuk lebih jelasnya desain penelitian dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 3.2

Nonrandomized Control Goup Pretest and Postest Design

Kelompok Tes Awal Perlakuan (x) Tes Akhir

Eksperimen T1 XM T2

Kontrol T2 Xm T2

Keterangan:

T1 : Pretest (test awal sebelum proses belajar mengajar dimulai dan belum diberikan perlakuan)

T2 : Postest (tes akhir setelah proses belajar mengajar berlangsung dan diberikan perlakuan)

XM : Pemberian proses belajar mengajar untuk kelompok eksperimen yang dikenai perlakuan Model Pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)

Xm: pemberian proses belajar mengajar untuk kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional.


(39)

C. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan kelompok besar dan wilayah yang menjadi ruang lingkup penelitian. Pada penelitian ini populasinya adalah siswa SMA Muhammadiyah 8 Ciputat. Sedangkan populasi yang terjangkau pada penelitian ini adalah siswa SMA Muhammadiyah 8 Ciputat kelas X semester genap tahun mata pelajaran 2014-2015, yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas X-1 dan X-2. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti, sampel yang digunakan dalam penelian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu:

1. Kelompok eksperimen kelompok, yaitu kelompok siswa yang mendapat pelajaran geografi dengan model inkuiri terbimbing. Sampel yang terpilih sebagai kelompok eksperimen adalah siswa kelas X-1 yang berjumlah 25 siswa.

2. Kelompok Kontrol, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran geografi secara konvensional X-2 yang berjumlah 25 siswa.

Pengambilan sampel yang digunakan yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan (Prurposif sampling), pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian. Penentuan sampel dilakukan dengan melakukan observasi terhadap setiap kelas kemudian, memilih dua kelas yang memiliki kesamaan karakter, baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya.

D. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data empiris yang digunakan untuk penelitian. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu ditentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan secara lengkap dapat dilihat secara lengkap.1

Tabel 3.3

1

Nana Syaodih Sukmadinata Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cet.6.h. 234


(40)

Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data Teknik

Pengumpulan Data

Instrumen

1. Hasil belajar Kelas eksperimen dan kelas kontrol

Tes awal (posttest) Tes akhir (pretest)

Soal Tes Hasil Belajar

2. Aktifitas belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional Kelas kelas kontrol

Observasi Lembar

Observasi

3. Aktifitas belajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) Kelas eksperimen

Observasi Lembar

Observasi

4. Respon siswa terhadap pembelajaran Model pembelajaran inkuiri terbimbing (guide inquiry) Kelas eksperimen

Angket Angket

1. Tes

Tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang memberikan tugas dan serangkaian tugas yang diberikan oleh guru. Tes digunakan untuk menilai dan


(41)

mengukur hasil belajar.2 Tes dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest).

2. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik atau cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.3 Obeservasi dilakukan didua kelas yang berbeda, yaitu kelas kontrol dan eksperimen. Observasi berguna untuk mengamati aktifitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol dan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) untuk kelas eksperimen.

3. Angket

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung.4 Dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup adalah yang telah disediakan alternatif jawabannya sehingga responden memilih.

Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas eksperimen, yang melakukan pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing (guided inquiry). Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry).

E. Instrumen penelitian

Ada tiga instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu instrumen tes dan non tes. Instrumen berbentuk tes tertulis berupa soal pilihan ganda. Sedangkan instrumen non tes berupa lembar observasi aktifitas siswa, dan angket.

1. Instrumen Tes Hasil belajar

Untuk mengetahui hasil belajar siswa maka dilakukan tes hasil belajar siswa yang akan dilakukan oleh kelas kontrol dan kelas eksperimen. Adapun kisi-kisi tes hasil belajar yang akan digunakan antara lain:

2

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya,2001) cet.7. h. 35

3

Syaodih . Op. Cit. h.220

4


(42)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Kompetensi

Dasar

Materi Indikator Nomor

Soal Jumlah Soal 3.4 Menganalisis hubungan antara manusia dengan lingkungan sebagai akibat dari dinamika litosfer.

