Perkiraan Sistem Panen Tebasan di Kecamatan Pencacahan Perkiraan Sistem Panen Tebasan di Kabupaten Pencacahan

30 Pedoman Pemantauan Harga Produsen Gabah dan Beras Pedoman Pemantauan Harga Produsen Gabah GAMBAR 1 SISTEM PENGIRIMAN LAPORAN HP-G KETERANGAN: = DokumenDaftar Isian = E-mailFaksimili BPS KABUPATEN BPS BPS PROVI NSI KSK KSK Pedoman Pemantauan Harga Produsen Gabah Pedoman Pemantauan Harga Produsen Gabah dan Beras 31 Paling lambat tgl 18 setiap bulan Paling lambat tgl 17 Paling lambat tgl 20 setiap bulan Paling lambat tgl 18 setiap bulan Paling lambat tgl 16 Pencacahan Tgl 10 s d 15 Pencacahan Tgl 10 s d 15 GAMBAR 2 SISTEM DAN JADWAL PENGIRIMAN LAPORAN BULANAN HP-G KETERANGAN: = DokumenDaftar Isian BPS KABUPATEN BPS BPS PROVI NSI KSK KSK 32 Pedoman Pemantauan Harga Produsen Gabah dan Beras Pedoman Pemantauan Harga Produsen Gabah Paling lambat Selasa minggu berikutnya Paling lambat Senin minggu berikutnya Paling lambat akhir minggu berikutnya Paling lambat Selasa minggu berikutnya Paling lambat Jum’at Pencacahan Senin s d Kamis Pencacahan Senin s d Kamis = E-mailFaksimili GAMBAR 3 SISTEM DAN JADWAL PENGIRIMAN LAPORAN MINGGUAN HP-G KETERANGAN: = DokumenDaftar Isian = E-mailFaksimiliTelex BPS KABUPATEN BPS BPS PROVI NSI KSK KSK Pedoman Pemantauan Harga Produsen Gabah Pedoman Pemantauan Harga Produsen Gabah dan Beras 33 Pedoman Pemantauan Harga Produsen Beras Pedoman Pemantauan Harga Produsen Gabah dan Beras 33 7 PENDAHULUAN

7.1 LATAR BELAKANG

Naik turunnya harga beras sebagai kebutuhan pokok sangat mempengaruhi harga komoditi lainnya yang dapat mengakibatkan inflasi atau deflasi yang cukup signifikan. Apalagi dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim yang dapat menyebabkan gangguan produksi, berkurangnya ketersediaan beras dan kenaikan harga beras. Belum lagi dengan adanya dugaan bahwa hasil panen lebih banyak diserap oleh tengkulak dan standar harga pembelian beras oleh pemerintah relatif lebih rendah dibandingkan tengkulak, sehingga permainan harga beras oleh tengkulak dapat merugikan petani. Dengan keadaan yang demikian, perlu dilakukan pengamanan cadangan beras yang dikelola oleh pemerintah untuk menjaga stabilitas harga beras. Oleh karena itu, pemerintah membutuhkan informasi tentang penyerapan beras dan harga beras di tingkat penggilingan maupun pasar. Peran komoditas beras yang sangat strategis telah mendorong Pemerintah untuk berusaha mengambil langkah-langkah yang diperlukan secara terkoordinasi dan terintegrasi dengan membuat dan melaksanakan kebijaksanaan perberasan melalui inpres no. 8 tahun 2011 tentang Kebijakan Pengamanan Cadangan Beras yang Dikelola oleh Pemerintah dalam Menghadapi Kondisi Iklim Ekstrim. Inpres yang mulai dikeluarkan tanggal 15 April 2011, mengintruksikan pembelian beras oleh BULOG dalam rangka pengamanan cadangan beras yang dikelola oleh Pemerintah, dilakukan dengan memperhatikan Harga Pembelian Pemerintah HPP dan harga pasar yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik BPS. Dengan Undang-undang No. 161997 tentang Statistik dan Inpres No.82011 ini, BPS secara kontinu menyediakan data harga beras sebagai referensi atau rekomendasi kepada Pemerintah dalam menentukan standar harga pembelian beras oleh Bulog. BPS melalui Sub Direktorat Statistik Harga Produsen bertanggung jawab dalam pengumpulan data harga beras di penggilingan dengan melaksanakan Survei Pemantauan Harga Produsen Beras di Penggilingan HPBG. 34 Pedoman Pemantauan Harga Produsen Gabah dan Beras Pedoman Pemantauan Harga Produsen Beras

7.2. TUJUAN

Survei Pemantauan Harga Produsen Beras di Penggilingan HPBG diperlukan untuk merekam variabilitas data harga beras dari berbagai kualitas beras di tingkat penggilingan. Hasil survei ini dapat menyediakan data harga yang valid guna menentukan patokan harga maksimum pembelian beras oleh pemerintah dan juga memberikan informasi dalam rangka ketersediaan pangan bagi konsumen . Sehingga bisa memberikan langkah antisipatif oleh pihak yang berkepentingan terhadap transaksi harga beras demi menjaga stabilitas harga beras dan meningkatnya kesejahteraan petani.

