BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG BILYET GIRO
A. Bilyet Giro Bahagian Surat Berharga
Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah
uang. Tetapi pembayaran tersebut tidak dilakukan dengan menggunakan mata uang, melainkan dengan menggunakan alat bayar lain. Alat bayar itu berupa surat
yang di dalamnya mengandung suatu perintah kepada pihak ketiga, atau pernyataan sanggup untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang surat
tersebut. Dengan diterbitkannya surat berharga tersebut, pemegang surat berharga
tersebut memperoleh hak dengan jalan menunjukkan dan menyerahkan surat berharga tersebut kepada pihak ketiga yang berkewajiban memenuhi hak yang
tertera atau termaksud pada surat berharga tersebut. Pihak ketiga tersebut tidak mempunyai kewajiban untuk menyelidiki apakah orang yang memegang surat
berharga tersebut memang orang yang benar-benar berhak atau tidak. Surat berharga tersebut adalah sudah merupakan bukti atau dalam hukum bisnis disebut
“surat Legitimasi”.
26
2. Sebagai alat untuk memindahkan hak tagih diperjualbelikan dengan mudahsederhana
Fungsi utama dari surat berharga adalah: 1. Sebagai alat pembayaran alat tukar uang
26
Ravi Vendras Blog, Op.Cit.
35
Universitas Sumatera Utara
3. Sebagai surat bukti hak tagih surat legitimasi Sebagai surat legitimasi, surat berharga adalah merupakan surat bukti diri
bagi pemegangnya sebagai orang yang berhak atas tagihan yang tersebut didalam surat berharga tersebut tanpa ada halangan atau sangkaan dari pihak manapun.
Cara mengetahui bahwa surat berharga tersebut adalah surat legitimasi adalah dengan cara membaca klausulketentuan yang terdapat pada surat berharga
tersebut. Klausul tersebut yang menentukan siapa yang berhak atas surat berharga tersebut, karena pada dasarnya siapapun yang menguasai surat berharga tersebut
dialah yang mempunyai hak atas surat berharga tersebut.
27
Bagaimana bila salah satu pihak beritikad tidak baik buruk, misalkan pembayar mengetahui atau patut mengetahui bahwa surat berharga yang
disodorkan kepadanya untuk memperoleh pembayaran itu ternyata berasal dari perbuatan yang tidak halal atau tidak sah. Maka sipembayar diharuskan meneliti
perintah dalam surat berharga tersebut, apabila tidak maka dia dikatakan Tetapi tidak semua penyerahan atau peralihan surat berharga tersebut sah
menurut hukum, karena penyerahan tersebut harus memenuhi syarat-syarat. Penyerahan harus berdasarkan suatu hak atas hak yang sudah dan dilakukan oleh
orang yang berhak. Karena sifat surat berharga tersebut adalah legitimasi, maka bila kemungkinan debitur membayar kepada pemegang yang tidak berhak, dalam
hal ini Undang-Undang tidak memberikan perlindungan. Undang-Undang hanya memberikan perlindungan kepada orang yang jujur, baik orang tersebut debitur
atau kreditur.
27
Moch. Chidir Ali, Mashudi, Surat Berharga-Cek, Wesel dan GiroBilyet, CV Mandar Maju, Bandung. 2003, hal. 49
Universitas Sumatera Utara
melakukan keteledoran yang besar dan hak tersebut merupakan tanggung jawab si pembayar dengan cara harus melakukan pembayaran sekali lagi kepada pihak
yang benar-benar berhak.
28
Maka pemegang surat berharga secara formal adalah orang yang mempunyai hak tagih yang sah, tanpa mengesampingkan kebenaran materilnya.
Pihak debitur tidak diwajibkan meneliti status hukum dari pemegang surat berharga tersebut, tetapi wajib meneliti syarat-syarat yang terdapat pada surat
berharga yang disodorkan kepadanya ketika meminta pembayaran.
29
Dikatakan surat berharga karena surat tersebut mempunyai nilai uang atau dapat ditukar dengan sejumlah uang atau apa yang tersebut dalam surat itu dapat
dinilai atau dtukar dengan uang. Surat-surat itu berupa cek, wesel, bilyet giro, saham, obligasi, konosemen dan lain-lain. Pembahasan akan dibatasi pada surat
berharga yang sering dipakai dalam melakukan transaksi dalam lingkup usaha jasa perhotelan, yaitu cek, travel cheque, kartu kredit, voucher dan guarantee letter,
Alat pembayaran tersebut biasa disebut dengan surat berharga. Surat berharga mempunyai sifat aman artinya tidak setiap orang yang tidak berhak dapat
menggunakan surat berharga itu, karena pembayaran dengan surat berharga memerlukan cara-cara tertentu. Sedangkan jika menggunakan mata uang dalam
jumlah besar, banyak kemungkinannya timbul bahaya atau kerugian, misalnya pencurian, perampokan dan lain-lain.
28
Ibid.
29
Iwan Bayu Aji, Penggunaan Bilyet Giro dalam Lalulintas Pembayaran, Makalah disajikan dalam Seminar Kajian Konstruksi Hukum Instrumen Pembayaran Giral di Indonesia.
Oleh Tim PSSPSPN. Jakarta, Desember 2004, hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
maupun Bilyet Giro.
30
30
Imam Prayogo dkk, Surat Berharga Pembayaran dalam Masyarakat Modern, Bina Aksara, Jakarta.2002. hal. 40
B. Dasar Hukum Bilyet Giro