Batuan 1. Mengemukakan batuan penyusun bumi

2. Mengemukakan unsur-unsur lapisan bumi 3. Mengemukakan

karakteristik lapisan bumi

1,2,3,4,5,

9,10,31

6,7,8, 32

12

Tektonisme 1. Menjelaskan konsep tenaga tektonisme

2. Mengidentifikasi konsep lipatan dan patahan 3. Menganalisis bentuk

proses lipatan dan jenis patahan 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 11 Gunung Api

1. Mengidentifikasi konsep vulkanisme

2. Mengidentifikasi struktur gunung api

3. Menjelaskan perbedaan intrusi magma dan ekstrusi magma

4. Mengidentifikasi tipe-tipe gunung api

5. Mendeskripsikan manfaat vulkanisme bagi kehidupan manusia. 21, 33, 34 22, 35 23, 24, 25 26, 27, 28, 29, 30, 12

Jumlah Soal 35

2. Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Untuk melakukan observasi sebaiknya menyiapkan pedoman observasi, yaitu berupa lembar observasi yang akan digunakan. Berikut ini kisi-kisi instrumen lembar observasi dengan model konvensional dan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry).


(43)

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi Aktivitas SiswaModel Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

No Aspek yang Diamati Nilai Ket

SB B C K SK I Kegiatan pendahuluan

a. Kesiapan menerima pelajaran

II Kegiatan Membuka Pelajaran

a. Siswa menjawab salam

b. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai

II Kegiatan Inti 1. Orientasi

a. Mengamati tayangan audio visual b. Mendengarkan penjelasan

2. Merumuskan masalah

a. menanyakan

b. Merumuskan masalah, tugas kelas

3. Pengajuan Hipotesis

a. Mengemukakan hipotesis

4. Mengumpulkan Informasi

a. Membaca, mengamati dan bertanya b. aktif dalam kelompok

c. Mengemukakan pendapat dalam kelompok

d. Berkerja sama

5. Menguji Hipotesis

a. Meneliti, membuat catatan dan mengumpulkan data

b. Analisis data kelompok atau individu

c. Mengklarifikasi dan mengurutkan tugas

6. Menyusun Kesimpulan

a. Berbagi hasil penemuan

b. Menulis laporan kelompok antar siswa

c. Presentasi kelompok

IV Kegiatan Penutup

a. Keterlibatan siswa memberikan kesimpulan


(44)

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Siswa Model Pembelajaran Konvensional

No Aspek yang Diamati Nilai Ket

SB B C K SK I Pra Pembelajaran

a. Kesiapan menerima pelajaran

II Kegiatan Membuka Pelajaran

a. Siswa menjawab salam

b. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai

III Kegiatan Inti

a. Mendengarkan penjelasan b. Bertanya kepada guru

Mencatat penjelasan yang disampaikan

c. Interaksi antar siswa

d. Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar

e. Interaksi siswa dengan guru f. Mengerjakan soal latihan

IV Kegiatan penutup

a. Pemahaman siswa menerima pelajaran

b. Keterlibatan dalam memberi kesimpulan

3. Instrumen Angket Siswa

Adapun kisi-sisi yang digunakan untuk instrumen angket siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided

inquiry) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7

Kisi-Kisi Instrumen Angket Siswa

No Indikator No

Soal

1 Tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

1 2 Penerapan model pembelajaran inkuiri Terbimbing memotivasi

siswa untuk belajar

2,3 3 Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan

model pembelajaran Inkuiri terbimbing

4,8,9 4 Efektifitas model pembelajaran inkuiri terhadap pembelajaran 6,5,7,1


(45)

F. Uji Coba Instrumen Tes

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kualitas instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini uji instrumen dilakukan pada siswa di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu kelas XI terdiri dari 30 siswa. Setelah melakukan uji coba instrumen, langkah selanjutnya adalah mengolah data hasil uji coba dengan mencari validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

1. Validitas Instrumen

Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Validitas tes yang digunakan adalah validitas butir soal dengan cara membandingkan skor siswa untuk tiap butir soal dengan skor total. Perhitungan validitas butir soal dengan korelasi point biserial sebagai berikut: 5

dimana:

: koefisiensi korelasi biserial

M : realita skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

M : realita skor total

: standar deviasi dari skor total

: populasi siswa yang menjawab benar

: populasi siswa yang menjawab salah

Jika harga rhitung > rtabel maka butir soal tersebut dinyatakan valid.

