BAB IV PENGGUNAAN BILYET GIRO SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN
DALAM JUAL BELI DI BANK SUMUT KCP SIMALINGKAR A. Perjanjian Penggunaan Bilyet Giro Sebagai Alat Pembayaran Dalam
Transaksi Jual Beli di Bank Sumut KCP Simalingkar
Bilyet Giro sebagaimana disebutkan sebelumnya merupakan surat berharga, dimana surat tersebut merupakan surat perintah nasabah kepada bank
penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan pada pihak penerima yang disebutkan namanya baik pada bank yang
sama ataupun bank yang berbeda.
34
Penerbitan bilyet giro menimbulkan hubungan hukum antara penerbit, bank dan penerima atau penarik dana. Hubungan hukum penerbit dan penerima
Penggunaan bilyet giro semakin hari semakin meningkat bahkan dapat diperkirakan melampaui penggunaan warkat lainnya. Semakin tingginya
penggunaan Bilyet Giro sebagai alat pembayaran tidak diiringi dengan pengaturan secara tegas, hal ini berbeda dengan cek sebagai alat pembayaran giral yang telah
diatur dalam KUHD. Mengingat fungsi bilyet giro sebagai surat perintah nasabah kepada bank
untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima di bank yang sama atau di bank lain sangat bermanfaat sebagai
alat pembayaran, dirasakan pentingnya ketentuan dan pengaturan mengenai prosedur penggunaan secara tegas dalam undang-undang.
34
Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Asral Nasution, Selaku Devisi Daya Manusia Bank Sumut KCP. Simalingkar, tanggal 14 Juni 2014.
48
Universitas Sumatera Utara
didahului adanya perikatan dasar yaitu adanya perjanjian seperti jual beli, sewa menyewa, selanjutnya penerbit wajib menyediakan sejumlah dana seperti yang
tertera dalam bilyet giro. Hubungan penerbit dengan bank berbentuk perjanjian penyimpanan dana
penerbit pada bank dengan membuka rekening giro. Penerbit giro berkewajiban menyediakan dana dalam bentuk rekening giro. Hubungan penerima dengan bank,
bank wajib melaksanakan perintah untuk memindahbukukan sejumlah uang yang ditentukan dalam bilyet giro dengan cara mengurangi dari rekening giro penerbit
bilyet giro dan dibukukan ke dalam rekening penerima bilyet giro. Penerima wajib menyediakan rekening untuk pemindahbukuan.
35
Proses transaksi pemindahbukuan dari rekening giro melalui bilyet giro di Bank dimulai dari Nasabah dengan terlebih dahulu mengisi dan menandatangani
slip setoran, selanjutnya diberikan kepada teller. Teler akan memeriksa kelengkapan dan kebenaran pengisian data pada slip setoran atau aplikasi. Teller
juga bertugas memeriksa keabsahan dari cek atau Bilyet Giro yang diterima meliputi tanggal efektifnya, jumlah yang tercantum dalam warkat harus sama
dengan dalam slip setoran.
36
Jumlah yang akan ditarik dalam angka juga harus sama dengan dalam huruf. Selanjutnya dilakukan verifikasi tanda tangan penarik pada cek atau Bilyet
Giro tersebut. Selanjutnya admin kontrol memeriksa laporan transaksi teller dan dokumen transaksi, mencocokkan dengan laporan transaction list per transasksi
35
Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Asral Nasution, Selaku Devisi Daya Manusia Bank Sumut KCP. Simalingkar, tanggal 14 Juni 2014.
36
Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Asral Nasution, Selaku Devisi Daya Manusia Bank Sumut KCP. Simalingkar, tanggal 14 Juni 2014.
Universitas Sumatera Utara
dan file bila telah benar. Hambatan yang timbul dalam penggunaan Bilyet Giro antara lain pengisian Bilyet Giro yang Tidak Jelas, Apabila pengisian Bilyet Giro
itu tidak lengkap, maka Bank sebagai tersangkut wajib menolak, dengan alasan demi perlindungan dari pihak yang tidak bertanggung jawab dan beritikad tidak
baik. Dan setelah pengisian Bilyet Giro dirasakan lengkap, maka barulah Bank wajib melakukan pemindahbukuan kepada orang yang namanya disebutkan di
dalam formulir Bilyet Giro tersebut.
