Niken Larasati S841102010

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

PICTURE AND PICTURE

UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENULIS PUISI

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang, Sragen

Tahun Ajaran 2011/2012)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh

Niken Larasati

S841102010


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

PICTURE AND PICTURE

UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENULIS PUISI

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang, Sragen

Tahun Ajaran 2011/2012)

TESIS

Disusun oleh:

Niken Larasati

S841102010

Komisi

Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd. ……… …… …… NIP 194612081982031001

Pembimbing II Dr. Nugraheni Eko W, M.Hum. ... ... NIP 197007162002122001

Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal……….2012

Ketua Program Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana UNS


(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

PICTURE AND PICTURE

UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENULIS PUISI

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII C

SMP Negeri 2 Gondang, Sragen Tahun Ajaran 2011/2012)

TESIS Oleh: Niken Larasati

S841102010

Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua : Prof. Dr. Sarwiji Suwandi,M.Pd ………. ... NIP 1962040 1987031001

Sekretaris : Prof. Dr, Retno Winarni,M.Pd. ... ... NIP 195601211982032003

Anggota Penguji :

1. Prof. Dr. St. Y. Slamet,M.Pd. ……….. ………….. NIP 194612081982031001

2. Dr. Nugraheni Eko Wardani,M.Hum. ... ... NIP 19700716 2002122001

Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat


(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. Tesis yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIIC SMP Negeri 2 Gondang, Sragen Tahun

Ajaran 2011/2012)” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat,

serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagaimana acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17, Tahun 2012)

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seizin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs- UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enem bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan dari Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 20 Mei 2012 Yang membuat pernyataan


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan lancar.

Dengan terselesaikannya penelitian tindakan kelas ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan tesis ini; 2. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.., selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa

Indonesia, yang telah memberikan dorongan demi terselesaikannya tesis ini; 3. Prof. Dr. St,Y. Slamet, M. Pd.., selaku pembimbing I, yang selalu memberikan

bimbingan, arahan, dan dukungan demi terselesaikannya tesis ini;

4. Dr. Nugraheni Eko Wardani, M.Hum., selaku pembimbing II, yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan demi terselesaikannya tesis ini; 5. Bapak dan Ibu Dosen Pascasarjana Program Pendidikan Bahasa Indonesia

yang secara tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis;

6. Drs. Sunardi, M.Pd., selaku kepala SMP Negeri 2 Gondang Sragen, yang telah memberikan izin, dukungan, dan fasilitas dalam melakukan penelitian tindakan kelas;


(6)

9. Rekan guru bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Gondang Sragen, yang telah bersedia menjadi pengamat, membantu melakukan observasi, wawancara, interpretasi, dan refleksi selama pelaksanaan penelitian;

10. Siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Gondang Sragen, yang aktif mengikuti pelajaran, memiliki motivasi untuk maju, dan dengan penuh kesadaran meningkatkan kemampuannya dalam menulis puisi.

Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, demi sempurnanya, kritik dan saran sangat penulis harapkan.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan, semoga tesis ini bermanfaat.

Surakarta, 2 Juni 2012


(7)

MOTTO

“Elemen terpenting kita bukan pada otak, namun pada apa yang menuntun otak kita, yaitu kepribadian, hati, kebaikan, dan ide-ide progresif” (Fyodor Dostoyevsky, 1821-1881).

“Sebaik-baik manusia ialah orang yang dapat memberi manfaat kepada orang lain" (Hadis riwayat Al-Qudhi).


(8)

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan kepada

1. Ayah bundaku Bapak S.Kamta Raharja (Alm) dan Ibu Djumirah


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI TESIS ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ...viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ...xvi

ABSTRACT ...xvi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah . B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian


(10)

1. Hakikat Kemampuan Menulis Puisi ...11

a. Pengertian Kemampuan ...11

b. Pengertian Menulis ...13

c. Tujuan Menulis ... 16

d. Menulis Kreatif Sastra ...18

e. Menulis Puisi ... 19

2. Hakikat Puisi a. Pengertian Puisi ...23

b. Struktur Fisik Puisi………25

c. Struktur Batin Puisi………...30

d. Penilaian Kemampuan Menulis Puisi………...33

3. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture... 36

a. Pengertian Model Pembelajaran ... 36

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 39

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ... 47

d. Media Gambar dalamPembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture... 48 e. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe


(11)

B. Penelitian yang Relevan ... 61

C. Kerangka Berpikir ...64

D. Hipotesis Tindakan ... 67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 68

B. Subjek Penelitian ... 69

C. Sumber Data ... 70

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 71

E. Teknik Analisis Data ... 73

F. Indikator Keberhasilan Kinerja ... 75

G. Prosedur Penelitian ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 81

1.Deskripsi KondisiAwal………81

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 88

a. Perencanaan Tindakan ... 88

b. Pelaksanaan Tindakan ... 94

c. Observasi dan Interpretasi ... 99


(12)

d. Refleksi ... 130

3. Deskripsi Siklus III ... 132

a. Perencanaan Tindakan ... 132

b. Pelaksanaan Tindakan ... 136

c. Observasi dan Interpretasi ... 139

d. Refleksi ... 146

B. Pembahasan ... 147

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 161

1. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran ... 161

2. Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran ... 162

B. Implikasi ... 163

C. Saran ... 165

1. Saran untuk penelitian lanjut... 165

2. Saran untuk Penerapan Hasil Penelitian……… 165

a. Saran untuk Guru... 165

b. Saran untuk Kepala Sekolah……… .. 166

c. Saran untuk Dinas Pendidikan……… 166


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Berpikir Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Picture and Picture Untuk Meningkatkan Kemampuan

Menulis Puisi ... 66 Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 78 Gambar 3. Suasana Gaduh Saat Siswa Menjawab Pertanyaan Guru ... 84 Gambar 4. Siswa Meperlihatkan Gambar yang Dipilihnya dan mengemukakan Alasan Memilih Urutan Tersebut……… ………. 93 Gambar 5. Terlihat Guru Memantau Siswa Dalam Kegiatan Diskusi ... 97 Gambar 6. Siswa Menerima Reward dari Guru Sebagai Penulis Puisi Terbaik 112 Gambar 7. Siswa Mengemukakan Alasan Memilih Urutan Gambar……….. 113

Gambar 8. Siswa Mempresentasikan Hasil Karyanya Pada Siklus II……… 117

Gambar 9. Guru Sedang Memantau Dan Membimbing Siswa …... 125 Gambar 10 Siswa Memberikan Respon Terhadap Pertanyaan Guru ... 140 Gambar 11. Siswa mengemukakan Alasan Memilih Urutan Gambar………. 133 Gambar 12. Siswa Bertepuk Tangan dan Tampak Gembira Usai Mereka

Menulis Puisi dan Temannya Presentas……… 135 Gambar 13. Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar……….. 153 Gambar 14. Diagram Peningkatan Nilai Akhir Menulis Puisi…………. 153


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok

Belajar Kovensional ………... 44 Tabel 2. Langkah-langkah Model Kooperatif ………... 46 Tabel 3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ……… 69 Tabel 4. Indikator Keberhasilan Tindakan untuk Kemampuan Menulis Puisi.. 76 Tabel 5. Hasil Menulis Puisi Siswa Kelas VII C SMP N 2 Gondang, Sragen

Pada Pratindakan ... 87 Tabel 6. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Menulis Puisi Pratindakan… 88 Tabel 7. Hasil Menulis Puisi Siswa Kelas VII C SMP N 2 Gondang, Sragen

Pada Siklus I ... 103

Tabel 8. Perbandingan Persentase Ketuntasan Klasikal Pratindakan Dengan Siklus I ………..…... 103 Tabel 9. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Menulis Puisi Siklus I…….. 104 Tabel 10 Hasil Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP N 2 Gondang, Sragen

Pada Siklus II ……… 123 Tabel 11. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Menulis Puisi Siklus II……..124 Tabel 12. Perbandingan Presentase Ketuntasan Klasikal Siklus I dengan

Siklus II …………... 124 Tabel 13. Hasil Kemampuan menulis Puisi siklus III ………... 137 Tabel 14 Perbandingan Ketuntasan Klasikal Siklus II dengan Siklus III ... 138 Tabel 15. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Menulis Puisi Siklus III…….139


(15)

Tabel 18 Skor Kinerja Guru Sebelum dan Sesudah Menerapkan

Pembelajaran Kooperatif TipePicture and ...149 Tabel 19 Hasil Kemampuan Menulis Puisi Pada Pratindakan, Siklus I,


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Silabus Kompetensi Dasar Menulis Puisi ……… 166 Lampiran 2 . Catatan Lapangan Hasil Survei Awal…... 169 Lampiran 3.a. Pedoman Wawancara Dengan Guru (Pratindakan) ……….. 175 Lampiran 3.b. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Dengan Guru