5

Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yohyakarta: Graha ilmu, 2011), cet.12, h.149


(46)

Berdasarkan hasil uji validitas pada N = 30 siswa dan α =5%, dari 35 soal pilihan ganda yang diujikan terdapat 25 soal valid yakni nomor 1, 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14,15, 16, 18, 19, 21, 22, 25, 26, 27, 29, 30, 32, 35

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu alat evaluasi atau tes disebut reliabel jika, tes tersebut dapat dipercaya, konsisten, atau stabil produktif. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus K-R 20 (Kuder-Rochardson 20) karena instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda, dengan rumus sebagai berikut:6

[ ] [

] dimana:

rII : reliabilitas tes secara keseluruhan : proporsi siswa yang menjawab benar : proporsi siswa yang menjawab salah

∑pq : jumlah hasil perkalian antara dan n : banyaknya item

S : standar deviasi dari tes

dengan,

Dengan kualifikasi koefisien reabilitas adalah sebagai berikut:

6

Anas Sudjono,Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2011). cet. 10 h.245


(47)

Tabel 3.8

Interprestasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,91-1,00 sangat tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,40 Rendah

<0,20 sangat rendah

Adapun hasil keseluruhan reabilitas seluruh butir soal yang sudah dinyatakan valid sebesar 1,08 dan termasuk kedalam kriteria reliabilitas sangat tinggi.

3. Taraf Kesukaran

Suharsimi Arikonto mengatakan, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Menurutnya, hal tersebut perlu diperhatikan karena soal yang terlalu mudah tidak meransang siswa untuk berfikir lebih maju, begitu pula sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan membuat siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat lagi untuk mencobanya. Oleh karena itu, soal yang dibuat untuk mengukur tes hasil belajar sebaiknya adalah soal yang dapat menjangkau semua kemampuan siswa. Untuk mengetahui taraf kesukaran soal yang dibuat, sebaiknya pembuat soal harus melakukan perhitungan taraf kesukaran soal. Atas dasar pertimbangan itu, dalam penelitian ini peneliti melakukan perhitungan taraf kesukaran soal dengan menggunakan rumus:

dimana:

P = indeks tingkat kesukaran

B = jumlah siswa yang menjawab soal benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes


(48)

Interprestasi mengenai tingkat kesukaran yang diperoleh digunakan tabel klasifikasi dibawah ini:

Tabel 3.9

Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal

Taraf Kesukaran Klasifikasi

0,00 - 0,30 soal sukar 0,30 - 0,70 soal sedang

0,70 - 1,00 soal mudah

Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran soal, dari 35 soal tes hasil belajar yang diujikan, 5 % atau sebanyak 2 soal termasuk dalam kriteria sukar, sebayak 15 soal atau 37,5 % soal termasuk dalam kriteria sedang, dan 57,5% atau 23 soal termasuk kedalam kriteria mudah.

4. Daya Pembeda

Anas Sudjono mendefinisikan daya pembeda soal sebagai kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari daya pembeda soal adalah:

=

dimana:

D = daya pembeda

BA = jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = jumlah peserta kelompok atas

JB = jumlah peserta kelompok bawah

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar


(49)

Tabel 3.10

Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Klasifikasi

0.00 – 0.20 Jelek 0.20 – 0.40 Cukup 0.40 – 0.70 Baik 0.70 – 1.00 Baik sekali

Berdasarkan hasil uji daya pembeda, dari 35 soal tes hasil belajar yang diujikan, sebanyak 2 soal atau 5,7 % soal termasuk dalam kriteria jelek, 42,8 % atau sebanyak 15 soal termasuk dalam kriteria cukup, 48% atau sebanyak 17 soal termasuk dalam kriteria baik, dan 2,8 % atau sebanyak 1 soal termasuk kedalam kriterta baik sekali.

G. Teknik Analisis Data

Didalam teknik pengumpulan data terdapat dua buah data yang berbeda yaitu data yang diperoleh dari instrumen tes dan non tes, maka terdapat dua buah teknik analisis data. Data yang dihasilkan dari instrumen tes akan dianalisis dengan menggunakan analisis uji-t, sedangkan data yang dihasilkan dari instrumen non tes akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif.