37
Dalam praktek, tanggung jawab penerbit bilyet giro ini terutama terkait dengan pembayaran pemindahbukuan bilyet giro kepada pemegang. Selain itu,
tanggung jawab penerbit bilet giro terhadap bilyet giro yang diterbitkannya adalah mengenai syarat formal pada bilyet giro, yaitu antara lain tanda tangan dan atau
capstempel dari penerbit, peneyebutan besarnya nilai yang akan dipindahbukukan dalam angka dan huruf , tanggal efektif, tangal penerbitan. Dalam praktek sehari-
hari jika suatu saat penerbit tidak memenuhi syarat formal tersebut di atas, maka pihak bank tertarik akan mengkonfirmasi kepada penerbit tersebut apakah bilyet
Timbulnya kewajiban membayar dengan menerbitkan surat berharga karena adanya perjanjian terlebih dahulu antara pihak-pihak, perjanjian mana
menerbitkan kewajiban untuk membayar sejumlah uang. Penerbitan surat berharga itu adalah sebagai pelaksanaan dari kewajiban membayar itu. Dengan
kata lain, perjanjian adalah yang menjadi dasar terbitnya surat berharga, yang disebut sebagai perikatan dasar. Dengan demikian penerbitan surat berharga itu
bukanlah perbuatan yang berdiri sendiri lepas dari perikatan dasarnya.
37
Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Asral Nasution, Selaku Devisi Daya Manusia Bank Sumut KCP. Simalingkar, tanggal 14 Juni 2014.
Universitas Sumatera Utara
giro tersebut akan tetap dijalankan atau tidak. Jika tetap dijalankan maka koreksi terhadap kekurangan atau kesalahan persyaratan formal tersebut dapat dilakukan
setelah pendebetan bilyet giro dilakukan. Umumnya dalam praktek, bilyet giro tersebut tetap dijalankan meskipun persyaratan formalnya tidak lengkap.
Menurut penulis, hal ini sangat membantu pihak penerbit bilyet giro, meskipun sebenarnya dalam ketentuan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
210DASP tanggal 8 Juni 2000, angka IV telah diatur mengenai syarat formal dalam bilyet giro yang menyatakan bahwa bilyet giro yang tidak memenuhi syarat
formal harus ditolak. Dikatakan sangat membantu penerbit apabila penerbit memang tidak sengaja tidak memenuhi syarat formal tersebut, misalnya karena
lupa, maka untuk kelancaran transaksinya pihak bank tertarik dapat menjalankan dahulu bilyet giro tersebut.
Dasar bank tertarik untuk menjalankan dahulu bilyet giro tersebut berdasarkan kepercayaan bank tertarik kepada penerbit bilyet giro selaku
nasabahnya. Biasanya penerbit adalah nasabah yang telah dikenal oleh pejabat bank atau penerbit tersebut telah lama menjadi nasabah di bank tersebut di atas.
38
Tetapi lain halnya dengan cukup tidaknya saldodana untuk dipindahbukukan yang besarnya sesuai dengan nominal yang tertulis dalam bilyet
giro tersebut. Hal ini mutlak tanggung jawab dari penerbit bilyet giro, pihak bank tidak dapat membantu dalam pemindahbukuan ini. Dalam praktek sehari-hari jika
terjadi kekurangan dana untuk pemindahbukuan, maka pihak bank tertarik akan mengkonfirmasi pihak penerbit bilyet giro, dan pihak penerbit yang beritikad baik
38
Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Asral Nasution, Selaku Devisi Daya Manusia Bank Sumut KCP. Simalingkar, tanggal 14 Juni 2014.
Universitas Sumatera Utara
akan menyetor dana ke rekening giro tersebut agar pemindahbukuan dapat dilakukan. Jika pihak penerbit setelah dikonfirmasi tidak menyetor dana maka
pihak bank tertarik akan menolak bilyet giro tersebut dengan alasan tolak saldo karena saldo tidak cukup. Bank hanya dapat membantu sebatas konfirmasi yang
mengingatkan bahwa saldonya tidak cukup untuk dipindahbukukan dan menunggu hingga penyetoran dana dari penerbit, penyetoran dana kekurangan
tersebut biasanya ditunggu hingga pukul 15.00 WIB, jika lebih dari itu maka bank akan menolak bilyet giro tersebut.
39
39
Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Asral Nasution, Selaku Devisi Daya Manusia Bank Sumut KCP. Simalingkar, tanggal 14 Juni 2014.
Menurut penulis, penyediaan dana sepenuhnya tanggung jawab dari penerbit. Jika misalnya pihak bank menjalankan dahulu bilyet giro tersebut, apa
yang menjadi jaminan bahwa penerbit akan membayar kekurangan dana tersebut. Pihak bank telah beritikad baik mau membantu dengan menunggu hingga batas
waktu penyetoran dana. Apabila pemegang surat berharga itu memperalihkannya kepada
pemegang berikutnya, apakah yang menjadi dasar hukum yang mengikat antara penerbit dan pemegang yang bukan pemegang pertama tersebut? Hal ini dapat
dijawab dengan menggunakan teori-teori, yaitu: 1. Teori kreasi penciptaan, yang mengemukakan bahwa terikatnya penerbit pada
setiap pemegang berikutnya adalah dengan ditandatanganinya surat berharga itu oleh penerbit.