(Pratindakan) ... 176 Lampiran 4.a .Pedoman Wawancara Dengan Siswa (Pratindakan) ... 180 Lampiran 4.b. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Dengan Siswa ………… 181 Lampiran 5. RPP Pratindakan ……… 186 Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Siswa

Pratindakan ……… 190

Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kinerja Guru

Pratindakan ……… 192 Lampiran 8. Hasil Kemampuan Menulis Puisi Pratindakan …... 195 Lampiran 9. Contoh Puisi Siswa Pratindakan ………... 197 Lampiran 10. Transkip Hasil Diskusi Dengan Guru (Perencanaan Siklus I) ….. 199 Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 202 Lampiran 12. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I ……… 214

Lampiran 13. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Siswa Siklus I ..220 Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kinerja Guru SiklusI………222


(17)

Lampiran 17. Hasil Kemampuan Menulis Puisi Siklus I ... 232 Lampiran 18. Contoh Puisi Siswa Siklus I …………...………... 234 Lampiran 19. Transkip Hasil Diskusi dengan Guru (Perencana Siklus II) ……. 236 Lampiran 20. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...241 Lampiran 21. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II ……….251 Lampiran 22. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Siswa Siklus II .255 Lampiran 23. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus II ... 257 Lampiran 24.a. Pedoman Wawancara dengan Guru Siklus I ... 260 Lampiran 24.b. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru Siklus II ... 261 Lampiran 25.a. Pedoman Wawancara dengan Siswa Siklus II...263 Lampiran 25.b. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus II ... 264 Lampiran 26. Hasil Kemampuan Menulis Puisi Siklus II... 267 Lampiran 27. Contoh Puisi Siswa Siklus II …………...………....269 Lampiran 28. Transkip Hasil Diskusi dengan Guru (Perencana Siklus III) ……. 271 Lampiran 29. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ...274 Lampiran 30. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus III ………. 282 Lampiran 31. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Siswa Siklus III 285 Lampiran 32. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus III... 287 Lampiran 33.a. Pedoman Wawancara dengan Siswa Siklus III... 290 Lampiran 33.b. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus III…291


(18)

Lampiran 36. Contoh Puisi Siswa Siklus III ………...………... 301 Lampiran 37. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Menulis Puisi Siswa, Pratindakan

Siklus I, Siklus II, Siklus III ……….. 303 Lampiran 38. Rekapitulasi Hasil Pengamatan KBM Siswa Siklus I, Siklus II

Siklus III... 305 Lampiran 39. Pedoman Penialain Menulis Puisi ………... 307 Lampiran 40. Foto-foto Kegiatan Pratindakan Siklus I, Siklus II, Siklus III ….. 309


(19)

Niken Larasati. S841102010. 2012.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Picture and Picture untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang,

Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012). TESIS. Pembimbing I: Prof.

Dr.St.Y.Slamet, M.Pd, II: Dr. Nugraheni Eko Wardani, M.Hum. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan: 1) kualitas proses pembelajaran menulis puisi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

picture and picture, dan 2) kemampuan menulis puisi dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe picture and picture.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SMP Negeri 2 Gondang, Sragen, dengan subjek siswa kelas VII C. Jumlah siswa 32 anak, dengan rincian 16 laki-laki dan 16 perempuan. Proses penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus yang meliputi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, serta tahap analisis dan refleksi.Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, analisis dokumen dan tes. Validasi data yang digunakan adalah teknik triangulasi yang didasarkan pada proses tindakan. Analisis data digunakan teknik deskriptif analitis kritis-komparatif dengan mendeskripsikan temuan data dan membandingkannya dengan indikator kinerja yang sudah ditentukan.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kualitas pembelajaran, baik proses maupun kemampuan menulis puisi pada siswa-siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang, Sragen. Peningkatan kualitas proses pembelajaran tersebut ditandai dengan meningkatnya kinerja siswa. Rerata kinerja siswa pratindakan 58,32 meningkat pada siklus I sebesar 72,36; siklus 2 sebesar 89,73; dan siklus 3 mencapai 98,95.Peningkatan kemampuan menulis puisi ditandai dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas tuntas. Pada kondisi awal (pratindakan ) 13 siswa dari 32 (40,60%) meningkat pada siklus I yakni 22 siswa dari 32 siswa (68,75%). Pada siklus II menjadi 26 siswa (81,25%) dan meningkat lagi pada siklus III, yaitu 32 siswa (100%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe picture and

picture efektif digunakan pada pembelajaran menulis puisi. Implikasinya, dalam

meningkatkan kemampuan menulis puisi, model pembelajaran kooperatif tipe


(20)

Niken Larasati. S841102010. 2012. The Implementation of Cooperative

Learning Model of Picture and Picture Type for The Improvement of The Ability of Writing Poetry (Classroom Action Research on Students of Class VII C of SMP Negeri 2 Gondang, Sragen Academic Year 2011/2012). THESIS.

Mentors I: Prof. Dr.St.Y.Slamet, M.Pd, II: Dr.Nugraheni Eko Wardani,M,Hum. The Graduate Study Indonesian Language Education Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta.

ABSTRACT

The purpose of this study is to improve: 1) the quality of the learning process of writing poetry with the implementation of cooperative learning model of the type of picture and picture, and 2) the ability to write poetry with the implementation of cooperative learning model of the type of picture and picture.

Classroom Action Research (PTK) carried out in SMP Negeri 2 Gondang, Sragen, the subject of class VII C. The number of students 32 children, with consist of 16 boys and 16 girls. The research process was implemented in three cycles include four stages, namely the planning phase, implementation phase, observation phase, and analysis and reflektion phase, Techniques of collecting the data are interviews, observation, document analysis and tests. Validation of the data used is the technique of triangulation is based on a process of action. Techniques of data analysis used descriptive analysis to describe the critical-comparative findings of the data and compare it with predefined performance indicators.

Based on this research, we can conclude that there is an increase in the quality of learning, both the process and the writing of poetry to students in class VII C of SMP Negeri 2 Gondang, Sragen. Improving the quality of the learning process is characterized by an increased student performance. Of the inition conditions the average student performance on the cycle I increased 58.32 for 72.36; cycle 2 for 89.73; and cycle 3 reaches 98.95. Improving the quality of learning outcomes is characterized by the increasing number of students who reach the limit completely. On the initial conditions 13 students from 32 (40.60%) increase in cycle I which is 22 students from 32 students (68.75%). In the second cycle to 26 students (81.25%) and increased again in the cycle III, the 32 students (100%). These results indicate that cooperative learning model of type picture and picture on the effective use in learning of writing poetry. The implication, in improving the ability to write poetry, cooperative learning model of picture and picture type can be applied.


(21)

(22)

(23)

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembentukan kualitas sumber daya manusia, yaitu manusia yang mampu menghadapi berbagai perubahan dan kemajuan serta berbagai dampak negatifnya sangat diperlukan saat ini. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses tersebut. Lembaga pendidikan formal diharapkan untuk senantiasa meningkatkan kualitas output (keluaran) dan mampu memberi bekal kepada anak didik untuk menghadapi perubahan dan kemajuan zaman. Dalam hal ini, guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

Tujuan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah penguasaan kompetensi komunikatif siswa, yaitu agar peserta didik dapat saling berkomunikasi, berbagai pengalaman belajar dari yang lain untuk meningkatkan kemampuan intelektualnya (Diknas, 2003:6). Untuk mencapai tujuan tersebut siswa diupayakan untuk menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis bagi siswa. Hal itu sesuai dengan Kurikukum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP) yang merupakan acuan dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah formal.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditegaskan bahwa tugas sebagai guru adalah membelajarkan siswa, bukan mengajar. Siswalah yang harus didorong agar secara aktif berlatih menggunakan bahasa khususnya pada keterampilan menulis. Tugas guru adalah menciptakan situasi dan kondisi agar siswa


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id belajar secara optimal untuk berlatih menggunakan bahasa agar kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.

Keterampilanan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang kompleks, bila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain seperti, menyimak, berbicara, dan membaca. Keterampilan menulis ini merupakan suatu bentuk manifestasi keterampilan yang paling akhir dikuasai oleh siswa. Namun, sampai saat ini, pengajaran bahasa khususnya keterampilan menulis sastra maupun nonsatra dipelajari hasilnya belum begitu menggembirakan.

Menulis adalah suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur dan sistematis yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Melalui menulis siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan ide, gagasan, atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis. Patut disadari bahwa penguasaan keterampilan menulis tidaklah datang dengan sendirinya, tetapi kemahirannya ditempuh melalui proses pembelajaran yang serius. Proses pembelajaran menulis inilah sebagian besar menjadi tugas dan tanggung jawab guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, baik di berbagai jenjang maupun jenis sekolah, keterampilan menulis sangat diperhatikan pembinaannya.