7.3. RUANG LINGKUP

1. Monitoring harga beras dilakukan di unit penggilingan di 15 provinsi terpilih di Indonesia yang memiliki potensi produksi padi, gabah dan beras yang cukup besar, yaitu : Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. 2. Wilayah pencacahan mencakup 116 kabupaten. Pada setiap kecamatan dalam kabupaten terpilih ada 2 dua sampel responden. 3. Responden adalah unit penggilingan beras yang melakukan kegiatan pembelian gabah, menggiling dan melakukan transaksi penjualan beras. Pedoman Pemantauan Harga Produsen Beras Pedoman Pemantauan Harga Produsen Gabah dan Beras 35 8 METODOLOGI

8.1. WAKTU PENCATATAN

Pengumpulan data harga beras di penggilingan dilakukan dengan dua sistem pendekatan pencatatan, yakni pertama, dengan sistem kunjungan dan wawancara secara langsung ke lokasi unit penggilingan terpilih. Pada sistem pertama, data diperoleh hanya berdasarkan pengakuan atau jawaban responden. Sedangkan untuk yang kedua, pencatatan berdasarkan hasil observasi dan pengukuran yang dilakukan oleh pencacah itu sendiri dengan bantuan alat ukur tester dan timbangan. Kegiatan monitoring harga dilakuan secara bulanan, yakni setiap tanggal 10 - 15. Secara umum, guna efisiensi pelaksanaan survei, jadwal kegiatan lapangan mengikuti jadwal monitoring harga produsen gabah.

8.2. PENENTUAN RESPONDEN

Dalam satu kecamatan, dipilih 2 dua sampel penggilingan yang berasal dari desa berbeda sebagai nara sumber pengumpulan data harga. Dalam proses penentuan kabupatenkecamatan terpilih, perlu diperhatikan beberapa kriteria sebagai bahan pertimbangan, antara lain: 1. Kecamatan tersebut memiliki perusahaan penggilingan produsen beras yang dominan dan menguasai distribusi penjualan di wilayahnya selama periode pencatatan yang ditetapkan. 2. Kecamatan tersebut memiliki kapasitas produksi beras relatif besar dan daya serap beras tinggi dibandingkan kecamatan lainnya, 3. Pertimbangan lain yang dianggap penting oleh BPS ProvinsiKabupaten. Kabupaten dan Kecamatan yang terpilih sebagai sampel ditetapkan oleh BPS Pusat dengan memperhatikan pertimbangan dari BPS Provinsi. Jika tidak menemukan maka dapat diganti dengan kabupatenkecamatan lain yang dianggap memenuhi kriteria di atas. Kriteria dalam menentukan penggilingan sebagai responden adalah penggilingan menetap yang menghasilkan kapasitas beras yang digiling paling banyak menurut ukuran setempat dan yang terus kontinu menggiling serta melakukan penjualan. 36 Pedoman Pemantauan Harga Produsen Gabah dan Beras Pedoman Pemantauan Harga Produsen Beras Untuk memperoleh data harga jual yang berlaku umum di suatu lokasi sampel, terdapat beberapa hal penting yang harus dihindari dalam proses pencatatan yaitu sebagai berikut: 1. Penggiling yang hanya memberikan jasa menggiling saja tapi tidak menjual maklon 2. Penggiling yang menggiling dan menjual beras dalam jumlah yang relatif kecil menurut ukuran setempat. 3. Penggiling yang menjual kepada keluargafamilikerabat sendiri. 4. Penggiling yang menjual kepada pedagang eceran 5. Penggiling yang menjual secara mendadak untuk memenuhi kebutuhan mendesak. 6. Penggiling yang tidak kontinu memproduksimenggiling beras 7. Penggiling keliling Apabila terjadi yang demikian, maka perlu ada pergantian sampel responden dalam kecamatan yang sama, atau di kecamatan yang lain. Pergantian sampel harus dilaporkan ke BPS Pusat.

8.3. ORGANISASI LAPANGAN

1. Kepala BPS Provinsi dan BPS Kabupaten bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan monitoring harga beras di penggilingan dan pengiriman hasilnya ke BPS Pusat BPS Provinsi. 2. Kepala Bidang Statistik Distribusi di BPS Provinsi bertanggung jawab atas teknis dan koordinasi sedangkan Kasie Statistik Keuangan dan Harga Produsen bertanggung jawab atas pengawasan teknis. 3. Kepala Seksi Statistik Distribusi di BPS Kabupaten bertanggung jawab atas pengawasanpemeriksaan hasil pengumpulan data harga, kebenaran isian, serta pembekalan petunjuk teknis dan operasional secara berkala kepada pencacah dan petugas lapangan lainnya. 4. Pencacah adalah Koordinator Statistik Kecamatan KSK dan staf BPS Kabupaten yang ditunjuk. Oleh karenanya, secara otomatis mereka bertanggung jawab atas pelaksanaan pengumpulan data di lapangan.