2. Teori kepantasan, yaitu terikatnya penerbit karena tanda tangan tetapi ia hanya terikat pada pemegang yang pantas memperoleh surat berharga tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3. Teori perjanjian, yaitu dengan diterbitkannya surat berharga oleh penerbit kepada pemegang, maka di situ pula telah terjadi perikatan, dimana penerbit
terikat kepada pemegang lainnya. 4. Teori Penunjukkan, yaitu terikatnya penerbit terhadap pemegang adalah sejak
saat surat berharga tersebut ditunjukkan kepada pihak ketiga. Dari beberapa teori di atas, menurut penulis, teori perjanjian lebih banyak
pengaruhnya dalam hukum surat berharga. Hal ini disebabkan karena perjanjian antara penerbit dan pemegang pertama merupakan sumber hukum dari perikatan
yang timbul pada surat berharga. Terbitnya surat berharga adalah karena pemenuhan isi perjanjian. Jadi penerbitlah yang bertanggung jawab atas
penerbitan surat berharga itu. Jika dilihat dari perikatan dasarnya ialah untuk membayar sejumlah uang, menurut titel 6 dan 7 KUHD dikategorikan menurut
bentuknya menjadi tiga macam, yaitu: 1. Surat sanggup membayar atau janji untuk membayar, dalam surat ini
penandatangan berjanji atau menyanggupi membayar sejumlah uang kepada pemegang surat itu atau orang yang menggantikannya. Contohnya surat
sanggup, promes atas tunjuk. 2. Surat perintah membayar. Dalam surat ini penerbit memerintahkan kepada
piuhak ketiga yang namanya disebutkan dalam surat itu untuk membayar sejumlah uang kepada pemegangnya atau penggantinya. Jika pihak ketiga itu
tidak mau membayar maka penerbit tetap bertanggung jawab atas pembayaran itu. Contohnya adalah: wesel dan cek.
Universitas Sumatera Utara
3. Surat pembebasan hutang, dalam surat ini penerbit memberi perintah kepada pihak ketiga untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang yang
menunjukkan, dan menyerahkan surat itu. Dengan penunjukkan dan penyerahan itu pemegang ,memperoleh pembayaran. Bagi pihak ketiga yang
telah membayar, surat itu menjadi bukti bahwa ia telah melunasi hutangnya sehingga ia dibebaskan dari kewajiban membayar kepada penerbit. Contohnya
adalah kwitansi atas tunjuk. Bilyet giro merupakan surat berharga yang tidak diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, tetapi jika dilihat dari penggolongan surat berharga di atas, termasuk dalam surat perintah membayar. Jika dalam cek atau
wesel wujud dari pembayaran ini adalah berupa uang tunai, tetapi dalam bilyet giro wujud dari pembayaran ini adalah berupa pemindahbukuan. Maka dari hal
tersebut di atas penerbit bilyet giro bertanggung jawab pembayaran bilyet giro yang telah diterbitkannya.
Di dalam bilyet giro terdapat 2 tanggal, yaitu tanggal penerbitan dan tanggal efektif. Perintah untuk pemindahbukuan pada bilyet giro dapat dilaksakan
jika telah sampai pada tanggal efektif. Dengan demikian bilyet giro yang diajukan kepada bank sebelum tanggal efektif, harus ditolak tanpa memperhatikan cukup
atau tidaknya dana yang ditarik. Sedangkan bilyet giro yang diajukan pada tanggal atau setelah tanggal efektif harus diterima untuk pemindahbukuan.
40
Dalam tenggang waktu antara tanggal penerbitan dan tanggal efektif penerbit diberi waktu yang cukup untuk memenuhi kewajibannya mengusahakan
40
Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Asral Nasution, Selaku Devisi Daya Manusia Bank Sumut KCP. Simalingkar, tanggal 14 Juni 2014.
Universitas Sumatera Utara
dan menyediakan dana, maka penerbit bertanggung jawab untuk menyediakan dana sampai pada tanggal efektif.
B. Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Penggunaan Bilyet Giro Sebagai Alat Pembayaran Dalam Transaksi Jual Beli di Bank Sumut KCP
Simalingkar
Di dalam setiap pekerjaan timbal-balik selalu ada 2 dua macam subjek hukum, yang masing-masing subjek hukum tersebut mempunyai hak dan
kewajiban secara bertimbal balik dalam melaksanakan perjanjian yang mereka perbuat.
