PERUBAHAN RANGKAIAN RITUAL MAHA PUJA SIWARATTRI DI KUIL SHRI MAHRIAMMAN PADA ETNIS TAMIL DI KOTA MEDAN.

(1)

Perubahan Rangkaian Ritual Maha Puja Siwarattri

Di Kuil Shri Mariamman Pada Etnis Tamil Di Kota Medan

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

HANNA MELINA SIBORO

3123122022

PRODI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Hanna Melina Siboro, NIM. 3123122022. Tahun 2016. Judul Skripsi: Perubahan Rangkaian Ritual Maha Puja Siwarattri di Kuil Shri Mahriamman Pada Etnis Tamil di Kota Medan. Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan-perubahan rangkaian ritual Maha Puja Siwarattri, mengetahui makna kidung-kidung lagu/bhajen dan mantra dalam perayaan ritual Maha Puja Siwarattri, mengetahui makna filosofi dari perayaan ritual Maha Puja Siwarattri, mendeskripsikan proses pelaksanaan ritual Maha Puja Siwarattri, dan mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan ritual Maha Puja Siwarattri.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Peneliti menggunakan metode penelitian lapangan (field

research) dengan bentuk observasi non partisipasi (non participant observer). Untuk

memperdalam informasi mengenai ritual Maha Puja Siwarattri ini selain penelitian lapangan, peneliti juga mencari informasi yang relevan dengan melakukan studi pustaka (library research) yang bersumber dari jurnal, internet, dan buku-buku pendukung.

Berdasarkan metode yang digunakan diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: 1. Perubahan yang terjadi dalam rangkaian ritual Maha Puja Siwarattri seperti abhisegam, sangge abhisegam, omam, prasatham, dan dharma wacana. 2. Makna bhajen adalah pengagungan Dewa Siwa dan makna mantra adalah ucapan persembahan kepada Dewa Siwa. 3. Makna filosofi ritual Maha Puja Siwarattri adalah peleburan dosa dan mencapai moksa (Sivaloka). 4.Pelaksanaan ritual Maha

Puja Siwarattri yaitu dengan melakukan keempat proses abhisegam. 5. Pihak-pihak yang terlibat adalah para pandita, para pengurus kuil, kelompok bhajen, mother sanggam dan umat Hindu Tamil.

Kesimpulan akhir menunjukkan bahwa dalam ritual Maha Puja Siwarattri di Kuil Shri Mariamman terdapat perubahan rangkaian ritual seperti abhisegam, sangge

abhisegam, omam, prasatham, dan dharma wacana.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menyertai dan menolong penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan Rangkaian Ritual Maha Puja Siwaratrri di Kuil Shri Mariamman Pada Etnis Tamil di Kota Medan” ini dengan baik. Penulisan skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa terdapat tantangan dan hambatan baik waktu, tenaga, materi, pusaka, pengalaman, penegetahuan dan lain sebagainya. Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berusaha menyajikan dengan baik. Pada proses penyelesaian skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd sebagai rektor Universitas Negeri Medan

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd sebagai dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan

3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si sebagai ketua Prodi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan

4. Bapak Erond L. Damanik, M.Si sebagai dosen Pembimbing Akademik sekaligus dosen penguji I dalam skripsi ini. Terima kasih atas arahan,


(7)

iii

masukan, bimbingan, bantuan yang Bapak berikan selama ini kepada penulis

5. Bapak Drs. Tumpal Simarmata, M.Si sebagai dosen Pembimbing Skripsi, terima kasih atas waktu, saran, kontribusi, dan bantuan Bapak dalam penulisan skripsi ini yang sangat berarti bagi penulis

6. Bapak Drs. Waston Malau, MSP selaku dosen Penguji bebas, penulis ucapkan banyak terima kasih buat kritikan dan masukan yang sangat berarti yang telah diberikan kepada penulis

7. Ibu Supsiloani, M.Si selaku dosen Penguji bebas, penulis ucapkan banyak terima kasih buat kritikan dan masukan yang sangat berarti yang telah diberikan kepada penulis.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua saya, Bapak. E. Siboro dan Ibu L. Haloho, orangtua tercinta dan tersayang yang telah memberikan motivasi, kasih sayang, mendidik, mengajari, membesarkan dan telah rela berjuang dalam mewujudkan pendidikan penulis. Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tuhan tetap menyertai, memberikan umur yang panjang, memberikan kesehatan, rejeki kepada kalian.