1. Teknik Analisis Data

Data tes yang diperoleh melalui instrumen penelitian, kemudian diolah dan dianalisis agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan peneliti dan menguji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal dan mempunyai ragam yang homogen atau tidak. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data sebagai berikut:


(50)

a. Uji Prasyarat Analisis Data Kuantitatif 1). Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya persebaran data yang akan dianalisis. Teknik uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi kuadrat ( ) dengan persamaan:

dimana:

fo = frekuensi dari hasil penelitian fe = frekuensi yang diharapkan

Sementara itu, kriteria tes yang digunakan adalah apabila hitung < tabel, dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal. Sedangkan bila hitung > tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh dari sampel tidak berdistribusi normal. Langkah-langkah yang harus dilewati untuk melakukan pengujian normalitas dengan menggunakan teknik chi kuadrat, menurut Sudjana, dapat dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:7

a) Menentukan skor terbesar dan skor terkecil b) Menentukan rentangan (R) dengan cara:

R = skor terbesar – skor terkecil

c) Menentukan banyaknya kelas (K) dengan cara: K = 1 + 3,3 log n

d) Menentukan panjang kelas (i) dengan cara:

e) Menentukan proporsi.

f) Membuat distribusi frekuensi dalam bentuk tabel.

7

Anas Sujiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT.Grafindo Persada, 2008), h.298


(51)

Tabel 3.11

Tabel Bantu Perhitungan Distribusi Frekuensi

No. Interval P

1. 2.

Jumlah - - -

g) Menentukan rata-rata (mean) dengan cara: ̅

h) Menentukan simpangan baku (s) dengan cara: √

i) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:

1) Menentukan batas kelas dengan mengurangi 0,5 pada kelas bawah interval dan menambah 0,5 pada kelas atas interval.

2) Mencari nilai Z-score dengan bantuan rumus: ( ̅)

3) Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal 0-Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas.

4) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0-Z, untuk angka baris pertama dicari dengan mengurangkan baris pertama dengan baris kedua, untuk angka baris kedua, dicari dengan mengurangkan angka baris kedua dengan baris ketiga, dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya.

5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden.


(52)

Tabel 3.12

Tabel Bantu Perhitungan Chi-kuadrat (X2)

No

Batas Kelas

Z–Score Luas 0–Z Luas Tiap Kelas

fe f0 Chi-kuadrat

(X2) 1.

2.

Setelah melakukan serangkaian tahapan di atas, langkah selanjutnya adalah menentukan harga X2tabel dengan taraf signifikan 0,05, pada derajat

kebebasa (dk) = k-1. Setelah itu, menentukan kriteria pengujian, yaitu: tolak H0 jika X2hitung > X2tabel atau terima H0 jika X2hitung < X2tabel.Langkah akhir dari uji normalitas adalah penarikan kesimpulan.

2). Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, langkah selanjutnya adalah mencari nilai homogenitasnya. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas diperoleh dengan melakukan uji Fisher. Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada penelitian ini adalah uji Fisher, dengan rumus:8

dengan:

kriteria pengujian:

a) Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen.

b) Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha diterima, kedua kelompok dapat dikatakan berasal dari populasi yang tidak homogen.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk melakukan uji Fishes adalah: a) Menetapkan hipotesis, dalam bentuk:

8

Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisa Data Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 2010). h. 160.


(53)

b) Membagi data menjadi dua kelompok.

c) Mencari simpangan baku dari masing-masing kelompok. d) Menentukan Fhitung dengan rumus:

e) Menentukan kriteria pengujian dalam bentuk:

1) Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen.

2) Jika Fhitung > Ftabel, maka Hi diterima, kedua kelompok dapat dikatakan berasal dari populasi yang tidak homogen.

f) Mencari dk pembilang (varians terbesar) dan dk penyebut (varians terkecil), dengan rumus:

dk1 = n-1 dk2 = n-2

g) Menentukan Fhitung dan Ftabel, kemudian membandingkan hasil Fhitung dan Ftabel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

b. Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan pengujian prasyarat, langkah selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Rumus yang digunakan untuk melakukan uji t adalah:

̅ ̅ √

dengan:

dimana:

̅ = rata-rata skor kelompok eksperimen ̅ = rata-rata skor kelompok kontrol


(54)

= varians gabungan

= varians kelompok ksperimen = varians kelompok kontrol

= jumlah anggota sampel kelompok eksperimen = jumlah anggota sampel kelompok kontrol

Langkah mengajukan hipotesis adalah sebagai berikut: a. Uji kesamaan dua rata-rata hasil pretest, dalam bentuk:

H0: X = Y, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelas kontrol dengan kelas eksperimen.