Di dalam suatu perjanjian ada kemungkinan salah satu pihak tidak melaksanakan perjanjian atau tidak memenuhi isi perjanjian sebagaimana yang
telah mereka sepakati bersama-sama. Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan, atau lebih jelas apa yang merupakan
kewajiban menurut perjanjian yang mereka perbuat, maka dikatakan bahwa pihak tersebut wanprestasi, yang artinya tidak memenuhi prestasi yang diperjanjikan
dalam perjanjian. Wirjono Prodjodikoro, mengatakan: “ Wanprestasi adalah berarti
ketiadaan suatu prestasi dalam hukum perjanjian, berarti suatu hal harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Barangkali dalam Bahasa Indonesia
dapat dipakai istilah pelaksanaan janji untuk prestasi dan ketiadaan pelaksanaan janji untuk wanprestasi”.
41
41
R. Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, 1991, hal. 44.
Universitas Sumatera Utara
Lebih tegas Mariam Darus Badrulzaman, mengatakan bahwa: “Apabila dalam suatu perikatan si debitur karena kesalahannya tidak melaksanakan apa
yang diperjanjikan, maka dikatakan debitur itu wanprestasi”.
42
a. Pihak yang dirugikan menuntut pelaksanaan perjanjian
Dari uraian tersebut di atas, jelas kita dapat mengerti apa sebenarnya yang dimaksud dengan wanprestasi itu. Untuk menentukan apakah seorang debitur itu
bersalah karena telah melakukan wanprestasi, perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana seseorang itu dikatakan lalai atau alpa tidak memenuhi prestasi.
Sebagaimana biasanya akibat tidak dilakukannya suatu prestasi oleh salah satu pihak dalam perjanjian, maka pihak lain akan mengalami kerugian. Tentu
saja hal ini sama sekali tidak diinginkan oleh pihak yang menderita kerugian, namun kalau sudah terjadi, para pihak hanya dapat berusaha supaya kerugian yang
terjadi ditekan sekecil mungkin. Dalam hal terjadinya wanprestasi, maka pihak lain sebagai pihak yang
menderita kerugian dapat memilih antar beberapa kemungkinan, yaitu :
b. Pihak yang dirugikan menuntut ganti rugi
c. Pihak yang dirugikan menuntut pelaksanaan perjanjian disertai ganti rugi
d. Pihak yang dirugikan menuntut pembatalan perjanjian
e. Pihak yang dirugikan menuntut pembatalan perjanjian disertai dengan ganti
rugi. Dari beberapa kemungkinan penuntutan dari pihak yang dirugikan tersebut
di atas bagi suatu perjanjian timbal-balik oleh ketentuan pasal 1266 KUH Perdata
42
Mariam Darus Badrulzaman dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 33.
Universitas Sumatera Utara
diisyaratkan apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dapat dimintakan pembatalan perjanjian kepada hakim.
Dengan demikian berdasarkan Pasal 1266 KUH Perdata, apabila satu pihak wanprestasi maka pihak yang dirugikan dapat menempuh upaya hukum
dengan menuntut pembatalan perjanjian kepada hakim. Ada berbagai model bagai para pihak yang tidak memenuhi prestasinya
walaupun sebelumnya sudah setuju untuk dilaksanakannya. Model-model wanprestasi tersebut menurut Munir Fuadi adalah sebagai berikut:
a. Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi
b. Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi.
c. Wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi.
43
Subekti mengemukakan bahwa: Wanprestasi kelalaian atau kealpaan seorang debitur dapat berupa 4 empat macam :
a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
b. Melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi tidak sebagaimana diperjanjikan
c. Melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi terlambat
d. Melaksanakan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilaksanakannya.
44
Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi, dalam ilmu hukum perjanjian dikenal dengan suatu doktrin yang disebut dengan doktrin pemenuhan
prestasi substansial, yaitu suatu doktrin yang mengajarkan bahwa sungguhpun
43
Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 89.
44
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Penerbit PT. Intermasa, Jakarta, 1987, hal. 23.
Universitas Sumatera Utara
satu pihak tidak melaksanakan prestasinya secara sempurna, tetapi jika dia telah melaksanakan prestasinya tersebut secara substansial, maka pihak lain harus juga
melaksanakan prestasinya secara sempurna. Apabila suatu pihak tidak melaksanakan prestasinya secara substansial, maka dia disebut tidak
melaksanakan perjanjian secara material. Berdasarkan hal tersebut, jika telah dilaksanakan substansial performance
terhadap perjanjian yang bersangkutan, tidaklah berlaku lagi doktrin exceptio non adimpleti contractus, yakni doktrin yang mengajarkan bahwa apabila satu
pihak tidak melaksanakan prestasinya, maka pihak lain dapat juga tidak melaksanakan prestasinya.
