35
beberapa kesamaan dalam pokok bahasan. Kedua penelitian memfokuskan pada interaksi sosial dan komunikasi pada anak autis.
E. Kerangka Berfikir
Anak autis mengalami gangguan komunikasi dan gangguan interaksi sosial. Subjek penelitian adalah anak autis yang sudah mampu berbicara,
kelas II bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Bangunrejo 2 yang merupakan sekolah inklusi. Di sekolah inklusi, anak autis tentunya akan berinteraksi
sosial dengan anak normal. Komunikasi yang biasanya digunakan pada sekolah ketika berinteraksi sosial berlangsung adalah komunikasi verbal
dengan didukung komunikasi non verbal. Anak autis tentunya akan mengalami kesulitan saat berkomunikasi dengan orang lain ketika
berinteraksi sosial di sekolah. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan pengumpulan data
dengan mengobservasi subjek selama berada di sekolah dan melakukan wawancara dengan guru kelas, sehingga dapat diperoleh data mengenai
kemampuan komunikasi dalam interkasi sosial anak autis dengan orang-orang yang berada di Sekolah Dasar Negeri Bangunrejo 2.
F. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kemampuan komunikasi verbal anak autis di Sekolah Dasar
Negeri Bangunrejo 2? 2.
Bagaimana kemampuan komunikasi non verbal anak autis di Sekolah Dasar Negeri Bangunrejo 2?
36
3. Bagaimana kemampuan interaksi sosial positif anak autis di Sekolah Dasar
Negeri Bangunrejo 2? 4.
Bagaimana kemampuan interaksi sosial negatif anak autis di Sekolah Dasar Negeri Bangunrejo 2?
G. Batasan Istilah
1.
Kemampuan Komunikasi
Komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan bahasa verbal maupun non verbal.
Kemampuan komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan menyampaikan pesan saat kegiatan di dalam kelas baik
secara verbal maupun non verbal. Seperti kemampuan berbicara dan menulis, melakukan sentuhan, kontak mata, ekspersi wajah dan aktivitas
yang dilakukan ketika berkomunikasi. 2.
Interaksi Sosial Anak Autis
Interaksi sosial dalam penelitian ini meliputi menyapa orang yang ditemui, bentuk sapaan yang dilakukan, menjawab panggilan dan respon
ketika interaksi.
37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian mengenai kemampuan komunikasi dalam berinteraksi sosial anak autis, merupakan penelitian deskriptif. Rubin, Babbie, Thomlison
dalam Bruce A Thyer 2009:120 menyebutkan “descriptive research
attempts to describe characteristics of sample and relationships between phenomena, sitiations, and events observed by the reseacher in natural
situation.” Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yanng berusaha untuk memberikan gambaran mengenai
karakteristik dari sampe dan hubungan antara fenomena, situasi, dan kegiatan yang diamati pada situasi natural.
Sumadi Suryabrata 2012:75 menyebutkan, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat diketahui bahwa penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang dilaksanakan untuk memberi gambaran mengenai fakta maupun kegiatan sesuai dengan keadaan sesungguhnya.
Penelitian deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan komunikasi dalam interaksi sosial anak autis.
Data diperoleh menggunakan metode observasi dan metode wawancara, kemudian disusun dengan deskripsikan dalam bnetuk uraian kata-kata serta
bahasa, direduksi, dirangkum dan dipilih sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif.
38
B. Tempat dan Waktu Penelitian