9. Saudara kandung saya tersayang. Abang (Riduan Siboro), kakak (Lulyn Elida Siboro), adik tersayang (Thambos Siboro) yang selalu hadir dan membantu dalam setiap kehidupan, mengajari berbagai hal, memotivasi setiap waktu, mendukung secara materi dan moril, tenaga, dan doa serta pengertian yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(8)

iv

10.Sahabat saya tersayang (Rizqa Mulya Sari, Novalita Sandy, dan Yustri Simamora) yang selalu ada membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, baik memberikan motivasi, dukungan, doa, materi, dan mau menemani penulis dalam melaksanakan penelitian dan selalu hadir dalam menemani penulis mengurus berkas yang dibutuhkan untuk skripsi ini, terima kasih penulis ucapkan kepada kalian. Semoga Tuhan memberkati kalian dan senantiasa memberikan umur yang panjang dan rejeki yang melimpah. 11.Teman-teman Antropologi stambuk 2012 (Robiatul, Erika, Isnaini,

Cahaya, Rini Hesti, Nurhasanah Lubis, dan lain-lain). Terima kasih penulis ucapkan atas pertemanannya selama ini

12.Teman-teman PPLT SMA NEGERI 1 BANGUN PURBA penulis tersayang (Donna Nasution, Elisa Sinaga, Sartika Hutasoit, Dian Nainggolan, Nirya Hutahayean, Freddy Madyanto Purba, Toba Manik, Anton Sihite, Dicky Ginting, Eko Anggara, dan lainnya). Terima kasih atas motivasi dan keakrabannya selama ini.

13.Bapak Chandra Bose, S.Sos sebagai ketua Kuil Shri Mariamman. Terima kasih atas izin penelitian dan bantuan yang Bapak berikan selama penelitian. Bapak Kuna Segra sebagai staf kuil yang membantu memberikan informasi saat penulis melakukan penelitian.

14.Pandita Dharma dan pandita shareen sebagai para pandita serta kelompok bhajen yang bertugas di Kuil Shri Mariamman. Terima kasih atas bantuan dan inforamasi yang diberikan kepada penulis saat melakukan penelitian.


(9)

v

Juga kepada pengurus dan pekerja kuil yang telah membantu memudahkan penulis saat melakukan penelitian.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Masukan dan saran sangat diharapkan demi kemajuan penulis dimasa mendatang dalam menyelesaikan tugas karangan ilmiah lainnya.

Medan, Agustus 2016 Penulis

Hanna M.Siboro NIM. 3123122022


(10)

vi DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL ………... x

DAFTAR GAMBAR ………...………….. xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2. Identifikasi Masalah ……….………... 6

Pembatasan Masalah ………...……….…... 6

Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ……… 7

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka ……….. 10

2.2. Landasan Teori ………. 12

2.2.1. Teori Perubahan Kebudayaan ……….………….…... 12


(11)

vii

2.2.3. Teori Upacara Bersaji ………. 16

2.3. Kerangka Konseptual ……… 20

2.3.1. Etnis Tamil di Kota Medan ……… 20

2.3.2. Kebudayaan ……….…... 21

2.3.3. Agama Hindu ………. 23

2.3.4. Tujuan Agama Hindu ……….…...………. 24

2.3.5. Makna ……….……..………... 26

2.3.6. Ritual ……….…..…... 26

2.4. Kerangka Berpikir ……….….……...…… 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ………..…..……. 33

3.2. Lokasi Penelitian ………..…….. 33

3.3. Subjek dan Objek Penelitian ……….…….…… 34

3.3.1. Subjek Penelitian ……….……….………….. 34

3.3.2. Objek Penelitian ……….……….……… 34

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……….………… 34

3.4.1. Observasi ……….……….……….……….. 35

3.4.2. Wawancara ………...…………... 35


(12)

viii

3.4.4. Dokumentasi ………...…. 35

3.5. Analisis Data ……….………….... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Kuil Shri Mariamman Medan ……… 38 4.1.1 Sejarah Berdirinya Kuil Shri Mariamman Medan ………. 38 4.1.2 Kuil Shri Mariamman Sebagai Kuil Tertua

di Sumatera Utara ……….….…..…….. 41 4.1.3 Letak Wilayah dan Komponen Kuil Shri Mariamman . 44 4.1.4 Struktur Kepengurusan Kuil Shri Mariamman …..……… 46 4.2 Ritual Maha Puja Siwarattri ……….….…..…… 47 4.2.1 Sejarah Perayaan Ritual Maha Puja Siwarattri …... 47 4.2.2 Ritual Maha Puja Siwarattri Pada Umumnya …..……….. 49 4.2.3 Ritual Maha Puja Siwarattri di Kuil Shri Mariamman …... 58 4.2.4 Bhajen dan Mantra Dalam Ritual