Demikian juga halnya dalam penggunaan Bilyet Giro sebagai alat pembayaran dalam transaksi jual beli terkadang ditemukan wanprestasi seperti
bilyet giro yang dipakai ternyata kosong. Pada kapasitas ini diketahui debitur membayar harga barang yang dibelinya dengan bilyet giro, kenyataan tatkala
penjual akan mencairkan bilyet giro tersebut ternyata bilyet giro tersebut tidak ada nominalnya atau kosong. Maka pada kapasitas ini penjual mengalami
kerugian disebabkan uang yang seharusnya diterima dengan cara mencairkan bilyet giro tidak ada nominalnya.
45
Perjanjian yang dibuat oleh pihak pembeli dan penjual menimbulkan hubungan hukum yang mengikat antara para pihak yang membuatnya. Pada
prinsipnya setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus memenuhi kewajibannya secara timbal balik. Dengan kata sepakat untuk mengadakan suatu
45
Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Asral Nasution, Selaku Devisi Daya Manusia Bank Sumut KCP. Simalingkar, tanggal 14 Juni 2014.
Universitas Sumatera Utara
perjanjian, maka kedua pihak mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri bentuk perjanjian. Hal ini sesuai dengan sistem terbuka yang dianut dalam KUH
Perdata. Dalam perjanjian jual beli masyarakat juga sering menggunakan tata cara
pembayaran tidak dengan uang tunai tetapi dengan cara lain seperti menggunakan surat berharga yang dalam kapasitas ini dalam bentuk gilyet giro. Hal tersebut
juga dilakukan atas dasar kepercayaan dan sepakat untuk menyerahkan sejumlah sejumlah barang yang diperjual belikan kepada pembeli dan pembeli
membayarnya barang tersebut kepada penjual dengan bilyet giro. Para pihak yang mengadakan perjanjian terikat untuk patuh terhadap perjanjian yang dibuat
sesuai asas pacta sunt servanda dan segala hal yang telah disepakati tersebut berlaku sebagai Undang-Undang bagi para pihak dalam perjanjian. Akan tetapi
perjanjian yang dibuat dalam bentuk lisan mengandung banyak resiko jika dibandingkan dengan perjanjian yang dibuat secara tertulis.
Perjanjian jual beli dengan pembayaran memakai bilyet giro pada kebiasannya dilakukan secara lisan dimana diadakan atas dasar kepercayaan
tanpa ada bukti tertulis. Hal ini dilakukan dengan maksud efisiensi agar peristiwa jual beli tersebut dapat terlaksana secara cepat.
Perbuatan seorang pembeli yang melakukan perjanjian jual beli dengan penggunaan bilyet giro kosong tentunya merupakan suatu bentuk wanprestasi
dimana wanprestasi tersebut merupakan suatu bentuk kelalaian dari pihak pembeli suatu barang karena pembeli tidak menyediakan sejumlah uang dibank
pembayar atas penerbitan bilyet giro yang dijadikan sebagai alat bayar.
Universitas Sumatera Utara
Wanprestasi dalam penggunaan bilyet giro sebagai alat pembayaran dalam transaksi jual beli tentunya memiliki akibat hukum. Adapun akibat hukum
tersebut meliputi: 1. Membayar Kerugian
46
46
Ravi Vendras Blog, Op.Cit.
Ganti rugi sering dirinci dalam tiga unsur: biaya, rugi dan bunga. a. Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah
dikeluarkan oleh satu pihak. Contohnya jika seorang penjual sudah mengeluarkan suatu ongkos tertentu untuk mengirim barang yang dibeli
pembeli yang membayar dengan menggunakan bilyet giro. Ongkos tersebut tersebut menjadi kerugian tatkala bilyet giro yang dibayarkan oleh pembeli
kepada penjual adalah bilyet giro kosong. b. Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur
yang diakibatkan oleh kelalaian si debitur. Misalnya kerugian diterima penjual tatkala ada kekosongan bilyet giro yang dijadikan alat bayar oleh
pembeli, sementara barang sudah diambil pembeli. c. Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah
dibayangkan atau dihitung oleh kreditur. Misalnya, dalam hal jual beli barang yang dibayar melalui bilyet giro, penjual sudah harus mendapatkan
keuntungan tatkala barang sudah dibeli. Tetapi sewaktu mencairkan bilyet giro ternyata bilyet giro kosong maka hal ini mengakibatkan kerugian bagi
penjual.
Universitas Sumatera Utara
Code Civil memperinci ganti rugi itu dalam dua unsur, yaitu dommages et interests. Dommages meliputi biaya dan rugi seperti dimaksudkan di atas,
sedangkan interest adalah sama dengan bunga dalam arti kehilangan keuntungan. Dalam soal penuntutan ganti rugi, oleh undang-undang diberikan
ketentuan-ketentuan yang merupakan pembatasan dari apa yang boleh dituntut sebagai ganti rugi.