Salah satu wahana yang dianggap dapat menyalurkan keterampilan menulis adalah sastra. Sastra memberikan ciri-ciri dan keunggulan yang spesifik yang tidak dimiliki oleh ilmu eksakta. Sastra memiliki kebebasan bagi pencipta untuk berkarya, menumpahkan segala cipta dan karsa. Melalui karya sastra, seseorang dapat mengekspresikan semua gejolak emosi dalam bentuk lisan maupun tulisan. Salah


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id satu bentuk karya sastra adalah puisi. Herman J. Waluyo (2008: 1) menyatakan puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (Imajinatif). Kata-kata betul-betul terpilih agar memiliki kekuatan pengucapan.

Pembelajaran sastra di sekolah diharapkan dapat membimbing siswa agar memiliki wawasan tentang sastra, mampu mengapresiasi sastra, bersikap positif terhadap sastra, dapat mengembangkan kemampuan, wawasan, serta sikap positif bagi kepentingan pendidikan. Upaya untuk mengembangkan kemampuan, wawasan, kreativitas, serta sikap positif itu dapat diwujudkan dengan menciptakan karya sastra. Salah satu pembelajaran sastra di sekolah yang berkaitan dengan penciptaan karya sastra adalah menulis puisi. Namun, adanya anggapan bahwa secara praktis puisi tidak ada gunanya seperti pada ilmu pengetahuan lain merupakan hambatan dalam pembelajaran menulis puisi (Rahmanto, 1988: 44).

Salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai siswa SMP dalam keterampilan menulis sastra adalah ” mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi ”(BSNP,2006)

Kenyataan yang ada kemampuan menulis puisi siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang Kabupaten Sragen masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni hanya mencapai rata-rata 63, padahal KKM yang telah ditetapkan adalah 70. Informasi mengenai rendahnya kemampuan menulis puisi yang dialami oleh siswa SMP Negeri 2 Gondang, khususnya kelas VII C, yakni kurang memenuhi standar ketuntasan minimal yang ditentukan oleh sekolah, diperoleh setelah diadakan observasi mendalam dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tersebut. Berdasarkan observasi mendalam yang dilakukan pada Kamis, 23 Februari 2012, kompetensi menulis puisi yang rendah tersebut dikarenakan beberapa faktor.

Faktor pertama. berasal dari siswa itu sendiri. Siswa kurang termotivasi pada pembelajaran menulis puisi. Mereka kurang tertarik, merasa kesulitan dalam menuangkan gagasan/ide ke dalam larik-larik puisi, kurang memiliki perbendaharaan kata yang memadai, kurang dapat memilih kata-kata dengan tepat serta kurang memahami bagaimana merangkaikan kata-kata ke dalam sebuah puisi. Hal ini terlihat dari hasil puisi yang ditulis siswa kelihatan asal-asalan dan kurang memiliki keindahan. Bahkan sebagian besar siswa mengatakan tidak bisa jika diberi tugas menulis puisi.

Faktor kedua, kreativitas guru dalam pembelajaran. Kreativitas guru yang kurang ditinjau dari model pembelajaran yang digunakan guru kurang diminati oleh siswa. Guru kurang mampu memunculkan pembelajaran yang inovatif sehingga ketertarikan siswa dalam pembelajaran menulis puisi kurang dan akhirnya kemampuan bersastranya rendah. Selain model pembelajaran yang kurang inovatif, penggunaan media oleh guru cenderung kurang bahkan tidak menggunakan media. Keterangan tentang model dan media yang digunakan oleh guru kurang inovatif didapat dari wawancara dengan Tegar, siswa kelas VII C. Menurut Tegar, guru kurang memberikan sentuhan yang menarik pada pembelajaran. Guru cenderung menerangkan dengan cara ceramah, sehingga siswa merasa bosan dan berdampak tidak memperhatikan pelajaran. Siswa hanya diberi teori-teori tentang menulis puisi. Praktik menulisnya pun dilakukan secara individu, tanpa ada tindak lanjut dari guru. Hal ini diakui oleh Elis Sutanti, S.Pd., guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tersebut. Karena kedua hal tersebut, wajar jika siswa memiliki kemampuan menulis puisi yang rendah.

Kedua faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan menulis puisi siswa tersebut tidak dapat dibiarkan begitu saja. Hal ini akan berdampak pada kualitas proses dan hasil belajar selanjutnya, khususnya dalam pembelajaran kemampuan menulis puisi Padahal, menulis puisi merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai siswa.

Menurut Percy (dalam Tjahyono Widijanto, 2007: 68) menyatakan paling tidak ada enam alasan pentingnya pelaksanaan pembelajaran dalam menulis puisi. Keenam alasan tersebut adalah (1) menulis puisi memberikan gambaran yang murni dan menyenangkan, (2) menulis puisi dapat memberikan pengetahuan tentang konsep dunia sekitar siswa, (3) menulis puisi mendorong siswa untuk menghargai bahasa dan mengembangkan kosa kata yang tepat dan bervariasi, (4) menulis puisi dapat membantu siswa mengidentifikasi orang-orang dan situasi tertentu, (5) menulis puisi dapat membantu siswa mengekspresikan suasana hati dan membantu siswa memahami perasaan mereka sendiri, dan (6) menulis puisi dapat membuka dan menumbuhkan kepekaan serta wawasan siswa terhadap lingkungan.

Melihat pentingnya pembelajaran menulis puisi bagi siswa, pembelajaran menulis puisi perlu mendapat perhatian yang lebih besar, namun pada kenyataannya pembelajaran menulis puisi di sekolah masih mengalami kendala dan cenderung dihindari. Pembelajaran menulis puisi cenderung dihindari karena dianggap sulit.

Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan suatu upaya yaitu dengan mengimplementasikan suatu metode inovatif yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar sebagai pusat perhatian dan guru hanyalah sebagai


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id fasilitator dalam mengupayakan situasi untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar siswa diperoleh melalui keterlibatan siswa secara langsung dalam serangkaian kegiatan untuk berhubungan dengan lingkungan dan interaksi dengan materi pembelajaran, teman, dan sumber belajar lainnya. Selanjutnya, siswa mengontruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Pemilihan strategi pembelajaran sangat penting, mengingat pembelajaran berbahasa dan bersastra terutama keterampilan menulis adalah hal yang tidak mudah, dan sebagai wahana untuk melatih sikap untuk mampu menuangkan ide, gagasan, kreatif, dan meningkatkan kemampuan berekspresi siswa. Untuk itu, guru diharapkan pandai dalam memilih metode, teknik maupun model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV Pasal 19 ayat 1 seperti dalam kutipan berikut.

”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.

Bertitik tolak dari hal di atas, dipandang perlu menggunakan model pembelajaran yang menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar menulis puisi. Menurut Asrori (2009: 184) motivasi merupakan sarana yang sangat penting dalam pembelajaran,baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Salah satu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (2005: 5) mengemukakan bahwa beberapa hasil penelitian membuktikan penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kakurangan diri kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini banyak memiliki kelemahan.

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal (Rusman, 2011: 212). Prinsip yang lain adalah tanggung jawab perorangan, interaksi tatap muka, partisipasi dan evaluasi proses kelompok, penstrukturan, dan refleksi, serta waktu perencanaan.

Model pembelajaran Picture and Picture merupakan salah satu pembelajaran kooperatif (Agus Suprijono, 2011:125). Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan-keterampilan kooperatif. Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, dan menyenangkan.

Model pembelajaran Picture and Picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar menjadi faktor utama dalam


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id proses pembelajaran ini. Penggunaan rangsangan gambar memungkinkan siswa untuk menemukan ide-ide baru yang dapat dituangkan dalam bentuk puisi. Siswa akan lebih termotivasi belajar menulis puisi.

Berpijak dari uraian yang telah diungkapkan tersebut, maka penelitian tentang peningkatan kualiats proses pembelajaran dan peningkatan kualitas hasil kemampuan menulis puisi melalui model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture ini perlu segera dilaksanakan, sehingga pembelajaran menulis puisi menjadi menarik dan menyenangkan yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia.

Dipilihnya model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture sebagai model dalam pembelajaran menulis puisi diharapkan siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam mencari ide untuk penulisan puisi dan dapat lebih mudah mengembangkannya menjadi sebuah puisi yang menarik. Model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Gondang Sragen.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang tahun ajaran 2011/2012?


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and

picture dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang tahun ajaran 2011/2012 ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap hal-hal sebagai berikut :

1.Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan proses pembelajaran menulis puisi dan kemampuan menulis puisi melalui model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture pada siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang Sragen.