Maha Puja Siwarattri ………....…. 69 4.2.5 Pantangan Dalam Pelaksanaan Ritual

Maha Puja Siwarattri ………... 76 4.3Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Rangkaian Ritual

Maha Puja Siwarattri di Kuil Shri Mariamman ……..………... 78 4.4Makna Filosofi Ritual Maha Puja Siwarattri

Bagi Umat Hindu Tamil ………..…... 88 4.5Pihak Yang Terlibat Dalam Perayaan Maha Puja Siwarattri


(13)

ix

di Kuil Shri Mariamman ………..………..………….. 90

4.6 Pembahasan ………... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan ………..……….... 99 5.2Saran ………...………. 100

DAFTAR PUSTAKA


(14)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Rangkaian Ritual Maha Puja Siwarattri Pada Umumnya …….. 53 Tabel 2. Urutan Rangkaian Ritual Maha Puja Siwarattri

di Kuil Shri Mariamman ………...………... 61 Tabel 3. Bahan Abhisegam dan Makna Simbolnya ……….... 66 Tabel 4. Perubahan Rangkaian Ritual Maha Puja Siwarattri .…….…….. 83


(15)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Lima Komponen Ritual Keagamaan ….………. 27 Kerangka Berpikir ………. 31 Gambar 2. Denah Komponen Bangunan Kuil Shri Mariamman ….……… 44 Gambar 3. Struktur Kepengurusan Kuil Shri Mariamman Medan………... 47 Gambar 4. Alat dan Benda Pemujaan Ritual Maha Puja Siwarattri ……... 57 Gambar 5. Arca Dewa Siwa Pada Sesi Abhisegam I- Abhisegam IV …….. 65


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seperti kota-kota besar lain di Indonesia, Kota Jakarta, Kota Surabaya, dan Kota Bandung, Kota Medan juga merupakan kota besar yang terdiri dari berbagai keberagaman suku, agama, bahasa, seni dan budaya. Keanekaragaman tersebut menjadikan Kota Medan sebagai kota majemuk yang masyarakatnya hidup berdampingan dan harmonis satu sama lain. Kota Medan menjadi contoh kota majemuk yang baik bagi kota-kota lain di Indonesia dalam hal bertoleransi dan mengharagai antarmasyarakat.

Lebih dalam dari konsep plruralisme, multikulturalisme lebih menekankan relasi antarkebudayaan dengan pengertian bahwa keberadaan suatu kebudayaan harus mempertimbangkan keberadaan kebudayaan lainnya. Dari sini lahir gagasan kesetaraan, toleransi, dan saling menghargai (Suharyanto, 2012:4). Keharmonisan hidup antarsuku adalah bentuk interpretasi dari adanya rasa saling menghormati dan menghargai yang cukup tinggi dalam diri setiap masyarakat. Menerapkan konsep Melting Pot dalam kehidupan bermasyarakat yang beragam sangatlah diperlukan agar terhindar dari ketegangan-ketegangan atau konflik suku, ras, golongan, maupun agama.

Konsep Melting Pot diwacanakan oleh J. Hector seorang imigran asal Normandia. Dalam teorinya Hector menekankan penyatuan budaya dan melelehkan budaya asal, sehingga seluruh imigran Amerika hanya memiliki satu


(17)

2

budaya baru yakni budaya Amerika, walaupun diakui bahwa monokultur mereka itu lebih diwarnai oleh kultur White Anglo Saxon Protestant (WASP) sebagai kultur imigran kulit putih berasal Eropa. (https://susvie.wordpress.com/2008/08/11/multikulturalisme/. (Diakses: 16.04.2016).

Harmonisasi yang tercipta pada masyarakat Kota Medan bukan saja terjalin antar sesama penduduk pribumi seperti Suku Batak, Suku Melayu, Suku Jawa, Suku Minangkabau dan suku-suku pribumi lainnya tetapi juga terjalin dengan etnis-etnis lainnya termasuk etnis Tamil dan Etnis Tionghoa. Etnis Tamil dan Etnis Tionghoa adalah dua etnis yang sudah cukup lama tinggal dan hidup di Kota Medan. Adapun kedua etnis ini telah membaur dan menjadi bagian dari keberagaman budaya yang ada di Kota Medan. Orang India telah menyebar ke berbagai wilayah di Kota Medan dan sekitarnya dan Kampung Madras yang berada di wilayah Medan Polonia adalah kawasan yang mayoritas masyarakatnya adalah orang-orang India.