Pasal 1247 KUHPer menentukan : “Si berutang hanya diwajibkan mengganti biaya rugi dan bunga yang nyata telah
atau sedianya harus dapat diduga sewaktu perjanjian dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perjanjian itu disebabkan karena sesuatu tipu daya yang
dilakukan olehnya”. Pasal 1248 KUHPer menentukan :
“Bahkan jika hal tidak dipenuhinya perjanjian itu disebabkan karena tipu daya si berutang, penggantian biaya, rugi dan bunga, sekedar mengenai kerugian yang
diderita oleh si berpiutang dan keuntungan yang terhilang baginya, hanyalah terdiri atas apa yang merupakan akibat langsung dari tak dipenuhinya perjanjian”.
Suatu pembatasan lagi dalam pembayaran ganti rugi terdapat dalam peraturan mengenai bunga moratoir. Apabila prestasi itu berupa pembayaran
sejumlah uang, maka kerugian yang diderita oleh kreditur kalau pembayaran itu terlambat, adalah berupa interest, rente atau bunga.
Perkataan “moratoir” berasal dari kata Latin “mora” yang berarti kealpaan atau kelalaian. Jadi bunga moratoir berarti bunga yang harus dibayar
sebagai hukuman karena debitur itu alpa atau lalai membayar utangnya,
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan sebesar 6 prosen setahun. Juga bunga tersebut baru dihitung sejak dituntutnya ke pengadilan, jadi sejak dimasukkannya surat gugatan.
2. Pembatalan Perjanjian Pembatalan perjanjian, bertujuan membawa kedua belah pihak kembali
pada keadaan sebelum perjanjian diadakan. Dikatakan bahwa pembatalan itu berlaku surut sampai pada detik dilahirkannya perjanjian. Kalau suatu pihak
sudah menerima sesuatu dari pihak yang lain, baik uang maupun barang, maka itu harus dikembalikan. Pokoknya, perjanjian itu ditiadakan.
Pembatalan perjanjian jual beli yang dibayarkan degan bilyet giro dengan sebab wanprestasi juga dapat dilakukan, dimana pihak pembeli mengembalikan
semua barang yang dibeli kepada penjual.
47
47
Ibid.
Pembatalan perjanjian karena kelalaian debitur diatur dalam Pasal 1266 KUHPer yang mengatur mengenai perikatan bersyarat, yang berbunyi:
“Syarat batal dianggap selamanya dicantumkan dalam perjanjian-perjanjian yang timbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam
hal demikian perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim.Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat
batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban itu dinyatakan dalam perjanjian.Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam perjanjian, hakim leluasa menurut keadaan
atas permintaan si tergugat, untuk memberikan suatu jangka waktu guna kesempatan memenuhi kewajibannya, jangka waktu mana tidak boleh lebih dari
satu bulan”.
Universitas Sumatera Utara
Pembatalan perjanjian itu harus dimintakan kepada hakim, bukan batal secara otomatis walaupun debitur nyata-nyata melalaikan kewajibannya. Putusan
hakim itu tidak bersifat declaratoir tetapi constitutif, secara aktif membatalkan perjanjian itu. Putusan hakim tidak berbunyi “Menyatakan batalnya perjanjian
antara penggugat dan tergugat” melainkan, “Membatalkan perjanjian”. Hakim harus mempunyai kekuasaan discretionair, artinya : kekuasaan
untuk menilai besar kecilnya kelalaian debitur dibandingkan dengan beratnya akibat pembatalan perjanjian yang mungkin menimpa si debitur itu. Kalau hakim
menimbang kelalaian debitur itu terlalu kecil, sedangkan pembatalan perjanjian akan membawa kerugian yang terlalu besar bagi debitur, maka permohonan
untuk membatalkan perjanjian akan ditolak oleh hakim. Menurut Pasal 1266 hakim dapat memberikan jangka waktu kepada debitur untuk masih memenuhi
kewajibannya. Jangka waktu ini terkenal dengan nama “terme de grace”.
48
Menurut Pasal 1460 KUHPer, maka resiko dalam jual beli barang tertentu dipikulkan kepada si pembeli, meskipun barangnya belum diserahkan. Kalau si
3. Peralihan Resiko
Sebagai sanksi ketiga atas kelalaian seorang debitur disebutkan dalam Pasal 1237 KUHPer. Yang dimaksudkan dengan “resiko” adalah kewajiban
untuk memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa barang yang menjadi objek perjanjian.