2.Tujuan Khusus

a. meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture pada siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang Sragen.

b. meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture pada siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondang Sragen.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, diharapkan hasil dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Manfaat Teoretis

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi dan motivasi belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi dan keaktivan siswa dalam proses pembelajaran bertambah. Selain itu, menanamkan pada siswa bahwa belajar sastra bukanlah suatu hal yang sulit serta membosankan melainkan sesuatu yang menyenangkan sehingga motivasi belajar sastra siswa meningkat.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru terhadap model-model inovatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rancangan pembelajaran, melaksanakan proses belajar mengajar yang lebih inovatif dan memberi solusi atas kesulitan dalam pembelajaran menulis puisi.

c. Bagi sekolah

Penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran pada sekolah dalam rangka perbaikan cara belajar untuk meningkatkan mutu pendidikan dan peningkatan profesional guru.


(34)

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERRPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.Kajian Teori

Pada bab II ini didiskripsikan mengenai variabel-variabel penelitian meliputi: 1) hakikat kemampuan menulis puisi 2) hakikat puisi, 3) hakikat model Pembelajaran Kooperatif tipe picture and picture.

1. Hakikat Kemampuan Menulis Puisi

Pembahasan tentang hakikat menulis diuraikan dalam empat bagian. Keempat bagian terrsebut antara lain : (a) pengertian kemampuan; (b) pengertian menulis; (c) tujuan menulis; (d) menulis kreatif sastra; (e) menulis kreatif puisi.

a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan atau kompetensi adalah suatu keterampilan untuk mengeluarkan sumber daya internal atau bakat dalam diri seseorang yang dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.Kemampuan atau kompetensi diartikan sebagai suatu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Depdiknas, 2003: 5).

Pernyataan tersebut senada dengan pendapat Bernard Weiner (2006: 73) bahwa diskusi kompetensi, yang dilihat sebagai sinonim dengan kemampuan dan sering menganggapnya struktur keseluruhan, dengan bagian atau komponen, yang diukur dan digunakan untuk memprediksi belajar dan kinerja.


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sementara itu, hasil belajar atau pengalaman belajar dapat diistilahkan sebagai keterampilan dan kemampuan (kompetensi). Kedua istilah ini selalu tumpang tindih dalam penggunaannya. Ella Yulaelawati (2004: 16). menjelaskan bahwa kemampuan merujuk pada pengetahuan fundamental, keterampilan, dan pembawaan perilaku berkaitan pada keadaan seseorang dalam menunjukkan pemilikan suatu kompetensi. Hal senada diungkapkan oleh Nurhadi dan Agus G.S. (2003: 15) menyebutkan bahwa kemampuan (kompetensi) merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Pengertian tentang kompetensi yang lain dikemukakan oleh Andrew J. Elliot (2006: 5) kompetensi dapat didefinisikan sebagai kondisi atau kualitas efektivitas kemampuan, kecukupan, atau keberhasilan.

Sesuai dengan hal tersebut, Mulyasa (2007: 215) menegaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar yang mengacu pada pengalaman langsung. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai suatu kompetensi seseorang dalam penguasaan suatu aspek keterampilan mendengarkan , berbicara, membaca, dan menulis. Senada dengan pendapat tersebut, dinyatakan oleh Oliver C. Schultheiss (2006: 42) bahwa kompetensi adalah konsep yang multifaset dapat mengacu pada keterampilan dan kemampuan seseorang yang telah dikembangkan, sejauh mana orang tersebut efektif dalam dirinya atau transaksi dengan lingkungan, dan bagaimana seseorang berhasil melakukan.

Berbagai definisi kemampuan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan lebih luas cakupan pengertiannya daripada keterampilan. Kemampuan ini lebih


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mudah diukur dibandingkan dengan keterampilan. Selain itu, kemampuan menggambarkan perilaku belajar yang terkini karena diadopsi sebagai model kurikulum mutakhir, yaitu KBK 2004 dan KTSP.

Berdasarkan deskripsi berbagai teori atau konsep tentang kemampuan maka dapat disintesiskan bahwa kemampuan (kompetensi) adalah sekumpulan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai sebagai kinerja yang berpengaruh terhadap peran, perbuatan, prestasi, serta pekerjaan seseorang.

b. Pengertian Menulis

Menulis merupakan sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Selanjutnya Imron Rosidi (2009: 2) mengatakan menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca.Senada dengan pendapat tersebut Lasa (2005: 7) menyatakan bahwa menulis merupakan proses menuangkan gagasan dan pemikiran dengan sistem tertentu dalam bentuk tulisan.

Kegiatan menulis sangat penting dalam pendidikan karena dapat membantu siswa berlatih berpikir, mengungkapkan gagasan, dan memecahkan masalah. Masih menurut Imron Rosidi (2009: 3) dengan menulis, seseorang siswa mampu mengkonstruk berbagai ilmu atau pengetahuan yang dimiliki dalam bahasa tulis, baik dalam bentuk esai, artikel, laporan ilmiah, cerpen, puisi dan lain-lain.


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut (Tarigan, 1986: 21). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa dengan tulisan dapat terjadi komunikasi antara penulis dan pembaca. Komunikasi terjadi apabila penulis dan pembaca memahami lambang-lambang grafik yang digunakan untuk menulis.

The Liang Gie ( dalam St. Y. Slamet, 2009: 28) menyamakan menulis dengan mengarang. Diungkapkan menulis arti pertama ialah pembuatan huruf, angka, nama, sesuatu tanda kebahasaan apapun dengan sesuatu alat tulis pada suatu halaman tertentu. Kini dalam pengertiannya yang luas, menulis merupakan kata sepadan yang mempunyai arti sama dengan mengarang, Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami.

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, karena keterampilan menulis lebih banyak menekankan pada penuangan ide dan gagasan dalam bentuk kata-kata, susunan kalimat dan menjadi sustu gagasan alenia. Kegiatan kepenulisan di atas sangat terkait dengan penalaran. Penalaran

(reasoning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti,

fakta, petunjuk atau eviden, ataupun sesuatu yang dianggap bahan bukti, menuju pada suatu kesimpulan (Moeliono, dalamSt.Y.Slamet, 2009: 97).

Keterampilan menulis Byrne (1979 dalam St.Y.Slamet, 2009: 98) pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu,


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id melainkan keterampilan menulis adalah kemmapuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Keterampilan menulis menuntut kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan. Keterampilan menulis ini mencakup berbagai kemampuan, misalnya kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa secara tepat, kemampuan mengorganisasikan wacana dalam bentuk karangan, kemampuan menggunakan gaya bahasa yang tepat, pilihan kata serta yang lainnya (St.Y.Slamet, 2009: 107).

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling kompleks, yang menuntut kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan gagasan atau pesan. Keterampilan menulis mencakup berbagai kemampuan, misalnya kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa secara tepat, kemampuan mengorganisasikan wacana dalam bentuk karangan, kemampuan menggunakan gaya bahasa yang tepat, kemampuan memilih kata, dan sebagainya.

Senada dengan pendapat tersebut, Mary S. Lawrence yang dikutip oleh St.Y. Slamet menyatakan bahwa menulis adalah mengkomunikasikan apa dan bagaimana pikiran penulis. Lebih lanjut, menurut St.Y. Slamet (2009: 97) menulis adalah:

“Pada dasarnya, menulis itu bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi justru dikuasai.”

Diungkapkan pula oleh Atar Semi (1990: 8) bahwa menulis adalah pemindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa. Proses


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menulis membantu siswa belajar dengan meniru metode yang digunakan oleh penulis professional (Winebrenner, Susan, 1996: 119).

Imron Rosidi (2009: 3) menyatakan bahwa fungsi dari menulis adalah sebagai salah satu bentuk berpikir yang juga merupakan alat untuk membuat orang lain (pembaca) berpikir. Penulis dan pembaca dapat berkomunikasi melalui tulisan. Oleh karena pada prinsipnya, hasil menulis yang paling utama adalah dapat menyampaikan pesan penulis yang dituangkan melalui tulisannya.

Berdasarkan deskripsi berbagai teori atau konsep tentang menulis dapat disintesiskan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, berupa penuangan ide atau gagasan yang mencakup berbagai kemampuan yang dituangkan melalui tulisan. Menulis adalah kegiatan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dituangkan dalam tulisan.

c. Tujuan Menulis

Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menurut Tarigan (2008:24) menulis mempunyai 4 tujuan , yaitu : untuk mengekspresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mengajak pembaca serta untuk menghasilkan karya sastra. Sehubungan dengan kegiatan menulis itu mengemukakan bahwa tujuan menulis secara umum adalah untuk menginformasikan, meyakinkan, mengekspresikan diri, dan untuk menghibur.

