STRUKTUR BERITA RADIO SUMBER-SUMBER BERITA RADIO

2. Berita Bersisipan news with insert Berita Bersisipan adalah berita yang dilengkapi atau di-mix dengan sisipan suara narasumber. 3. News Feature News Feature erita atau laporan jurnalistik panjang yang lebih bersifat human interest. 4. Phone News Phone News adalah jenis berita yang disajikan melalui laporan langsung reporter lewat telepon. 5. Buletin Berita news bulletin Buletin Berita adalah gabungan beberapa berita pendek yang disajikan dalam blok waktu. 6. Jurnalistik Interaktif news interview Jurnalistik Interaktif adalah berita yang bersumber pada sebesar mungkin keterlibatan khalayak. Misalnya wawancara lewat telepon, vox pop, atau berita yang menempatkan masyarakat sebagai subyek pelapor reportase dadakan, baik mereka sebagai pelaku maupun sekedar saksi mata kejadian.

G. STRUKTUR BERITA RADIO

Berita radio, terutama pada jenis Berita Tulis dan Berita Bersisipan menggunakan sistem penulisan Piramida Terbalik . Tujuan dari sistem penulisan piramida terbalik adalah untuk menarik perhatian pendengar sejak awal, menekankan informasi yang cepat dan ringkas, sehingga hanya dengan menyimak lead in-nya pendengar yang tidak memiliki banyak waktu bisa mengetahui inti berita yang disampaikan. Urutan penulisan berita : 1. Judul Berita Headline : menggambarkan isi berita yang akan disampaikan. 2. Kalimat Awal Lead in : menjelaskan fakta berita yang paling penting apa, siapa, di mana, kapan 3. Tubuh Berita : menjelaskan kronologi peristiwa mengapa, bagaimana 4. Sisipan Lain : gabungan dari fakta-fakta pendukung. Gambar 1. Piramida Terbalik 3 Judul Berita Headline Kalimat Awal Lead in Tubuh Berita Teks Sisipan Lain

H. SUMBER-SUMBER BERITA RADIO

Pada dasarnya siapapun dan di manapun dapat menjadi dan terdapat sumber-sumber berita. Persoalannya hanyalah pada kelayakan dari segi nilai 3 Masduki, Jurnalistik Radio Yogyakarta, LKis, 2001 hlm.20 berita dan cara memperolehnya. Secara khusus, berita radio mempertimbangkan kelayakan peristiwa dari segi kepentingan individual atau target audience yang dituju. Menurut Masduki, secara umum sumber berita dapat dibagi menjadi dua, yaitu 4 : 1. Primer atau Langsung getting, dengan menerjunkan reporter untuk meliput sebuah pristiwa di lapangan. Penggalian berita dilakukan dengan wawancara atau laporan pandangan mata. 2. Sekunder atau Tidak Langsung news room, antara lain dapat dikutip dari : a. Media cetak koran, tabloid, majalah b. Media elektronik televisi, internet c. Siaran pers pemerintah swasta d. Network jaringan dengan kantor berita e. Pendengar Selain di atas, pencarian sumber berita lainnya menurut Imelda Renolds yaitu 5 : Catatan nomor telepon narasumber penting. Wartawan diharapkan mempunyai catatan nama-nama dan nomor telepon orang-orang yang biasa membuat berita atau memberi komentar terhadap suatu pemberitaan. Wartawan freelance. Biasanya mereka ini menjual tips atau berita. Mereka juga diperlukan bila wartawan staf tidak ada. 4 Masduki, Jurnalistik Radio Yogyakarta, LKis, 2001 hlm.21 5 Imelda Renolds, Pedoman Jurnalistik Radio Jakarta, Internews, 2000 hlm.26-28 Buku harian pemberitaan news diary. Berisi informasi dari pos, tips dari wartawan dan cerita-cerita yang diketahui terlebih dahulu, misalnya kasus- kasus di pengadilan. Menelepon untuk men-cek check calls. Menelpon secara rutin pelayanan- pelayanan darurat, seperti polisi, pemadam kebakaran, ambulance, atau siapapun yang terlibat pekerjaan penyelamatan. Konferensi pers. Biasanya diadakan untuk memperoleh publisitas. Jadi harus selektif dalam menghadiri atau menyaring informasi lainnya. Untuk menyeleksi berita dari koran, majalah, internet, wawancara tidak terencana, dan sumber sekunder lainnya diperlukan beberapa tahapan, antara lain : 1. Membaca seluruh materi berita yang tersedia tanpa terpengaruh oleh judul berita. Sebab bisa jadi dalam satu berita internet, koran, atau majalah terdapat banyak angel yang menarik. Tidak semua angel yang menarik berada di paragraf awal, kadang justru di bagian akhir berita. 2. Memilih angel inti persoalan atau pernyataan narasumber berdasarkan kriteria kelayakan berita. 3. Memilih pernyataan atau sumber suara yang paling mewakili fakta dan paling lengkap dari sisi 5W + 1H what, who, where, when, why, how, dan secara teknis auditif kualitas rekamannya paling baik jika dalam bentuk audio. 4. Untuk mengedepankan lokalitas, pilihlah berita yang mengandung muatan lokal paling tinggi atau yang berkaitan dengan kepentingan mayoritas pendengar lokal. Untuk memberi warna dalam penyajian, dapat memanfaatkan voice report , yaitu suara reportase dengan latar belakang, kesaksian dari saksi mata setelah kejadian berlangsung. Fakta-fakta dan pendapat yang dikumpulkan harus menarik berimbang, baru kemudian di-edit. Proses produksi harus benar-benar dikuasai dengan baik oleh reporter. Dalam kondisi tertentu karena keterbatasan sumber daya manusia, posisi reporter bisa merangkap sebagai produser, editor, script writer, dan presenter.