Peralihan resiko dapat digambarkan demikian:
48
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
penjual itu terlambat menyerahkan barangnya, maka kelalaian ini diancam dengan mengalihkan resiko tadi dari si pembeli kepada si penjual. Jadi dengan
lalainya sipenjual, resiko itu beralih kepada dia. 4. Membayar Biaya Perkara
Tentang pembayaran ongkos biaya perkara sebagai sanksi keempat bagi seorang debitur yang lalai adalah tersimpul dalam suatu peraturan Hukum Acara,
bahwa pihak yang dikalahkan diwajibkan membayar biaya perkara. Menurut Pasal 1267 KUHPer, pihak kreditur dapat menuntut si debitur
yang lalai untuk melakukan: a. Pemenuhan perjanjian.
b. Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi. c. Ganti rugi saja.
d. Pembatalan perjanjian; pembatalan disertai ganti rugi. Selain wanprestasi maka sanksi terhadap pihak-pihak tertentu yang
memakai bilyet giro sebagai alat pembayaran tetapi ternyata kosong maka pembeli dapat dikenakan sanksi administratif. Mengenai sanksi terhadap
penerbitan bilyet giro kosong secara khusus telah diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.128 UPPB tanggal 19 Agustus 1979 pada ketentuan angka II
tentang penutupan rekening dan angka IV tentang daftar hitam, dan tata caranya diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia no. 210DASP tanggal 8 Juni 2000
tentang Tata Usaha Penarikan CekBilyet Giro Kosong.
49
49
Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Asral Nasution, Selaku Devisi Daya Manusia Bank Sumut KCP. Simalingkar, tanggal 14 Juni 2014.
1. Surat peringatan dan penutupan rekening
Universitas Sumatera Utara
Apabila penerbit mengajukan bilyet giro kosong kepada bank tertarik, bank ini wajib menolaknya dengan alasan dana yang tersedia tidak mencukupi
kosong dan penolakan tersebut harus disertai dengan Surat Keterangan Penolakan SKP. Jika seorang nasabah penerbit menerbitkan bilyet giro
kosong pada bank tiga kali dalam waktu enam bulan, maka bank tertarik wajib menutup rekening nasabah penerbit tersebut. Untuk itu agar nasabah
penerbit mengetahui atau menyadari akan hal ini, maka setiap kali terjadi penolakan bilye giro kosong, bank wajib memperingatkan nasabah yang
bersangkutan dengan surat, yaitu: a. Untuk pelanggaran penerbitan bilyet giro kosong pertama, diberikan surat
peringatan I SP I yang memuat pernyataan agar nasabah penerbit yang bersangkutan tidak menerbitkan bilyet giro kosong lagi.
b. Untuk pelanggaran penerbitan bilyet giro kosong kedua diberikan surat peringatan II SP II yang memuat ancaman penutupan rekening dan
pencantuman namanya dalam daftar hitam jika terjadi pelanggaran untuk ketiga kalinya. Surat peringatan II bagi nasabah yang menerbitkan bilyet
giro kososng tersebut dikeluarkan oleh Bank Indonesia. c. Untuk pelanggaran penerbitan bilyet giro kosong yang ketiga kali, kepada
nasabah penerbit tersebut langsung diberitahukan dengan surat bahwa rekeningnya telah ditutup. Dalam surat pemberitahuan penutupan rekening
SPR dicantumkan pula syarat-syarat rehabilitasi yang harus dipenuhi.
50
2. Pencantuman Nama nasabah penerbit dalam daftar hitam. Nama-nama
50
Abdulkadir Muhammad, Hukum Dagang tentang Surat-Surat Berharga, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal. 186-187.
Universitas Sumatera Utara
nasabah yang telah dikenakan penutupan rekening oleh Bank Indonesia dimasukkan dalam daftar hitam penarik bilyet giro kosong. Nama-nama
nasabah yang dimasukkan dalam daftar hitam adalah: a. Nama perorangan, termasuk usaha-usaha seperti toko, bengkel, restauran,
warung dan kongsi. b. Nama perusahaan yang berbentuk firma, CV, PT dan
koperasiyayasanperkumpulan berikut nama penarik penandatangan bilyet giro kosong yang bersangkutan contoh: CV Makmur, Penarik:
Hasan c. Badan usahayayasan yang dimilikididirikan oleh pemerintah
d. Bank-bank dan lembaga keuangan bukan bank. Khusus terhadap instansi pemerintahlembaga negara yang menarik bilyet
giro kosong tiga kali dalam enam bulan, namanya tidak dicantumkan dalam daftar hitam walaupun rekeningnya ditutup oleh bank. Apabila nama nasabah penerbit
tercantum dalam daftar hitam, maka semua bank: 1. Segera menutup rekening nasabah penerbit tersebut dan melaporkan
penutupan rekening tersebut kepada Bank Indonesia setempat 2. Dilarang mengadakan hubungan rekening dengan nasabah penerbit tersebut
kecuali dalam bentuk rekening khusus.