Menurut Azhari, dkk (2013:137-138) sebelum berubah nama menjadi Kampung Madras, dahulunya pada masa kolonial Belanda masyarakat pribumi menyebut wilayah tersebut dengan nama Kampung Keling dan Etnis Tamil diberi

julukan “orang Keling”. Keling dalam streotipe artinya lebih menjurus kepada

ejekan warna kulit hitam. Karena dianggap streotipe tersebut kurang baik maka diubahlah menjadi Kampung Madras oleh sebab Etnis Tamil berasal dari wilayah Madras di India. Tetapi umumnya masyarakat Kota Medan –bukan Etnis Tamil- lebih mengenal istilah Kampung Keling dibanding Kampung Madras.


(18)

3

Orang India, dalam hal ini Etnis Tamil memiliki cukup banyak perayaan dalam kehidupan mereka. Ritual, upacara, tradisi dan hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan serta budaya kerap dilakukan oleh Etnis Tamil di kuil-kuil yang ada di Kota Medan. Thaipusam, Deepawali, dan Pangguni Uttiram adalah contoh perayaan-perayaan besar bagi umat Hindu Tamil. Setiap kali sedang berlangsung acara-acara keagamaan maupun budaya, kuil-kuil di Kota Medan sering dibanjiri umat Hindu Tamil dan orang-orang diluar Tamil. Kuil Shri Mariamman merupakan kuil tertua dan juga kuil pusat bagi umat Hindu Tamil di wilayah Sumatera Utara.

Maha Puja Siwarattri adalah ritual yang setiap tahunnya dilaksanakan oleh umat Hindu Tamil di Kuil Shri Mariamman yang berada di Jalan Teuku Umar No. 18 Medan. Ritual ini hanya dilaksanakan sekali dalam setahun. Pada tahun ini ritual Maha Puja Siwarattri dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2016. Berdasarkan terminologi, ritual Maha Puja Siwarattri terdiri dari tiga suku kata, yaitu Maha Puja, yang artinya pemujaan besar dengan mempersembahkan bunga, wangi-wangian, lampu dan air. Siwa, artinya adalah Dewa Siwa, dan rattri, artinya adalah malam. Secara singkat, Maha Puja Siwarattri adalah upacara malam suci bagi umat Hindu untuk menghormati Dewa Siwa.

Maha Puja Siwarattri merupakan ritual yang dilakukan pada petang hingga keesokan pagi harinya untuk menghormati dan mengingat kebaikan-kebaikan yang telah diberikan oleh Dewa Siwa dalam kehidupan umat Hindu Tamil di dunia. Tak hanya itu, tujuan lain dilakukannya ritual ini dan bisa dikatakan tujuan utama dari ritual ini adalah mencapai moksa. Moksa adalah


(19)

4

bersatunya roh manusia kepada Tuhan (manunggal). Hanya Dewa Siwa saja yang mampu mewujudkan tujuan hidup terakhir umat Hindu ini. Ritual ini dimulai pada pukul 18.00 – 06.00 WIB. Karena pada ritual ini tidak dibenarkan tidur, maka

ritual ini dikenal dengan istilah ritual “semalam suntuk” dengan empat sesi

abhisegam (penyucian arca) diikuti dengan menyanyikan kidung-kidung lagu/bhajen bagi Dewa Siwa.

Menurut pendapat ketua Kuil Shri Mariamman, Chandra Bose, Dewa Siwa adalah Dewa Sang Pelebur. Dewa Siwa merupakan salah satu dari tiga dewa besar umat Hindu yang dikenal dengan istilah Trimurti. Dewa Brahman adalah Dewa Pencipta, Dewa Wisnu adalah Dewa Pemelihara, dan Dewa Siwa adalah Dewa Pelebur. Dewa Pelebur artinya adalah dewa yang akan menentukan setiap manusia akan menjadi apa saat terjadi purnabhawa atau reinkarnasi. Baik dan buruk seseorang akan menentukan reinkarnasi seorang manusia nantinya di kehidupan selanjutnya.