I. DIAGRAM PROSES PRODUKSI BERITA RADIO

Gambar 2. Proses Produksi Berita 6 6 Masduki, Jurnalistik Radio Yogyakarta, LKis, 2001 hlm.11 Lokasi : studio ruangan redaksi Kegiatan : perencanaan berita Meliputi : penentuan topik, pembagian tugas Bahan : media lain, fakta, dan data pustaka Lokasi : studio siaran on air studio Kegiatan : penyiaran berita Meliputi : pembacaan pengantar oleh presenter, pembacaan laporan oleh reporter dari studio atau lapangan, koordinator telepon interaktif Lokasi : studio ruangan redaksi Kegiatan : evaluasi harian bersama Meliputi : perbandingan perencanaan topik antara hasil lapangan dan hasil siaran, evaluasi kendala-kendala koordinasi, dan rencana topik selanjutnya Lokasi : studio ruangan redaksi Kegiatan : produksi paket berita Meliputi : melakukan seleksi data, menulis naskah, editing mixing penggabungan suara, pembacaan teks, suara sumber, dan ilustrasi musik Lokasi : lapangan alam, instansi, rumah Kegiatan : peliputan Meliputi : pengamatan peristiwa, wawancara, merekam atmosfer, dan mencatat data-data

BAB III DESKRIPSI INSTANSI

A. SEJARAH RADIO PTPN RASITANIA

Sekitar tahun 1967 muncul beberapa radio di kota Solo, diantaranya Radio Imanuel dan Radio Angkatan Udara. Kondisi ini melahirkan gagasan bagi sekelompok mahasiswa yang dipelopori oleh 3 tiga orang, yaitu Supadiyono Harjosuwito, Otto Lesiputy, dan C. Budhioko untuk mendirikan sebuah pemancar stasiun radio swasta yang bersifat amatiran. Sekelompok mahasiswa ini berasal dari Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional FK-PTPN yang memiliki minat pada bidang elektronika. Lalu dari ketiga orang tersebut sepakat untuk mengumpulkan dana. Dari pengumpulan dana itu mereka memperoleh Rp 25.000 yang kemudian dibuatkan pemancar dengan lampu akhir 2 x 807 oleh bapak Yus Suprapto. Berawal dari hal ini dan setelah mendapat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, termasuk dengan mengumpulkan peralatan yang masih sederhana dan seadanya, mulailah Radio PTPN on air. Peralatan tersebut antara lain: 1. Peralatan Radio Reveiver dari Otto Lesiputy 2. Amplifier Pic Up serta sedikit Piringan Hitam PH dari C. Budhioko 3. Piringan Hitam PH dari Supadiyono Harjosuwito, Bambang Sutejo Maliawan, dan dr. Halim Susanto