51
Rekening khusus adalah rekening tabungan atau rekening lain yang khusus disediakan oleh bank tertarik kepada pemilik rekening yang rekeningnya ditutup
karena melakukan penarikan bilyet giro kosong yang memenuhi kriteria untuk
51
Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Asral Nasution, Selaku Devisi Daya Manusia Bank Sumut KCP. Simalingkar, tanggal 14 Juni 2014.
Universitas Sumatera Utara
dimasukkan dalam daftar hitam atau namanya tercantum dalam daftar hitam yang berlaku guna menampung pembayaran bilyet giro yang masih beredar.
Daftar hitam yang dikeluarkan Bank Indonesia ini bersifat rahasia dan hanya dapat digunakan untuk keperluan intern bank-bank. Dengan demikian
nama-nama yang tercantum dalam daftar hitam tidak diperkenankan untuk diumumkan kepada pihak ketiga bukan bank.
C. Penyelesaian Sengketa Penggunaan Bilyet Giro Sebagai Alat Pembayaran Dalam Transaksi Jual Beli di Bank Sumut KCP Simalingkar
Penyelesaian sengketa penggunaan bilyet giro sebagai alat pembayaran dalam transaksi jual beli di Bank Sumut KCP Simalingkar dilakukan dengan cara
melakukan teguran kepada pembeli untuk dapat menyediakan sejumlah dana pada bank penerbit sehingga penjual dapat mencairkan bilyet giro yang diterimanya
sebagai alat pembayaran.
52
Apabila teguran ini tidak mendapat tanggapan yang beritikad baik, maka dapat ditempuh beberapa cara secara kekeluargaan untuk menyelesaikan.
Misalnya dengan melakukan penjadwalan kembali untuk memberi waktu kepada pembeli agar dapat memenuhi semua prestasinya, memberi kesempatan kepada
pembeli untuk mengemukakan alasan mengapa pembeli tidak segera melakukan prestasinya untuk menyediakan sejumlah dana di bank penerbit sehingga penjual
dapat mencairkan bilyet giro.
53
52
Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Asral Nasution, Selaku Devisi Daya Manusia Bank Sumut KCP. Simalingkar, tanggal 14 Juni 2014.
53
Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Asral Nasution, Selaku Devisi Daya Manusia Bank Sumut KCP. Simalingkar, tanggal 14 Juni 2014.
Universitas Sumatera Utara
Upaya hukum Dalam sistem penyelesaian sengketa perdata terdapat tahapan penyelesaian sengketa melalui ruang Non litigasi di luar peradilan
sebelum sengketa tersebut di proses di peradilan, penyelesain non litigasi tersebut dibagi dua yaitu Abritase dan Alternative Dispute Resolution ADR, pada
kesempatan kali ini kita coba membahas proses ADR tersebut. ADR sendiri memiliki beberapa karakteristik yaitu:
a. Privat sukarela, dan konsensual disepakati para pihak. b. Kooperatif, tidak agresifbermusuhan dan tegang.
c. Fleksibel, tidak formal dan kaku. d. Kreatif.
e. Melibatkan partisipasi aktif para pihak. f. Bertujuan untuk mempertahankan hubungan baik.
Adapun upaya penyelesaian yang lain yaitu hakim mencoba menawarkan kepada kedua belah pihak untuk mediasi, Pengertian Mediasi adalah proses
penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian. Dasar hukum pelaksanaan mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2008 Tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan. Kebijakan MA-RI memberlakukan mediasi ke dalam proses perkara di
pengadilan didasari atas beberapa alasan sebagai berikut: 1. Proses mediasi diharapkan dapat mengatasi masalah penumpukan perkara.
2. Proses mediasi dipandang sebagai cara penyelesaian sengketa yang lebih cepat
Universitas Sumatera Utara
dan murah dibandingkan dengan proses litigasi. 3. Pemberlakuan mediasi diharapkan dapat memperluas akses bagi para pihak
untuk memperoleh rasa keadilan. Apabila dengan proses mediasi, tidak dapat menyelesaikan kasus ini, maka
dapat ditempuh dengan jalur hukum yaitu menempuh upaya hukum dengan melakukan sita umum atas seluruh harta kekayaan Tergugat. Sesuai dengan
pernyataan Pasal 1131 KUHPerdata menyatakan bahwa segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak baik yang sudah ada
maupun yang baru akan ada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.
Berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah bahwa bentuk wanprestasi yang dilakukan debitur yaitu tidak melakukan prestasi dan upaya penyelesaian kasus
tersebut didasarkan atas peraturan perundang–undangan yang berlaku di Indonesia serta pertimbangan–pertimbangan yang telah diuraikan di atas, sehingga hakim
tersebut dapat memutuskan perkara dengan seadil-adilnya dan juga hakim dalam menjatuhkan putusan dengan berdasarkan keyakinannya dan hati nurani.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN