Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembentukan kualitas sumber daya manusia, yaitu manusia yang mampu menghadapi berbagai perubahan dan kemajuan serta berbagai dampak negatifnya sangat diperlukan saat ini. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses tersebut. Lembaga pendidikan formal diharapkan untuk senantiasa meningkatkan kualitas output keluaran dan mampu memberi bekal kepada anak didik untuk menghadapi perubahan dan kemajuan zaman. Dalam hal ini, guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Tujuan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah penguasaan kompetensi komunikatif siswa, yaitu agar peserta didik dapat saling berkomunikasi, berbagai pengalaman belajar dari yang lain untuk meningkatkan kemampuan intelektualnya Diknas, 2003:6. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa diupayakan untuk menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis bagi siswa. Hal itu sesuai dengan Kurikukum Tingkat Satuan Pendidkan KTSP yang merupakan acuan dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah formal. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditegaskan bahwa tugas sebagai guru adalah membelajarkan siswa, bukan mengajar. Siswalah yang harus didorong agar secara aktif berlatih menggunakan bahasa khususnya pada keterampilan menulis. Tugas guru adalah menciptakan situasi dan kondisi agar siswa 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 belajar secara optimal untuk berlatih menggunakan bahasa agar kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Keterampilanan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang kompleks, bila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain seperti, menyimak, berbicara, dan membaca. Keterampilan menulis ini merupakan suatu bentuk manifestasi keterampilan yang paling akhir dikuasai oleh siswa. Namun, sampai saat ini, pengajaran bahasa khususnya keterampilan menulis sastra maupun nonsatra dipelajari hasilnya belum begitu menggembirakan. Menulis adalah suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur dan sistematis yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Melalui menulis siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan ide, gagasan, atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis. Patut disadari bahwa penguasaan keterampilan menulis tidaklah datang dengan sendirinya, tetapi kemahirannya ditempuh melalui proses pembelajaran yang serius. Proses pembelajaran menulis inilah sebagian besar menjadi tugas dan tanggung jawab guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, baik di berbagai jenjang maupun jenis sekolah, keterampilan menulis sangat diperhatikan pembinaannya. Salah satu wahana yang dianggap dapat menyalurkan keterampilan menulis adalah sastra. Sastra memberikan ciri-ciri dan keunggulan yang spesifik yang tidak dimiliki oleh ilmu eksakta. Sastra memiliki kebebasan bagi pencipta untuk berkarya, menumpahkan segala cipta dan karsa. Melalui karya sastra, seseorang dapat mengekspresikan semua gejolak emosi dalam bentuk lisan maupun tulisan. Salah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 3 satu bentuk karya sastra adalah puisi. Herman J. Waluyo 2008: 1 menyatakan puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias Imajinatif. Kata-kata betul- betul terpilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Pembelajaran sastra di sekolah diharapkan dapat membimbing siswa agar memiliki wawasan tentang sastra, mampu mengapresiasi sastra, bersikap positif terhadap sastra, dapat mengembangkan kemampuan, wawasan, serta sikap positif bagi kepentingan pendidikan. Upaya untuk mengembangkan kemampuan, wawasan, kreativitas, serta sikap positif itu dapat diwujudkan dengan menciptakan karya sastra. Salah satu pembelajaran sastra di sekolah yang berkaitan dengan penciptaan karya sastra adalah menulis puisi. Namun, adanya anggapan bahwa secara praktis puisi tidak ada gunanya seperti pada ilmu pengetahuan lain merupakan hambatan dalam pembelajaran menulis puisi Rahmanto, 1988: 44. Salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai siswa SMP dalam keterampilan menulis sastra adalah ” mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi ”BSNP,2006 Kenyataan yang ada kemampuan menulis puisi siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang Kabupaten Sragen masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yakni hanya mencapai rata-rata 63, padahal KKM yang telah ditetapkan adalah 70. Informasi mengenai rendahnya kemampuan menulis puisi yang dialami oleh siswa SMP Negeri 2 Gondang, khususnya kelas VII C, yakni kurang memenuhi standar ketuntasan minimal yang ditentukan oleh sekolah, diperoleh setelah diadakan observasi mendalam dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 4 tersebut. Berdasarkan observasi mendalam yang dilakukan pada Kamis, 23 Februari 2012, kompetensi menulis puisi yang rendah tersebut dikarenakan beberapa faktor. Faktor pertama. berasal dari siswa itu sendiri. Siswa kurang termotivasi pada pembelajaran menulis puisi. Mereka kurang tertarik, merasa kesulitan dalam menuangkan gagasanide ke dalam larik-larik puisi, kurang memiliki perbendaharaan kata yang memadai, kurang dapat memilih kata-kata dengan tepat serta kurang memahami bagaimana merangkaikan kata-kata ke dalam sebuah puisi. Hal ini terlihat dari hasil puisi yang ditulis siswa kelihatan asal-asalan dan kurang memiliki keindahan. Bahkan sebagian besar siswa mengatakan tidak bisa jika diberi tugas menulis puisi. Faktor kedua, kreativitas guru dalam pembelajaran. Kreativitas guru yang kurang ditinjau dari model pembelajaran yang digunakan guru kurang diminati oleh siswa. Guru kurang mampu memunculkan pembelajaran yang inovatif sehingga ketertarikan siswa dalam pembelajaran menulis puisi kurang dan akhirnya kemampuan bersastranya rendah. Selain model pembelajaran yang kurang inovatif, penggunaan media oleh guru cenderung kurang bahkan tidak menggunakan media. Keterangan tentang model dan media yang digunakan oleh guru kurang inovatif didapat dari wawancara dengan Tegar, siswa kelas VII C. Menurut Tegar, guru kurang memberikan sentuhan yang menarik pada pembelajaran. Guru cenderung menerangkan dengan cara ceramah, sehingga siswa merasa