Dalam kehidupan manusia disadari atau tidak, pasti akan terjadi perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan itu ada yang direncanakan atau dikehendaki dan ada perubahan yang tidak direncanakan atau tidak dikehendaki. Perubahan pada masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berhubungan. Dalam pelaksanaan rangkaian ritual Maha Puja Siwarattri juga mengalami perubahan. Sebagai contoh perubahan yang dimaksud seperti berkurangnya sesi abhisegam yang sebelumnya dan seharusnya terdapat lima sesi abhisegam namun kini hanya ada empat sesi abhisegam. Perubahan lainnya adalah adanya penambahan kegiatan seperti prasatham, yaitu persembahan berupa


(20)

5

makanan dari beberapa umat kepada umat lainnya pada saat istirahat atau jeda ritual padahal semestinya ritual ini dilakukan dengan berpuasa makan dan minum. Dengan kata lain, tanpa adanya prasatham.

Selain itu, sebahagian umat Hindu Tamil terkhususnya pemuda-pemudi tidaklah begitu memahami betul makna kidung-kidung lagu yang dinyanyikan dikarenakan masih menggunakan bahasa Tamil dan Sansekerta, sementara mereka -pemuda-pemudi Tamil- sudah terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Seyogyanya peran generasi muda Hindu Tamil amat diperlukan dalam melestarikan ritual Maha Puja Siwarattri.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada rangkaian ritual Maha Puja Siwarattri dan makna apa saja yang terkandung dalam kidung-kidung lagu pujian atau bhajen pada ritual Maha Puja Siwarattri. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “PERUBAHAN RANGKAIAN RITUAL MAHA PUJA SIWARATTRI DI KUIL SHRI MARIAMMAN PADA ETNIS TAMIL DI KOTA MEDAN”


(21)

6

1.2. Identifikasi Masalah

Merujuk pada uraian dari latar belakang masalah, maka masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini yaitu:

1. Pada perayaan ritual Maha Puja Siwarattri di kota Medan khususnya di kuil Shri Mariamman ada beberapa perubahan rangkaian ritual yang umumnya dilakukan di dalam perayaan Maha Puja Siwarattri, tetapi dalam praktiknya sudah tidak dijalankan lagi saat ini.

2. Pada ritual Maha Puja Siwarattri umat Hindu Tamil juga menyanyikan kidung-kidung lagu/bahjen.

3. Maha Puja Siwarattri merupakan ritual yang memiliki makna filosofi yang sangat berarti bagi umat Hindu.

4. Makna kidung-kidung lagu atau bhajen yang dinyanyikan untuk Dewa Siwa.

5. Pelaksanaan ritual Maha Puja Siwarattri khususnya di Kuil Shri Mariamman banyak pihak yang terlibat dalam perayaan ritual ini.

6. Pada ritual Maha Puja Siwarattri juga terdapat ritual meditasi

Pembatasan Masalah

Dari uraian identifikasi masalah diatas, maka dengan ini peneliti akan memberi batasan masalah yang akan di teliti, yaitu :

1. Terdapat perubahan rangkaian ritual pada perayaan Maha Puja Siwarattri yang umumnya dilakukan pada ritual Maha Puja Siwarattri, tetapi dalam praktiknya sudah tidak dijalankan lagi saat ini.


(22)

7

2. Terdapat kidung-kidung lagu/bhajen pada ritual Maha Puja Siwarattri 3. Makna filosofi dari perayaan ritual Maha Puja Siwarattri berarti bagi

umat Hindu Tamil

4. Pihak yang terlibat dalam perayaan ritual Maha Puja Siwarattri

Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perubahan-perubahan apa sajakah yang tampak dalam perayaan ritual Maha Puja Siwarattri?

2. Apa makna kidung-kidung lagu pujian/bhajen pada ritual Maha Puja Siwarattri?

3. Apakah makna filosofi dari perayaan ritual Maha Puja Siwarattri? 4. Bagaimana rangkaian ritual Maha Puja Siwarattri di Kuil Shri

Mariamman?

5. Siapa saja yang terlibat dalam perayaan ritual Maha Puja Siwarattri?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan perubahan-perubahan rangkaian yang ada dalam perayaan ritual Maha Puja Siwarattri.


(23)

8

2. Mengetahui makna kidung-kidung lagu/bhajen dalam perayaan ritual Maha Puja Siwarattri bagi Etnik Tamil.

3. Mengetahui makna filosofi dari perayaan ritual Maha Puja Siwarattri bagi etnik Tamil.

4. Mendeskripsikan proses pelaksanaan rangkaian ritual Maha Puja Siwarattri pada Etnik Tamil di Kuil Shri Mariamman.

5. Mengetahui siapa-siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan ritual Maha Puja Siwarattri.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis:

1. Memberikan sumbangsih terhadap ilmu Antropologi dan ilmu sosial lainnya. Di dalam Antropologi terdapat tujuh unsur-unsur kebudayaan universal dan salah satunya adalah sistem religi dan Maha Puja Siwarattri merupakan salah satu ritual keagamaan umat Hindu Tamil.

2. Memberikan pemahaman kepada masyarakat luas tentang ritual Maha Puja Siwarattri ini beserta tradisi-tradisi yang dilakukan di dalamnya sehingga nantinya terjalin rasa toleransi antarumat beragama. Serta mengetahui perkembangan dan perubahan-perubahan yang ada di dalamnya.

1.4.2. Manfaat Praktis:

1. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media informasi bagi penelitian selanjutnya mengenai


(24)

9

ritual Maha Puja Siwarattri dan masyarakat luas yang belum mengetahui kebudayaan Etnik Tamil seperti ritual Maha Puja Siwarattri, terkhusus Etnik Tamil yang ada di kota Medan.


(25)

99 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 1.1Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti dalam perayaan Maha Puja Siwarattri di Kuil Shri Mariamman Medan, maka peneliti merumuskan beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaan ritual Maha Puja Siwarattri telah terjadi perubahan rangkaian ritual. Perubahan rangkaian ritual yang terjadi dalam perayaan ritual Maha Puja Siwarattri seperti berkurangnya jumlah sesi abhisegam yang awalnya sebanyak 5 kali menjadi 4 kali dikarenakan setiap sore harinya arca sudah dimandikan oleh pandita sebagaimana rutinitas biasanya. Maka, abhisegam saat Maha Puja Siwarattri dianggap sudah dilakukan secara penuh (terhitung 5 sesi). Digantikannya ritual sangge abhisegam dengan alasan sulit mendapatkan 108 keong dan ritual omam dengan alasan membutuhkan biaya yang cukup besar. Ritual sangge abhisegam dan ritual omam diganti dengan ritual menyanyikan bhajen, prasatham (makan bersama) serta dharma wacana dengan alasan mengisi waktu ritual yang telah dihapuskan dan diharapkan agar sesama umat Hindu Tamil lebih merekatkan hubungan yang terjalin.

2. Makna kidung-kidung lagu pujian/bhajen dan mantra bilwathakam serta linggasthakam pada ritual Maha Puja Siwarattri yaitu adalah bhajen sebagai puji-pujian yang mengagungkan kebesaran Dewa Siwa di dunia. Sedangkan mantra bilwathakam dan linggasthakam merupakan mantra


(26)

100

suci Dewa Siwa yang menjanjikan penghapusan dosa dan Sivaloka (surga Siwa) bagi setiap orang yang melantunkannya.

3. Makna filosofi yang terkandung dalam perayaan ritual Maha Puja Siwarattri bagi umat Hindu Tamil sangat penting. Ritual ini dilaksanakan sebagai penghormatan dan pengagungan atas kebaikan Dewa Siwa saat menolong Dewa Chandra dan manusia. Selain itu, ritual ini juga bermakna sebagai upaya manusia untuk mendapat penghapusan dosa dan mencapai moksa atau Sivaloka yang merupakan tujuan akhir hidup umat Hindu. 4. Rangkaian ritual Maha Puja Siwarattri di Kuil Shri Mariamman

dilaksanakan mulai abhisegam pertama hingga abhisegam keempat dengan ritual-ritual lain yang mengikuti.

5. Pihak-pihak yang terlibat dalam melaksanakan perayaan ritual Maha Puja Siwarattri antara lain para pandita, pengurus kuil, petugas kebersihan kuil, kelompok bhajen, Mother Sanggam atau perkumpulan Kerukunan Kaum Ibu Hindu Indonesia dan umat Hindu Tamil.

5.2Saran

Mengingat betapa pentingnya perayaan Maha Puja Siwarattri yang dilaksanakan umat Hindu Tamil, maka beberapa saran yang peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1. Kepada umat Hindu Tamil agar kiranya dalam melaksanakan ritual Maha Puja Siwarattri harus didasari rasa tulus dan ikhlas. Jika bisa dipenuhi, sebaiknya umat yang mengikuti ritual ini melaksanakan ritual hingga selesai demi tercapainya pemenuhan ritual.


(27)

101

2. Kepada pengurus kuil agar terus melaksanakan ritual Maha Puja Siwarattri dengan mengikutsertakan umat mengambil bagian di dalamnya demi tercapainya hubungan yang baik antarsesama umat Hindu khususnya Hindu Tamil dan kelompok bhajen terus dibimbing dalam segala aspek agar semakin meningkatkan rasa bakti pemuda-pemudi Hindu Tamil kepada Sang Hyang Widi Wasa.

3. Kepada Pemerintah Kota Medan agar memperhatikan dan melestarikan hari-hari keagamaan Hindu dan kebudayaan India yang ada di Kota Medan terlebih lagi dikarenakan Kuil Shri Mariamman tidak hanya sebagai rumah ibadah tetapi juga merupakan bangunan sejarah dan budaya etnis Tamil yang ada di Kota Medan.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Desi. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia Azhari, dkk. 2013. Kebudayaan Orang India Tamil di Provinsi Sumatera Utara.

Medan: Unimed Press

Bantas, Ketut & Dana. 1992. Materi Pokok Pendidikan Agama Hindu. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud

Basarsyah, Sinar. 2008. Orang India di Sumatera Utara. Medan: Forkala

Ihromi. 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Koentjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia

_____________ .1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat

_____________ .1987. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI Press

_____________ .2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

_____________ .2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres

Moleong. Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Saebani, Ahmad. 2012. Pengantar Antropologi. Bandung: Pustaka Setia

Saifuddin, Achmad Fediyani. 2005. Antropologi Kontemporer. Jakarta: Prenada Media

Setiadi, dkk. 2006. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Kencana

Suharyanto, Agung. 2012. Kompilasi Bahan Ajar Multikulturalisme. Medan: Unimed

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta


(29)

Sumber Skripsi

Pasaribu, Indah Sartika. 2013. Peranan Nyanyian Aum Untuk Penyembahan Dewa Ganesha Dalam Ibadah Sembhayang Masyarakat Hindu Tamil di Kuil Shri Mariamman. Medan: Universitas Negeri Medan

Riyaf, Agus. 2015. Perubahan Rangkaian Ritual Thaipusam di Kuil Shree Soepramaniem Nagarattar Pada Etnik Tamil di Kota Medan. Medan: Universitas Negeri Medan

Subriden. 2013. Upacara Pradhosam Dalam Masyarakat Tamil di Shri Mariamman Kuil Kelurahan Petisah Tengah Kec. Medan Petisah (Ditinjau Dari Pendidikan Agama Hindu). Jakarta: Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta

Sumber Internet

http://kampong.madras,sejarahkecil/Kota Medan Asli Medan.html (Diakses pada tanggal 10.03.2016)

https://susvie.wordpress.com/2008/08/11/multikulturalisme/ (Diakses pada tanggal 16.04.2016)


(1)

ritual Maha Puja Siwarattri dan masyarakat luas yang belum mengetahui kebudayaan Etnik Tamil seperti ritual Maha Puja Siwarattri, terkhusus Etnik Tamil yang ada di kota Medan.


(2)

99 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 1.1Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti dalam perayaan Maha Puja Siwarattri di Kuil Shri Mariamman Medan, maka peneliti merumuskan beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaan ritual Maha Puja Siwarattri telah terjadi perubahan rangkaian ritual. Perubahan rangkaian ritual yang terjadi dalam perayaan ritual Maha Puja Siwarattri seperti berkurangnya jumlah sesi abhisegam yang awalnya sebanyak 5 kali menjadi 4 kali dikarenakan setiap sore harinya arca sudah dimandikan oleh pandita sebagaimana rutinitas biasanya. Maka, abhisegam saat Maha Puja Siwarattri dianggap sudah dilakukan secara penuh (terhitung 5 sesi). Digantikannya ritual sangge abhisegam dengan alasan sulit mendapatkan 108 keong dan ritual omam dengan alasan membutuhkan biaya yang cukup besar. Ritual sangge abhisegam dan ritual omam diganti dengan ritual menyanyikan bhajen, prasatham (makan bersama) serta dharma wacana dengan alasan mengisi waktu ritual yang telah dihapuskan dan diharapkan agar sesama umat Hindu Tamil lebih merekatkan hubungan yang terjalin.

2. Makna kidung-kidung lagu pujian/bhajen dan mantra bilwathakam serta linggasthakam pada ritual Maha Puja Siwarattri yaitu adalah bhajen sebagai puji-pujian yang mengagungkan kebesaran Dewa Siwa di dunia. Sedangkan mantra bilwathakam dan linggasthakam merupakan mantra


(3)

suci Dewa Siwa yang menjanjikan penghapusan dosa dan Sivaloka (surga Siwa) bagi setiap orang yang melantunkannya.