Tujuan informasi terkait dengan kegiatan menggambarkan suatu peristiwa atau pengalaman, menguraikan konsep, dan mengembangkan gagasan baru. Tujuan


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ekspresi terkait dengan kegiatan pengamatan terhadap orang, objek, tempat dan mungkin memasukkan kegiatan memperkirakan serta menginterpretasikan sesuatu.

Tujuan menghibur ini sering digunakan untuk hiburan dan kesenangan, atau sebagai kegemaran termasuk menulis puisi. Tujuan persuasif terkait dengan latar belakang informasi, fakta, dan contoh-contoh untuk mendukung pandangan seseorang dalam menulis puisi.

Berbeda dengan pendapat di atas, Hartig (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 25-26) memaparkan tujuan menulis sebagai berikut: (1) Tujuan penugasan

(assigment purpose). Tujuan ini tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis

menulis sesuatu hanya karena mendapat tugas untuk menulis. (2) Tujuan altruistik

(altruistic purpose). Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,

menghindarkan kedukaaan para pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup poembaca lebih mudah, dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Tujuan altruistik adalah kunci keterbatasan suatu tulisan. (3) Tujuan persuasif (persuasif purpose). Tulisan yang bertujuan menyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan yang ditulis dan diucapkan. (4) Tujuan Informasional (informational purpose). Tulisan yang bertujuan memberikan informasi kepada pembaca. (5) Tujuan pernyataan diri

(self-expresif purpose). Tulisan yang bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan

diri sang penulis kepada pembaca. (6) Tujuan kreatif (creative purpose). Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nila-nilai kesenian. (7) tujuan pemecahan masalah (problem solving purpose). Tulisan yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tujuan menulis menurut Gorys Keraf (2001: 38) adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap dan isi pikiran yang jelas dan efektif kepada para pembaca. Sedangkan Dietch (2003: 4) mengungkapkan bahwa ada tujuan umum dan tujuan khusus menulis.

Pada dasarnya sebuah penulisan ada kalanya tidak hanya mencakup satu tujuan, karena sering terlihat tujuan-tujuan seperti yang telah disebut di atas bertumpang tindih dalam satu tulisan. Bahkan seorang penulis bisa membuahkan tulisan dengan tujuan-tujuan selain yang telah disebutkan di atas. Akan tetapi, dalam satu tulisan pasti ada satu tujuan yang dominan. Tujuan yang dominan itulah yang memberi nama atas keseluruhan tujuan tersebut.

Imron Rosidi mengingatkan bahwa seorang penulis setidak-tidaknya memperhatikan tiga hal dalam tulisan yaitu: (1) unsur informatif, (2) unsur pendidikan, dan (3) unsur hiburan (2009: 4). Di halaman yang sama, disebutkan bahwa sebuah tulisan yang baik harus disesuaikan dengan berbagai situasi, yaitu: (1) tujuan penulis (perubahan yang diharapkan terjadi pada diri pembaca), (2) keadaan dan tingkat kemampuan pembaca (kelompok usia, terpelajar/tidak terpelajar, pebinis atau bukan), dan (3) keadaan yang terlibat dalam penulisan (waktu, tempat, kejadian atau peristiwa, masalah yang memerlukan pemecahan, dan sebagainya).

Dari berbagai pendapat di atas dapat disintesiskan bahwa tujuan menulis adalah untuk menginformasikan, menghibur, mengekspresikan diri, serta mampu mengkomunikasikan ide ataupun pesan melalui tulisan.


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Menulis Kreatif Sastra

Menurut Sarumpaet (dalam Tjahjono Widijanto, 2007: 68) mengemukakan bahwa hakikat penulisan sastra adalah pengungkapan tabir dengan susunan kata yang kaya dengan imajinasi. Menulis kreatif sastra merupakan kegiatan produksi dalam apresiasi sastra yang dimulai dari proses membaca, merespon, menikmati lalu mencipta.

Tjahjono (2007: 69) mengemukakan bahwa menulis kreatif merupakan kegiatan yang dapat mendorong anak-anak untuk menggunakan segala yang telah dimiliki seperti gagasan, kesan, perasaan, harapan, gambaran, dan bahasa yang dikuasai. Menulis kreatif adalah pengungkapan pikiran yang mengalir dari pikiran seseorang ke selembar kertas. Pendapat tersebut mengemukakan bahwa menulis kreatif perlu dilatihkan kepada anak untuk dapat mengembangkan bakat dan potensi dirinya.

Pada dasarnya menurut Rhodes (dalam Suwardi Endraswara 2003: 217-218) ada empat proses kreatif dalam menulis, yaitu (1) preparasi (persiapan), yaitu tahap pemunculan ide; (2) inkubasi, yaitu tahap pematangan atau pengolahan ide, atau orang sering menyebut “pengeraman ide”; (3) iluminasi, yaitu tahap mengungkapkan ide atau pengekspresian; (4) verifikasi, yaitu tahap untuk memacu kreativitas.

Menulis kreatif sastra sebagai kegiatan kreatif produktif mempunyai beberapa manfaat. Percy (dalam Tjahjono, 2007: 68) mengemukakan enam manfaat menulis kreatif sastra yaitu, (1) sebagai alat untuk mengungkapkan diri, (2) sebagai alat untuk memahami, (3) sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan dan kebanggaan diri, (4) sarana untuk meningkatkan kesadaran dan persepsi tentang lingkungan


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id seseorang, (5) sarana untuk terlibat secara aktif dalam suatu hal, dan (sarana untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan berbahasa).

e. Menulis Puisi

Dalam KBK yang kemudian disempurnakan dalam KTSP, kompetensi dasar yang merujuk pada kemampuan menulis puisi juga diajarkan. Kegiatan menulis puisi pada dasarnya adalah kegiatan yang bersifat produktif kreatif yang melalui sebuah proses yang dinamakan proses kreatif.

Menulis kreatif puisi perlu dilatihkan kepada siswa agar dapat memiliki jiwa yang peka dan dapat berempati dengan lingkungan. Menurut Endraswara (2003: 220-223) penciptaan atau penulisan puisi dapat diawali dalam beberapa proses. Proses tersebut adalah (1) penginderaan, (2) perenungan, (3) memainkan kata.

Banyak orang berpendapat bahwa menulis puisi hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang berbakat. Pernyataan ini tidak mutlak benar karena sejumlah penyair menyatakan bahwa keberadaannya sebagai penyair adalah efek dari proses kreatif dan latihan.

Bakat tidak ada artinya tanpa kreativitas dan latihan . Dalam pembelajaran menulis puisi, tentunya siswa tidak langsung bisa melahirkan puisi yang berkategori bagus. Pada awal-awal pembelajaran siswa banyak mengalami kesulitan dan menemui hambatan. Di sinilah siswa perlu mendapat bimbingan dan latihan tahap demi tahap, agar potensi kreativitas berkembang. Dengan demikian siswa mampu mengembangkan kreativitasnya dalam menulis puisi dengan mempertimbangkan aspek pribadi, motivasi, proses, dan produk dalam pembelajaran.


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Suwardi Endraswara mengemukakan ada enam langkah untuk berlatih menulis puisi yang diberi nama Langkah Enam-M, yaitu (1) melatih tanggap

sasmita, (2) menangkap ilham, (3) memunculkan kata pertama, (4) mengolah kata,

(5) memberi vitamin, dan (6) menyeleksi kata (2007: 224-229).

Secara umum, kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam menulis puisi menurut Tjahjono (2007: 71) berupa (1) siswa mengalami kesulitan untuk menemukan ide, (2) siswa kesulitan menemukan kata-kata pertama dalam puisinya, (3) siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan ide puisi karena minimnya kosa kata, (4) siswa kesulitan menulis puisi karena tidak atau belum terbiasa mengemukakan perasaan, pemikiran, dan imajinasinya dalam puisi, dan (5) terdapatnya teori yang salah kaprah dalam menulis puisi yang harus berangkat dari tema.

Kendala-kendala tersebut muncul karena pada saat pembelajaran menulis puisi, siswa lebih banyak diberikan ceramah tentang teori puisi bukan praktik menulis puisi. Siswa belum diberi bimbingan dalam menulis puisi secara utuh, runtut, dan bertahap, padahal pembelajaran menulis puisi perlu disikapi sebagai sebuah proses dan juga sebagai produk. Barbara Howes (1973:79) menyatakan bahwa menulis puisi memerlukan banyak waktu dan dituangkan dalam tulisan.

Sementara itu, J.V. Cunningham (1973: 83) berpendapat puisi dapat dianggap dalam berbagai cara, salah satu cara kebiasaan berpikir itu kualitas puisi-puisi yang ditulis.

Untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal dan optimal dalam membelajarkan menulis sastra (puisi), yang dilakukan oleh guru adalah “membumikan” tujuan kurikulum itu sehingga pengajaran menulis sastra tampil


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dimata siswa sebagai sebuah kegiatan rekreatif, “main-main”, santai, rileks (Tjahjono W., 2007: 72). Pendek kata ditumbuhkan lebih dulu pada diri siswa bahwa apresiasi dan menulis sastra sebagai suatu pekerjaan yang gampang, santai, dan biasa-biasa saja, serta semua yang nanti ditulis semuanya sah, dan tidak ada yang salah. Demikian pula penafsiran dan pendapat yang diperoleh dari membaca sebuah teks sastra benar dan syah-syah saja.

Puisi diciptakan dalam suasana perasaan yang intens yang menuntut pengucapan jiwa yang spontan dan padat. Ada saat-saat tertentu yang pengucapan batin dengan puisi dan saat-saat lain yang menuntut pengucapan batin dengan bentuk prosa. Bahasanya, selain indah juga padat, artinya kata-kata yang digunakan mewakili banyak pengertian. Pilihan vokal atau konsonan juga sesuai dengan estetika ( Herman J. Waluyo, 2005: 15).

Berdasarkan paparan tentang konsep menulis puisi dapat disintesiskan bahwa menulis puisi merupakan kegiatan produktif kreatif melalui sebuah proses yang dinamakan proses kreatif. Proses tersebut adalah (1) penginderaan, (2) perenungan, (3) memainkan kata. Puisi diciptakan dengan bahasa yang indah dan dipadatkan.

2. Hakikat puisi a. Pengertian Puisi

Definisi puisi sulit diberikan. Untuk memahami puisi biasanya diberikan ciri-ciri karakteristik puisi dan unsur-unsur yang membedakan puisi dari karya sastra yang lainnya(Herman J. Waluyo , 2010: 3). Namun jika harus memberikan definisi puisi Herman J. Waluyo (2008:29) memberikan definisi puisi sebagai berikut :


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id “Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya”.

Suminto A. Sayuti (2008: 3-4) menyatakan:

“Puisi adalah sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi di dalamnya yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari pengalaman individu dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman-pengalaman tertentu pula dari dalam diri pembaca dan pendengar-pendengarnya”

Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Rachmat Djoko Pradopo (2002 : 7) puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Pendapat tersebut mengungkapkan bahwa puisi tidak hanya sebagai sarana mengekspresikan pengalaman batin penyair yang paling berkesan, namun puisi juga kadang mengungkapkan pengalaman batin orang lain yang paling berkesan tanpa disengaja.

Menurut McCaulay, Hudson (dalam Aminudin, 2010: 134) mengungkapkan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya.

Sedangkan Conrad Aiken (1973: 7) mengatakan bahwa “Puisi selalu terus mudah sejajar dengan pria yang bisa memperluas cakrawala kesadarannya, apakah ke luar atau ke dalam. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.

Puisi adalah bentuk yang paling tua. Puisi yang paling tua berbentuk mantra (Herman J. Waluyo, 2008 : 1). Lebih lanjut dinyatakan puisi adalah karya


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (Imajinatif). Kata-kata betul-betul terpilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Bahasa puisi yang padat dan sarat muatan makna tersebut memiliki kesamaan dengan pernyataan Volpe cit. Siswantoro, 2005 : 3) menurutnya “ poetry is perhaps the most difficult kind of language” . Puisi memiliki jenis bahasa yang tersulit sebab puisi menghendaki kepadatan

(compactness) dalam pengungkapan. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa bahasa

puisi adalah bahasa yang sulit. Bahasa puisi disebut bahasa yang sulit sebab bahasa puisi mengakomodasi berbagai dimensi makna kehidupan manusia, misalnya tentang cinta kasih, lingkungan, pesan moral. Hal tersebut senada dengan pendapat Howes,Barbara (1973: 77) menulis puisi itu sulit, sulit untuk membuatnya menarik.

Berdasarkan pengertian puisi yang dikemukakan oleh para pakar di atas dapat disintesiskan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan mengekspresikan perasaan dengan bahasa yang dipadatkan, penuh makna dan memiliki unsur-unsur keindahan (unsur fisik dan unsur batin )

Puisi terdiri dari dua unsure yaitu unsure-unsur fisik dan unsure-unsur batin yang disebut bahasa dan isi atau tema dan struktur atau bentuk dan isi. Struktur fisik adalah unsur yang dapat dilihat sedangkan unsur batin adalah unsure-unsur yang dapat terlihat. Namun, keduanya bersifat padu dan tidak terpisahkan, saling mengikat keterjalinan dan membentuk totalitas makna yang utuh.

b. Struktur Fisik Puisi

Struktur puisi atau disebut juga struktur lahir puisi dapat dilihat pada unsur-unsur keindahan yang membangun puisi tersebut. Herman J. Waluyo(2008 : 82)


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menjelaskan unsur-unsur itu merupakan kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah : diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

1) Diksi (Pemilihan Kata)

Diksi atau pilihan kata-kata yang dipergunakan dalam puisi tidak seluruhnya bermakna denotative, tetapi lebih banyak pada makna konotatif atau konotasi. Konotasi atau nilai tambah makna pada kata yang lebih banyak memberi efek bagi para penikmatnya. Sedangkan kata-kata bermakna denotatif digunakan pada tulisan-tulisan ilmiah. Jadi pilihan kata atau diksi sangat penting karena dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, nada, suadana, amanat suatu puisi dengan tepat.

Selanjutnya menurut Rachmat Djoko Pradopo (2010: 54) penyair ingin mengekspresikan dengan ekspresi yang dapat menjelnakan pengalaman jiwanya tersebut, untuk itu haruslah dipilih kata-kata setepatnya. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa seorang penyair akan memilih kata-kata yang tepat dan khas sebagai cirinya untuk mengekspresikan pengalaman batinnya sehingga puisi yang dihasilkan dapat menimbulkan efek puitis dan sugestif pada pembaca atau penikmatnya. Contoh dalam larik-larik berikut ini :

1) Selembar daun jatuh 2) Selembar daun gugur 3) Selembar daun luruh 4) Selembar daun melayang

Kata jatuh, gugur, luruh, melayang memiliki makna yang tidak jauh berbeda. Kata-kata itu dapat dipilih bergantung kepada perasaan yang ingin disampaikan. Kata jatuh memberikan kesan perasaan akit. Kata gugur memberikan kesan berkorban untuk orang banyak. Kata luruh memberikan kesan lembut, dan kata


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melayang memberikan kesan mengalir pelan. Baris selembar daun jatuh dan

selembar daun gugur mungkin memiliki makna yang sama, tetapi perasaan yang

ditimbulkan berbeda.

Setiap penyair akan memilih kata-kata yang tepat, sesuai dengan maksud yang ingin diungkapkan dan efek puitis yang ingin dicapai. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 85) pemilihan kata-kata mempertimbangkan berbagai aspek estetik, maka kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk puisinya bersifat absolut dan tidak bias diganti dengan padan katanya, sekalipun maknanya tidak berbeda

2) Pengimajian (Imagery)

Penyiar juga menciptakan pengimajian (pencitraan) dalam puisinya. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau mengkonkretkan apa yang dinyatakan oleh penyair. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret. ,memurut Herman J. Waluyo (2008 : 91), pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian; kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.

Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat, didengar, dan dirasakan oleh pembaca atau penikmat sastra. Keindahan, kesedihan, keceriaan dan sebagainya seakan dirasakan sendiri oleh pembaca. Pengimajian memberi gambaran yang jelas pada pembaca. Gambaran atau lukisan yang tercipta karena pilihan kata tepat sehingga mampu membangkitkan daya imaji pembaca. Menurut Siswantoro (2010 : 49) Imagery biasa diartikan sebagai mental picture, yaitu gambar, potret, atau lukisan angan-angan yang tercipta sebagai akibat dari reaksi seorang pembaca pada saat ia memahami puisi.


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengimajian melalui pilihan kata-kata atau susunan kata yang tepat akan memberikan gambaran yang jelas dan dapat membangkitkan emosi pembaca. Seorang penyair dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaannya dalam puisi. Dalam imajinasinya, pembaca akan melihat, mendengar, dan dapat merasakan pengalaman batin penyairnya. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Herman J. Waluyo (2008 ; 91), baris puisi itu seolah mengandung gema suara (imaji auditif), benda yang Nampak (imaji visual) dan sesuatu yang dapat kita rasakan, raba, atau sentuh (imaji taktil).

3) Kata Konkret

Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret. Oleh karean itu, itu kata-kata diperkonkret. Bagi penyair mungkin dirasa lebih jelas karena lebih konkret, namun bagi pembaca sering lebih sulit ditafsirkan maknanya. Penyair harus mahir memperkonkret kata-kata, sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Herman J. Waluyo (2008 : 94), dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.

Sebagai contoh kata-kata gadis kecil berkaleng kecil. Lukisan tersebut lebih konkret jika dibandingkan dengan gadis peminta-minta. Untuk melukiskan dunia pengemis yang penuh kemayaan, penyair menulis : Hidup dari kehidupan

angan-angan yang gemerlapan / gembira dari kemayaan riang. Untuk melukiskan

kedukaannya, penyair menulis : bulan diatas itu tak ada yang punya / kotaku hidupnya tak punya tanda


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Bahasa Figuratif (Majas)

Bahasa figuratif, majas atau gaya bahasa adalah cara penyair mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginannya melalui kata-kata yang dipilihnya. Kata-kata atau bahasa yang digunakan biasanya bermakna kias atau lambang. Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandang. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 96) bahasa figuratif menyebabkan puisi jadi prismatik artinya memancarkan banyak makna, atau kaya akan makna.

(1) Kiasan (Gaya Bahasa)

Kiasan atau gaya digunakan untuk menciptakan efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi. Menurut Jakob Sumardjo (1988: 127) gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa agar daya ungkap atau daya tarik bertambah. Ungkapan “ Gadis itu sangat cantik” kurang menarik. Ungkapan tersebut lebih menarik jika “ Gadis itu sangat cantik seperti bunga mawar” Beberapa jenis gaya bahasa yang biasa digunakan penyair adalah : metafora, perbandingan (Simile), personifikasi, hiperbola, sinekdoke dan ironi.

(2) Pelambangan

Untuk memperjelas makna, nada dan suasana puisi agar mudah dipahami pembaca, seorang penyair harus menggunakan lambang-lambang yang mengandung arti tertentu sehingga menimbulkan daya sugestif pada puisinya. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 102). Pelambangan digunakan penyair untuk memperjelas makna dan membuat nada dan suasana, sajak menjadi lebih jelas sehingga dapat menggugah hati pembaca.

Penggunaan lambang dalam puisi akan memberikan kesan tersendiri dan menambah keindahan dan daya tarik puisi tersebut. Banyak hal yang dapat dijadikan


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id lambang tergantung pengalaman batin penyair, keadaan atau peristiwa apa yang akan disampaikannya. Macam-macam lambang ditentukan oleh keadaan atau peristiwa apa yang digunakan oleh penyair untuk mengganti keadaan atau peristiwa. Ada lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, lambang suasana dan sebagainya.

5) Versifikasi (Rima, Ritma, dan Metrum)

(1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalisasi atau orkestra. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. (Herman J. Waluyo, 2008: 105). Demikian pula yang diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo (2002: 22). Dalam puisi bunyi estetik, merupakan unsure puisi untuk mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. Pemilihan dan pengulangan ini sangat membantu untuk membangkitkan perasaan indah dalam suasana puisi.

(2) Ritma

Ritma berasal dari bahasa Yunani rheo yang berarti gerakan-gerakan air yang teratur, terus menerus, dan tidak putus-putus mengalir terus (Herman J. Waluyo2008: 110). Hal senada diungkapkan Siswantoro (2010: 62). Rhytm yang dialihbahasakan menjadi ritme di dalam bahasa Indonseia mengacu kepada pengulangan bunyi sehingga terjadi alun suara yang teratur. Herman J. Waluyo (2008: 110) kembali mengemukakan pendapatnya bahwa ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat

(3) Metrum

Metrum adalah pengulangan tekanan kata yang tetap. Metrum sifatnya statis (Herman J. Waluyo, 2008: 110). Metrum memiliki peran sangat penting dalam deklamasi atau pembacaan puisi. Herman J. Waluyo (2008: 112) mengungkapkan


(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bahwa suku kata dalam puisi biasanya diberi tanda, manakah yang bertekanan keras dan bertekanan lemah. Namun karena tekanan kata bahasa Indonesia tidak membedakan arti dan belum dibakukan, maka pembicaraab tentang metrum sulit dilaksanakan dalam puisi Indonesia.

6) Tata Wajah (Tipografi)

Tipografi adalah bentuk atau cirri penulisan sebuah puisi yang berbeda dari karya sastra lainnya. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 113) tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragrap namun membentuk bait. Menurut Aminudin (2010: 146) peranan tipografi dalam puisi, selain untuk menampilkan aspek artistik visual, juga untuk menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu.

c. Struktur Batin Puisi

Selain memiliki unsur-unsur fisik atau lahir, puisi juga memiliki unsur-unsur batin. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 119) struktur batin puisi mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan nuansa jiwanya. I.A. Richards (1976, dalam Herman J. Waluyo, 2008: 124) menyebut makna atau struktur batin itu dengan istilah hakikat puisi. Selanjutnya Herman J. Waluyo (2008: 124) menjelaskan ada empat unsur hakikat puisi, yakni: tema (sence), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone) dan amanat

(intention). Keempat unsur itu menyatu dalam wujud penyampaian bahasa penyair.

1) Tema Puisi

Tema dalam puisi adalah hasil pemikiran dan perasaan penyair. Hal ini dapat merupakan hasil tanggapan atau perenungan dari situasi yang dirasakan, dihayati dan


(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dialami penyair. Menurut Herman J. Waluyo, tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan pengucapannya (2008: 124). Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut. Herman J. Waluyo (2008: 124) menegaskan, dengan latar belakang pengetahuan yang sama, penafsiran-penafsiran puisi akan memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tema puisi bersifat lugas, objektif dan khusus.

2) Perasaan (Feeling)

Perasaan atau feeling adalah bagian dari unsur-unsur batin sebuah puisi yang berisi ungkapan batin penyairnya. Penyair mengekspresikan perasaannya melalui kata-kata yang terpilih dan tersusun dengan tepat agar pembaca dapat menghayati dan memaknai puisi-puisinya dengan tepat pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman J. Waluyo (2008: 140) dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati pembaca. Sebagai contoh berikut ini, penyair Sanusi Pane mengungkapkan perasaan kagum kepada Ki Hajar Dewantara, yang diumpamakan sebagai bunga teratai.

3) Nada dan Suasana

Nada adalah unsur batin puisi yang tidak tertulis secara eksplisit, namun kehadirannya tidak bisa diabaikan. Nada merupakan bagian yang penting dalam membangun sebuah puisi. Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat J. Waluyo (2008: 144) dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, apakah bersikap menggurui,


(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menasehati, mengejek, menyindir atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.

4) Amanat (Pesan)

Dalam kehidupan ini banyak hal yang kita lihat dan alami. Hal-hal yang kita lihat dan alami itulah yang menjadi pokok persoalan yang akan disampaikan penyair melalui amanat dalam puisi-puisinya. Dalam menulis sebuah puisi, ada hal penting yang akan disampaikan penyair kepada pembacanya. Hal yang dianggap penting tadi adalah amanat atau pesan. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 151) tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun dan juga dibalik tema yang diungkapkan.

Menurut Rachmat Djoko Pradopo (2010:315) ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk mengerti hakikat puisi. Pertama sifat seni atau fungsi seni, kedua kepadatan, dan ketiga ekspresi tidak langsung. Puisi sebagai karya sastra, fungsi estetiknya dominan dan di dalamnya ada unsure-unsur estetiknya, misalnya persajakan, diksi, irama, dan gaya bahasa.Selanjutnya membuat puisi itu merupakan aktivitas pemadatan. Yang dikemukakan dalam puisi hanyalah inti masalah. peristiwa atau inti cerita. Puisi itu mengucapkan sesuatu secara tidak langsung, yakni mengucapkan sesuatu hal dengan arti yang lain. Salah satu ekspresi atau pengucapan tidak langsung dengan menggunakan kiasan.

Berdasarkan paparan konsep dan teori tentang hakikiat puisi dapat disintesiskan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan mengekspresikan perasaan dengan bahasa yang dipadatkan, penuh makna dan memiliki unsur-unsur keindahan yang meliputi unsur fisik dan unsure batin. Unsur-unsur tersebut yakni: diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figurative (majas),


(57)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id versifikasi, dan tata wajah puisi. tema (sence), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone) dan amanat (intention)

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2010:486) tugas menulis sastra dimaksudkan agar peserta didik mempunyai pengalaman penulisan kreatif. Dalam penulisan kreatif kadang disikapi secara subjektif sehingga dimungkinkan adanya penafsiran berbeda. Dalam bahasa sastra ada toleransi pelanggaran bahasa sepanjang itu mempunyai nilai estetika. Sedangkan Barbara Howes (1973;79) menyatakan bahwa menulis puisi memerlukan banyak waktu.

d. Penilaian Kemampuan Menulis Puisi

Penilaian menyeluruh dan berkelanjutan dalam Konsep Penilaian dari Implementasi peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, membawa implikasi terhadap model dan teknik penilaian proses dan hasil belajar.