bosan dan berdampak tidak memperhatikan pelajaran. Siswa hanya diberi teori-teori tentang menulis puisi. Praktik menulisnya pun dilakukan secara individu, tanpa ada tindak lanjut dari guru. Hal ini diakui oleh Elis Sutanti, S.Pd., guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 5 tersebut. Karena kedua hal tersebut, wajar jika siswa memiliki kemampuan menulis puisi yang rendah. Kedua faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan menulis puisi siswa tersebut tidak dapat dibiarkan begitu saja. Hal ini akan berdampak pada kualitas proses dan hasil belajar selanjutnya, khususnya dalam pembelajaran kemampuan menulis puisi Padahal, menulis puisi merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai siswa. Menurut Percy dalam Tjahyono Widijanto, 2007: 68 menyatakan paling tidak ada enam alasan pentingnya pelaksanaan pembelajaran dalam menulis puisi. Keenam alasan tersebut adalah 1 menulis puisi memberikan gambaran yang murni dan menyenangkan, 2 menulis puisi dapat memberikan pengetahuan tentang konsep dunia sekitar siswa, 3 menulis puisi mendorong siswa untuk menghargai bahasa dan mengembangkan kosa kata yang tepat dan bervariasi, 4 menulis puisi dapat membantu siswa mengidentifikasi orang-orang dan situasi tertentu, 5 menulis puisi dapat membantu siswa mengekspresikan suasana hati dan membantu siswa memahami perasaan mereka sendiri, dan 6 menulis puisi dapat membuka dan menumbuhkan kepekaan serta wawasan siswa terhadap lingkungan. Melihat pentingnya pembelajaran menulis puisi bagi siswa, pembelajaran menulis puisi perlu mendapat perhatian yang lebih besar, namun pada kenyataannya pembelajaran menulis puisi di sekolah masih mengalami kendala dan cenderung dihindari. Pembelajaran menulis puisi cenderung dihindari karena dianggap sulit. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan suatu upaya yaitu dengan mengimplementasikan suatu metode inovatif yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar sebagai pusat perhatian dan guru hanyalah sebagai perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 6 fasilitator dalam mengupayakan situasi untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar siswa diperoleh melalui keterlibatan siswa secara langsung dalam serangkaian kegiatan untuk berhubungan dengan lingkungan dan interaksi dengan materi pembelajaran, teman, dan sumber belajar lainnya. Selanjutnya, siswa mengontruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Pemilihan strategi pembelajaran sangat penting, mengingat pembelajaran berbahasa dan bersastra terutama keterampilan menulis adalah hal yang tidak mudah, dan sebagai wahana untuk melatih sikap untuk mampu menuangkan ide, gagasan, kreatif, dan meningkatkan kemampuan berekspresi siswa. Untuk itu, guru diharapkan pandai dalam memilih metode, teknik maupun model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV Pasal 19 ayat 1 seperti dalam kutipan berikut. ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Bertitik tolak dari hal di atas, dipandang perlu menggunakan model pembelajaran yang menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar menulis puisi. Menurut Asrori 2009: 184 motivasi merupakan sarana yang sangat penting dalam pembelajaran,baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Salah satu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 7 Pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin 2005: 5 mengemukakan bahwa beberapa hasil penelitian membuktikan penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kakurangan diri kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini banyak memiliki kelemahan. Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal Rusman, 2011: 212. Prinsip yang lain adalah tanggung jawab perorangan, interaksi tatap muka, partisipasi dan evaluasi proses kelompok, penstrukturan, dan refleksi, serta waktu perencanaan. Model pembelajaran Picture and Picture merupakan salah satu pembelajaran kooperatif Agus Suprijono, 2011:125. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari keterampilan- keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, dan menyenangkan. Model pembelajaran Picture and Picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar menjadi faktor utama dalam perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 8 proses pembelajaran ini. Penggunaan rangsangan gambar memungkinkan siswa untuk menemukan ide-ide baru yang dapat dituangkan dalam bentuk puisi. Siswa akan lebih termotivasi belajar menulis puisi. Berpijak dari uraian yang telah diungkapkan tersebut, maka penelitian tentang peningkatan kualiats proses pembelajaran dan peningkatan kualitas hasil kemampuan menulis puisi melalui model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture ini perlu segera dilaksanakan, sehingga pembelajaran menulis puisi menjadi menarik dan menyenangkan yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia. Dipilihnya model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture sebagai model dalam pembelajaran menulis puisi diharapkan siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam mencari ide untuk penulisan puisi dan dapat lebih mudah mengembangkannya menjadi sebuah puisi yang menarik. Model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Gondang Sragen. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang tahun ajaran 20112012? perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang tahun ajaran 20112012 ? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap hal-hal sebagai berikut : 1.Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan proses pembelajaran menulis puisi dan kemampuan menulis puisi melalui model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture pada siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang Sragen. 2.Tujuan Khusus a. meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture pada siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang Sragen. b. meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture pada siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang Sragen. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, diharapkan hasil dari Penelitian Tindakan Kelas PTK ini dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 10

1. Manfaat Teoretis