3. Makna filosofi yang terkandung dalam perayaan ritual Maha Puja Siwarattri bagi umat Hindu Tamil sangat penting. Ritual ini dilaksanakan sebagai penghormatan dan pengagungan atas kebaikan Dewa Siwa saat menolong Dewa Chandra dan manusia. Selain itu, ritual ini juga bermakna sebagai upaya manusia untuk mendapat penghapusan dosa dan mencapai moksa atau Sivaloka yang merupakan tujuan akhir hidup umat Hindu. 4. Rangkaian ritual Maha Puja Siwarattri di Kuil Shri Mariamman

dilaksanakan mulai abhisegam pertama hingga abhisegam keempat dengan ritual-ritual lain yang mengikuti.

5. Pihak-pihak yang terlibat dalam melaksanakan perayaan ritual Maha Puja Siwarattri antara lain para pandita, pengurus kuil, petugas kebersihan kuil, kelompok bhajen, Mother Sanggam atau perkumpulan Kerukunan Kaum Ibu Hindu Indonesia dan umat Hindu Tamil.

5.2Saran

Mengingat betapa pentingnya perayaan Maha Puja Siwarattri yang dilaksanakan umat Hindu Tamil, maka beberapa saran yang peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1. Kepada umat Hindu Tamil agar kiranya dalam melaksanakan ritual Maha Puja Siwarattri harus didasari rasa tulus dan ikhlas. Jika bisa dipenuhi, sebaiknya umat yang mengikuti ritual ini melaksanakan ritual hingga selesai demi tercapainya pemenuhan ritual.


(4)

101

2. Kepada pengurus kuil agar terus melaksanakan ritual Maha Puja Siwarattri dengan mengikutsertakan umat mengambil bagian di dalamnya demi tercapainya hubungan yang baik antarsesama umat Hindu khususnya Hindu Tamil dan kelompok bhajen terus dibimbing dalam segala aspek agar semakin meningkatkan rasa bakti pemuda-pemudi Hindu Tamil kepada Sang Hyang Widi Wasa.

3. Kepada Pemerintah Kota Medan agar memperhatikan dan melestarikan hari-hari keagamaan Hindu dan kebudayaan India yang ada di Kota Medan terlebih lagi dikarenakan Kuil Shri Mariamman tidak hanya sebagai rumah ibadah tetapi juga merupakan bangunan sejarah dan budaya etnis Tamil yang ada di Kota Medan.


(5)

Anwar, Desi. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia Azhari, dkk. 2013. Kebudayaan Orang India Tamil di Provinsi Sumatera Utara.

Medan: Unimed Press

Bantas, Ketut & Dana. 1992. Materi Pokok Pendidikan Agama Hindu. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud

Basarsyah, Sinar. 2008. Orang India di Sumatera Utara. Medan: Forkala

Ihromi. 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Koentjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia

_____________ .1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat

_____________ .1987. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI Press

_____________ .2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

_____________ .2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres

Moleong. Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Saebani, Ahmad. 2012. Pengantar Antropologi. Bandung: Pustaka Setia

Saifuddin, Achmad Fediyani. 2005. Antropologi Kontemporer. Jakarta: Prenada Media

Setiadi, dkk. 2006. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Kencana

Suharyanto, Agung. 2012. Kompilasi Bahan Ajar Multikulturalisme. Medan: Unimed

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta


(6)

Sumber Skripsi

Pasaribu, Indah Sartika. 2013. Peranan Nyanyian Aum Untuk Penyembahan Dewa Ganesha Dalam Ibadah Sembhayang Masyarakat Hindu Tamil di Kuil Shri Mariamman. Medan: Universitas Negeri Medan

Riyaf, Agus. 2015. Perubahan Rangkaian Ritual Thaipusam di Kuil Shree Soepramaniem Nagarattar Pada Etnik Tamil di Kota Medan. Medan: Universitas Negeri Medan

Subriden. 2013. Upacara Pradhosam Dalam Masyarakat Tamil di Shri Mariamman Kuil Kelurahan Petisah Tengah Kec. Medan Petisah (Ditinjau Dari Pendidikan Agama Hindu). Jakarta: Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta

Sumber Internet

http://kampong.madras,sejarahkecil/Kota Medan Asli Medan.html (Diakses pada tanggal 10.03.2016)

https://susvie.wordpress.com/2008/08/11/multikulturalisme/ (Diakses pada tanggal 16.04.2016)