Klasifikasi Tunagrahita Faktor-faktor Penyebab Ketunagrahitaan

2.2.2 Klasifikasi Tunagrahita

Tunagrahita dikelompokkan menjadi 3, yaitu tunagrahita ringan, sedang dan berat. Kemampuan intelegensi anak tunagrahita diukur dengan tes Binet dan Skala Weschler WISC Somantri, 2006. Pengelompokkan tunagrahita tersebut adalah sebagai berikut: 1 Tunagrahita Ringan Tunagrahita ringan disebut dengan moron atau debil. Menurut Binet kelompok ini memiliki IQ 68-52, sedangkan kelompok ini memiliki IQ 69-55 menurut Skala Weschler WISC. Anak dengan tunagrahita ringan memiliki ciri fisik yang sama dengan anak normal. Anak dengan tunagrahita ringan juga masih dapat membaca, menulis dan berhitung sederhana. 2 Tunagrahita Sedang Tunagrahita sedang dapat disebut juga dengan imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada Skala Binet dan IQ 54-40 menurut Skala Weschler WISC. Anak tunagrahita sedang tidak dapat menulis, membaca dan berhitung, tetapi mereka dapat menulis nama sendiri dan alamat rumah mereka. Untuk perawatan diri, anak dengan tunagrahita sedang masih dapat mandi, berpakaian, makan dan minum secara mandiri. 3 Tunagrahita Berat Anak dengan tunagrahita berat disebut dengan idiot. Kelompok ini dibedakan lagi menjadi tunagrahita berat dan tunagrahita sangat berat. Tunagrahita berat menurut Binet memiliki IQ 32-20 dan memiliki IQ 39-25 menurut Skala Weschler WISC. Sedangkan tunagrahita sangat berat memiliki IQ dibawah 19 untuk skala Binet dan menurut Skala Weschler WISC dibawah 24. Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan diri secara total dalam berpakaian, mandi, makan dan mereka juga memerlukan perlindungan sepanjang hidupnya.

2.2.3 Faktor-faktor Penyebab Ketunagrahitaan

Ketunagrahitaan disebabkan oleh beberapa faktor Nevid, Rathus Greene, 2003, yaitu: 1 Aspek Biologis Kelainan gen menjadi faktor terjadinya ketunagrahitaan. Beberapa retardasi mental yang disebabkan oleh genetik atau kromosom, antara lain: a Down syndrome Down syndrome merupakan abnormalitas yang paling umum menyebabkan retardasi mental. Down syndrome ditandai dengan kelebihan kromosom atau trisomi pada pasangan kromosom ke 21 mengakibatkan jumlah kromosom menjadi 47 bukan 46 seperti pada individu normal. Anak dengan down syndrome memiliki ciri fisik yang khas sehingga anak dengan down syndrome sering dikatakan kembar sedunia, karena semua anak down syndrome di seluruh dunia memiliki gangguan fisik yang sama. b Sindrom Klinefelter Sindrom Klinefelter hanya dapat muncul pada pria saja karena berpengaruh pada kromosom Y. Penderitanya memiliki kromosom yang lebih pada pola kromosom XY menjadi XXY. Sehingga, penderitanya gagal mengembangkan karakteristik seks sekunder yang tepat mengakibatkan testis yang kecil dan tidak berkembang sempurna, produksi sperma rendah, pembesaran payudara, perkembangan otot yang kurang baik dan infertilitas. c Sindrom Turner Sindrom turner hanya ditemukan pada wanita ditandai dengan kromosom seks X tunggal bukan ganda seperti wanita normal. Penderitanya memiliki genital luar normal namun indung telur tidak berkembang dengan baik dan menghasilkan sedikit estrogen. Mereka cenderung pendek dan infertil saat dewasa. Mereka cenderung mengalami retardasi ringan. 2 Faktor Prenatal a Rubella Rubella dapat ditularkan oleh ibu pada bayi yang belum lahir. Rubella mengakibatkan kerusakan otak sehingga dapat menyebabkan retardasi mental atau ketunagrahitaan. b Infeksi penyakit kelamin Infeksi penyakit kelamin seperti sifilis dan herpes genital dapat menambah resiko anak lahir dengan retardasi mental. Obat-obatan semasa kehamilan juga menjadi faktor anak memiliki retardasi mental. c Cytomegalovirus Cytomegalovirus merupakan sumber infeksi yang terjadi pada wanita mengandung menimbulkan resiko retardasi mental pada bayi yang dikandungnya. 3 Faktor Natal Resiko terjadinya kelahiran anak dengan retardasi mental adalah pada kelahiran anak prematur. Kekurangan oksigen atau cedera kepala selama kelahiran juga dapat menimbulkan resiko retardasi mental. 4 Faktor Post Natal Infeksi otak seperti encephalitis dan meningitis atau trauma pada masa bayi dan kanak-kanak awal dapat menyebabkan retardasi mental. Keracunan timah pada anak-anak juga dapat menyebabkan retardasi mental.

2.2.4 Dampak Ketunagrahitaan

Dokumen yang terkait

Gambaran Kesejahteraan Psikologis Pada Ibu Yang Memiliki Anak Tunagrahita

9 114 115

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kesejahteraan Psikologis Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita di Kota Salatiga T1 462012052 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kesejahteraan Psikologis Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita di Kota Salatiga T1 462012052 BAB IV

0 1 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kesejahteraan Psikologis Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita di Kota Salatiga T1 462012052 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kesejahteraan Psikologis Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita di Kota Salatiga

0 1 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kesejahteraan Psikologis Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita di Kota Salatiga

0 2 109

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Strategi Koping pada Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahta di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga T1 462012092 BAB II

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Religiusitas dengan Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Retardasi Mental T1 802007090 BAB II

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Gratitude dengan Psychological Well-Being Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN - Gambaran Kesejahteraan Psikologis Pada Ibu Yang Memiliki Anak Tunagrahita

0 0 15