Ha: X Y, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata score pretest kelas kontrol dengan kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

b. Uji kesamaan dua rata-rata posttest

H0: X = Y, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor postest kelas kontrol dengan kelompok eskperimen.

Ha: X Y, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata score postest kelas ekpserimen dengan kelas kontrol.

Setelah selesai melakukan hipotesis uji kesamaan dua rata-rata pretest dan

postest kedua sampel, langkah selanjutnya adalah:

a. Menghitung nilai thitung dengan menggunakan rumus uji-t b. Menentukan derajat kebebasan (dk), dengan rumus:

dk = (n1 – 1) + ( n2 –1)

c. Menetukan nilai ttabel dengan d. Menguji hipotesis dengan ketentuan:

Jika -ttabel thitung ttabel maka H0 diterima dan Jika thitung -ttabel atau thitung ttabel, maka Ha ditolak

c. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: H0 :

Ha : keterangan:


(55)

Ho = model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) tidak berpengaruh terhadap hasil belajar geografi siswa pada materi litosfer di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat

Ha = model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) berpengaruh terhadap hasil belajar geografi siswa pada materi litosfer SMA Muhammadiyah 8 Ciputat

rata-rata hasil belajar geografi siswa yang diberikan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)

rata-rata hasil belajar geografi siswa yang diberikan secara konvensional

2. Teknik Analisis Data Kualitatif

Data hasil observasi aktifitas guru terhadap keterampilan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum setiap tahapan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing selama pembelajaran berlangsung.

Dari hasil format observasi keterlaksanaan pembelajaran, kemudian diolah secara kualitatif dengan memberikan skor satu jika indikator pada tahapan pendekatan pembelajaran muncul dan nol jika tidak muncul. Kemudian untuk mengetahui data observasi tersebut, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Data persentase yang diperoleh kemudian diklasifikasikan ke dalam kategori sebagai berikut:

Tabel 3.13

Kategori Hasil Observasi

Keterangan Presentase

sangat baik 81% - 100%

Baik 61% - 80%

cukup baik 41% - 60% kurang baik 21% - 40% sangat kurang baik 0% - 20%


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Identitas sekolah

a. Nama Sekolah : SMA MUHAMMADIYAH 8 CIPUTAT

b. Nomor Statistik Sekolah : 302 286 301 007

c. Alamat : Dewi Sartika Gg. Nangka No. 4 Ciputat Tangerang Selatan

d. No Telepon/Fax : (021) 7424379 , (021) 74707376 e. Alamat Email : dosq08@yahoo.com

f. Web site : www.dosq08cpt.20m.com

g. Akreditasi : A

2. Visi dan misi :

a. Visi

Terbentuknya Sumber Daya Manusia (SDM) yang Agamis, Humanis, Intelek, dan Komunikatif.

b. Misi :

1) Mengarahkan pembelajaran dan bimbingan secara maksimal kepada terbentuknya sumber daya manusia yang memiliki kualitas ke-Islaman. 2) Menanamkan dan menumbuhkan sikap cinta tanah air dan perduli

sosial.

3) Mengarahkan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

4) Mengupayakan pembelajaran bahasa asing (Inggris dan Arab) ke arah kemampuan berbahasa aktif.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Hanny Hardianti, lahir di Jakarta 2 Juli 1992 merupakan anak sulung dari 3 bersaudara dari pasangan Hadi Sabaruddin dan Endang Suharni. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD MIN 1 Ciputat pada tahun 1998-2004, MTsN Tangerang II Pamulang tahun 2004-2007, Man 4 Model Jakarta tahun 2007-2010, dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi Geografi tahun 2010-2015. Selama duduk dibangku perkuliahan, penulis juga senang meluangkan waktunya untuk menekuni hobinya menulis cerita pendek, membuat kue dan menonton.

Skripsi yang ditulis berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Pada Materi Litosfer arahan dari dosen pembimbing. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.