Untuk mengetahui kemampuan menulis puisi dilakukan penilaian. Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil suatu kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetepkan ( Sarwiji Suwandi,2008:15). Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.

Kemampuan menulis puisi dapat dilihat dari proses dan hasil puisi yang telah ditulis oleh para siswa. Hasil puisi tersebut perlu dilihat dari aspek kelengkapan struktur pembentuk puisi itu sendiri. Dalam hal itu Herman J. Waluyo (2010: 32) mengatakan bahwa struktur dalam sebuah puisi terdiri dari dua struktur, yaitu (1)


(58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id struktur batin puisi yang terdiri atas tema, nada, perasaan dan amanat. Kemudian struktur yang lain (2) adalah diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas, verifikasi, dan tipografi puisi.Dari kedua jenis struktur tersebutlah dapat dijadikan aspek yang dinilai dalam penulisan sebuah puisi.

Terkait dengan penilaian puisi tersebut dapat dimasukkan ke dalam jenis penilaian produk, karena puisi merupakan produk yang dihasilkan oleh siswa. Sarwiji Suwandi (2011:105) mengatakan bahwa penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Di sini produk adalah puisi.

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.(Sarwiji Suwandi, 2006 : 106 ) Cara analitik yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan. Kemudian cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.

Menurut Burhan Nurgiantoro (2010: 487) aspek yang dinilai untuk tugas menulis puisi adalah:1) kebaruan tema dan makna; 2) keaslian pengucapan ;3) kekuatan imajinasi ; 4) ketepatan diksi ; 5) pendayaan pemajasan dan citraan; 6) respon afektif guru.( Nurgiyantoro,2010:487)

Pada penelitian ini, penilaian puisi akan dilakukan dengan model penilaian produk dengan mempertimbangkan kriteria struktur pembentuk puisi dalam karya sastra peserta didik. Respon afektif guru haruslah yang positif agar dapat memberikan motivasi untuk menulis dan menulis. dengan tingkat capaian kinerja menggunakan skala, misalnya 1 sampai dengan 5.

Berdasarkan deskripsi dan analisis terhadap konsep dan teori tentang kemampuan menulis puisi di atas, maka dapat disintesiskan sebagai berikut.


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga siklus dapat disimpulkan :

Pertama, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi bagi siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Gondang, Kabupaten Sragen.

Berdasar hasil pengamatan, kinerja siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture sebesar 34,37% berkategori kurang dan 56,25% berkategori cukup, dan 9,37% berkategori baik. Kemudian mengalami peningkatan menuju perbaikan setelah guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture yaitu tidak ditemukan siswa berkategori kurang. Kinerja siswa berkategori cukup adalah 3,13% sedangkan kinerja siswa berkategori baik adalah 96,87%. Dengan kondisi demikian dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan kinerja siswa. Selain itu, terjadi peningkatan kinerja guru. Sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture, kinerja guru berskor rendah yaitu 57,84 tetapi setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture kinerja guru meningkat yaitu berskor 98,03.

Kedua, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture, dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Gondang, Kabupaten Sragen.


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Peningkatan kemampuan menulis puisi dapat diketahui dari hasil tes berupa hasil karya siswa berwujud puisi. Sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture, hasil karya siswa berupa puisi tercatat rerata 63,30 jumlah siswa mendapat nilai < 70 berjumlah 19 siswa, siswa mendapat nilai

≥ 70 berjumlah 13 siswa, ketuntasan klasikal tercatat 40,60%. Setelah menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture yaitu siklus III, hasil karya siswa berupa puisi mencapai rerata 75,10. Tak ada siswa yang mendapat nilai <70,

siswa mendapat nilai ≥ berjumlah 32 siswa. Adapun ketuntasan klasikal adalah

100%. Berdasar skor tersebut maka dapat ditarik simpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam melalui model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture.

B. Implikasi

Penelitian tindakan kelas berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Picture and Picture untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa Kelas VIIC SMP Negeri 2 Gondang, Kabupaten Sragen Tahun ajaran 2011/2012” yang dilakukan sebanyak tiga siklus dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis puisi.

Kualitas proses pembelajaran tercipta karena beberapa upaya siswa dan guru. Kualitas proses pembelajaran bukanlah sesuatu yang dapat tercipta begitu saja, melainkan perlu dibangkitkan dan diupayakan bagaimana terciptanya kualitas proses pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas baik dapat diciptakan dengan memberikan kesempatan siswa dan guru untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran untuk


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menyampaikan ide-ide, pola pikir yang kreatif dalam kelompok sangatlah membantu munculnya pola pikir siswa yang kreatif. Proses pembelajaran memberi kesempatan kepada siswa yang kreatif. Oleh karena itu, proses pembelajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat giat menggali ide dan berpikir secara kreatif sebagai solusi suatu permasalahan.

Pembelajaran yang digambarkan di atas tidak serta merta muncul dengan sendirinya bahkan tidaklah mudah untuk diciptakan dan dilaksanakan. Setidak-tidaknya guru harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa demi kepentingan aktivitas siswa. Hal yang perlu diperhatikan bagi peningkatan akvitas siswa adalah apakah pada diri guru tersebut terlihat adanya sikap yang mengarah peningkatan aktivitas guru. Hal ini dapat terjadi jika guru kompromi dengan keaktivan siswa. Contoh guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-ide baru atau tema dan guru mengarahkan respon-respon tersebut tetap di area materi pembelajaran. Sebaliknya, guru yang tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide, kreativitas, dan respon-respon siswa maka akan sukar tercipta aktivitas siswa dan guru secara aktif.

Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture yang diterapkan guru untuk meningkatkan kemampuan menulis yang tercermin melalui aktivitas siswa dan guru adalah pembelajaran yang mengutamakan terjadinya tanya jawab antara siswa dan guru. Materi tanya jawab tergantung pada materi pembelajaran. Materi pembelajaran penelitian ini adalah kemampuan menulis maka materi tanya jawab adalah berkisar teori puisi dan menulis puisi. Mengingat model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture yang digunakan maka aktivitas


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tanya jawab berupa pengetahuan puisi, unsur pembangun puisi, ide serta tema dipelajari secara berkelompok dengan rangsangan gambar.

Hal-hal yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran sebagai implikasi dari hasil penelitian ini adalah:

a. Memberi kesempatan siswa untuk mengikuti pembelajaran secara kreatif.

Pembelajaran secara kreatif tersebut dapat melibatkan kelompok dan penggunaan gambar-gambar untuk mengembangkan ide-ide asli dan mengombinasikan ide-ide baru.

b. Memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan respon-respon dengan catatan

respon siswa tersebut masih dalam area materi pembelajaran. Respon-respon merupakan salah satu bentuk pemberdayaan potensi pikir siswa. Potensi siswa jika tidak diberdayakan maka tidak berkembang.

c. Memilih materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa dan

dunia siswa. Meskipun model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture terbuka untuk kreativitas siswa tetapi harus mengingat tingkat perkembangan jiwa dan dunia siswa.

C. Saran 1. Saran untuk penelitian lanjut

Penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu disempurnakan. Oleh sebab itu, kepada peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lanjut sejenis disarankan.

a. Mencari referensi tentang model pembelajaran kooperatif tipe picture and

picture secara mendalam dan lengkap agar benar-benar jelas diterapkan dalam pembelajaran.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Menyusun perencanaan dan perancangan yang matang agar dapat dijadikan

pedoman pembelajaran.

2. Saran untuk Penerapan Hasil Penelitian

a. Saran untuk Guru

1) Para guru, khususnya guru bidang studi mata pelajaran Bahasa

Indonesia di SMP kelas VII dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam.

2) Para guru, khususnya guru bidang studi mata pelajaran Bahasa Indonesia

di SMP kelas VII perlu lebih meningkatkan pemahaman dan wawasannya tentang berbagai media pembelajaran yang kiranya mampu untuk meningkatkan kompetensi dasar tertentu dalam pembelajaran. Sehingga dapat diguankan sebagai acuan meningkatkan mutu proses pembelajaran.

b. Saran untuk Kepala Sekolah

1) Kepala Sekolah perlu lebih mengupayakan peningkatan profesionalisme

guru melalui pelatihan yang berkaitan dengan model pembelajaran, khususnya mengenai implementasi penggunaan model pembelajran dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menusli puisi.

2) Kepala Sekolah perlu mengupayakan tersedianya fasilitas-fasilitas yang

dapat menopang terselenggaranya kegiatan pembelajaran, seperti penyediaan berbagai alat peraga atau media secara memadai.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Saran untuk Dinas Pendidikan

Dinas Pendidikan perlu memfasilitasi terselenggaranya pelatihan-pelatihan bagi pengembangan profesionalisme guru, khususnya yang berkaitan dengan teknik-teknik dan metode pembelajaran inovatif.